Anda di halaman 1dari 18

KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia


Semester III

2.1 Pengertian Keselamatan dan Keamanan


Keselamatan (safety) adalah suatu keadaan/kondisi ketika seseorang, kelompok atau
masyarakat terhindar dari segala bentuk ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan
merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan
kerugian, sedangkan keamanan (security) adalah keadaan aman dan tentram bebas dari
ancaman/ penyakit. Untuk dapat mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja
area sensori motorik yang baik pada korteks serebri.

Prinsip pencegahan injuri termasuk pendidikan mengenai hal-hal yang membahayakan


keamanan dan strategi pencegahan; pengontrolan lingkungan dan mesin-mesin (kemanan
aktif atau pasif dikemudian hari yang mungkin mencegah injuri dari produk atau alat yang
digunakan), dan penguatan pada pengaturan diantara peralatan, pengaman, tenaga kerja dan
sebainya.

Keamanan aktif termasuk pemberian pengaturan pada tingkah laku seseorang yang dapat
menguntungkannya. Keamanan pasif atau automatic termasuk pengaturan yang
menggunakan mesin dan peralatan dan tidak membutuhkan tingkah laku seseorang yang
spesifik untuk menjadi aktif. Kantung udara, pengaman tempat tidur adalah contoh dari
keamanan pasif. Keamanan pasif adalah lebih menguntungkan dari pada keamanan aktif
dalam pengerjaannya, karena tidak membutuhkan penjelasan tahu pendidikan kepada klien
atau individu tersebut.

Keamanan dan keselamatan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang merupakan


kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis pada Hirarki kebutuhan Maslow.
Keamanan tidak hanya pencegahan kecelakaan dan injuri tetapi juga mengijinkan seseorang
untuk merasakan bebas dalam beraktivitas tanpa bahaya.

2
Keamanan mengurangi stress, meningkatkan satus kesehatan umum. Keamanan
memungkinkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti dicintai dan
mencintai dan harga diri dan memungkinkan seseorang mencapai kebutuhannya. Dampak
positif dalam kehidupannya adalah menghasilkan status kesehatan mental yang lebih baik dan
fungsi individu lebih efektif (Craven, 2001)

Karakteristik dari keamanan


Karakteristik dari kemanan mencakup 3 hal yaitu pervasiveness (mempengaruhi/mengisi),
perception (persepsi), dan management (managemen) (Craven, 2001):
1. Pervasiveness
Kemanan adalah pengisi, mempengaruhi segalanya. Scara khusus, individu sangat
memperhatikan kemanan pada setiap atau semua aktivitasnya, termasuk makan, bernafas,
tidur, bekerja, dan bermain. Secara umum, individu mengasumsikan atau bertanggung jawab
terhadap kemanan dari mereka sendiri.
2. Perception
Persepsi seseorang terhadap bahaya mempengaruhi dalam penyusunan kemanan ke dalam
aktivitas sehari-hari mereka. Pengukuran kemanan efektif hanya sejauh sebagai seseorang
yang mengerti secara akurat dan menghindari bahaya. Manusia tidak mengerti faktor-faktor
keamanan, tetapi mereka belajar secara sendiri melalui proses kehidupan mereka.
Kematangan membawa dalam menyusun hal-hal yang mungkin membahayakan dan
menyadari betapa pentingnya keamanan. Keluarga, guru, pekerja kesehatan dan hukum
berkontribusi dalam meningkatkan tingkat pengetahuan dan kesadaran akan keamanan dan
prinsip-prinsip pencegahan injuri.
3. Management
Seseorang mungkin pada suatu waktu menyadari bahaya dalam lingkungannya. Ia akan
mengukur terhadap hal tersebut untuk mencegah bahaya dan mempraktekkan keamanan.

3
Pencegahan adalah karakteristik utama dari keamanan. Perawatan diri termasuk dalam
praktek keamanan, tetapi keamanan bagi yang lainnya harus memberikan hal yang lebihbaik.

2.1.2 Hubungan Perkembangan Usia dengan Pemenuhan kebutuhan Keamanan


Keamanan sangat dipengaruhi oleh tahap perkembangan seseorang dalam hidupnya.
Kemampuan fisiologis dan psikologis sesorang dalam pemenuhan kebutuhan keamanan
sangat tergantung pada kematangan perkembangannya. Hal-hal yang membahayakan
keamanan sangat berbeda pada kelompok umur pada risiko dalam pembedaan injurinya.
Intervensi keperawatan ditujukan dalam tingkatan umur yang berbeda dalam pemenuhan
kebutuhan keselamatan. Perkembangan umur seseorangan dapat dibagi ke dalam bayi
(newborn and infant), toddler and preschooler, school age child and adolecent, adult and
older adult.
1. Newborn and Infant
Bayi karena belum matangnya semua system tubuh seperti system muskoloskeletal,
persarafan, termoregulasi dan sebagainya sangat rentan terhadap bahaya kemanannya. Bayi
biasanya hanya menagis dan banyak komunikasi non verbal yang tersampaikan sehingga
peran perawat sangat besar dalam memberikan pemenuhan kebutuhan keamanan. Bahaya
yang mengancam bayi seperti terbakar, jatuh, dan trauma injuri lainnya. Bayi pada umumnya
sering memasukan sesuatu ke dalam mulutnya, dan ini merupakan hal yang membahayakan
dan harus dilakukan pencegahan. Kondisi kemananan yang tidak terpenuhi pada bayi akan
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangannya.

Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi diantaranya adalah: temperature suhu
yang nyaman, tidak mengikat atau mengekang, pakaian yang adekuat, kehangatan, air mandi
hangat, udara yang bersih, mainan yang aman, pengaman tempat tidur pada kursi dan tangga,
pencegahan terkunci, memberi bantalan pada sandaran tempat tidur dan mengubah meja,
menutup pusat-pusat listrik, dan pengaturan ruangan mobil serta penggunaan sabuk
pengaman.

2. Toddler and Preschooler


Bahaya yang mengancam keamanan pada usia ini adalah jatuh, terbakar, bengkak, dan
sebagainya. Hal ini dikarenakan oleh belum sempurnanya system muskoloskeletal dan
neurologinya. Perawat harus dapat meminimalkan adanya bahaya keamanan pada tahap
perkembangan ini. Perkembangan pada masa ini sering diikuti dengan keinginan anak untuk
tahu segalanya sehingga mencoba hal baru yang mereka terima, seiring dengan
perkembangan organ panca indera mereka.Mainan yang diberikan haruslah aman bagi anak.
Seting peralatan rumah haruslah hati-hati disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak
preschool dan toddler.
3. School Age and Adolescent
Pada tahap perkembangan ini, factor fisiologis anak telah mengalami kematangan
sehingga anak akan mengalami perluasan peran dan melakukan hal-hal yang baru bagi
mereka sesuai dengan pengalaman hidup mereka. Anak mengalami banyak kegiatan aktivitas
diluar rumah dengan kelompok sebaya mereka sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
kebutuhan latihan/aktivitas dengan istirahat/tidur mereka. Hal tersebut dapat memungkinkan
terjadinya bahaya fisik yang mengancam keamanan anak. Support dari keluarga sangat
diperlukan bagi anak karena anak tidak banyak mau dikekang tetapi anak memerlukan
perhatian dan pengertian dari dukungan baik fisik maupun psikologis dari keluarga,
kelompok sebaya maupun perawat.

4. Adult and Older Adult


Pada orang dewasa terlah terjadi kematangan baik fisik maupun psikologisnya. Bahaya
kemanan dapat terjadi di rumah, tempat kerja, dan lain-lain. Kematian atau kondisi yang
mengancam keamanan pada perkembangan ini adalah jatuh atau kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja dan sebagainya.

5
Pada orang lanjut usia bahaya yang mengancam adalah jatuh dan cedera yang
diakibatkan oleh proses degenerasi pada sistem tubuh karena bertambah usia mereka sehinga
daya persepsi dan kognisi mereka mengalami penurunan sehingga mengakibatkan terjadi
potensial atau risiko untuk jatuh dan cedera.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan


Kemampuan seseorang untuk melindungi dirinya di pengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya: genetik, status kesehatan, lingkungan, status psikososial, penggunaan alkohol
dan obat-obatan tertentu.
 Usia
Ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu. Anak-
anak biasanya belum mengetahui tingkat kebahayaan dari suatu lingkungan yang dapat
menyebabkan cedera pada mereka. Sedangkan lansia umumnya akan mengalami penurunan
sejumlah fungsi organ yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk melindungi diri,
salah satunya adalah kemampuan persepsi-sensorik.
 Gangguan persepsi sensori
Persepsi-sensorik yang akurat terhadap stimulus lingkungan merupakan hal yang vital
bagi keselamatan individu. Individu yang mengalami gangguan persepsi-sensorik
(pendengaran, penglihatan, penciuman, sentuhan) beresiko tinggi mengalami cedera
 Tingkat kesadaran
Segala bentuk gangguan kesadaran (misal: pengaruh narkotik, obat penenang, alkohol;
disorientasi; tidak sadar; kurang tidur, halusinasi) dapat memebahayakan keselamatan dan
keamanan seseorang.

6
 Status mobilisasi dan Kesehatan
Klien dengan gangguan ekstrimitas (misal: paralisis, lemah otot, gangguan
keseimbangan tubuh, inkoordinasi) berisisko tinggi mengalami cedera. Sedangkan klien yang
lemah karena penyakit atau prosedur pembedahan tidak selalu waspada dengan kondisi
mereka.
 Keadaan Emosi
Emosi yang tidak stabil akan mengubah kemampuan seseorang dalam mempersepsikan
bahaya lingkungan. Situasi yang penuh tekanan dapat menurunkan tingkat konsentrasi,
mengganggu penilaian, dan menurunkan kewaspadaan terhadap stimulus eksternal.
 Kemampuan Berkomunikasi
Klien dengan gangguan bicara atau afasia, individu dengan hambatan bahasa dan mereka
yang tudak dapat membaca atau buta huruf beresiko mengalami cedera.

 Tingkat pengetahuan tentang keamanan


Informasi tentang keamanan sangat penting guna menurunkan tingkat kebahayaan
lingkungan. Dalam hal ini perawat bertanggung jawab memberikan informasi yang akurat
kepada klien yang berada di rumah sakit.
 Gaya Hidup
Gaya Hidup yang menyebabkan individu beresiko tinggi antara lain lingkungan kerja
yang tidak aman, lingkungan perumahan di daerah rawan (misal: sungai, lereng gunung, jalan
raya), tingkat sosial ekonomi yang rendah, akses yang mudah untuk mendapatkan obat-
obatan dan lai-lain.
 Lingkungan
Kondisis lingkungan yang tidak aman dapat mengancam keselamatan dan keamanan
individu. Stimulus lingkungan seperti bunyi yang sangat keras dapat menyebabkan gangguan
pada fungsi pendengaran. Bahan-bahan berbahaya seperti racun, zat kimia, emisi, logam
berat (merkuri), racun bakteri (tetanus, difteri, botulisme) dapat mengakibatkan kerusakan
pada jaringan saraf. Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi
normal tubuh, baik yang sifatnya sementara atau menetap.
7
j). Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
k). Keadaan imunitas
l). Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
m). Statrus nutrisi

2.3 Macam-macam Bahaya / Kecelakaan


1. Macam-macam Bahaya / Kecelakaan Berdasarkan Tempatnya:
a). Di Rumah
Tersedak, Jatuh, Tertekan alat-alat rumah tangga, Tersiram air panas, Jatuh dari jendela /
tangga, Terpotong, Luka tusuk / gores, Luka bakar, Tenggelam, Terkena pecahan
kaca, Terkunci dalam kamar, Jatuh dari sepeda, Keracunan
b). Di Rumah Sakit
Mikroorganisme, Cahaya, Kebisingan, Temperatur, Kelembapan, Cedera / jatuh, Kesalahan
prosedur, Peralatan medic, Radiasi, Keracunan inhalasi, Elektrik syok, Asfiksia dan
kebakaran

2. Macam-macam Bahaya / Kecelakaan Berdasarkan Kelompok Usia


a) Bayi dan Anak prasekolah
Kecelakaan dalam rumah tangga yang dapat mengancam jiwa (misal: tenggelam di kolam
renang)
b) Usia sekolah
- Lingkungan sekolah, sarana transportasi, teman, aktivitas setelah sokolah dapat menjadi
ancaman bagi keselamatan anak
- Cedera seperti jatuh, terimpa benda, menyeberang
- Orang asing merupakan resiko ancaman tertinggi bagi anak. Ajarkan untuk tidak menerima
ajakan dari orang asing.
- Olahraga, misanya bersepeda (90% penyebab kecelakaan dan kematian)
- Tenggelam. Kejadian ini meningkat pada usia 15-24 tahun karena penggunaan alkohol dan
ketergantungan obat.

c) Remaja
- Kecelakaan lalu lintas: sebanyak 85% tidak menggunakan sabuk pengaman, mabuk,
pengaruh obat.
- Praktik seksual. Remaja berisiko tinggi terkena PMS (penyakit menular seksual), karenanya
mereka memerlukan konseling tentang praktik seksual yang ama dan KB.
d) Dewasa
- Gaya hidup. Mengkonsumsi alkohol berlebihan, kecelakaan sepeda motor, merokok.
- Stress
e) Lansia
- Penyakit yang sering muncul antara lain sakit kepala, infeksi dan lain-lain.
- Jatuh menjadi penyebab kematian pada 70% lansia di atas usia 65 tahun.
- Perubahan fisik dan gangguan sensorik pada lansia menyebabkan insidensi kecelakaan mobil
dan kebakaran.

2.4 Tindakan Pencegahan Terhadap Bahaya Cedera


Langka-langkah untuk menjamin keselamatan individu di semua kelompok usia berfokus
pada:
- Observasi dan perkiraan kemungkinan bahaya sehingga bahaya dapa t di hindari
- Pendidikan klien guna meningkatkan kemampuan klien dalam melindungi keluarganya dari
cedera
Berikut adalah tindakan pencegahan terhadap bahaya cedera:
1. Bayi
Upaya melindungi keselamatan bayi antara lain dengan menyediakan alat permainan
yang besar, lunak, tidak beujung tajam; tidak meninggalkan botol bayi yang masih penuh saat
bayi masih menyusu; menjauhkan benda-benda kecil, tajam, beracun dari jangkauan bayi;
menutup stop kontak dan kabel dengan penbungkus khusus.

9
2. Anak-anak
Upaya perlindungingan bagi anak antara lain: dengan menggunakan pengaman pada sisi
tempat tidur , tidak meninggalkan anak sendiri saat duduk, berjalan, mandi dan lain-lain;
memasang pengaman pintu yang kokoh dan aman; mengajari anak berenang sedini mungkin
tetapi tetap dalam pengawasan.
3. Prasekolah
Ajarkan anak untuk tidak berbicara atau menerima apapun dari orang asing. Ajarkan
anak selalu berjalan di pinggir dan meminta bantuan bila hendak menyeberang. Tegaskan
anak untuk tidak memakan makanan yang tergeketak di piggir jalan. Gunakan pengaman
pada kompor.
4. Usia sekolah
Ajarkan anak cara menggunakan alat bermain/beraktivitas. Ajarkan anak cara bersepeda
yang aman dan ingatkan mereka untuk selalu menggunakan helm dan pelindung sendi kaki
atau tangan. Jauhkan ala-alat elektrik dari jangkauan anak. Tekankan rasa bertanggung jawab
pada anak selama bermain atau berpergian.
5. Remaja
Ajarkan remaja cara mengendarai mobil/ sepeda motor secara terstruktur serta cara
mengatasi masalah mesin. Ingatkan remaja untuk mengendarai mobil dalam batas kecepatan,
selalu menggunakan sabuk keselamatan, dan tidak mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.
Tekankan bahaya penggunaan obat-obatan dan alkohol. Kenali setiap perubahan pada
perilaku dan kebiasaan dan dengarkan argumen mereka.

2.5 Tindakan Pencegahan Kecelakaan di Rumah Sakit


a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.
b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur
c) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
d) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda

10
e) Menghindari kecelakaan :
 Mengunci roda kereta dorong saat berhenti
 Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah
 Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau
 Meja yang mudah dijangkau
 Kereta dorong ada penghalangnya
f) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas
angin, dan lain-lain.
g) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung
oksigen dan termos.
h) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar
i) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien
terpisah antara infeksi dan non-infeksi
j) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat
k) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan
l) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi
m) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.
n) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.
2.6 Kebijakan Rumah Sakit Terkait Keselamatan Klien
Kebijakan Rumah Sakit Terkait Keselamatan Klien meliputi:
1) Kecelakaan yang disebabkan oleh klien (client-inherent accident)
Contoh kecelakaan ini antara lain: cedera, terbakar, memakan atau menyuntikan zat asing,
mencedarai diri sendiri dan lain-lain. Peran perawat dalam kasusu ini antara lain mencatat
dan mendokumentasikan kecelakaan yang terjadi secara akurat dan komplet serta
berkoordinasi dengan tim kesehatan lain untuk membuat perlindungan hukum bagi profesi
dan institusi yang bersangkutan dari tuntutan klien.

11
2) Kecelakaan terkait prosedur (procedure-related accident)
Jenis kecelakaan ini biaasanya terjadi pada saat terapi sebagai akibat kesalahan prosedur.
Contohnya adalah kesalahan dalam pemberian cairan, penggunaan peralatan eksternal, atau
ketika melakukan tindakan perawatan (misal: penggantian balutan). Peran perawat dalam hal
ini antara lain memberikan obat dengan prinsip lima benar, mencegah kesalahan dalam
pemberian cairan IV (kelebihan atau kekurangan), serta mencegah paparan kuman patogen
pada saat mengganti balutan.
3) Kecelakaan terkait peralatan (equipment-related accident)
Kecelakaan ini biasanya di sebabkan oleh tidak berfungsinya atau rusaknya alat-alat
elektronik (misal: tersengat arus listrik saat menggunakan peralatan elektronik, baterai tidak
bekerja dan lain-lain). Peran perawat dalam hal ini adalah memeriksa peralatan sebelum dan
sesudah di gunakan, tidak melakukan pemantauan atau terapi dengan peralatan elektronik jika
tidak ada instruksi, serta mengkaji adanya kemungkinan bahaya tersengat listrik.

2.7 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Keamanan


1. Pengkajian
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka
dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu
memahami hal-hal yang memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau
lingkungan pelayanan kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap
keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian
terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah
klien dan tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.

a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan
kebutuhan keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan
aktivitas, dan sebagainya.

12
Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap tanda
bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan
lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup:
kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.

 Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu
(alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan
hidup sendiri.
 Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan,
kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika
memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
 Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan
orientasi orang, tempat dan waktu)
 Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat anti
cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
 Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.
 Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman, penataan ruang,
penggunaan mainan.

b. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait
dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas.
Pengkajian juga mencakup prosedur test diagnostik.

13
1. Sistem Neurologis
* Status mental
* Tingkat kesadaran
* Fungsi sensori
* Sistem reflek
* Sistem koordinasi
* Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
* Sensivitas terhadap lingkungan
2. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
* Toleransi terhadap aktivitas
* Nyeri dada
* Kesulitan bernafas saat aktivitas
* Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3. Integritas kulit
* Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
* Kaji adanya luka, scar, dan lesi
*Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4. Mobilitas
* Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
* Kaji range of motion klien
* Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

Test diagnostik mencakup: pengukuran tekanan darah, ECG, pengukuran kadar gula darah
dan kolesterol, pemeriksaan darah lengkap, dan sebagainya.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul terkait dengan pemenuhan kebutuhan keamanan
dan keselamatan, berdasarkan NANDA 2004-2006 adalah sebagai berikut:
1. Risiko cedera atau risiko jatuh yang berhubungan dengan perubahan mobilisasi, dan
penataan lingkungan fisik di rumah.

14
2. Risiko keracunan yang berhubungan dengan kontaminasi zat kimia pada makanan atau air,
penyimpanan obat-obatan yang mudah dijangkau oleh anak-anak, dan penurunan
penglkihatan.
3. Risiko trauma yang berhubungan dengan kontak dengan udara dingin yang ekstrem, dan
obstruksi jalan nafas.
4. Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan kehilangan memori, kesulitan tidur, dan
efek samping obat.
5. Perubahan manajemen pemeliharaan rumah yang berhubungan dengan keuangan yang tidak
memadahi, dan perubahan fungsi kognitif.
6. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi informasi, dan tidak
terbiasa dengan tindakan pencegahan untuk anak-anak.
7. Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan paparan terhadap lingkuingan panas
atau dingin yang ekstrem, dan mekanisme kontrol suhu tubuh yang tidak matang.

3. Perencanaan
Perawat merencanakan intervensi terapeutik untuk klien dengan risiko atau aktual
mengalami gangguan keamanan. Tujuan keseluruhan untuk klien yang mengalami ancaman
keamanan adalah klien terbebas dari cedera. Perawat merencanakan intervensi yang
individual dengan berdasarkan pada beratnya risiko yang dihadapi klien, tahap
perkembangan, status kesehatan, dan gaya hidup.
Intervensi keperawatan dirancang untuk memberikan perawatan yang aman dan efisien.
Berikut ini adalah tujuan yang berfokus pada kebutuhan klien terhadap keamanan:

1.Bahaya yang dapat dimodifikasi dalam lingkungan rumah akan berkurang


2.Klien akan menggunakan obat-obatan dan peralatan dengan benar dan melakukan tindakan
pengobatan.
3.Klien mengidentifikasi dan menghindari risiko yang mungkin dialami dalam komunitas.

15
Peting memperhatikan kondisi rumah klien ketika merencanakan terapi untuk
mempertahankan atau meningkatkan tingkat keamanan klien. Perencanaan keperawatan juga
melibatkan pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan kemandiriannya. Perawat
dan klien bekerja sama dalam membuat cara mempertahankan keterlibatan klien dalam
menciptakan lingkungan yang aman di rumah sakit dan di rumah. Pendidikan klien dan
keluarga merupakan intervensi keperawatan utama untuk menurunkan kecelakaan.
Perencanaan keperawatan yang dapat disusun oleh perawat berdasarkan NOC/NIC untuk
mengatasi masalah keperawatan yang terkait denmgan kebutuhan keamanan adalah:

NOC (Perawatan Hasil Klasifikasi):


1. Perlindungan penyalahgunaan: perlindungan diri orang lain atau tergantung dari
penyalahgunaan.
2. Keseimbangan: kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh
3. Pengetahuan: keamanan pribadi: sejauh mana pemahaman disampaikan tentang pencegahan
cedera yang tidak disengaja
4. Risiko kontrol: tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan yang
sebenarnya, pribadi, dan dimodifikasi.
5. Risiko deteksi: tindakan yang diambil untuk mengidentifikasi ancaman kesehatan pribadi
6. Perilaku Keselamatan: Jatuh pencegahan: individu atau pengasuh tindakan untuk
meminimalkan faktor risiko yang mungkin endapan jatuh.
7. Perilaku Keselamatan: Depan lingkungan fisik: individu atau pengasuh tindakan untuk
meminimalkan faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kerugian fisik atau cedera
di rumah.
8. Keselamatan perilaku: Pribadi: individu atau pengasuh upaya untuk mengendalikan perilaku
yang dapat menyebabkan cedera fisik
9. Keselamatan status: Terjun terjadinya: jumlah jatuh dalam seminggu terakhir.
10. Keselamatan status: cedera fisik: keparahan cedera dari kecelakaan dan trauma

16

NIC (Perawatan Intervensi Klasifikasi):


1. Pengelolaan lingkungan: Keamanan, pemantauan dan manipulasi lingkungan fisik untuk
mempromosikan keselamatan.
2. Manajemen lingkungan: Pekerja keselamatan; pemantauan dan manipulatuion tempat kerja
untuk mempromosikan keselamatan dan kesehatan pekerja.
3. Kejatuhan pencegahan: melembagakan tindakan pencegahan khusus dengan pasien pada
risiko cedera karena jatuh
4. Pendidikan kesehatan; mengembangkan dan menyediakan instruksi dan pengalaman belajar
untuk memfasilitasi adaptasi sukarela konduktif perilaku untuk kesehatan pada individu,
keluarga, kelompok, atau komunitas.
5. Tindakan pencegahan Laser: membatasi risiko cedera pada pasien yang berhubungan dengan
penggunaan laser.
6. Manajemen sensasi perifer: pencegahan atau minimisasi cedera atau ketidaknyamanan pada
pasien dengan sensasi diubah.
7. Fisik menahan diri: aplikasi, pemantauan, dan penghapusan perangkat menahan mekanik atau
pengekangan manual yang digunakan untuk membatasi mobilitas fisik pasien
8.Positioning: deliberatif penempatan pasien atau bagian tubuh untuk mempromosikan fisiologis
dan / atau kesejahteraan psikologis.
9. Tekanan manajemen: meminimalkan tekanan untuk bagian tubuh.
10.Radiasi manajemen Theraphy: membantu pasien untuk memahami dan meminimalkan efek
samping dari pengobatan radiasi.
11. Kejang pencegahan, perawatan pasien selama kejang dan negara postictal.
12. Surveilans Kulit: pengumpulan dan analisis data pasien untuk menjaga integritas kulit dan
selaput lendir.
13.Tindakan pencegahan Bedah: meminimalkan Potensi untuk cedera iantrogenic ke pasien
yang berhubungan dengan prossedure bedah.
14. Pengawasan: akuisisi purposefull dan berkelanjutan, interpretasi, dan syntesis data pasien
untuk pengambilan keputusan klinis.
15. Pengawasan keamanan: akuisisi purposefull dan berkelanjutan, interpretasi, dan analisis
informasi tentang pasien dan lingkungan untuk digunakan dalam mempromosikan dan
menjaga keselamatan pasien.

17
16. Pengajaran: Penyakit proses; membantu pasien untuk memahami informasi berhubungan
dengan proses penyakit tertentu.
17. Pengajaran: individu, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pengajaran dirancang
untuk memenuhi kebutuhan khusus pasien.
18. Pengajaran: Bayi perawatan; instruksi pada perawatan memelihara dan fisik yang
dibutuhkan selama tahun pertama kehidupan.
19. Pemantauan tanda vital: koleksi dan analisis cardiovaskuler, pernapasan, dan data suhu
tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi.
20. Posisi: Kursi Roda:; penempatan pasien di kursi roda benar dipilih untuk meningkatkan
kenyamanan, mempromosikan integritas kulit, dan menumbuhkan kemandirian.

4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sesuai dengan
permasalahan keamanan yang dihadapi oleh klien. Perawat melakukan tindakan untuk
mencapai NOC yang telah ditetapkan mellaui pelaksanaan NIC yang telah disusun.
Implementasi keperawatan ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan keamanan
klien. Karena sebagian besar tindakan keperawatan dapat diterapkan pada semua lingkungan,
maka intervensi tersebut harus terdiri dari dua bagian: pertimbangan tahap perkembangan dan
perlindungan lingkungan.
Kategori pertama dari intervensi mencakup intervensi yang spesifik untuk mengurangi risiko
pada setiap kelompok perkembangan usia. Intervensi lingkungan bertujuan untuk
memodifikasi lingkungan sehingga dapat megeliminasi atau meminimalkan bahaya yang ada
atau berpotensial.

5. Evaluasi
Rencana perawatan, yang dirancang untuk mengurangi risioko pada klien dievaluasi
dengan cara membandingkan criteria hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama tahap
perencanaan. Jika tujuan telah tercapai, maka intervensi keperawatan dianggap efektif dan
tepat.

18

Jika tidak tercapai, maka perawat harus menentukan apakah ada risiko baru yang
berkembang pada klien atau apakah risiko sebelumnya tetap ada.

Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan cara permanent untuk
mengurangi risiko yang mengancam keamanan. Perawat mengkaji kebutuhan klien dan
keluarga secara terus menerus untuk menentukan dukungan tambahan seperti perawatan di
rumah, terapi fisik, dan konseling, dan pendidikan kesehatan lanjutan.

Lingkungan yang aman berperan penting dalam meningkatkan , mempertahankan dan


memulihkan kesehatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat mengkaji klien
dan lingkungannya untuk menentukan factor risiko cedera, megelompokkan factor-faktor
risiko tersebut, membuat diagnosa keperawatan, dan merencanakan intervensi yang spesifik,
termasuk pendidikan kesetan klien. Hasil yang diharapkan meliputi lingkungan fisik yang
aman, pengetahuan klien tentang factor-faktor yang menunjang keamanan dan tindakan
pencegahan, dank lien terbebas dari cedera.

20

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal, SKM. Cayatin, Nurul, S.kep,Ns.2007.Kebutuhan Dasar Manusia


Teori dan Praktek.Jakarta:EGC.

erick-son2.blogspot.com/
hidayat2.wordpress.com/2009/03/21/konsep-keamanan-keselamatan/

911medical.blogspot.com/.../deskripsi-keamanan-dan-keselamatan.ht.

Anda mungkin juga menyukai