Anda di halaman 1dari 137
@ Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara ae Jilid3 -A FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS INDONESIA Disunting oleh T.E. Behrend dan Titik Pudjiastuti YAYASAN OBOR INDONESIA ECOLE FRANCAISE D’EXTREME ORIENT iv Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Buku ini diterbitkan atas kerja sama Yayasan Obor dan I’Ecole Francaise d’Extréme Orient (Perwakilan Jakarta) dengan The Ford Foundation, Office for Indortesia and the Philippines (Jakarta), Fakultas Sastra Universitas Indonesia (Proyek Katalogisasi dan Mikrofilm Naskah), dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Foto naskah FSUI oleh Waluyo (puslit Arkenas) YOU301.15:32.97 Yayasan Obor Indonesia J1PlajuNo. 10 Jakarta 1023¢ Telp. (021) 324488; 326978 Fax: (021) 324488 e-mail:obor@ub.net.id © 1997 oleh para penyunting All rights reserved Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dicetak di Republik Indonesia Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Fakultas Sastra Universitas Indonesia/disunting oleh T.E. Behrend, Titik Pudjiastuti. — Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997. xviii + 598 hlm.; 16 x 24 cm — (Seri katalog induk naskah-naskah Nusantara; 3-A). ISBN 979-461-275-8 1. Manuskrip Indonesia - Bibliografi 2. Behrend, T.E. 1. Pudjiastuti, Titik : 091.016 Daftar Isi BAGIAN A Kata Sambutan KataPengantar 0 Deskripsi Naskah 1 Bahasa dan Leksikografi(BA) 27 CeritaHistoris(CH) 109 Cerita BercorakIslam(CI) i. Cerita-CeritaLain(CL) 208 Cerita Kepahlawanan (CP. 265 Cerita SantriLelana(CS) 829 CeritaTiongHoa(CT) 88S Cerita Wayang (CW) 407 Hukum dan Undang-undang(HU) 429 Keris, Kerajinan, Ketrampilan(KR) 457 Lain-lain (LL) 475 Legenda Setempat(LS) 0ST BAGIAN B ° Primbon dan Pawukon (PR) 599 Piwulang, Suluk dan Teks Didaktik (PW) 679 Sejarah dan Babad (SJ) 781 Silsilah (SL) 907 Seni Suara dan Musik (SS) 915 Seni Tari dan Pertunjukan Rakyat (ST) 927 Upacara dan Adat Istiadat Kraton (UK) 935 Upacara dan Adat Istiadat Rakyat (UR) 943 Pewayangan dan Padhalangan (WY) 977 Lampiran 1039 1: Daftar Singkatan 1041 2: Daftar Raja-raja Jawa dan Masa Bertakhtanya 1043 3: Daftar Peserta Proyek 1045 4: Daftar Isi Rol Mikrofilm Proyek FSUI 1047 5: Daftar Kode Koleksi 1055 6: Daftar Pustaka 1065 7: Index 1077 vi Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Daftar Gambar AGIAN A Gor. 1 Serat Jaka idik, CL27 2 Gbr._2. Kala Berawa, AH.17 9 3. Kala. AH.17 i Gbr._ 4. Serat Jaka Semangun, C38 16 Gbr._ 5. Serat Jaka Semangun C138 26 Gor. 6. Serat Jaka Semangun, C138 37 Gbr._7. Serat Jaka Semangun C138 55 Gbr._ 8. Serat Jaka Semangun C138 107 Gor. 9. Serat Asmarasupi, CS.4 108 Gbr. 10. Serat Johar Manik, C147 108 Gor. 11. Serat Jaka Semangun, C138 136 Gor. 12. Serat Johar Manik, CL.47 169 Gbr. 13. Serat Johar Manik, C147 199 Gbr. 14. Serat Johar Manik, C147 219 Gbr. 15. Serat Johar Manik, C147 248 Gbr. 16. Serat Jaka Semangun, C138 263 Gbr. 17. Serat Johar Manik, C1.47 264 Gor. 18. Sri Pustaka Madyapada, $1.239a 282 Gbr. 19. Serat Rama Purubayan, CP.65 310 Gbr. 20. Ramayana Kakawin, CP.76 318 Gbr. 21. Serat Asmarasupi, CS.4 328 Gbr. 22. Serat Asmarasupi, CS.4 334 Gbr. 23. Serat Asmarasupi, CS.4 341 Gbr. 24. Serat Asmarasupi, CS.4 365 Ghr. 25. Serat Asmarasupi, CS.4 378 Gor. 26. Bimasuci, CS.104 381 Gbr. 27. Serat Asmarasupi, CS.4 383 Gor. 28. Cariyos Wyang Ca Kun, CT. 384 Gbr. 29, Cariyos Wyang Ca Kun, CT.9 394 Gbr. 30, Sri Pustaka Madyapada, SJ.239a 406 Gbr. 31, Serat Asmarasupi. CS.4 428 Gbr. 32. Serat Johar Manik, C1.47 456 Gbr. 33, Serat Kawruh Damel Sarungan, KR.22 464 Gbr. 34, Gambar Prau, kuda, Isp, LL.A0 494 Gor. 35, Gambar Prau, kuda, Isp. LL.40 548 Gbr. 36. Serat Jaka Semangun, C138 570 Gor. 37. Serat Jaka Semangun, C138 598 BAGIAN B Gbr. 38, Pawarsan Jawi, PR.41 622 Gbr. 39, Pawarsan Jawi, PR.41 627 Gbr. 40, Primbon, PR.60 628 Gbr. 41, Primbon Tapel Adam, PR.94 647 Gbr. 42. Sri Pustaka Madyapada, $3.239a 671 Gtr. 43. Sri Pustaka Madyapada, $3.239a 678 Gbr. 44, Babad Majapait, SJ.7 789 Gor. 45, Serat Suryaraja, $J.12 795 Gor. 46, Sri Pustaka Madyapada, $1239 823 Gbr. 47, Sri Pustaka Madyapada, $3.239a 865 Gbr. 48, Sri Pustaka Madyapada, 81.2398 900 Gbr. 49, Sri Pustaka Madyapada, $3.239a 905 Gbr. 50. Serat Jaka Semangun, C138 934 Gbr. 51, Kinderspelen, Dolanan Bocah-bocah ing Klaten, UR.22 951 Kata Sambutan AKHIRNYA PEKERJAAN besar penyusunan katalog deskriptif naskah milik Fakultas Sastra Universitas Indonesia selesai. Meskipun butir-butir perolehan baru belum dimasukkan dapatlah dianggap bahwa pekerjaan yang direncanakan pada awal mula telah rampung secara tuntas. Ini suatu hal yang sangat menggembirakan, apa- lagi bila diketahui bahwa sudah cukup lama koleksi Pigeaud ada di bawah atap Fakultas Sastra Universitas Indonesia, dibawa dari satu kampus ke kampus lain tanpa dapat dimanfaatkan dengan baik. Katalog merupakan alat penelitian dan penggarapan naskah yang paling men- dasar, yang memungkinkan peneliti memasuki rimba raya pernaskahan dan mengu- rangi risiko tersesat karena tidak menemukan semua pohon yang dicarinya. Katalog deskriptif lebih lagi membantu dalam menghemat waktu penelitian. Sayang sekali kerja keahlian yang menyita waktu dan tenaga serta menuntut ketekunan ini belum dapat dilaksanakan secara menyeluruh terhadap kekayaan naskah yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Bagi suatu bangsa yang memiliki sejarah tulis dan penulisan yang berusia lebih dari seribu tahun, dengan jumlah manuskrip beraneka bahasa dan aksara, puluhan ribu, perhatian manusia Indonesia terhadap khazanah budaya ini masih amat kurang. Baik dari pemerintah maupun masyarakat kesadaran kesejarahan belum lagi cukup tergugah untuk memasukkan penelitian dan pengetahuan pernaskahan dalam struktur pengembangan yang terencana. Pendidikan yang merupakan dasar yang amat penting dalam pembangunan dapat memberi benih untuk peningkatan minat terhadap Kekayaan kita yang masih terpendam itu. Oleh sebab itu sudah pada tempamya bahwa Fakultas Sastra sebagai suatu lem- baga pendidikan yang menekuni bidang pernaskahan bertanggung jawab meng- usahakan penyusunan katalog deskriptif. Patut disyukuri bahwa Fakultas Sastra Uni- x Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia versitas Indonesia dimungkinkan melaksanakan tugas tersebut, berkat keahlian para dosennya dan bantuan Ford Foundation. Diharapkan publikasinya akan menarik minat dan dengan demikian merangsang maraknya penelitian di berbagai bidang budaya, linguistik, kesusastraan, antropologi, filsafat serta sosiologi. Semoga. Jakarta, 26 Desember 1995 Prof. Dr. Achadiati Ikram Kata Pengantar KOLEKSI NASKAH FSUI pada awalnya disusun oleh Dr. Th. Pigeaud yang me-ng- umpulkan sejumlah naskah Jawa pada periode tahun 1925-1942, ketika ia menjabat sebagai pegawai bahasa (taalambtenaar) pemerintah Belanda di Yogyakarta dan Surakarta dengan tugas membuat kamus Jawa baru. Pada masa yang sama Pigeaud juga menjabat sebagai penasehat (wetenschappelijk adviseur) pada Stichting Panti Boedaja, sebuah yayasan yang membantu melestarikan tradisi kesusastraan Jawa (Behrend 1990: vii). Dalam salah satu laporannya, Pigeaud menyatakan bahwa nas- kah-naskah Jawa tersebut dibeli atas permintaan Koninklijk Bataviaasch Genoot- schap van Kunsten en Wetenschappen (KBG). Pengumpulan dan pembeliannya di- Jakukan oleh Pigeaud dengan dibantu, antara lain, oleh J.L. Moens (Pigeaud 1933: 254-263). Naskah-naskah yang dikumpulkan Pigeaud itu secara berkala dikirim kepada KBG di Batavia (Jakarta), yang sekarang menjadi bagian dari koleksi induk naskah Perpustakaan Nasional RI. Namun demikian, ketika pecah perang dengan Jepang, masih ratusan naskah yang dikoleksikan atas nama KBG itu tetap berada di tangan Pigeaud di Yogyakarta, dilengkapi dengan berbagai bahan lain yang telah Pigeaud kumpulkan selama 18 tahun bertugas di Jawa. Setelah masa perang kemerdekaan Republik Indonesia bahan tersebut disimpan pada Lembaga Penyelidikan Kebudayaan Indonesia (Instituut voor Taal- en Cultuur-Onderzoek = ITCO) yang bernaung di bawah Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia. Lembaga ITCO ini berdiri pada tahun 1947, di bawah pimpinan Dr. G.J. Held. Pada tahun 1952, lembaga ini diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa dan Bu- daya, Tetapi, sebelum pengubahan nama, Bagian Penyelidikan Bahasa dan Balai Bahasa telah bergabung dengan lembaga ITCO tersebut. Setelah berganti nama, Lembaga Bahasa dan Budaya tetap berada di bawah naungan Fakultas Sastra dan xi xii Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Filsafat Universitas Indonesia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Prijono, yang kemudian diganti oleh Prof. Dr. P.A. Husein Djajadiningrat. Pada tanggal 1 Juni 1959, Lembaga Bahasa dan Budaya tersebut diubah lagi namanya menjadi Lembaga Bahasa dan Kebudayaan. Sejak itulah, Lembaga Bahasa dan Kebudayaan secara resmi terpisah dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUD) dan kemudian masuk ke bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Koleksi naskah Pigeaud yang semula disimpan di Lembaga Bahasa dan Kebu- dayaan kemudian menjadi koleksi FSUI. Tahun 1970 naskah-naskah tersebut disim- pan di Biro Naskah FSUI. Tetapi, sejak tahun 1984 Biro Naskah FSUI mengalami perubahan organisasi dan Biro Naskah menjadi sub-bagian naskah dari perpustakaan FSUI, sekarang dikenal dengan nama Ruang Naskah FSUI. Sejak tahun 1977, koleksi yang tersimpan di Ruang Naskah FSUI bukan hanya naskah-naskah Jawa dan buku-buku cetak koleksi Pigeaud, melainkan telah bertam- bah dengan naskah-naskah Jawa lainnya, mikrofilm naskah-naskah Jawa, dan buku-buku cetak terbitan tahun dua puluhan. Koleksi tambahan ini merupakan hadiah dari peminat dan pemerhati kesusastraan Jawa. Di antaranya PT Caltex Pa- cific Indonesia menyumbang tiga puluh buah naskah Jawa; Soedarpo Sastrosatomo mempersembahkan dua puluh rol mikrofilm dalam bentuk positif dan negatif dari koleksi naskah Jawa milik Capt. A. Schwartz; dan Prof. Dr. Tjan Tjoe Siem meny- erahkan koleksi pribadinya berupa 392 buah buku cetak terbitan tahun dua puluhan. Di samping itu, FSUI dan KITLV telah melakukan kerja sama, membuat mikrofilm dari kartu-kartu leksikografi Pigeaud yang berisi daftar kata-kata dari berbagai daerah di Pulau Jawa (Saleh 1991: 79). Koleksi yang tersimpan di Ruang Naskah FSUI pada mulanya terbagi ke dalam empat bagian, yaitu: KOLEKSI NASKAH PIGEAUD, terdiri atas beberapa bagian yang masing-masing dibedakan oleh kode hurufnya, seperti: Kode Koleksi HS = Handschriften (manuskrip) Kode Koleksi A = Afschrifien (salinan) Kode Koleksi HA = HS in Afschriften (salinan naskah-naskah) Kode Koleksi B = Bundels (berkas-berkas) Kode Koleksi G = Gebonden Afschrifien (salinan yang telah dijilid) Kode Koleksi Bau = Bausastra (kamus) Kode Koleksi L dan O = Uittreksels dan Inhoudsopgaven (ringkasan dan keterangan isi) 8. Kode Koleksi BG = Bundels met Gegevens (berkas dengan data) 9. Kode Koleksi W = Woorden (kata-kata untuk kamus baru) 10. Kode Koleksi V = Afschriften van Opstellen (salinan artikel) Dalam beberapa tulisannya (1933, 1968), Pigeaud mendaftarkan nas- kah-naskah HS (‘handschriften’) dengan kode lengkap HS NR-ThP., yaitu Naskah Seri Baru (NR=niewwe reeks) hasil pengoleksian Th. Pigeaud, sedangkan 'Seri Lama’ telah diserahkan kepada KBG pada tahun 1933, dengan kode PNRI/KBG 660 s/d Noayeyenn Kata Pengantar xiii 737.! Oleh karena itu dalam katalog ini singkatan NR dipakai untuk menandai semua naskah berciri koleksi NR (HS) tersebut. Berdasarkan pemeriksaan naskah yang di- lakukan pada tahun 1993, diketahui naskah-naskah NR berjumlah 448 buah dengan isi yang beraneka ragam, seperti: habad, suluk, primbon, pakem, dan lain sebagai- nya. Adapun Koleksi A, (‘aanteekeningen’), merupakan kumpulan catatan men- genai kesusastraan dan kebudayaan Jawa. Koleksi A berupa naskah-naskah yang ditulis tangan atau diketik, jumlahnya 432 naskah (sebagian ganda) dalam 42 berkas. Koleksi HA merupakan naskah-naskah yang sebagian besar adalah salinan dari naskah NR, naskah koleksi KBG, naskah koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta (MSB), dan Perpustakaan Universitas Leiden. Jumlah koleksi naskah HA sebanyak 80 buah. Koleksi B, (‘bundels’), jumlahnya 256 buah dalam 52 bendel, terdiri atas cata- tan dan salinan tentang kesusastraan dan kebudayaan Jawa. Koleksi G, (‘gebonden afschrifien’), vneyopakan salinan tik-tikan naskah NR, MSB, KBG, dan Leiden yang telah dijilid, sejumlah 256 buah. Sebagian besar keti- kan ini (turunan karbon) juga terdapat di MSB (kode koleksi B), di Koleksi G pada Perpustakaan Nasional RI, dan di Leiden. Sebagian dari koleksi ini sama dengan salinan naskah koleksi HA. Koleksi Bau, (‘bausastra’), berupa kamus serta bahan-bahan leksikografi ba- hasa Jawa. Jumlah koleksi semula 124 naskah tetapi sekarang tinggal 93 buah. Koleksi L dan O, merupakan ringkasan dan keterangan mengenai isi naskah koleksi NR, MSB, KBG, Leiden, dan lain-lain. Koleksi BG, (‘bundels met gegevens’), merupakan berkas naskah ketikan dan tulisan tangan. Isinya catatan data-data mengenai kebudayaan dan kesusastraan Jawa, kebanyakan berasal dari sarjana maupun narasumber di lapangan. Koleksi W, (‘woorden’), merupakan berkas mengenai kosakata maupun dialek bahasa Jawa, kebanyakan berbentuk petikan kata dari sumber-sumber tertentu yang disediakan untuk ditempelkan pada kartu-kartu yang dipakai Pigeaud sebagai bahan pokok dalam penyusunan kamusnya. Jumlahnya ada 310 buah dalam 69 berkas. Koleksi V, (‘varia’), merupakan aneka’ragam salinan karangan dari berbagai artikel yang terdapat dalam buku atau majalah, serta daftar kata Jawa yang berasal dari berbagai tulisan. Jumlahnya ada 9 berkas. KOLEKSI NASKAH CALTEX, jumlahnya ada 30 buah naskah Jawa. Isinya antara lain: babad, primbon, dan piwulang. KOLEKSI MIKROFILM NASKAH, jumlahnya cukup banyak. Dua puluh rol di antaranya adalah bentuk positif dan negatif dari koleksi Capt. A Schwartz yang dihadiahkan oleh Soedarpo Sastrosatomo. Kedua puluh rol mikrofilm tersebut berisi 47 naskah yang judulnya, antara lain: Babad Kartasura, Babad Giyanti, Serat Menak, dan lain-lain. | pada koleksi PNRI, hingga sekarang kode KBG 738-916 masih kosong, karena telah dijatahkan kepada Pigeaud untuk penomoran koleksi NR-ThP, yang tidak per- nah terjadi karena perubahan jaman. xiv Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia KOLEKSI BUKU CETAK. Ada dua koleksi buku cetak yang mengisi Ruang Naskah FSUI, yaitu buku cetak koleksi Pigeaud dan koleksi buku cetak hadiah dari Prof. Dr. Tjan Tjoe Siem, sebanyak 392 buah buku. Pada saat ini, koleksi naskah Ruang Naskah FSUI telah bertambah lagi dengan ‘koleksi baru’, yakni koleksi naskah yang dimiliki FSUI sejak tahun 1993. Pada ta- hun 1993 Perpustakaan FSUI telah mendapat sumbangan naskah dari almarhum R. Tanojo sebanyak enam puluh empat naskah Jawa dan tahun- 1994 mendapat satu buah naskah Jawa dari Titik Pudjiastuti. Selain itu, pada tahun 1994 Perpustakaan FSUI juga telah membeli tujuh buah naskah Madura, satu buah naskah Cirebon dan lima puluh empat naskah Jawa koleksi R. Sayid dari Surakarta. Bertahun lamanya koleksi naskah yang amat berharga ini disimpan oleh FSUI tanpa keterangan lengkap isinya. Naskah hanya dicatat berdasarkan nomor urut den- gan judul yang disusun tidak secara alfabetis dan tanpa deskripsi naskah, seperti misalnya: ‘HS.26 S. Babad Rum’, ‘HS.27 S. Samud’, dan seterusnya. Berkenaan dengan itu, mulai bulan November 1989 sampai dengan bulan De- sember 1995, sebuah proyek diselenggarakan oleh Fakultas Sastra UI dengan ban- tuan dari The Ford Foundation. Tujuan proyek rangkap, ialah membuat inventarisasi naskah koleksi FSUI, membuat deskripsi teliti setiap naskah, dan merekam isi naskah dalam bentuk mikrofilm. Proyek ini juga memberi bantuan berupa AC dan penyerap kelembaban udara untuk tempat penyimpanan naskah, serta sebuah alat pembaca mikrofilm. Hasil dari kegiatan proyek ini adalah salinan naskah berbentuk mikrofilm ukuran 35 mm sebanyak 250 rol yang memuat seluruh koleksi naskah FSUI kecuali ‘koleksi naskah baru’ yang karena keterbatasan dana tidak diikutsertakan dalam proyek ini. Salinan mikrofilm naskah koleksi FSUI tersebut sekarang tersimpan di Perpustakaan Fakultas Sastra UI, Depok; Perpustakaan Nasional RI, Jakarta; dan di Center for Research Libraries, Chicago, AS. Setiap naskah yang akan dimikrofilm, dibuat lebih dahulu deskripsi naskahnya atau ‘keterangan bibliografisnya’ oleh Tim Proyek (para penyusun) yang menjelas- kan keadaan fisik naskah secara teliti, termasuk keterangan sejauh mungkin men- genai penulisan teks serta penyalinan naskah. Usaha memberi keterangan semacam itu dilakukan dengan membandingkan deskripsi naskah atau membaca artikel yang memuat informasi mengenai teks yang sama atau mirip, terutama melalui katalog naskah (Vreede, Juynboll, Brandes, Pratelan, Poerbatjaraka, Pigeaud, Ricklefs, Florida, Behrend, dan Lindsay-Feinstein-Soetanto). Karena pendeskripsian naskah secara lengkap itu menghasilkan katalog’ yang amat tebal, maka tidak mungkin menerbitkannya. Oich sebab itu diputuskan untuk mengolah kembali bahan deskripsian naskah dalam bentuk Katalog yang ringkas dan padat, supaya dapat diedarkan secara luas di kalangan penggemar dan peneliti kebu- dayaan dan kesusastraan Jawa. Katalog ringkas ini berupa deskripsi naskah yang dibagi menurut jenis sastra- nya, Semuanya ada dua puluh tiga kelompok teks yang dipilah berdasarkan jenisnya. AGAMA HINDU-BALI. Ditandai dengan kode ‘AH’, berjumlah sekitar 60 naskah, Termasuk dalam kelompok ini adalah teks-teks yang bernafas agama Hindu, seperti purana, mantra, usada, tutur, upacara adat Bali, dan lain sebagainya. Keban- Kata Pengantar xv yakan teks ditulis di atas rontal dengan menggunakan aksara Bali dan berbahasa Bali, Jawa Kuna, atau Sansekerta. BAHASA. Ditandai dengan kode ‘BA’, jumlahnya ‘cukup banyak, mencapai 392 naskah. Teks-teks yang dimasukkan ke dalam kelompok ini mengenai bahasa dan kesusastraan Jawa, seperti: berbagai dialek bahasa, bausastra, dasanama, carakabasa, surasabasa, dan kata-kata pinjaman bahasa Belanda. Juga terdapat teks mengenai paramasastra, paribasan, wangsalan, candrasengkala, kridhaksara, dan lain sebagainya. CERITA HISTORIS. Ditandai dengan kode ‘CH’, jumlahnya sekitar 65 nas- kah. Termasuk dalam kelompok ini adalah teks sastra yang isinya menceritakan peristiwa sejarah, seperti: Serat Arok, Damarwulan, Jaka Pengasih, Pranacitra, Pustakaraja, dan lain sebagainya. CERITA ISLAM. Ditandai dengan kode ‘CI’, jumlah naskahnya cukup banyak, sekitar 138 buah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah teks sastra yang bemnafaskan keislaman, seperti: Ambiya, Semangun, Amad Mohamad, Dar- makanda, Yusup, Joharmanik, dan lain sebagainya. CERITA LAIN-LAIN. Ditandai dengan kode ‘CL’, jumlahnya sekitar 134 nas- kah. Dimasukkan dalam kelompok ini adalah teks-teks sastra yang isinya mengenai bermacam-macam cerita dongeng, atau cerita-cerita lain yang tak mudah dimasukkan dalam kategori-kategori lainnya. CERITA KEPAHLAWANAN. Ditandai dengan kode ‘CP’, jumlahnya sekitar 86 naskah. Kebanyakan teks yang dimasukkan dalam kelompok ini adalah teks-teks saduran cerita Ramayana dan Mahabharata yang digubah dalam bentuk tembang macapat. Selain itu juga teks-teks yang berisi cerita Panji. CERITA SANTRI LELANA. Ditandai dengan kode ‘CS’, jumlahnya lebih kurang 120 naskah. Tercakup dalam kelompok ini adalah teks-teks yang isinya menceritakan kisah pengembaraan seorang santri, di antaranya adalah Cabolek, Centhini, Jatiswara, dan lain sebagainya. CERITA TIONGHOA. Ditandai dengan kode ‘CT’, jumlahnya tidak terlalu banyak hanya sekitar 20 naskah. Teks-teks sastra yang isinya saduran cerita Cina dalam bahasa Jawa, bertembang macapat, yang dilakukan di kalangan orang-orang peranakan pada abad ke-19. Di antaranya adalah cerita Sik Kong, Sam Kok, dan lain sebagainya. CERITA WAYANG. Ditandai dengan kode ‘CW’, jumlahnya juga tidak terlalu banyak, hanya 27 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah teks sastra yang merupakan saduran dari pakem wayang yang digubah dalam bentuk tem- bang macapat. HUKUM. Ditandai dengan kode ‘HU’, jumlahnya sekitar 37 naskah. Termasuk dalam kelompok ini adalah teks-teks yang berisi tentang hukum perdata, peraturan, pengetan, pranatan, dan sebagainya. ISLAM. Ditandai dengan kode ‘IS’, jumlahnya tidak terlalu banyak hanya sekitar 10 naskah. Teks-teks yang dimasukkan dalam kelompok ini adalah teks yang berisi tentang doa-doa, tafsir al-Qur’an, figih, hadis, dan pelajaran tauhid. Umumnya teks.ditulis dengan aksara Arab atau Pegon dan banyak menggunakan bahasa Arab. xvi Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia KERIS DAN KAGUNAN -WARNI-WARNI. Ditandai dengan kode ‘KR’, jumlahnya sekitar 47 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah teks yang isinya bukan teks sastra melainkan pedoman pengetahuan mengenai ber- macam-macam seni, seperti masalah keris, bathik, dan sebagainya. LAIN-LAIN. Ditandai dengan kode ‘LL’, jumlahnya 144 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah teks yang tidak dapat dimasukkan dalam kelompok yang ada, Di antaranya adalah layang campur bawur, daftar lontar, buku album, dan sebagainya. LEGENDA SETEMPAT. Ditandai dengan kode ‘LS’, jumlahnya 97 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah teks yang menceritakan legenda daerah tertentu. PRIMBON. Ditandai dengan kode ‘PR’, jumlahnya 169 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah segala macam teks mengenai keberuntun- gan, hari baik dan buruk berdasarkan perhitungan ilmu tradisional Jawa. PIWULANG, SULUK, DSB. Ditandai dengan kode ‘PW’, jumlahnya 205 nas- kah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok umumnya mengenai ajaran dari orang ‘suci atau saleh. Teks-teks su/uk juga dimasukkan ke dalam kelompok ini karena inti- nya juga mengenai ajaran. Hampir semua naskah dalam kelompok ini memuat lebih dari satu teks. SEJARAH. Ditandai denan kode ‘SJ’, jumlahnya cukup banyak, sekitar 288 naskah. Termasuk dalam kelompok ini adalah segala macam babad yang isinya menceritakan peristiwa sejarah suatu daerah atau tokoh legendaris. SILSILAH. Ditandai dengan kode ‘SL’, jumlahnya tidak terlalu banyak, hanya sekitar 22 naskah. Meskipun teks sejarah juga banyak yang mengandung silsilah na- mun yang dimasukkan dalam kelompok ini hanya teks-teks yang secara eksplisit memaparkan silsilah. SENI SUARA. Ditandai dengan kode ‘SS’, jumlahnya sekitar 29 naskah. Ter- masuk dalam kelompok ini adalah berbagai teks mengenai notasi gendhing Jawa, dan berbagai catatan mengenai musik gamelan dan sindhenan. SENI TARI. Ditandai dengan kode ‘ST’, jumlahnya sekitar 20 naskah. Teks-teks yang tergabung dalam kelompok ini adalah teks tentang seni tari Jawa, seperti tari bedhaya dan srimpi, langendriyan gaya Yogyakarta, tayuban, dan seba- gainya. UPACARA DAN ADAT-ISTIADAT KERATON. Ditandai dengan kode ‘UK’, jumlahnya sekitar 24 naskah. Termasuk dalam kelompok ini adalah teks-teks yang berisi masalah upacara dan perlengkapannya serta tata cara adat dan sopan santun yang berlaku dalam lingkungan keraton Jawa. UPACARA DAN ADAT-ISTIADAT RAKYAT. Ditandai dengan kode ‘UR’, jumlahnya sekitar 111 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini adalah teks-teks yang isinya menganai berbagai upacara adat yang berlaku di lingkungan rakyat, seperti tata cara pernikahan, upacara ruwatan, dan lain sebagainya. WAYANG. Ditandai dengan kode ‘WY’, jumlahnya 149 naskah. Teks-teks yang termasuk dalam kelompok ini kebanyakan ditulis dalam prosa dan berisi pakem wayang untuk lakon-lakon wayang purwa, gedhog, menak, golek, dan sebagainya. Kata Pengantar xvii Selain itu, juga mencakup teks-teks lain yang masih berkaitan dengan masalah way- ang, seperti sejarah terjadinya blencong, ruwat, dan sebagainya. Untuk setiap naskah yang dideskripsikan, katalog memuat informasi sebagi berikut: 1. Kode Proyek, umpamanya FSU/PW.5. FSUI berarti Fakultas Sastra Universitas Indonesia, PW merupakan kode untuk naskah dalam kelompok Piwulang, dan 5 adalah nomor urutnya. Judul, Judul umum yang sebagian diambil langsung dari teks, tetapi sebagian lagi yang distandarkan atau ditentukan oleh penyunting. Misalnya, naskah yang berisi berbagai macam teks diberi judul deskriptif, seperti Suluk Warni-warni. Nomor Koleksi, yaitu ciri nomor naskah asli sebelum diproses oleh proyek. Con- tohnya NR 319, yakni naskah yang berasal dari koleksi Pigeaud seri baru, nomor 319. Bahasa. Misalnya bahasa Jawa, Jawa Kuna, Bali, Bugis, Sunda, Arab, Melayu, Madura, Sansekerta, Inggris, dan Belanda. Aksara, Disebutkan aksaranya Jawa, Bali, Arab, pégon, atau Latin. Bentuk. Biasanya disebutkan macapat, tembang gedhé, titilaras, kamus, atau prosa. Nomor Rol dan Nomor Urut, Setiap naskah yang dipotret dapat dibaca rekaman mikrofilmnya pada rol yang disebutkan. Jumlah Halaman. Disebutkan jumlah halaman naskah yang bertulisan dan dimik- rofilm. Jumlah Baris per halaman, Disebutkan jumlah rata-rata baris yang terdapat da- Jam satu halaman naskah, 10. Ukuran Naskab, Yang dimaksud dengan ukuran naskah di sini adalah ukuran halaman naskah dengan perhitungan panjang kali lebar dalam centimeter. 1, Baban Naskah. Biasanya disebutkan bahan alas naskahnya dari kertas Eropa, HVS, dluwang, kertas bergaris, buku tulis, atau lontar. Pada katalog ini juga terdapat beberapa tanda khusus, seperti: 1. Rol --, berarti: naskah belum/tidak dimikrofilm atau naskahnya hilang. 2, (2), berarti: karena naskah hilang bentuk penyajian teks tidak diketahui. 3. Kode dalam kurung kotak [ ] pada akhir keterangan bibliografis naskah yang dideskripsikan menunjukkan nomor kode nama penyusun dari para pe- serta Proyek Katalogisasi dan Mikrofilm Fakultas Sastra Universitas Indone- sia. Terkadang lebih dari satu angka dicatat dalam kurung tersebut, karena deskripsi merupakan hasil garapan beberapa orang. Nama Penyusun dapat dilihat pada nomor urut Tim Penyusun. Untuk setiap naskah, informasi tersebut disajikan dalam bentuk sebagai berikut: Kode No. Him, JUDUL NASKAH Bahasa Aksara Bentuk Rol Mikrofilm Baris/him Ukuran Bahan naskah xviii Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Di bawah ini adalah salah satu contoh keterangan bibliografis dari naskah FSUL/PW 5. PW5 SERAT BODAGUTAMA NR 319 Bhs Jawa Aks Jawa Prosa Rol 207.05 197hIm 18 baris/alm 20,7x 17 Kertas Eropa,HVS Teks berisi ajaran agama Buddha, diawali dengan uraian tentang Sidharta Gotama, seorang putra raja di India. Dasar-dasar keimanan di dalam ajaran itu juga diuraikan, dilanjutkan dengan berbagai pertanyaan seputar ajaran agama Buddha dan penjela- sannya oleh Sidharta Gotama. Keterangan terinci tentang bagian-bagian isi teks tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kawruh marganing luwar saking sangsara (b.83); 2. Kawruhaning Nir- wana (h.88); 3. Kawontenan bab tumitah molih (b.92); 4. Kawontenan tumimbal lahir (h.92); 5. Katerangan bab sinambut bab Tanha (h.93), 6. Bab nitis tuwin tu- mimbal lahir (b.97). Naskah dibeli Pigeaud dari R. Gandasutarya di Durjaputran, pada tanggal 18 Juni 1938 (h.iii). Mandrasastra membuat ringkasannya pada Oktober 1938. Keteran- gan lebih lanjut, lihat Girardet no. 12500,12505,32510,32570. [11,28] Proyek ini tidak akan selesai tanpa bantuan Sdr. Budiyono (operator kamera), Drs. Artikno (Kepala Pemotretan Perpustakaan Nasional RI, Jakarta), Ibu Sayangbati Dengah (Kepala Pusat Jasa Perpustakaan Nasional RI, Jakarta), Prof. Dr. Achadiati Ikram (Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia), Prof. Dr. Edi Sedyawati (Kepala Proyek), Mr. Alan Feinstein dan Dr. Jennifer Lindsay (Ford Foundation), dan Dr. Henri Chambert-Loir (EFEO) yang pada saat terakhir membantu penerbitan katalog ini. Kami sadar, katalog ini tidak akan terwujud tanpa kerjasama yang baik dan lancar antara segenap anggota Tim Proyek dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih. TE, Behrend (Auckland) Titik Pudjiastuti (Jakarta) DESKRIPSI NASKAH Gbr. 1. Serat Jaka Mursidik, C127, h.1; cap pemilik naskah bemama ‘R. Rio Projodirdjo"; bentuk cap menyerupai wadana bermotifkan bunga, suluran dedaunan, gambar batik ‘sawat’ (sayap garuda), dan lain-lain yang mungkin ada hubungan dengan silsilah Projodirdjo, Deskripsi naskah lihat h.157. Bahan dengan hak oipta AH Deskripsi Naskah-naskah Agama Hindu Bali AH.1 ADI PURANA LT 55 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 66.01 139 him 4 baris/him 49,5 x 3,5 Lontar Teks Adi Purana, diawali dengan uraian tentang terciptanya dunia dan segala isinya, dilanjutkan dengan uraian tentang sakta-sakta, antara lain Sakta Bratitah berisi tentang aturan tapa brata, yang meliputi tiga tingkatan yakni nista, madya, utama. Diceritakan pula mengenai Prabu Wismanagara, yang memerintah dengan didampingi oleh seorang Dang Acarya (pendeta suci atau guru agama). Teks berakhir dengan percakapan antara seorang pendeta (Mahayati) dengan Prabu Wismanagara, mengenai keturunan Bhagawan Wresabha Dwaja di kerajaan Purwa Negara yang berputra empat orang, yakni Prabu Kertanegara, Dewi Giri Krti, Prabu Giri Ratnaka, Dewi Asrama serta keturunannya. Pada h.la terdapat catatan berbunyi, ‘Adi Purana, 1 G. Djlantik (1) 1901, kancarad kta, ring Singaraja’. Sedangkan data yang tertera pada halaman terakhir menyatakan bahwa teks ini selesai ditulis pada hari Kamis Pahing, Wuku Uye, Sasih Kasa, 1824 Saka. Berdasarkan data tersebut kemungkinan naskah ini disalin (dipra- karsai?) oleh I G. Djlantik pada tahun 1901, di Singaraja, Bali. Pada halaman yang sama, terdapat pula sebuah catatan tambahan menyatakan bahwa naskah ini pernah dibaca oleh A.A. Gde Djlantik, tanggal 7 Juni 1968, malam hari pukul 8.45 (20.45), saat hujan lebat. Kemudian pada tanggal 7 Desember 1971 naskah ini telah dibukukan oleh G.D. (Gusti Djlantik ?), namun tidak disebutkan huruf dan bahasa yang dipakai di dalamnya edisi tersebut. [9,23] AH.2 AGAMA LT219 Bhs Jawa Kuna Aks Balt Prosa Rol 9.01 131 Alm 4 baris/him 47X35 Lontar 4 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Teks Jawa Kuna ini berjudul Agama. Isinya uraian mengenai beberapa aspek teolog dan etika dalam ajaran agama Hindu, terutama sebutan dewa-dewa, sikap pujaan dat kelakuan yang baik atau buruk. Dalam lontar ini terdapat cuplikan-cuplikan singka yang terdapat di luar garis panduan di bagian kanan /empir lontar, yang beberapi telah diikat dengan benang untuk menghindari kerusakan. Untuk naskah-naskah lair yang isinya sejenis, lihat lontar Kirtya 971 dan 971a di Singaraj Informasi penulisan naskah ini tidak ditemukan, namun dilihat dari bentuk dar bunyi kolofon (h.66a) rupanya naskah ini (seperti kebanyakan rontal di FSUI) disalin (diprakarsai?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1897 di Singaraja. [23] AH.3 AJI PENGUKIRAN; AJl BATUR KALAWASAN £1 200 Bhs Jawa Kuna,Bali Aks Bali Prosa,Mcpt ‘Rol 9.02 118 him 4 baris/him 31,5x3,5 Lontar Lontar Bali ini memuat dua judul, yaitu Aji Pengukiran dan Aji Batur Kalawasan. Aji Pengukiran (h.1-33a) berbentuk prosa, dalam bahasa Jawa Kuna, isinya mengenai badan manusia sebagai pencerminan kosmos kedewaan. Teks Aji Batur Kalawasan (h.33b-59a), dalam bahasa Bali dan bentuk macapat, bersi uraian tentang syarat-syarat hidup yang baik untuk mencapai umur panjang. Teksnya hanya satu pupuh dalam tembang pucung; gatra pertama berbunyi ‘sami mantuk, sakéng Gunung Kawi iku.’ Untuk teks-teks lain dengan judul Aji Pengukiran, lihat LOr 11.165 dan aslinya, Kirtya 593. Teks ini belum tentu sama dengan FSUI/AH.1, karena menurut Pigeaud, versi itu berbentuk tembang tengahan (Pigeaud 1970:111): [23] AH.4 AJI BHASITA KRAMA LT 136 Bhs Jawa Kuna,Bali Aks Bali Prosa Rol ---- ? him ? baris/him _ _ Naskah yang dulu pernah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. Bandingkan FSUV/AH.5 untuk teks Aji Bhasita Krama lainnya. (3] AHS AJI PURWA BHASITA KRAMA LT 180 Bhs Jawa Kuna,Bali Aks Bali Prosa Rol 47.01 36 him 4 baris/him 39x 3,5 Lontar Lontar Bali ini memuat teks Aji Purwa Bhasita Krama, yaitu ilmu tentang bahasa. Berisi uraian mengenai tata cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari sesuai dengan tingkat sosial masyarakat Bali. Informasi mengenai penulisan teks maupun penyalinannya tidak ditemukan secara jelas. [23] Agama Hindu-Bali 5 AH.G AJNANA SIDDHANTA LT 54 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol --- ? him ? baris/hlm - _ Lontar Naskah yang dulu pemnah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. Bandingkan dengan FSUI/AH. 15-16. [3] AH? ASTAKA MANTRA; SAPTA ATMA LT 201 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 47.02 17 him 4 baris/hlm 49,523,5 Lontar Lontar Bali ini memuat dua teks, yaitu Astaka Mantra dan Sapta Atma. Astaka Mantra berisi uraian tentang nama-nama mantra yang dapat dipakai sebagai penjaga diri dari bahaya ilmu hitam. Sedangkan Sapta Atma berisi uraian mengenai nama dan letak atma di dalam tubuh manusia. Lontar ini agaknya disalin oleh dua orang, karena gaya huruf dan teknik penulisan kedua teks ini berbeda. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofonnya (h.7a), naskah diprakarsai (juga disalin?) oleh I Gusti Putu Djlantik pada tahun 1901 di Singaraja, Bali. [23] AHS BRAHMANDA PURANA LT 157 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 47.03 161 him 4 baris/hlm 62,535 Lontar Teks Brahmanda Purana ini dimulai dengan uraian keberhasilan Raja Disimakresna memegang tampuk pemerintahan. Rakyat dan raja-raja di sekitarnya tunduk dan taat pada perintahnya, keadaan kerajaan sangat tentram dan aman. Teks diakhiri dengan uraian keutamaan tapa dan semadi seorang maharesi. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Bandingkan Kirtya 678 dan LOr 9404 (Pigeaud 1968: 931). Menurut kolofonnya (h.81a), naskah disalin (atau diprakarsai) oleh I Gusti Putu Djlantik pada tahun 1910 di Singaraja, Bali. [23] AHS CANDA PINGGALA LT 222 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 47.04 184 him 4 baris/hlm 42x35 Lontar Lontar Bali, berjudul Canda Pinggala ini berisi uraian tentang warga aksara Bali yang harus dipegang sebagai pedoman oleh para raja dan brahmana di tengah-tengah masyarakat. Dilanjutkan dengan cerita tantri, mengenai peperangan singa dengan lembu yang sama-sama mati karena kelicikan dan adu domba si anjing yang bernama 6 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Sambada. Informasi penulisan teks’ tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofonnya (h.92b), naskah disalin (atau diprakarsai?) oleh I Gusti Putu Djlantik pada tahun 1895 di Singaraja, Bali. [23] AH.10 CATURDASA SIWA LT 54 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol -— ? him ? baris/him _ Lontar Naskah yang dulu pemnah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. Bandingkan naskah FSUI/AH.11 untuk judul teks yang sama. (3] AH.11 CATURDASA SIWA LT 179 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 47.05 49 him 4 baris/him 45,5235 Lontar Teks Caturdasa Siwa ini berisi uraian tentang ajaran kebenaran yang patut ditaati dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh manusia agar dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam kehidupan. Halaman nomor 1a tidak dihitamkan, baru diberi bentuk, namun masih dapat terbaca, isinya melukiskan tentang kebenaran sejati yang diraih oleh seseorang penganut dharma. Disinggung pula tentang pencerminan atau tempat bersetananya para dewa di dalam tubuh manusia. Rupanya h.la ini bukan lanjutan dari teks pokok, walaupun isinya hampir seirama (yaitu sama-sama meraih kebenaran). Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. Kiranya naskah ini belum selesai dan ceritanya pun nampak terpotong-potong, lempirnya banyak yang hilang, terutama lempir terakhir yang merupakan lempir penutup cerita tersebut. [23] AH.12 DHARMASRAMA LT 209 Bhs Jawa Kuna,Bali Aks Bali Prosa Rol 47.06 15 him 3 baris/hlm 43,5 23,5 Lontar Naskah berbentuk embat-embatan ini memuat teks Dharmasrama. Isinya uraian tentang kewajiban seseorang dalam menjalankan fase-fase yang terdapat dalam catur asrama, ialah brahmacari, grehasta, wanaprasta, dan biksuka, ‘Ada keistimewaan pada naskah ini, yaitu semua’semua /empir terdiri dari tiga, baris pertama dan ketiga kata-katanya ditulis jarang-jarang dengan jarak tertentu. di antaranya, yang diatur sedemikian rupa sehingga membentuk posisi yang semetris. Bagian tengah naskah ini tidak diberi lubang, lidi-lidinya tidak dibuang, sehingga setiap halaman seolah-olah terdiri dari dua /empir. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas [23] ‘Agama Hindu-Bali 7 AH.13 EKADASA RUDRA LT 152 Bhs Bali Aks Bali Prosa Rol 47.07 16 him 4 baris/him S3x3,5 Lontar Teks Ekadasa Rudra, menguraikan tentang segala upakara (alat) yang dipakai dalam tawur (pecaruan) Ekadasa Rudra menurut stana (tempatnya) masing-masing yang disesuaikan dengan semua arah penjuru mata angin atau pangider-ider buwana. Beberapa lempir naskah ini tidak ditulisi secara penuh, tetapi tidak mempengaruhi isi teks, Lempir terakhir terdapat semacam skema arah penjuru mata angin, dilengkapi nama-nama binatang yang dipakai dalam upacara tersebut. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan. [23] AH.14 GURU UPADESA LT 139 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 66.02 21 him 4 baris/him 45x3 Lontar Teks Guru Upadesa, diawali dengan uraian tentang dharma stuti, yakni awal mula serta tata cara persembahyangan. Dijelaskan bahwa persembahyangan dalam agama Hindu berasal dari intisari Sanghyang Weda. Disinggung juga tentang ajaran guna yang ada dalam diri sendiri atau pengenalan hakekat diri, sebagai dasar untuk memahami Sanghyang Aji (pengetahuan) demi ketentraman lahir batin (sekala niskala) yang tidak bisa terlepas dari Guru Upadesa. Dilanjutkan dengan keterangan panca mahabuta (pretiwi, apah, teja, bayu, akasa), yang patut disembah terutama saat bercampur dengan alam semesta (bhuwana agung) sesuai dengan arah persembahyangan. Teks berakhir dengan bagan, simbol serta keterangan ketika panca mahabuta menunggal dengan bumi atau jagat raya. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. Sampul rontal pada naskah ini semula mungkin terdiri dari dua lempir, tetapi kemudian terpisah karena kancingnya lepas berkarat, kini karatannya merambat ke awal dan akhir teks. [9,23] AH.15, JNANASIDDHANTA LT 263 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 47.08 thim ¢ baris/him 54x3,5 Lontar Teks Jiianasiddhanta, menguraikan tentang ajaran suci Sanghyang Siddhanta oleh Dewa Siwa kepada putranya Sang Kumara. Ajaran suci yang dimaksud adalah ajaran tentang kerohanian, kesusilaan dan ajaran jika telah berstatus sebagai seorang ayah, yang seyogyanya dapat memberikan nasehat-nasehat yang bersifat mendidik. Naskah ini hampir sama dengan teks yang disajikan dalam karya Haryati Soebadio yang berjudul Jianasiddhanta (1971:260) baik mengenai alih aksara maupun isi yang 8 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia terkandung di dalamnya. Hanya saja pada awal teks terdapat sedikit perbedaan. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] AH.16 SIDDHANTA SASTRA LT 52 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 66.03 13him 4 baris/hlm 56,5x3,5 Lontar Teks Siddhanta Sastra ini berisikan ajaran-ajaran kediatmikan (kerohanian), seperti ajaran kamoksan (tentang kematian) yang seyogyanya dipahami oleh para pendeta (sulinggih), karena beliau satu-satunya purohita di dalam segala bentuk yadnya (korban). Disebutkan juga nama-nama dewa beserta sfananya masing-masing sesuai dengan arah penjuru mata angin, dan peranan Dewa Kumara sebagai penjaga bayi yang baru lahir. Diungkapkan juga tentang keutamaan serta kesulitan dari ajaran Sanghyang Aji Sidanta, yang harus didasari dengan ketulusan hati dan kesucian batin dalam mempelajarinya. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] AH.17 KALA BERAWA LT 214 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 66.04 40 him 4 baris/him 29,5x3,5 Lontar Naskah ini berisi tentang mantra-mantra Kala Berawa, Dharma Sunia, Aswa Candha Marana, Wisnu Murti, Penolak Baya, Pelebur Mala, Penulak Lara, Tatwa Pangastawa, Sastra Sarira, dan Pangidep Ati. Disinggung juga keterangan tentang pematuh atau pengasih, disertai rerajahan, sarana dan mantranya. (Lihat Gbr. 2, h.9.) Teks ini agaknya tidak lengkap, karena menurut keterangan yang terdapat pada punggung penakep disebutkan ada empat judul, lengkap dengan jumlah /empirnya yaitu; Kala Berawa (1-8), Tatwa Pangastawa (2-10), Sastra Sarira (1-44), dan Pengidep Ati (1-7). Namun yang termuat dalam teks, terutama Sastra Sarira, hanya beberapa /empir. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas, tetapi pada h.8b terdapat keterangan, ‘druwen Ida I Gusti Putu Jlantik, ring Singaraja, 1905* serta keterangan yang memuat nama I G. Djlantik (t.t) 1905, pada beberapa bagian teks (lih. Gbr.3, h.11). Berdasarkan data ini, naskah mungkin disalin (diprakarsai?) oleh I Gusti Putu Jlantik di Singaraja Bali, tahun 1905. [23] AH.18 KANDANING NAGARA RING SARIRA LT 141 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 47.09 6him 4 baris/hlm 53x35 Lontar Agama Hindu-Bali 9 Teks Kandaning Nagara ring Sarira, menguraikan pencerminan dewa-dewa di dalam tubuh manusia atau pencerminan bhuwana agung ke dalam bhuwana alit. Bandingkan naskah LOr 9563 dan Kirtya 996. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ada. [23] AH.19. KATUTURAN SANGHYANG AGASTYAPRANA LT 59 Bhs Bali ‘Aks Bali Prosa Rol --- ? him ? baris/him _ Lontar Naskah yang dulu pernah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. AH.20 KRAMANING SEMBAH LT 182 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 48.01 13 him 4 baris/hlm 39x35 Lontar Teks Kramaning Sembah, menguraikan tentang aturan-aturan sembah yang harus dilakukan oleh keturunan Brahmana terhadap ibunya yang berasal dari cafur wangsa, yakni Brahmana, Kesatria, Wesya, dan Sudra. Disinggung pula tentang penyucian diri yang harus dilakukan oleh seorang wiku, jika ditimpa suatu cendala. Upacara ini bernama prayascita, Bandingkan naskah LOr 10.188 dan Kirtya 2223. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ada. [23] AH.21 KUNJARAKARNA LT 184 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa ?) Rol ----- ? him ? baris/him ” Lontar Naskah yang dulu pemah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. Gbr. 2. Kala Berawa, AH.17, b.8; gambar sapi yang dipakai dalam meramal. (Naskah rontal, Singaraja, 1905). Deskripsi naskah lihat h.8, 10 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia AH.22 KURANTA BOLONG LT 169 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 48.02 37 him 4 baris/him 45x35 Lontar Teks kuranta bolong, berisi uraian tentang kanda lima, kanda pat, kanda telu, dan kanda tunggal. Diuraikan juga tentang nama dewa-dewa, aksara suci, dan tempatnya masing-masing di dalam badan manusia. Bandingkan naskah LOr 9788 dan Kirtya 1440. Informasi penulisan teks dan penyalinan naskah ini tidak dijumpai dalam naskah. [23] AH.23 KUSUMA DEWA LT 238 Bhs Bali Aks Bali Prosa Rol 48.03 264 him 4 baris/him 33x35 Lontar Teks Kusuma Dewa, menguraikan tentang cara-cara sembahyang kepada para dewa, yang disertai dengan mantra-mantra pangastawan. Disinggung pula tentang pecaruan beserta mantranya, senjata-senjata para dewa, dasaksara, beberapa rerajahan, serta cara menjadikan bumi terang benderang (nerang) yang dilengkapi dengan sarana dan mantranya. Bandingkan LOr 10.024, LOr 11.322, dan Kirtya 1920. Kolofon belakang menyebutkan nama I Gusti ‘Putu Jlantik; penyalinan naskah ini diperkirakan sekitar tahun 1900, di Singaraja. [23] AH.24 LOKANATA ASTAKAMANTRA LT 203 Bhs Jawa Kuna,Skt_—_ Aks Bali Prosa Rol 48.04 42 him 1 baris/him 42,5%3,5 Lontar Teks Lokanata Astakamantra ini berisi uraian tentang ajaran tri loka wijaya, mantra-mantra pangastawa, padewa srayan, astaka mantra, wisnu panjara, dan Sanghyang Lokanata yang sangat utama. Bandingkan dengan naskah-naskah yang tersimpan di perpustakaan Leiden yang disebutkan di Pigeaud 1970:293 (index). Menurut kolofonnya (h.21b), naskah disalin (atau diprakarsai 2) oleh I Gusti Puru Jlantik pada tahun 1900 di Singaraja, Bali. Beberapa /empir dari naskah ini terdapat 2 lubang pada bagian tengahnya. Setiap /Jempir hanya berisi 1 baris yang ditulis pada bagian tengahnya. [23] AH.25 PANAWURAN SOT LT 183 Bhs Bali Aks Bali Prosa Rol 48.05 46 him 4 baris/hlm 46,523,5 Lontar Teks Panawuran Sot, menguraikan tentang upacara panawuran sot, yang di dalamnya menyangkut sarana-sarana yang dipakai, berbentuk sesajen lengkap yang siap dihaturkan ke hadapan para dewa, Dimulai dengan cara-cara melakukan upacara tersebut, disertai dengan mantra-mantra pengastawa. Besar kecilnya upacara ini Agama Hindu-Bali i tergantung dari apa yang pernah dikaulkan seseorang. Disinggung pula tentang upacara pajenukan dilengkapi dengan sarana-sarana yang dipakai. Bandingkan naskah LOr 9790 dan Kirtya 1442 untuk teks yang mirip. Pada h.4 terdapat sehelai benang merah putih yang dimasukkan pada lubang sisi kanan dan diikat. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Data tentang penyalinan naskah, terdapat pada catatan di h.12a yang menyebutkan bahwa naskah ini disalin oleh I Pacung, atas perintah Ida Pedanda Made Dawuh di Griya Buruan Sanur. Di h.23a disebutkan bahwa naskah ini milik I Gusti Putu Griya dari Buleleng. Berdasarkan informasi ini, mungkin naskah disalin oleh I Pacung di Griya Buruan Sanur, tetapi kemudian menjadi milik I Gusti Putu Griya di Buleleng. Sedangkan di h.la terdapat catatan tambahan yang (tulisan Latin dan Bali) menyebutkan ‘I.G. Jlantik (t.t.) 1893, Magang Kontrolir Buleleng’. [23] ein Gbr. 3. Kala Berawa, AH.17, b.8; naskah rontal (Singaraja, 1905),terlihat tanda tangan pemrakarsa penyalinan, bemiama I Gusti Putu Jlantik. Deskripsi naskah lihat h.8 AH.26 PAWILANGAN INDIK PUJAWALI RING KAHYANGAN PURA 5 BESAKIH LT 153 Bhs Bali Aks Bali Prosa Rol 60.01 99 him 4 baris/him 53x35 Lontar Pawilangan Indik Pujawali Ring Kahyangan Pura Besakih ini menguraikan tentang pera-turan ritual, pembagian amongan bagi delapan kabupaten di Bali, bentuk-bentuk sesajen dan sarana yang digunakan dalam rangka upacara pujawali di Pura Besakih. Disebutkan juga mengenai hari-hari upacara pujawali di pura-pura lainnya di lingkungan Pura Besakih, stana-stana Dewa Nawasanga, jenis-jenis pecaruan, pujawali Betara Turun Kabeh, dan pujawali pancawali krama di Pura Besakih. Beberapa halaman di margin kiri naskah ini memuat cuplikan-cuplikan singkat yang menyebutkan tentang pembangunan kahyangan, upacara pemelaspas, penjor galungan, dan nama Empu Kuturan. Lempir no. 20, 23, dan 28 tidak ditulisi secara penuh, karena adanya bintik-bintik putih pada daun ini sehingga tidak mungkin untuk ditulisi. Bintik-bintik putih ini muncul mungkin akibat daun lontarnya terlalu muda serta pengolahannya kurang baik sehingga serangga dapat merusaknya. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] 12 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia AH.27 PURWANA TATWA LT 137 Bhs Bali Aks Bali Prosa Rol 60.02 72 him 4 baris/him 53x35 Lontar Teks Purwana Tatwa, menguraikan tentang tata cara seorang pendeta, tingkah laku bagi wangsa Brahmana, yakni menyebarkan ajaran dharma atau kebenaran seperti yang termuat dalam sastra suci. Sebagai pengayom suatu ‘kerajaan jika ditimpa marabahaya dengan mengadakan upacara pujawali. Disinggung pula tentang tata cara wangsa kesdtria, wesya dan sudra untuk menjalankan ajaran dharma serta bakti terhadap Ida Sanghyang Widi. Lempir nomor 1 terdiri dari 3 lempir dikancing dengan besi yang telah lepas karena berkarat sehingga /empir tersebut menjadi rusak dan lapuk, dan merambat ke lempir nomor 2. Begitu juga bagian akhir-naskah ini yang terdiri dari 3 lempir kosong yang mengalami musibah sama dengan /empir nomor 1 dan telah merusak lempir ke-36. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. 23] AH.28 PUTRU KALEPASAN LT 211 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 60.03 21 him 4 baris/hlm 45x35 Lontar Teks Agama Hindu yang memuat judul Putru Kalepasan, menguraikan naschat pendeta utama yang telah lanjut usia, perincian isi sesajen serta lambang-lambang yang terkandung di dalamnya untuk upacara ngarorasin (bayi berumur 12 hari). Disinggung pula jenis-jenis meru (stana para dewa). Informasi penulisan teks asli tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofonnya (h.11a), naskah disalin (atau diprakarsai?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1897 di Singaraja, Bali. [23] AH.29 PUTRU KALEPASAN 17213 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 60.04 7 him 4 baris/him 49,5 23,5 Lontar Putru Kalepasan, menguraikan ajaran suci yang disampaikan Bagawan Nanggastya kepada putranya yang telah menjadi seorang pendeta, tentang asal mula iri bhuwana, yakni bhur, bhwah, swah, serta asal mula adanya brahmanda. Pada h.la dan 5b, huruf belum dihitamkan, hanya diberi bentuk sehingga agak sulit dibaca. Khusus di h.1a terdapat catatan tambahan (tulisan Latin dan Bali) yang -menyebutkan ‘/.G. Jlantik (1.t,) 1899, kancarad kreta, ring Singaraja.’ Informasi penulisan teks asli tidak ditemukan. Menurut kolofon (h.Sb), naskah disalin (atau diprakarsai?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1899 di Singaraja,. (23) Agama Hindu-Bali 13 AH.30 TUTUR DANGDANG BANGBUNGALAN LT 258 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 60.05 26 him 4 baris/him 49.23,5 Lontar Tutur Dangdang Bangbungalan, berisi percakapan antara Rsi Jfiana dengan putranya Sang Saptati, tentang ajaran kerohanian yang meliputi tingkah laku kependetaan, pencerminan makrokosmos terhadap mikrokosmos. Disinggung pula cerita Sang Aji Saka yang sangat terkenal ilmunya. Informasi penulisan teks asli tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofon (h.14a) naskah disalin oleh Ida Agung Gde Rai pada tahun Saka 1894 (1972) di Tingas Mambal Badung, Bali. [23] AH.31 RUDRA KAWASA LT 206 Bhs Sanskerta Aks Bali Prosa Rol 60.06 18 him 4 baris/hlm 36,5x4 Lontar Rudra Kawasa, berisi mantra maupun sloka saat berkuasanya Sanghyang Rudra di Sorga. Disebutkan juga cerita tentang Brahma Kawasa, Wisnu Panjara, Rama Kawasa, dan Spatika Tanwya ring Dradaya, Bandingkan naskah LOr 9865 dan Kirtya 1600. Beberapa halaman pada sisi kiri naskah ini berisi cuplikan-cuplikan singkat yang menyebutkan tentang Brahma Murti, Brahma Kawasa, Wisnu Panjara, Nara Singa Yuda, dan Rama Kawasa. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] AH.32 SAHANANING SARIRANTA LT 197 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 60.07 38 him 4 baris/hlm 49435 Lontar Sahananing Sariranta, menguraikan segala sesuatu yang terdapat di datam tubuh manusia termasuk bagian-bagian tubuh serta namanya masing-masing. Disebutkan pula tentang kendala-kendala dalam tubuh manusia, segala yang mengganggu dalam setiap langkah manusia, keutamaan yoga serta bahasa Ekalawya yang diungkapkan secara terperinci. Tidak ditemukan informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini. [23] AH.33 SANGHYANG AJI SARASWATI LT 173 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 60.08 89 him 4 baris/him 38x3,5 Lontar Sanghyang Aji Saraswati, diawali dengan cerita bhuwana mabah atau saat 14 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia terciptanya dunia dengan segala isinya sampai dengan adanya aksara Bali, yakni wrehasta, swalalita, dan modre. Dilanjutkan dengan mantra-mantra sehubungan dengan Sanghyang Aji Saraswati, seperti mantra saat: mulai menulis, mematikan huruf, membaca, memahami isi bacaan, membakar atau merobek naskah, dan Wéda Saraswati beserta sarananya. Disinggung pula tentang wewaran, pawukon, dasaksara, nama dewa-dewa serta stana dan wahananya masing-masing. Bandingkan naskah LOr 10.225 dan Kirtya 2289. Penomoran /empir 1-16 ditulis pada sisi a dan b. Sisi atas dan bawah beberapa lempir tidak rata sehingga tampak kurang rapi. Beberapa lempir dari belakang terdapat bentuk-bentuk rerajahan dari aksara Bali tergolong wrehasta, swalalita, dan modre. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan. secara jelas. [23] AH.34 SANGHYANG LOKANATHA LT 149 Bhs Jawa Kuna Aks Bali -_ Rol --- ? him ? baris/him _ Lontar Naskah ini pernah dimiliki oleh Fakultas Sastra Universitas Indonesia tetapi kini tidak ditemukan lagi dalam koleksi naskah FSUI. AH.35 SANGHYANG RATNA UPADESA LT 135 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 60.09 18 him 4 baris/hlm 53x35 Lontar Teks Agama Hindu yang memuat judul Sanghyang Ratna Upadesa, merupakan ajaran kesuksman yang paling utama dan sangat baik dipakai oleh para wiku yang mendalami ilmu kediatmikan. Disebutkan bahwa ajaran Sanghyang Ratna Upadesa memuat ajaran Sanghyang Tiga Jfiana Suksma yang terdiri dari Hyang Bapa dan Hyang Ibu beserta raganya yang menunggal berupa Sanghyang Upadesa Jiiana. Disinggung pula tentang mantra-mantra dan rerajahan yang berhubungan dengan ajaran tersebut. Bandingkan naskah LOr 10.057 dan Kirtya 1983. Pada sampul depan dan /empir yang paling belakang terdapat warna hitam berbentuk bulatan, mungkin bagian ini pernah kena tetesan minyak secara tidak sengaja sehingga menghitam, berkarat, dan merusak huruf yang tertinggal. Tidak ditemukan informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini. [23] AH.36 SANGHYANG SRI ATMABUDDHA LT 38 Bhs Jawa Kuna Aks Bali _ Rol -—~ ? him ? baris/him _ Lontar Naskah ini pernah dimiliki oleh Fakultas Sastra Universitas Indonesia, tetapi kini tidak ditemukan lagi dalam koleksi naskah FSUI. Agama Hindu-Bali 15 AH.37 SARAKUSUMA LT 190 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Kakawin Rol 60.10 127-him 4 baris/him 36x35 Lontar Teks Agama Hindu yang berjudul Sarakusuma, menguraikan keadaan seorang Brahmana yang sangat terkenal ilmunya dan telah menguasai Wéda Sarakusuma, Beliau tak pernah mengenal rasa duka di hatinya. Hal ini berkat keluhuran budi, kesucian batin, dan keutamaan ilmu yang ditekuni. Beliau senantiasa berbuat kebajikan untuk ketentraman dan kemakmuran dunia..Bandingkan naskah Kirtya 926. Beberapa /empir pada bagian tengah naskah ini terdapat warna hitam (bukan tinta) di sela-sela baris /Jempir, namun tidak mengganggu bentuk-bentuk huruf di sekitarnya. Warna hitam ini muncul mungkin karena pengolahan bahan yang kurang baik atau memang rontalnya mengandung warna sepertj itu, atau mungkin juga kena getah sehingga sulit untuk dibersihkan saat pengolahan bahan. Naskah ini tidak menyebutkan nama metrum secara jelas, namun dapat diketahui dari jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap baris, dan jumlgh guru lagu yang dipakai. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] AH.38 SASAYUT 17231 Bhs Jawa Kuna,Bali _Aks Bali Prosa Rol 60.11 185 him 4 baris/him “47,5x3,5 Lontar Kropak ini memuat teks agama Hindu berjudul Sasaywt, yang menguraikan jenis-jenis sasayut seperti: sasayut kuat anut weton, sasayut sungsung baru, sasayut pekarangan, sasayut sida purna, sasayut jaga satru, sasayut dirga yusa, dan lain-lainnya. Dilengkapi dengan sarana-sarana yang dipakai, cara dan waktu pelak- sanaan, serta mantra-mantra yang digunakan sehubungan dengan upacara tersebut. Disinggung pula tentang caru panca wara, prayascita, sesajen keris, disertai juga dengan sarana-sarana dan mantra-mantra yang dipakai. Bandingkan naskah LOr 9367 dan Kirtya 587. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofon (h.93b), naskah disalin (atau diprakarsai?) oleh Ida I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1897 di Singaraja, Bali. Dalam naskah ini terdapat 2 macam gaya huruf, sebagian miring dan sebagian tegak. Namun ada persamaan dalam segi bentuk dan coraknya. [23] AH.39 JANANTAKA dil. LT 185-187 Bhs Jawa Kuna,Bali _Aks Bali Prosa Rol 60.12 him 4 baris/him 43,4 x 3,3 Lontar Naskah terdiri atas tiga teks yang berbeda, yaitu (a) Jananiaka, (b) Wéda Rsi Ghana dan (c) Sasayut Paneteg Tuuh, Sekalipun berupa satu cakepan yang disalin oleh satu tangan, ketiga teks ini semula diberi kode identifikasi yang berbeda-beda (LT 185, 16 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia 186 dan 187). Keterangan isi selengkapnya sebagai berikut: Teks Janantaka diawali dengan uraian tentang gring (sakit) yang menimpa rakyat secara mengganas. Dimulai dari jenis-jenis gring yang menimpa golongan masyarakat kelas bawah, menengah, sampai pada masyarakat kelas utama. Dilanjutkan dengan Dewasa Tri Wikrama, yakni uraian tentang Guruning Sasih sebagai langkah awal dalam memilih dewasa baik dan buruk berdasarkan Pasasanjan Tri Wara, yang dimulai dari wuku Sinta sampai Watugunung (sebanyak 30 wuku). Diuraikan juga tentang Pangunyaning Tri Wara yang meliputi baik buruknya dewasa untuk melakukan sesuatu pekerjaan, seperti Dewasa Rayur Wirya (dewasa untuk potong gigi: matatah); Dewasa Dewa Nglayang (dewasa untuk membangun Kahyangan Dewa, upacara bayi dan para pifra yang senantiasa berdasarkan sasih dan penanggalan); Dewasa Mreta Kunda Lini/Dewasa Tetanduran/Tri Mamula (tentang hari-hari baik untuk menanam segala sesuatu termasuk pengolahan tanahnya disertai mentra-mentra tertentu); dan Dewasa Catur Laba (tentang baik buruknya hari untuk bepergian). Disebutkan juga tentang dewasa buruk yang hendak dihindari karena diliputi oleh Kala Kundang Kasih, Kala Pundutan, Kala Dangastra, Kala Luwang, Kala Dangu, Kala Lekan, Kala Dasa Muka, Kala Rumpuh, dan lain-lainnya. Diakhiri dengan sebutan hari-hari baik dari ke-30 wuku dan Mitra Sasatru (dewasa dari segala dewasa). Disebutkan bahwa jika bertemu dengan dewasa di atas bagan akan menemui musuh, sedangkan jika bertemu dengan dewasa di bawah bagan adalah sangat baik karena bertemu dengan teman atau mitra (lihat h.16b). Untuk naskah lain dengan judul Janantaka, lihat LOr 9276 Gor. 4. Serat Jaka Semangun, C1.38, h.40. Deskripsi naskah lihat h.162. Agama Hindu-Bali 17 dan aslinya, Kirtya 367. Teks ini belum tentu sama dengan FSUI/CL.52. Teks kedua adalah tulisan keagamaan berjudul Wéda Rsi Gana, mengungkapkan tentang caru Rsi Gana lengkap dengan sarananya berdasar seluruh penjuru arah mata angin. Tujuannya untuk menetralisir dunia dari gangguan buta kala. Diakhiri dengan uraian Sesayut Prayascita lengkap dengan sarana dan mantranya. Teks ketiga adalah Sasayut Paneteg Tuuh, menguraikan tentang cara-cara membuat sesajen yang berbentuk sasayut untuk keselamatan hidup atau panjang umur. Disebutkan pula tentang Sasayut Jaga Satru, Sasayut Dirga Ayu, Sasayut Panebusan Mahapati, dan lain-lain. Khusus Sasayut Panca Lingga dan Sasayut Dirga Yusa Bumi yang disebutkan pada akhir naskah ini sangat baik dipakai oleh pendeta dan para ratu yang seyogyanya dihaturkan di Kahyangan Agung. Semua jenis sasayut ini dilengkapi dengan sarana, cara pengolahan, dan mantra-mantra yang dipakai. Teks ini ada kemiripan dengan naskah FSUI/AH.38, baik mengenai jenis-jenis sasayut, sarana, maupun mantra yang dipakai. Keterangan penulisan ketiga teks ini, maupun penyalinannya dalam lontar AH.39 tidak ada. [23] AH.40 SIWA SASANA LT 262a Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.01 28 him 4 baris/him 54x35 Lontar Teks Agama Hindu yang memuat judul Siwa Sasana, berawal dengan sebutan beberapa ajaran Sanghyang Siwa Sasana seperti: Siwa Sidanta, Wesnawa, Lepaka, Ratna Hara dan Sambu, sebagai pedoman para pendeta dan guru: besar (Dang Acarya) dalam mendidik para siswa. Dilanjutkan dengan uraian kewajiban para siwa (guru) terhadap siswanya atau sebaliknya. Seorang siwa seyogyanya mengajarkan tingkah laku yang baik (karma sila) terhadap siswanya, tidak marah, loba, iri hati dan pilih kasih. Begitu juga seorang murid hendaknya tidak berani (alpaka) terhadap siwa. Seorang siswa harus bakti, setia dan tat terhadap ajaran siwa. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] AH.41 SUNARI BANG LT 194 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.02 21 him 4 baris/him 38x 3,5 Lontar Teks Sunari Bang, yang di dalamnya merangkum Tutur Sundari Terus, Sundari Bungkah, dan Sundari Gading. Diuraikan segala macam tutur yang menyangkut bhuwana alit dan bhuwana agung. Disinggung pula tentang pertemuan jodoh, perkawinan dan pedudusan, Bandingkan naskah L0r 9134, 9653 dan Kirtya 89, 1162b, 1215a. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini belum ditemukan secara jelas. [23] 18 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia AH.42 SWAMANDHALA LT 196 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.03 33 him 4 baris/him 43x35 Lontar Teks Swamandhala, berisikan ajaran Sanghyang Swamandhala dan Atma Prasangsa yang menguraikan tentang hari baik atau dewasa ayu termasuk wuku dan sasihnya untuk melakukan-upacara ngaben agar para atma atau roh mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan, Mulai h.1-7 berisi bagan yang menyangkut hari dan wuku yang baik untuk upacara ngaben. Dilanjutkan dengan mantra-mantra sehubungan dengan pembangunan rumah, pecaruan, dan pemlaspas serta mantra-mantra tentang sarana yang dipakai. Informasi penulisan teks dan penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas, [23] AH.43 TATAKRAMA NING PANGABAKTIAN LT 154 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol ~--- ? him ? baris/him -_ _ Naskah yang dulu pernah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi- keberadaannya. AH.44 TATWA JNANA LT 260 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.04 86 him 4 baris/hlm 49x35 Lontar Teks Tatwa Jfidna, mengungkapkan tentang ajaran Sanghyang Tatwa Jii@na yang harus diketahui oleh masyarakat agar terhindar dari kesengsaraan hidup atau tahu tentang suka duka kehidupan di dunia. Disebutkan bahwa Sanghyang Tatwa Jiidna terdiri dari cetana dan acetana yang berpengaruh terhadap baik buruknya kehidupan manusia. Cefana berarti selalu ingat dengan futur (ajaran) sejati, sedangkan Acefana berarti tidak ingat sama sekali atau lupa dengan futur sejati. Cetana dan Acetana disebut juga Siwa Tatwa dan Maya Tatwa. Dilanjutkan dengan ajaran fri guna, panca tan matra, panca maha buta, dan konsep-konsep rwa bineda (dua hal yang berlawanan) yakni sifat baik dan buruk. Berakhir dengan sifat-sifat dari tri guna (satwam, rajah, tamah) serta peranan tapa, brata, yoga dan semadi terhadap tri guna. Pada awal naskah terdapat dua /empir kosong. Semua sisi empir diberi cat merah s@higaga naskah tampak bagus dan sapi, sedangkan penakep kayunya tetap seperti wama kayu aslinya. 4nformasi penulisan teks asli tidak ditemukan secara jelas. Adapun tentang yalinan, menurut kolofon (h.44a) naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh Ida ‘Agung Gde Rai pada hari Kamis Wage Sungsang di desa Tingas Mambal, kecamatan Abian Semal, kabupaten Badung Bali tahun 1894 Saka (1972). Untuk naskah lain yang disalin oleh orang yang sama, lihat FSUI/AH.30. [23] Agama Hindu-Bali 19 AH.45 TINGKAH.MAMUNGKAHANG WEDA 17239 Bhs Bali,Skt Aks Bali Prosa Rol 61.05 9 him 4 baris/him 33x35 Lontar Tingkah Mamungkahang Weda, berisikan mantra-mantra mohon keselamatan atau restu kepada Sanghyang Guru Reka, Sanghyang Kawi Swara, dan Sanghyang Saraswati dalam rangka membuka dan membaca Weda. Disebutkan juga tentang sarana yang dipakai sehubungan dengan mantra-mantra tersebut untuk dapat mulai membaca weda. Dilanjutkan dengan cara membuat tirta suci termasuk sarana yang diperlukan. Berakhir dengan mantra pengastawa saat diadakan upacara pujawali. Sisi lubang tengah dari semua lempir tidak memakai garis pinggir, teks ditulis secara berlanjut di atas atau di bawah lubang tengah. Khusus pada margin kiri h.la terdapat hiasan pinggir. Pada /empir depan terdapat catatan tambahan (tulisan Bali dan Latin) yang menyebutkan nama pemilik, ‘1.G. Jlantik (tt.) 9/3-1912.-* Maka naskah ini mungkin selesai disalin (atau diperoleh?) untuk 1.G. Jlantik pada tanggal 9 Maret 1912. Sedangkan tulisan ‘kusuma dewa, 1-135’ pada /empir itu juga, mungkin merupakan judul tersendiri yang berhalaman 1-135 dan mungkin semula menjadi satu dengan naskah AH.45 ini, Sekarang teks tersebut telah dipisahkan tempatnya. Maka naskah ini tidak jelas lagi penulis dan penyalinnya. (23] AH.46 TINGKAHING KAHYANGAN MWANG SANGGAR dil 17227 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.06 47 him 4 baris/him 37x35 Lontar Lontar Bali ini memuat tiga judul, yaitu Tingkahing Kahyangan Mwah Sanggat Pawumahan (1-18); Dharma Satyéng Laki (1-4); Tingkah Sarining Galungan (1-3). Tingkahing Kahyangan Mwah Sanggar Pawumahan menguraikan pembangunan sanggar di tiap perumahan seperti bangunan Padmasana, Gedong Alit, dan Sanggar Kamulan serta penanaman jenis pedagingan yang terdiri dari slaka, tembaga, mirah sebagai langkah awal pembangunan suci itu. Dilanjutkan dengan ajaran Betari Durga kepada raja Bali (Sri Jaya Sunu) untuk melakukan upacara Eka Dasa Rudra dan Panca Bali Krama di Pura Besakih. Dharma Satyéng Laki mengungkapkan tentang kesetiaan seorang istri sebagal pendamping suami yang diwujudkan dalam rasa cinta kasih yang mendalam dan kekal untuk kerukunan hidup mereka sebagai sepasang suami istri. Sedangkan Tingkah Sarining Galungan, berisi tentang sesajen Galungan, mantra-mantra dan tata cara pelaksanaannya. Diakhiri dengan uraian Sesayut Rsi Gana dan mantranya. Pada bagian akhir naskah ini terdapat 2 lempir kosong. Sedangkan pada sisi margin kanan nomor h.3b terdapat semacam rerajahan yang bernama Surating Tamas. Semua baris dari seluruh /empir tampak garis-garis horisontal dari tinta hitam sebagai pedoman atau panduan menulis di atas daun lontar. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofon (h.18b, 4a), naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1904 di Singaraja Bali. Hal ini 20 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia ditunjang juga dengan adanya catatan tambahan (tulisan tangan) pada sisi kiri nomor hla dan 3b menyebutkan ‘djl (tt.) 1904”. [23] AH.47 TRI KAYA PARISUDA IT 212a Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.07 27 him 4 baris/him 51,5x3,5 Lontar Tri Kaya Parisuda, menguraikan tentang tiga sifat suci dan mulia yaitu berpikir yang baik dan benar (manacika); berkata yang baik dan benar (wacika); dan berbuat yang baik dan benar (kayika). Dilanjutkan dengan uraian keutamaan ilmu seorang pendeta yang telah memahami secara baik ajaran Tri Kaya Parisuda. Informasi penulisan teks asli tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofonnya (h.15a), naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1896 di Singaraja, Bali, Informasi ini ditunjang dengan adanya catatan tambahan dengan tulisan Bali dan Latin yang menyebutkan ‘I.G. Jlantik (t.t.) 1896” (h. 1a). [23] AH.48 TUTUR MULADHARA LT 176 Bhs Jawa Kuna,Bali Aks Bali Prosa Rol 61.08 143 him 4 baris/hlm 28x2,5 Lontar Teks Agama Hindu yang berjudul Tutur Muladhara ini berisi tutur kediatmikan Sanghyang Adnyana Sandi yang menguraikan cara-cara memanggil saudara-saudara kita yang lahir bersama kita, disuruh menjaga diri kita agar terhindar dari marabahaya. Disebutkan bahwa urat-urat tubuh kita adalah alat penghubung atau kabel penyambung untuk menyampaikan segala sesuatu kepadanya. Disinggung pula uraian tentang pencerminan bhuwana agung terhadap bhuwana alit, serta sebutan nama-nama kanda seperti: kanda lima, pat, telu, ro, dan kanda tunggal. Bandingkan naskah LOr 9801 dan Kirtya 1465. Naskah ini tidak memakai garis panduan. Bagian tengah dari semua lempirnya ditulis tanpa jarak di sekitar lubang tengah. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] AH.49 TUTUR SUKSMA NING SASTRA LT 134 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol ----- ? him ? baris/him _ _ Naskah yang dulu pernah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. AH.50 WRTTI SASANA LT 50 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.09 32 him 4 baris/him S4x3,5 Lontar Agama Hindu-Bali 21 Wtti sasana adalah teks agama Hindu yang menguraikan tentang persyaratan atau disiplin seorang wikwpendeta. Seorang pendeta harus berpedoman, memahami, menjalankan ajaran panca yama brata dan panca niyama brata. Panca yama brata meliputi: ahimsa (tidak membunuh), brahmacarya (tidak beristri), satya (berkata jujur), awyawaharika (tidak betkata-kata muluk), astya (tak mengingini milik orang lain). Sedangkan panca niyama brata meliputi: akroda (tidak marah), guru susrusa (hormat kepada guru), saoca (berhati bersih serta bakti kepada tuhan), haharalagawa (tidak makan sembarangan), apramada (tidak berkata kasar terhadap orang lain). Dilanjutkan dengan ajaran dasa yama brata dan dasa niyama brata yang juga harus dipegang teguh oleh seorang pendeta. Disinggung pula uraian tentang bramacarya yang terdiri dari sukla brahmacari (tidak beristri selamanya), kresna brahmacari (hanya beristri 1 orang setelah memasuki fase grehasta/berumah tangga), swala brahmacari (beristri lebih dari 1 orang setelah memasuki fase grehasta/berumah tangga). Bandingkan naskah LOr 9126 dan Kirtya 78. Data penulisan teks atau penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] AH.51 WEDA PURWAKA LT 138 Bhs Jawa Kuna,Skt — Aks Bali Prosa Rol 61.10 62 him 4 baris/him 39x35 Lontar Lontar Bali ini berjudul Wéda Purwaka, berisi tentang kewajiban-kewajiban seorang raja dalam hal pemerintahan. Jika-terdengar bunyi gledug (sejenis bunyi halilintar) mengalun di gunung secara terus~menerus, raja beserta rakyatnya wajib pergi ke parhyangan (tempat suci) berselendang putih serta menyembah Betara Rudra Sangkara. Karena tanda itu merupakan permulaan terciptanya gunung dan hutan, maka harus diadakan upacara balik sumpah (pecaruan/Buta Yadnya). Dilanjutkan dengan mantra-mantra sehubungan dengan upacara Buta Yadnya tersebut, yang bertujuan untuk menetralisir alam beserta isinya. Bandingkan naskah LOr 9310 dan Kirtya 453. Pada sisi kiri naskah terdapat dua kali penulisan nomor. Namun yang benar adalah penomoran pada bagian bawahnya. Dan pada bagian belakang naskah terdapat satu /empir lontar disertai nomor saja (angka Bali dan Arab) pada kedua sisinya, yakni ‘63° (sisi a) dan ‘67’ (sisi b). Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan. [23] AH.52 Kode AH.52 tidak dipakai dalam urutan nomor katalog FSUI. AH.53 WEDALAN SANGHYANG SARASWATI LT 144 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol ? him ? baris/him _ _ Naskah yang dulu pernah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. 22 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia AH.54 WETONING SANGHYANG SARASWATI SARAUHING UPACARANIPUN 17147 Bhs Jawa Kuna,Bali Aks Bali Piosa Rol 61.11 18 him 4 baris/him 53x 3,5 Lontar Teks Wetoning Sanghyang Saraswati Sarauhing Upacaranipun ini menguraikan tentang Piodalan Sanghyang Aji Saraswati beserta sarana-sarana yang dipakai dalam pelaksanaan upacara. Disebutkan bahwa Piodalan Sanghyang Aji Saraswati jatuh setiap Sabtu Umanis Watugunung. Upacara ini harus dilaksanakan pada pagi hari, tidak boleh membaca (membaca mantra), dan tidak boleh dilakukan pada sore hari. Pada sore harinya boleh melakukan kegiatan membaca dan tidak boleh menghaturkan sesajen ke hadapannya. Jika melanggar aturan ini pahalanya tidak pandai, diganggu roh jahat dan Buta Kala Dengen. Sebelum upacara dilaksanakan harus mohon tirta suci ke hadapan Dewa Surya. Dilanjutkan dengan uraian makna dari mantra-mantra sehubungan dengan upacara di atas serta uraian tentang tata cara persembahyangan. Diuraikan juga tentang kegiatan menulis dengan aksara Bali beserta mantranya. Dalam proses ini tidak boleh mencoret huruf sembarangan karena akan berakibat pendek umur. Disebutkan bahwa jika mencoret u/u akan berakibat buta dan sakit kepala; mencoret suku berakibat sakft lumpuh; mencoret saléng dan wisah akan berakibat pancek (tuli) dan sakit pinggang. Sampul depan dan belakang masing-masing terdiri dua lempir lontar, yang semula mungkin dikancing dengan besi yang lama-kelamaan berkarat, kancingnya lepas, sehingga kini tinggal bekas-bekas memerah bahkan merambat ke /empir nomor | dan nomor 9. Sudi Kiri atas Jempir nomor 1 tampak mulai patah dan hampir lepas. Keterangan penulisan teks maupun penyalinan naskah ini belum ditemukan secara jelas. [23} AH.55 WIDI PAPINCATAN LT 170 Bhs Jawa Kuna,Bali ks Bali Prosa Rol 61.12 109 him 4 baris/him 33,5x3,5 Lontar Teks Widi Papincatan, berawal dengan uraian upacara Dewa Rena (penebusan hutang akibat kesalahan manusia terhadap para dewa) yang harus disertai dengan Surat pegat; tata cara membuat /ingga arca yang harus dikerjakan oleh golongan Brahmana; tata cara bebantenan sekaligus tukang bantennya; banten Panglukatan; dan pedagingan (sarana) yang dipakai dalam membangun padmasana dan sanggah kamutan yaitu paripih tembaga, emas, slaka, jarum, besi, mirah serta wangi-wangian. Dilanjutkan dengan uraian tentang ajaran widi sastra oleh Mpu Kuturan kepada para Bujangga di Bali, serta larangan-larangan bagi catur wangsa baik terhadap sesamanya maupun kasta yang lebih tinggi. Berakhir dengan sebutan beberapa Sesayut dengan segala sarananya dalam rangka pelaksanaan upacara Piodalan Betara di Kahyangan (Piodalan Betara Turun Kabeh). Bandingkan naskah LOr ‘10.264 dan Agama Hindu-Bali 23 Kirtya 2348. Mulai /empir nomor 1-4 sebagian telah rusak dan lepas-lepas sehingga banyak hurufnya yang tak terbaca, dan uraian awal pun tampak terpotong-potong. Naskah ini tampaknya belum tamat karena ditemukan tulisan sasa (h.55b) yang menandakan teks belum selesai. [23] AH.56 WIDI SASTRA LT 151 Bhs Jawa Kuna,Bali Aks Bali Prosq Rol 61.13 57 him 4 baris/him 40,5 x3 Lontar Teks Agama Hindu yang memuat judul Widi Sastra, menguraikan tentang tata cara bagi seorang raja dan pemuka-pemuka masyarakat untuk taat dan berbakti terhadap Hyang Widi seperti yang digariskan di dalam futur/ajaran. Disebutkan tentang pembangunan segala bentuk parhyangan (stana) para Dewa seperti: meru, padma, dan prasada, Dilanjutkan dengan uraian tentang pembangunan meru oleh Mpu Kuturan mulai dari Majapahit hingga di Bali (di Pura Besakih) dengan segala upacara schubungan dengan pembangunan meru tersebut. Berakhir dengan uraian pecaruan dan syarat-syarat seorang tukang banten (sesajen). Bandingkan naskah LOr 9837 dan Kirtya 1537. Halaman terakhir naskah ini tidak termasuk halaman kosong karena berfungsi sebagai sampul naskah. Sedangkan informasi kapan dan oleh siapa teks ditulis dan naskah disalin tidak ditemukan secara jelas. Lontar ini disimpan dalam kotak kayu (kropak). [23] AH.57 YAJNA PRAKERT! LT 133 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.14 42him 4 baris/him 53x35 Lontar Teks Agama Hindu yang berjudul Yajfia Prakerti, terdiri dari dewa kti, buda kti, manusa kti, dan jagat kti. Semua ini adalah bagian dari Widi Sastra merupakan sabda Betari Uma Dewi yang berstana di pura Dalem dan dipakai pedoman/dasar Gama Kreti. Disebutkan juga jenis-jenis yadnya seperti: Aswameda Yadnya, Siwa Yadnya, Rsi Yadnya, Buta Yadnya, Manusa Yadnya. Dilanjutkan dengan keutamaan Sang Brahmana Pendeta dan hubungannya dengan segala jenis yadnya. Beliau wajib memutuskan segala bentuk yadnya karena telah didiksa (didwijati) oleh Brahmana Putus sehingga disebut Sang Putus. Begitu pula dalam upacara Widi Widana segalanya harus diputuskan/diantar (sebagai purohita) oleh Brahmana Pendeta. Disebutkan bahwa banten suci adalah hal yang paling penting dalam melaksanakan upacara yadnya yang selalu didasari pikiran yang suci pula. Disinggung pula tentang upacara suka duka, yang menguraikan tentang kesaktian dan keutamaan kelima putra Sang Panca Maha Buta (Buta Pilu-Pilu, Buta Rudira, Buta Kakawah, Buta Ari-Ari, Buta Kamajaya) sebagai penjaga jagat raya yang 24 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia masing-masing berkedudukan di arah timur, selatan, barat, utara dan tengah. Banten ini sangat baik digunakan oleh orang yang ingin melaksanakan yadnya agar yadnya mereka berjalan lancar, tanpa halangan, dan selamat dengan sarana banten (sesajen) selengkapnya. Diuraikan juga tentang cara-cara untuk menghilangkan segala jenis Buta Kala yang mengganggu, labaan burung gagak, /abaan semut, tetani, dan segala kermi disertai dengan bebantenan, pecaruan serta mantranya masing-masing. Bandingkan naskah LOr 10.022 dan Kirtya 1918. Lempir nomor 1 dan lempir terakhir (kosong) masing-masing terdiri dua lempir, semula dikancing dengan besi, tetapi besi telah berkarat dan lepas. Bekas karatnya kini merambat ke empir lainnya dan merusaknya perlahan-lahan. Informasi penulisan teks maupun penulisan naskah ini tidak ditemukan. [23] AH.58 YOGA CATUR DEWATA LT 142 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.15 HW him 4 baris/him 53x35 Lontar Teks Yoga Catur Dewata, menguraikan tentang ajaran yoga untuk menghadapi musuh sakti dalam peperangan. Dalam urutan saptawara disebutkan, yoga masing-masing terhadap Dewa Nawa Sanga, lengkap dengan mantranya, sehingga musuh dapat dikalahkan dengan mudah. Dilanjutkan dengan uraian tentang baik buruknya hari-hari dalam saptawara, dewasa (hari-hari baik untuk bepergian), dan ajaran Catur Dewata Siwa yang sangat ampub/utama sebagai penjaga diri sehingga tidak mati dengan senjata apa pun kecuali memang sudah cukup umur. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. [23] AH.59 DEWA DANDA dil LT 2406 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 61.16 74 him 4 baris/him 47x35 Lontar Dewa Danda, diawali dengan uraian tentang kewajiban (tata krama) seorang raja dalam memegang tampuk pemerintahan yang didampingi oleh seorang patih. Raja (ratu) dan patih (patuh) selalu berbuat adil terhadap rakyatnya yang dilandasi dengan kemanunggalan pikirartujuan mereka berdua. Dilanjutkan dengan pelaksanaan sangsi (denda) oleh raja terhadap rakyat yang bersalah atau yang melanggar hukum yang berlaku. Raja tidak membeda-bedakan hukuman terhadap siapa saja sesuai dengan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan. Jenis denda ada yang berupa denda uang seperti denda yang dilakukan antar catur wangsa, masing-masing dikenakan denda uang yang berbeda-beda tergantung kesalahan atau terhadap kasta apa mereka lakukan. Uraian lain yang terdapat dalam naskah ini menyebutkan tentang ajaran Aji Sastra Kreta, kebijaksanaan seorang pendeta, ajaran Mpu Kuturan dan Begawan Byasa bahwa brahmana sebagai penghulu raja. ksatria sebagai badan raja. wesya Agama Hindu-Bali 25 sebagai lututnya raja, dan sudra sebagai kakinya raja. Disinggung pula tentang caturloka dala, dharma wicara dan Catur Negara yaitu Koripan, Gegelang, Kediri, dan Singosari. Bandingkan naskah LOr 9243 dan Kirtya 283. Hampir semua sisi kanan Jempir terdapat cuplikan-cuplikan singkat yang berisi segala hal yang berkaitan dengan segala jenis hukuman (denda). Naskah diapit dengan 1 /empir rontal (sampul depan) dan 2 /empir rontal (sampul belakang) yang baru. Sedangkan /empir nomor 1-37 tampak sangat tua karena kebanyakan lempirnya sudah lepas, berlubang-lubang, berdebu dan warnanya pun telah berubah menjadi coklat tua kehitam-hitaman. Pada h.1a terdapat catatan tambahan dalam tulisan Bali dan Latin, menyebutkan ‘dewa dandha, 1.G. Jlantik (t.1.), 1896. Berdasarkan data ini mungkin naskah disalin (diprakarsai?) oleh I.G. Jlantik pada tahun 1896. Selain itu data pada no. 37b juga menyebutkan bahwa naskah selesai dengan sempurna pada wuku Uye. [23] AH.60 USANA BALI, USANA JAWA LT 224 Bhs Jawa Kuna Aks Bali Prosa Rol 66.05 119 him 4 baris/hlm 55x35 Lontar Naskah ini memuat tiga teks sebagai berikut: 1. Usana Bali (1-32); diawali dengan uraian stana dari dewa nawa sanga sesuai dengan arah mata angin (pangider-ider bhuwana). Disebutkan juga tentang syarat seorang pemangku (purohito dalam upacara adat). Dilanjutkan sebutan ‘empat buah gunung di pulau Bali berkedudukan di empat penjuru mata angin yaitu; di Timur bernama Gunung Lempuyang (stana Betara Gni Jaya), di Barat bernama Gunung Baratan (stana Betara Batu Karu), di Utara bernama Gunung Mangu (stana Hyang Danawa), dan di Selatan bernama Gunung Andakasa (stana Hyang Tugu); dan keterangan sang kulputih lanang istri. Lalu diakhiri dengan urutan pemerintahan raja-raja Bali, seperti Raja Jaya Pangus (raja 1), Sang Ratu Detya di Belingkang, digantikan oleh putranya bemama Sang Ratu Mayadanawa, dilanjutkan oleh Ratu Ken Angrok, Dalem Samplangan, Ratu Batu Enggong, dan Ratu Sagening (raja terakhir). Terselip juga keterangan saat terbunuhnya Mayadanawa. 2. Usana Jawa (32-57), berisi uraian tentang istana Prabu Wilwatikta (di Alas Trik), istana Arya Damar (di Tulembang), serta istana Patih Gajah Mada (di Wilwatikta), Disebutkan jumlah keluarga Arya Damar (22.000 orang) seperti Arya Sentong, Arya Bheleteng, Arya Waringin, Arya Belog, Arya Kapakisan dan Arya Binculuk. Sedangkan rakyatnya berjumlah 80.000 orang. Dilanjutkan dengan nama-nama negara tetangga Wilwatikta yang berada di arah Utara, Timur dan Selatan. Diuraikan juga saat Arya Damar dan Gajah Mada menyerang Bali dari arah selatan dan utara. Perang berlangsung sangat sengit. Banyak memakan korban baik dari rakyat Arya Damar dan Gajah Mada maupun dari rakyat Bali. Satu-satunya Patih Dalem Bedaulu yang bernama Pasung Grigis (sangat sakti) akhimya dapat dibunuh oleh Arya Damar, sehingga Bali dapat ditundukkan. Dilanjutkan dengan pembangurian Kahyan- 26 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia gan (sekaligus upacaranya) di Pura Besakih dikoordinir oleh Arya Kenceng; pemerintahan Raja Anom di Gelgel; serta saat Arya Kenceng diutus oleh Raja Wilwatikta untuk menyerang Bali. 3. Tutur Kramaning Aji Asta Kosali (1-3), berisikan uraian tentang urip-urip kayu yang harus dipahami oleh para tukang bangunan; uraian Sang Wiswa Karma sebagai undagi (tukang) para dewa serta sikapnya saat beryoga; upacara prayascita bangunan (yang berbentuk nista, madya, utama) untuk keselamatan undagi dengan menggunakan mantra-mantra penyelamat. Nama-nama peralatan tukang seperti: sipat, siku-siku, patitis yang memegang peran penting dalam perundagian juga disebutkan dalam teks ini. Terselip juga beberapa penolak baya (bahaya) untuk keselamatan tukang atau penghuni rumah. Penomoran halaman pada judul yang ketiga memakai tinta hitam. Pada h.SSa terdapat tulisan tangan (tinta ungu) menyebutkan ‘Brahma Boedjangga’. Untuk teks-teks lain yang sejudul dengan naskah ini lihat K 1116 dan K 22 dari Gedong A. Pada h.57a menyebutkan ‘druwen Ida I Gusti Putu Jlantik, ring Singaraja, 1903”. Berdasarkan data ini mungkin naskah disalin (atau diprakarsai?) oleh Ida I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1903 di Singaraja, Bali. Hal ini ditunjang oleh data yang terdapat pada h. 1a dengan huruf Bali dan Latin (t.t) dan pada h. 32a. [23] Gbr. 5. Serat Jaka Semangun, C1.38, h.111. Deskripsi naskah lihat h.162. BA Deskripsi Naskah-naskah Bahasa dan Leksikografi BA DIALEK BANYUMAS HADIWIYATA G96 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 1.01 68 him 30-62 baris/him 30x21 Kertas HVS: Pada tahun 1935, S. Hadiwiyata (Hadiwijata, Adiwijata), seorang guru Hollandsch Inlandsche School (H.LS., yaitu S.D. berbahasa Belanda) di Purbalingga, menyusun beberapa tulisan tentang bahasa Jawa dialek Banyumas. Th. Pigeaud memperoleh beberapa di antaranya untuk keperluan penyusunan kamus baru bahasa Jawa untuk menggantikan kamus lama Gericke dan Roorda. Dalam koleksi naskah FSUI sekarang terdapat empat tulisan Hadiwiyata berupa enam buku. Naskah BA.1 merupakan sejenis kamus Jawa dialek Banyumas yang berisi daftar kata bahasa Jawa Banyumasan sebanyak 599 kata dengan padanannya dalam bahasa Jawa dialek Surakarta. Beberapa kata disertai juga gambar. Menurut keterangan Hadiwiyata, dalam purwaka, karya ini selesai ditulis pada bulan Maret 1935. Namun naskah FSUI bukan naskah aslinya, melainkan salinan ketik yang mengacu pada halaman-halaman dalam versi aslinya. Rupanya Hadiwiyata masih menganggap- teks ini sebagai konsep saja, sehingga kemudian disempurnakan dengan teks tambahan. Mungkin sekali teks lengkap (atau teks langkah berikutnya) yang menyertakan tambahan tersebut adalah naskah BA.2 yang juga tersimpan di FSUI. Untuk naskah-naskah lain yang berisi catatan Hadiwiyata tentang dialek maupun adat-istiadat Banyumas, lihat juga FSUI/BA.3-6, BA.288-290, KR.36-38, LL.113, LS.8, dan UR.46-48. [3,8] BA.2 DIALEK BANYUMAS HADIWIYATA NR 297 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 1.02 St him 39-42 baris/him 34,5 x22 Kertas bergaris 27 28 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Kamus bahasa Jawa dialek Bartyumas, yang disusun oleh Hadiwiyata, sebanyak 563 kata dengan padanannya dalam bahasa Jawa dialek Surakarta. Untuk memperjelas definisi seringkali kata-kata tertentu diberi gambar. Menurut keterangan pada h.i, naskah ini adalah bundel kedua dan merupakan tambahan dari suatu teks dialek Banyumas yang disusun oleh Hadiwiyata. Teks tersebut rupanya termuat dalam naskah BA.1. Menurut keterangan pada h.48, teks ini selesai disalin pada tanggal 25 Mei 1935. Keterangan lebih lanjut lihat juga deskripsi naskah BA.1 di atas. [8] BA3 DIALEK BANYUMAS HADIWIYATA NR 294 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 1.03 97 him 26 baris/him 19x16 Buku tulis Kamus Jawa dialek Banyumas, susunan Hadiwiyata, sebanyak 440 kata dengan padanannya dalam bahasa Jawa dialek Surakarta. Untuk memperjelas definisi seringkali kata-kata tertentu disertai dengan gambar. Menurut keterangan yang terdapat pada h.i, naskah ini merupakan catatan yang dimaksudkan untuk melengkapi karangan B.S. Esser, Dialect van Banjoemas, (VBG 68, eerste stuk), dan diperoleh Th. Pigeaud pada tahun 1935. Naskah ini selesai disalin tanggal 29 April 1935 oleh Hadiwiyata sendiri (h.93) dan telah disalin pula ke dalam BA.4. Keterangan lebih lanjut dapat dibaca pada deskripsi naskah BA.1 di atas, [3,8] BA4 DIALEK BANYUMAS HADIWIYATA G92 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 1.04 46 him 60-64 baris/hlm 30x21 Kertas HVS Sejenis kamus Jawa dialek Banyumas, susunan Hadiwiyata, berisi daftar kata bahasa Jawa Banyumasan dengan padanannya dalam bahasa Jawa dialek Surakarta. Untuk memperjelas definisi, terutama untuk nama peralatan, seringkali disertakan gambar pada kata tertentu. Naskah ini merupakan salinan (ketik) dari naskah BA.3. Menurut keterangan yang terdapat pada hai, penyalinan naskah selesai pada bulan Juni 1935. Pada halaman ini juga terdapat keterangan bahwa naskah ini dimaksudkan sebagai catatan tambahan kamus bahasa Jawa karangan B.J. Esser berjudul Dialect van Banjoemas, (VBG 68, eerste stuk). Keterangan lebih lanjut dapat dibaca pada deskripsi naskah BA.1 dan BA.3 diatas. [8] BAS DIALEK BANYUMAS HADIWIYATA NR 296 Bhs Jawa ‘Aks Latin Kamus Rol 1.05 112 him 40-44 baris/hlm 34,5x22 Kertas bergaris Bahasa dan Leksikografi 29 Sejenis kamus Jawa dialek Banyumas, susunan Hadiwiyata, berisi daftar kata bahasa Jawa Banyumasan sebanyak 944 kata dengan padanannya dalam bahasa Jawa dialek Surakarta. Untuk memperjelas definisi seringkali kata-kata tertentu disertai dengan gambar. Menurut keterangan pada bagian purwaka, naskah ini dimaksudkan sebagai tambahan atau catatan (lalaran) dari Dialect van Banjoemas karangan Dr. B.J. Esser (h. ii). Siapa penyalin naskah ini tidak diketahui dengan pasti. Namun menilik jenis tulisan yang mempunyai kemiripan dengan naskah BA.3 dan BA.2, maka dapat diperkirakan penyalinnya adalah Hadiwiyata sendiri, Naskah selesai disalin pada tanggal 18 Mei 1935 (h.103). Naskah ini telah disalin (ketik) ke dalam naskah BA.6. Naskah diperoleh Pigeaud di Yogyakarta pada bulan Mei tahun 1935 (hii). Keterangan lebih lanjut lihat juga FSUI/BA. 1. [8] BAS DIALEK BANYUMAS HADIWIYATA G95 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 1.06 93 him 64 baris/hlm 30x21 Kertas HVS Salinan ketikan dari naskah BA.S, bertarikh 1935. Lihat deskripsi naskah BA.1 dan BA.S untuk keterangan selanjutnya. [8] BA.7-8 BAUSASTRA JARWA KAWI F-ll NR 120a Bhs Jawa Aks Jawa Kamus Rol 1.07 264 him 21 baris/shim 20,9. x 16,7 Kertas HVS NR 1206 Bhs Jawa Aks Jawa Kamus Rol 2.01 532 him 21 baris/him 21,7x17,4 Kertas HVS Naskah ini terdiri dari dua set, berisi sebuah kamus Jawa-Jawa yang dikarang oleh R.Ng. Wirapustaka (Padmasusastra) atas perintah K.R.A. Sasradiningrat, Adipati Karaton Surakarta pada akhir abad 19. Sasradiningrat juga menjabat Kepala Paheman Radyapustaka, dan dalam jabatan itu ia meminta agar Padmasusastra menyusun buku ini. Ki Padmasusastra pemah disuruh menyusun buku-buku lain oleh Radyapustaka, termasuk Bauwarna (lihat FSUV/LL.1-4) dan Bausastra Jawi (lihat FSUI/BA.85-88). Tentang biografi Padmasusastra, lihat Quinn 1992:9-19. Kamus ini sebenamya semacam dasanama yang menyajikan kata-kata dalam bahasa Jawa sehari-hari, kemudian diartikan dengan "tembung Kawi", yakni kata-kata yang biasanya ditemukan hanya dalam bahasa pedhalangan atau karya sastra macapat, Sebagaimana dinyatakan oleh penulis dalam pengantar (h.vii-viii), kamus ini semacam Javaansch-Kawi Woordenboek untuk melengkapi kamus Kawi-Javaansch Woordenboek karangan C.F. Winter. Jilid pertama (BA.7) dimulai dari aksara sampai dengan akasara (rengku), sedangkan jilid kedua (BA.8) dimulai dari aksara (rangka) sampai dengan aksara (nganglang). 30 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Tidak ada informasi dalam teks ini tentang tahun atau tempat penyalinannya, tetapi naskah mungkin disalin antara tahun 1898, yaitu tahun penulisan teks asli oleh Padmasusastra dan 1928, saat naskah diperoleh Th. Pigeaud dari Ir. Moens. Kamus ini penah diterbitkan pada tahun 1903 di Surakarta, oleh percetakan Sie Dhian Ho. Isi dan kata pengantamya persis sama dengan teks yang dimuat di naskah ini, Untuk teks lain yang sedikit mirip dengan kamus ini, bandingkan karang-an Padmasusastra lain yang berjudul Javaansche Synoniemen (Serharang: Volkslectuur, 1912). (3,5) BAS BAUSASTRA JAWA (Mevrouw Roskott-Kraemer) Bau 76 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 2.02 482 him 28 baris/him 28,5 x 22,5 Kertas HVS, Doorslag Naskah ketikan ini merupakan hasil penelitian dan penulisan Mevrouw Roskott-Kraemer. Roskott-Kraemer . rupanya mengumpulkan data-data berupa kutipan dan ungkapan umum sebagai contoh pemakaian kata-kata terpilih dalam kamus besar Gericke-Roorda. Teksnya terdiri dari kata-kata yang tertera di sebelah kiri, kemudian kalimat contoh tertulis di sebelah kanan. Contohnya acap kali lebih dari satu, dan terkadang mencapai 5-10 baris teks, sehingga makna serta penggunaannya digambarkan secara amat jelas. Buku ini, diklasifikasikan dalam "bouwstoffen voor het Javaansch woordenboek" oleh Pigeaud, disusun oleh Roskott-Kraemer di Malang. Menurut catatan dari notulen KBG tertanggal 27 April 1925, sebagaimana termuat pada TBG 65 (1925):363, atas jasanya menyusun bahan ini Roskott-Kraemer diberi honor oleh direksi KBG sebanyak 250, dan catatannya kemudian menjadi milik KBG -- "“hetwelk mettertijd aan den bewerker van de nieuwe uitgave [van Gericke en Roorda] kan worden gegeven". Selain itu, Roskott-Kraemer diberi honor bulanan sebesar 15 selama tahun 1925 untuk meneruskan pekerjaannya menyusun bahan-bahan leksikografi. Menurut catatan di hii, Pigeaud memperoleh salinan tembusan karbon ini dari Dr. H. Kraemer di Solo (bukan dari KBG) pada tahun 1926. Adapun bahan-bahan Kamus Roskott-Kraemer ini oleh Pigeaud tidak dikumpulkan menjadi satu buku, melainkan terpisah-pisah dalam 20 bundel, mencakup 20 aksara. Kini empat jilid (aksara da, ta, la dan ga) hilang. Untuk setiap jilid asli, oleh staf Pigeaud juga dibuat alih aksara. Pada koleksi FSUI sekdrang terdapat sebagian dari 20 jilid asli itu berbentuk tulisan tangan asli, sebagian lagi berbentuk ketikan. Di dalam FSUI/BA.9 tergabung jilid 1-4 dari bahan Roskott-Kraemer yang asli, mencakup aksara ha-na-ca-ra dalam bentuk ketikan. Untuk jilid-jilid lain, lihat deskripsi BA.219 s.d. 242. [3,10] BA.10-28 BAUSASTRA JAWA (R. Mandrasastra) Bau 28-46 Bhs Jawa Aks Jw,Latin Kamus Rol 3.01-6.01 3492 him 39 baris/hlm 34,5x22 Kertas bergaris 32 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1918), Buku Nukilan (Surakarta, 1917). Masih ada beberapa karya Mandrasastra yang tidak pemah diterbitkan (masih berupa naskah tradisional). Lihat Serat Suluk Sandipratistha (SMP/MN.316), dan Babad Nitik Mangkunegaran (SMP/MN.696b). [3,18] BA.29-39 BAUSASTRA JAWA (R. Pujaharja) Bau 65-75 Bhs Jawa Aks Jawa Kamus Rol 6.02-8.03 2678 him 41 baris/him 34,5x 21,5 Kertas bergaris Kamus Jawa-Jawa, yang disusun oleh R. Pujaharja. Semula terdiri atas 19 jilid, namun sekarang tinggal 12 jilid (terjilid dalam 11) di koleksi FSUL. Urutannya sebagai berikut: NO. AKSARA FSU KOLEKSI ROL JUM HLM 1 = BA29— Bau 66 6.02 574 him 2 n> BA30.— Bau 65 6.03 77 him 3 BABI Bau 67 6.04 154 him 4 <> BA32.— Bau 68 7.01 144 him 5 —BA33 Bau 69 7.02 526 him 6 BA34. = Bau 70 7.03 89 him 1 = BA3S = Ban 71 7.04 221 him 8 <> BA36 = Bau 72 7.08 332 him 9 —— oe 10 8.01 195 him ul —~ _ 2 —_ 13 - 14 BA38 8.02 15 BA39 8.03 16 —_ 7 — 18 — — 19 BA39 Bau 75 8.03 288 him Naskah-naskah ini ditulis dalam dua kolom, kolom pertama berisi kata yang akan diterangkan dan kolom kedua berisi definisi serta keterangan lain yang menjelaskan kata tersebut. Keterangan itu berisi antara lain tentang arti kata, penggunaan kata dan ada yang disertai contoh. Dalam beberapa halaman terdapat catatan-catatan dengan pensil yang dibuat oleh Pigeaud dan catatan-catatan dengan tinta merah yang diperkirakan dibuat oleh R. Pujaharja sendiri dengan maksud sebagai koreksi atau tambahan. Penulisan kamus maupun penyalinan naskah ini dilakukan antara tahun 1929-1932, atas permintaan Pigeaud. Pada waktu itu (dan bahkan sampai dengan 1934), Pigeaud mengirimkan seminggu sekali atau dua minggu sekali, sebendel kartu dengan kata-kata dari kamus Gericke en Roorda kepada beberapa narasumber atau informannya, yakni Mandrasastra, Pujaharja, Sumahatmaka, dan Suwandi. Yang Bahasa dan Leksikografi 33 menerima kiriman kartu itu diminta menulis definisi sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Kemudian, secara berkala, seluruh tim. itu bertemu dengan Pigeaud untuk membahas definisinya bersama. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya Pigeaud untuk mengumpulkan data selengkap mungkin tentang bahasa Jawa. R. Pujaharja, penyusun kamus ini, adalah seorang penulis yang sangat produktif, terbukti 31 buku karangannya telah diterbitkan selama 30 tahun (1904-1934), antara lain: Panithikan (Surakarta, 1911), Serat Jantra Entra (1913), Niti Karsa lan Niti Laksana (Batavia, 1913), Serat Jampi Susah (Surakarta, 1918), Serat Sangu Gesang (Kediri, 1924), Serat Kapracayan (Kediri, 1926), Daya Prabawa (Surakarta, 1926), Serat Datarasa (Surakarta, 1927), Kembar Mayang (Surakarta, 1927). Buku-buku tersebut sebagian berisi ajaran, yakni tentang moral, mistik, religius; sedangkan seba- gian lagi merupakan cerita (novel) yang masih tetap menampilkan segi edukatif/didaktik. Masih ada karangan Pujaharja yang tidak pernah diterbitkan, melainkan masih berupa naskah turunan tangan belaka, di antaranya adalah Serat Pamular (lihat FSUI/CL.68-69). Selain kamus ini, Pujaharja juga membantu Pigeaud dalam mengumpulkan data leksikografis lainnya. Lihat indeks umum di bawah nama Pujaharja untuk referensi selanjutnya. [3,19] BA.40-57 BAUSASTRA JAWA (R.M. Suwandi) Bau 47-64 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 8.04-13.01 962 him 40 baris/hlm 34,5 x 22 Kertas bergaris Kamus Jawa-Jawa, yang disusun oleh R.M. Suwandi. Semula terdiri atas 19 jilid, namun sekarang tinggal 18 jilid (jilid 7, dengan aksara , hilang) di koleksi FSUI. Definisi yang diberikan cukup panjang, dengan beberapa keterangan tentang asal kata serapan, atau perihal pengunaan kata-kata tertentu. Urutan dan keterangan isi masing-masing jilidnya sebagai berikut: NO. AKSARA FSUI/ KOLEKSI ROL JUM HLM 1 BA40 Bau 47 8.04 962 him 2 BA4L Bau 48 9.03 132 him 3 BA42 Bau 49 9.04 260 him 4 BA.43 Bau 50 9.05 209 him 5 BAA4 Bau 51 10.01 676 him 6 BA45 Bau 52 10.02 180 him 7 — — aaa — 8 BA46 Bau 53 10.03 474 him 9 BAA7 Bau 54 11.01 230 him 10 BA48 Bau 55 11.02 314 him i BA49 Bau 56 11.03 532 him 12 BA.S0 Bau 57 11.04 100 him 13 BASI Bau 58 11.05 200 him 14 BA.S2 Bau 59 12.01 102 him 15 BA.S3 Bau 60 12.02 324 him 16 BAS4 Bau 61 12.03 400 him 34 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia 7 BASS Bau 62 12.04 416 him 18 ‘ BAS6 Bau 63 12.05 52 him 19 BA.57 Bau 64 13.01 364 him Penulisan maupun penyalinan naskah ini dilakukan sekitar tahun 1930an, atas permintaan Pigeaud. Pada waktu itu, Pigeaud mengirimkan seminggu sekali atau dua minggu sekali, sebendel kartu dengan kata-kata dari kamus Gericke en Roorda kepada beberapa nara sumber atau informannya, yakni Mandrasastra, Pujaharja, Sumahatmaka, dan Suwandi. Yang menerima kiriman kartu itu diminta menulis definisi sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Kemudian, secara berkala, seluruh tim itu bertemu dengan Pigeaud untuk membahas definisinya bersama. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya Pigeaud untuk mengumpulkan data selengkap mungkin tentang bahasa Jawa. Penyusun bahan kamus ini, yaitu R.M. Suwandi, rupanya seorang pengarang dan budayawan yang hidup di Surakarta pada awal abad ke-20. Karangannya antara lain Begawan Sénarodra (Surakarta, 1923; dicetak ulang pada tahun 1979, tanpa keterangan yang lengkap, dalam seri P & K), Serat Langendriyan Pustakaweni (Kediri: Tan Khoen Swie, 1927; dicetak ulang tahun 1979, tanpa keterangan yang lengkap, oleh P & K), Serat Bawa Sagerongipun (bersama R.M. Mayor Harya Yudapinata; Kediri, t.t.). Serat Gatholoco edisi cetak 1927 adalah suntingan Suwandi (Girardet 1983:351). Selain kegiatan di dunia penelitian, Suwandi juga giat dalam menyalin (dan menulis?) naskah di Kraton Surakarta (lihat misalnya naskah SMP/KS.508 di perpustakaan Sasanapustaka). Suwandi juga membantu Pigeaud dalam beberapa hal, termasuk menyusun informasi mengenai tari Jawa (MSB/T.13 = FSUV/ST.1-2) dan permainan judi (MSB/LL.8). [3,11] BA.58-65 BAUSASTRA JAWA (R.Ng. Citra- santana) Bau 20-27 Bhs Jawa Als Jawa Kamus Rol 13.02-17.01 6011 him 40 baris/him 34,5 x21,5 Kertas HVS,, bergaris Kamus Jawa-Jawa, yang disusun oleh R.Ng. Citrasantana, Semula, rupanya terdiri atas 19 jilid, namun sekarang tinggal 8 jilid di koleksi FSUI. Definisi yang diberikan cukup panjang, merupakan kalimat contoh pemakaian kata yang bersangkutan. Urutan dan keterangan isi masing-masing jilidnya (baik yang ada, maupun yang hilang) sebagai berikut: NO. AKSARA FSUI/ KOLEKSI ROL Bau 20 Bau 21 wee wee ene 580 him 961 him eI AKneene Bahasa dan Leksikografi 35 9 wee 10 oe u oo 12 13 BA.60 14.01 166 him 15 BAG 14.02 1024 him 16 BAG2 15.01 1022 him 7 — BA63 16.01 1301 him 18 = BA64 16.02 125 him 19 BAS 17.01 832 him Penyusun kamus ini, R.Ng. Citrasantana, adalah seorang budayawan dan sastrawan di kawasan Mangkunagaran, Surakarta pada awal abad ke-20. Jabatan sehari-harinya mengajar di sekolahan Mangkunagaran, ‘yaitu Pamulangan Siswa Rini. Selain itu, beliau juga merupakan bujangga Istana Mangkunagaran. Beliaulah yang bertahap-tahap menjalankan dhawuh dalem untuk menyusun biografi Mangkunagara VII yang berjudul Babad Dalem K.G.P.A.A. Prabu Prangwadana ingkang Kaping VII (lihat SMP/MN.229a-h, 230). Teks lain yang pernah digubah oleh Citrasantana, tetapi tidak pemnah dicetak, adalah buku silsilah (Serat Sujarah ing Ngayogyakarta tuwin ing Mangkunagaran, SMP/MN.226a), kumpulan lakon wayang wong (Pakem Ringgit Tiyang, MSB/W.97), dan piwulang sopan santun (Serat Wasitarja, MSB/P.72). Selain itu, banyak naskah di koleksi Reksapustaka, Istana Mangkunagaran, merupakan hasil salinan dari tangan Citrasantana sendiri. Citrasantana juga cukup produktif di bidang penerbitan buku pelajaran, dan beberapa karangannya dicetak dan beredar di kalangan sekolah-sekolah Jawa pada awal abad ke-20, antaranya Layang Panggubah (Batavia: Landsdrukkerij, 1908; Semarang: Benjamins, 1911; lihat Pratelan 11:222), Mardiséwaya (Semaran; Benjamins, 1907-1908 dan 1910; lihat Pratelan I1:319), dan Tuladha Serat-Serat Iber Sapanunggilanipun (Weltevreden: Bale Pustaka, 1917). Keterangan tentang Bausastra Jawa gubahan Citrasantana ini belum ditemukan, sehingga tahun penulisannya, siapa yang memprakarsainya dan lain sebagainya tidak diketahui. Oleh karena Citrasantana meninggal sekitar pertengahan tahun 1920an (lihat memo M. Sinoe Moendisoera yang terlampir di MSB/W.97), maka penulisan dapat diperkirakan paling lambat tahun 1920an pula. Dengan demikian, Bausastra Citrasantanan ‘ini berbeda dengan karya Mandrasastra, Pujaharja, Suwandi, dan ‘Sumahatmaka, karena tidak diprakarsai oleh Pigeaud. Informasi tentang penyédlinan naskah tidak ada, namun gaya tulisannya khas Citrasantanan. Maka tarikh penyalinan pun diduga sekitar tahun 1920an. [3,4] BA.66-84 BAUSASTRA JAWA (R.M.Ng. Sumahatmaka) Bau 1-19 Bhs Jawa Aks Jawa Kamus Rol 17.02-17.01 6318 him 40 baris/him 31x 20,5 Kertas bergaris Kamus: Jawa-Jawa ini disusun sekitar tahun 1930 di Surakarta oleh R.M.Ng. 36 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Sumahatmaka. Seluruh kamus ini terdiri atas 19 jilid (BA.66-84), yaitu satu buku untuk setiap huruf dalam abjad Jawa, kecuali huruf dan yang digabung dalam satu jilid. Dalam menyusun bahan kamusnya, Sumahatmaka sering menyertakan informasi tentang dialek Jawa, paribasan dan carakabasa, serta perbandingan kamus lain (terutama KBW). Definisi yang dicantumkan sangat berguna demi melengkapi keterangan pada kamus Gericke dan Roorda, Pigeaud dan Poerwadarminta. Urutan dan keterangan isi masing-masing jilidnya sebagai berikut: NO. AKSARA FSUI/ KOLEKSI ROL JUM HLM 1 BA66 Baul 18.01 78 him 2 BA67 Bau2 18.02 250 him 3 BA68 Bau 3 18.02 250 him 4 BA69 Bau4 18.03 271 him 5 BA.70 Bau 5 19.01 905 him 6 BA71 Bau 6 19.02 235 him 7 BA.72 Bau7 20.01 494 him 8 BA.73 Bau 20.02 633 him 9 BA.74 Baud 21.01 287 him 10 BA.75 Bau 10 21.02 307 him il BA.76 Bau 11 21.03 $16 him 12 BA77 Bau 12 21,04 125 him 13 BA.78 Bau 13 22.01 220 him 14 BA.79 Bau 14 22.02 23 him 15 —— BA.80 Bau 15 22.03 431 him 16 BA81 Bau 16 22.04 504 him 7 BA.82 Bau 17 23.01 545 him 18 ‘ BA83 Bau 18 23.02 38 him 19 BA.84 Bau 19 23.02 206 him Penulisan maupun penyalinan naskah ini dilakukan antara tahun 1930 s.d. 1934, atas permintaan Pigeaud, setiap bulan antara 50-200 halaman. Pada waktu itu, Pigeaud mengirimkan seminggu sekali atau dua minggu sekali, sebendel kartu dengan kata-kata dari kamus Gericke en Roorda kepada beberapa narasumbemya atau informannya, yakni Mandrasastra, Pujaharja, Sumahatmaka, dan Suwandi. Yang menerima kiriman Kartu itu diminta menulis definisi sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Kemudian, secara berkala, seluruh tim itu. bertemu dengan Pigeaud untuk membahas definisinya bersama. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya Pigeaud untuk mengumpulkan data selengkap mungkin tentang bahasa Jawa. Penyusun bahan kamus ini, yaitu R.M.Ng. Sumahatmaka, adalah seorang pejabat Mangkunagaran dan sekaligus tokoh gerakan Theosophie yang cukup ternama pada awal abad ke-20, terutama dari sekitar tahun 1910 sampai dengan 1940. Banyak buku ditulis olehnya tentang Theosophie, filsafat Jawa, dan adat-istiadat Jawa. Di bawah ini tercatat beberapa di antara karyanya yang pernah diterbitkan. Judul yang diterbitkan di Kediri berasal dari Penerbit Tan Khoen Swie, sedangkan yang Surakarta dari De Bliksem. Bahasa dan Leksikografi 37 1916 Kawruh Kasukman. Kediri. 1921 Swkandha Karma. Kediri. 1921 Swaraning Ngasepi. Kediri. 1922 Serat Pambukaning Cipta. Kediri. 1922 Serat Rekasaning Batin. Kediri. 1923 Kamulaning Manungsa Warni Pitu. Surakarta. 1923 Serat Satunggaling Utusan. Kediri. 1930 Serat Yadnya Susila. Surakarta. 1930 Serat Yatnayoga. Surakarta. Hampir setiap judul di atas menguraikan tentang, atau berkaitan erat dengan, filsafat Theosophie. Sumahatmaka pernah menulis karya lain yang bersifat lebih tradisional/kejawén, termasuk saduran teks Serat Séh Jangkung (MSB/L.318), Babad Mangkunagaran (MSB/S.123, SMP/MN.694), Serat Jangka ing Karaton saha ing Mangkunagaran (SMP/MN.409.9), dan Babad Ila-ila (SMP/MN.225). Sumahatmaka juga pernah membantu Dr. H. Kraemer sebagai narasumber yang menyusun data tentang wayang (LOr 10.823) dan kata serapan bahasa Arab dalam bahasa Jawa (LOr 11.647). Ia juga meneliti tentang Serat Centhini dan sempat menyusun ringkasan yang amat lengkap tentang isinya (lihat FSUI/CS.60, MSBIL.119). Ringkasan ini, yang juga dikutip oleh Pigeaud dalam studinya tentang Centhini (1930), akhirnya diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1981. [3] Gbr. 6. Serat Jaka Semangun, C1.38, h.66. Deskripsi naskah lihat h.162. 38 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia 'BA.85-87_ BAUSASTRA JAWA (R.Ng. Padmasusastra) Bau 53-55 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol -- 1192 him 33 baris/hlm 35x22 Kertas HVS Kamus Jawa-Jawa karangan R.Ng. Padmasusastra (alias Prajapustaka, Wirapustaka) disusun sekitar tahun 1919-1920, di Surakarta, Penyusunan kamus ini atas perintah Kyai Lurah Raden Tumenggung Jaksanagara di Surakarta, di bawah naungan Adipati Sasradiningrat dalam jabatannya sebagai kepala Paheman Radya Pustaka. Dalam penyusunan kamus ini rupanya Padmasusastra dibantu oleh staf Paheman Radya Pustaka dan oleh seorang Belanda yang bernama E. Moody (atau Moodij), dan berpedoman pada bahan-bahan yang ada di Koleksi Radya Pustaka serta kamus Jawa-Belanda karangan Gericke dan Roorda. Kamus ini terdiri dari tiga jilid: jilid I berisi aksara s.d. ; jilid I, aksara s.d. ); jilid IM, aksara s.d. . Seharusnya ada satu jilid lagi yang berisi aksara s.d. , akan tetapi kenyataannya jilid IV ini tidak pernah ditemukan atau mungkin tidak pernah dibuat sama sekali. Pada koleksi FSUI terdapat dua eksemplar jilid II dan III kamus ini, Rincian keberadaan set naskah ini di FSUI, serta rekaman mikrofilm dalam seri MSB, sebagai berikut: NO. AKSARA FSUI/) KOLEKSI JUMHLM ROL MSB 1 sd. BASS Bau 53 555 79.01 2 sd. BA86 Bau 54 421 79.02 3 s.d. BA87 © Bau 55 236 80.01 [2a sd. BA.86a Ww 39 421 79.02) [Ba s.d. BA87a W401 236 80.01) Untuk kebanyakan entri dalam kamus ini, pendefinisian kata disampaikan melalui -contoh kata-kata jadian dari kata dasarnya. Untuk kata-kata yang tidak biasa diper- gunakan dalam Komunikasi sehari-hari atau yang bersifat arkais, maka uraiannya biasanya diawali dengan suatu keterangan yang cukup panjang, dengan menyebutkan beberapa kata yang menjadi padanan atau sinonimnya. Pada akhir uraian selalu dise- butkan nomor halaman naskah asli yang menjadi acuannya. Naskah ketikan ini (di FSUI berupa tembusan karbon) dibuat atas perintah Dr. Pigeaud antara tahun 1932-1934 di Panti Boedaja, Surakarta. Babon aslinya terdapat di Radya Pustaka dengan penunjukkan SMP/RP.289-291. Untuk tembusan yang lain lihat LOr 6682a-c dan MSB/B. 1-3. Sebagaimana disebutkan dalam tabel di atas, copy mikrofilm dari naskah ini terdapat di Museum Sonobudoyo (rol 79.01 s.d. 80.01); oleh karena itu naskah ini tidak dimikrofilm lagi di FSUI. Salinan mikrofilm MSB itu terdapat di: Perpustakaan Nasional R.I.; Menzies Library, Australia National University di Canberra; Center for Research Libraries, Chicago, USA; dan di Museum Sonobudoyo sendiri. [3,17] BA.88-116 BAUSASTRA JAWI-WELANDI (Winter dan Wilkens) RP 334a-350b Bhs Belanda Aks Jawa,Latin Kamus Rol 51.01- 4531 him 36 baris/him 34x 21,5 Kertas Eropa 56.05 Bahasa dan Leksikografi 39 Naskah ini merupakan satu set Kamus Jawa-Belanda, yang terdiri dari 29 jilid. Pengarang kamus yang amat penting ini adalah C.F. Winter dan J.A. Wilkens, yang, data leksikografis tentang bahasa Jawa selama periode tahun 1840an dan 1850an di Surakarta. Setelah wafatnya Winter pada tahun 1859 Wilkens meneruskan penelitian serta penyusunan kamus ini, hingga akhirnya mewujudkan sebuah kamus yang mencapai 43 jilid dengan rata-rata 220an halaman per jilid (lihat LOr 3069). Salinan lain dari kamus ini, yang rupa-rupanya diturun di Surakarta mulai sekitar tahun 1840 s.d. tahun 1880an, termasuk: LOr 2250b (versi paling awal, | jilid), KBG 330 (konsep, penuh coretan, 37 jilid), LOr 2250a (26 jilid), KBG 329 (29 jilid) dan FSUI/BA.88-116-ini (29 jilid, belum tamat). Hasil karya Winter dan Wilkens ini merupakan bahan terlengkap serta terpenting dalam kamus Gericke dan Roorda, dan menurut Uhlenbeck .(1964:48-49), mereka berdua dapat dianggap sebagai "co-author" atau bahkan pengarang pokok dari kamus itu yang sama sekali tidak menyebutkan namanya pada halaman judul. Tentang sejarah kamus ini lihat uraian pada Uhlenbeck 1964:47-51; bandingkan pula LOr 7946 yang memuat arsip surat-menyurat Winter dan Wilkens tentang penyalinan kamusnya. Format kamus Winter-Wilkens ini sebagai berikut: setiap entri dimulai dengan kata yang akan diterangkan (dalam aksara Jawa), kemudian ‘artinya atau maknanya diterangkan dengan bahasa Belanda. Yang menarik dari caranya menguraikan arti atau makna kata-kata yang dipilih oleh kamus ini adalah bahwa setiap kata jadian yang berasal dari kata itu dicoba ditampilkan, bahkan kemungkinan yang merupakan dialek pun dimasukkan. Misalnya kata pethal diterangkannya melalui kata-kata: pruthul, pothol, pethel, prothol, dan mothol. Untuk kata-kata yang berasal dari kata dalam bahasa asing, misalnya bahasa Sansakerta atau Arab, dalam menguraikan artinya seringkall juga disebutkan kembali kata-kata tersebut dengan aksara atau tulisan bahasa a. Adapun pembagian alfabetis dari set kamus ini sebagai berikut: NO. AKSARA FSU KOLEKSI = ROL JUMHLM 1° BA088 Rp 334a 55.02 178 him 2 BA089 —_Rp 334b 55.03 144 him 30 che BA090 “Rp 334c 55.04 185 him 4 BA.O91 Rp 335 55.05 82him 5 BA.092 Rp 336 55.06 203 him 6 BA.093 Rp 337 56.02 191 him 7 <> BA094 Rp 338a 56.03 197 hin 8 BA.095 Rp 338b 56.04 156 him 9 ke BA096 Rp 338c 56.05 129 him 10 BA.097 Rp 339 54.01 120 him nN BA.098 Rp 340a 54.02 173 him n BA.099 Rp 340b 54.03 168 him 13 BA.100 Rp 34la 51.01 209 him 14 BA.101 Rp 341b 51.02 189 him 15 BA102 Rp 342 51.03 178 him 16 BA.103 Rp 343a 51.04 132 him 17 BA.104 Rp 343b 51.05 121 him BA.105 Rp 344a 52.01 143 him q 40 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia 19

BA106 Rp 344b 52.02 143 him 20

BA.107 Rp 344¢ 52.03 187 him 21 BA108 Rp 345 52.04 144 him 22 , BAIIO Rp 347 53.01 88 him 240 BAI] Rp 348a 53.02 147 him 25° BA1I2 Rp 348 53.03 139 him 26 BA1I3 Rp 349a 53.04 151 him 21 BA1I4 Rp 349 53.05 80 him 28 BAIIS Rp 350a 54.04 198 him 29 BA.116 Rp 350b 54.05 178 him terakhir yang seharusnya memuat aksara tha dan nga tidak ada pada kolek- si FSUI. Set naskah ini, yang sebelumnya tersimpan di koleksi Radya Pustaka di Surakarta, dibeli FSUI pada tahun 1977 dari G.P.H. Hadiwijaya, kepala Museum Radya Pustaka. Naskah-naskah ini disalin oleh banyak orang (7 orang lebih), tetapi umumnya satu jilid digarap oleh satu orang saja. Tempat penyalinan diperkirakan di Surakarta. Tahun penyalinannya tidak diketahui dengan jelas, mungkin sekitar tahun 1860an, yaitu beberapa taluin setelah Winter meninggal. Kertas yang dipakai pada beberapa jilid pertama berasal dari pabrik W°4 Locke & Zn., yang cocok dengan penanggalan tahun 1860an. [3,17] BA117 BAUSASTRA MELAYU-JAWA G1s7 Bhs Melayu,Jawa —_Aks Latin Kamus Rol 23.04 545 him 31-37 baris/him 31,5x21 Kertas HVS Kamus bahasa Melayu-Jawa ini gubahan W.J.S. Poerwadarminta yang ditulis sekitar tahun 1930an dan kemudian diterbitkan dalam dua bagian. Bagian pertama adalah Kamus Melayu-Jawa, sedangkan bagian kedua Kamus Jawa-Melayu. Naskah BA.117 ini mencakup bagian kedua saja, memuat pelbagai kata bahasa Melayu yang kerap digunakan dalam perbincangan sehari-hari. Penjelasan arti kata tersebut menggunakan bahasa Jawa ngoko. Kosa kata yang termuat jumlahnya mencapai ribuan. Dibandingkan edisi cetakan yang diterbitkan pada tahun 1942, 1943 dan 1945 oleh Balai Pustaka, dengan penyusun yang sama, kamus ini dapat dianggap lebih baik, karena selain lengkap penjelasan isinya juga cukup terinci. Bahkan dapat dikatakan versi Kamus Jawa-Melayu dalam teks ketikan ini kemungkinan merupakan versi asli dan terlengkap, yang belum pernah diterbitkan dalam bentuk utuhnya seperti.ini. Walaupun tidak didapatkan informasi yang menjelaskan mengenai kapan disusunnya kamus ini, namun mengingat masa Poerwadarminta aktif, dan naskah diperoleh Dr. Pigeaud sekitar tahun 1940, maka dapat diperkirakan penyusunan kamus ini dilakukan sekitar tahun 1930an. Penyalinan naskah ini mungkin dilakukan sekitar tahun 1940 atas perintah Pigeaud. (3,12] Bahasa dan Leksikografi 41 ‘BA.118 CANDRASANGKALA, DASANAMA, Isp L158 Bhs Jawa Aks Latin Macapat Rol 40.09 24 him 39 baris/him 34,3 x 22,5 Kertas bergaris Naskah ini merupakan catatan dan ringkasan teks yang diambil dari naskah MSB/B.11 koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Naskah asli berasal dari Madura dan diperoleh oleh Java Instituut dari R. Sasradanukusuma, seorang bangsawan dari Sampang. Naskah ini berisi teks-teks: 1. Candrasangkala; 2. Dasanama; 3. Arjuna Tapa; 4, Nitisruti Kawi; 5. Sewaka, 6. Rama Tambak. Teks nomor 1-5 hanya menyebutkan judul, halaman, dan isi ringkasnya. Untuk teks Rama Tambak, terdapat ringkasan cerita per pupuh yang cukup rinci, tetapi tanpa cuplikan gatra pertama. Dalam naskah ini tidak dijelaskan kapan ringkasannya dibuat, tetapi mengingat babonnya terdapat di Yogyakarta, kemungkinan diringkas di Yogyakarta, sekitar tahun 1936, sesuai dengan catatan Pigeaud (h.1) yang menyebutkan "ontvangen Juni 1936". [3,5] BA.119 CARAKABASA G43 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 24.01 569 him 34 baris/hlm 34,522 Kertas HVS Naskah ini memuat bermacam-macam catatan tentang bahasa, leksikografi, maupun puisi Jawa dalam beberapa bagian, yakni: 1. ukara (h.2); 2. tembang Jawa (sekar ageng) beserta contoh (h.3-22); 3. aksara Jawa, termasuk klasifikasi vokal dan konsonan dalam bahasa Jawa dan nama-nama aksara (h.23-25); 4. Carakasastra (h.25-26); 5. Carakabasa Sastra ha-nga (h.26-41); 6. Carakabasa Kawi (h.42-573); 7. Candrasengkala (h.573-580). Menurut keterangan di h.2, teks pada naskah ini semula disusun oleh K.P.H. Suryanagara di Yogyakarta pada bulan Sura, Jimawal 1773, "Bahning Pancu Onya Rejasa" (= Januari 1845). Pangeran Suryanagara ini, adik bungsu Hamengkubuwana V (berlainan ibu), yang kemudian menikah dengan putri Pakualaman, adalah seorang pengarang Yogyakarta ternama pada pertengahan abad ke-19. Karyanya antara lain Serat Momana dan saduran khas Pakualaman Serat Centhini. Naskah lain yang memuat teks Carakabasa Kawi ini dapat dibaca pada naskah MSB/B.14 di Yogyakarta. Naskah ini merupakan transkripsi dari KBG 16 koleksi Perpustakaan Nasional. Alihaksara dilakukan oleh staf Pigeaud di Surakarta pada bulan Januari 1930. Teks bagian enam dan tujuh ditulis dengan cara yang sangat khas, di mana setiap kata Kawi beserta padanan (atau jarwanya) ditulis pada satu baris supaya nanti dapat digunting-gunting dan ditempelkan pada kartu-kartu yang dipakai oleh Dr. Pigeaud dalam pekerjaan menyusun kamus Jawa. Pada waktu diketik dibuat juga tembusan karbonnya sebagai arsip. Salinan tembusan karbon ini masih disimpan di koleksi FSUI (BA.119a). [3,6] 42 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia BA.119a_CARAKABASA HA27 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol --- 556 him 34 baris/him 34,5 x22 Kertas HVS Naskah ini merupakan salinan tembusan karbon dari FSUI/BA.119; informasi selengkapnya dapat lihat deskripsi naskah tersebut. Naskah ini tidak dimikrofilm, [6,3] BA.120 CARAKABASA NR 245 Bhs Jawa Aks Jawa Prosa Rol 25.01 85 him 26 baris/hlm 33x20 Kertas Eropa Naskah ini memuat bermacam-macam catatan dan teks tentang bahasa dan masalah-masalah lain. Rinciannya sebagai berikut: 1, Carakabasa (h.1-4), atau semacam kamus kata-kata Kawi, disusun dalam 2 kolom. Kolom pertama berisi kata kawi sedangkan kolom kedua berisi keter- angan maknanya. Kata diurut berdasarkan urutan aksara jawa dari ha-nga, kemudian haha-nganga, hu-ngu, huhu-ngungu, hir-ngir, hér-ngér, hi-ngi, hihi-ngingi, har-ngar, hur-ngur, hah-ngah, ho-ngo, hra-ngra dan yang terakhir adalah nama sandi berurutan mulai dari ha-nga. 2. Kératabasa (5-54), atau uraian makna kata berdasarkan bunyinya (folk ety- mology), disusun dalam 2 kolom. Kolom pertama berisi kératabasanya, kolomn kedua berisi keterangan maknanya. Kératabasa disusun berdasarkan urutan aksara Jawa mulai dari ha-nga. 3. Candrasengkala (55-58), disusun dalam 2 kolom. Kolom pertama berisi kata, kolom kedua berisi keterangan maknanya. Kata disusun berdasarkan urutan watak candrasengkala. 4. Daftar gendhing pélog dan sléndro (59-67), disusun dalam 4 kolom. Kolom pertama berisi nama gendhing, kolom kedua berisi keterangan mengenai irama- nya, kolom ketiga berisi keterangan jumlah pukulan kethuk, kolom keempat berisi keterangan jumlah ketukan kenong. Nama semua kendhangan di Yogyakarta (68) . Titilaras kendhangan (?) (69, 72) . Sorahing Babasan Dasanama Déwa Ratu (74-78) Aksara “Buda" dan Latin dengan padanannya dalam aksara Jawa, dan nama-nama aksara sandhangan (79-82). Naskah ini disalin oleh beberapa carik atau juru tulis (sesuai dengan jumlah bagian tersebut di atas) terbukti dari gaya tulisan yang berbeda-beda. Pada h.58 terdapat sebuah catatan berbunyi sebagai berikut: “tamat rampung brongta rampunging tinulis kemis wagé wulan Sawal, marengi ing tahun Ejé anuju mongsa kasonga [...] dene ta sengkalanipun rupa ésthi sebda tunggal." Informasi dalam kolofon ini kurang tepat karena tahun Jawa 1781, yang dirunut dari sengkalan, tidak cocok untuk warsa Jé. Kalau kita berpegang pada sengkalan, maka Kamis Wagé, tanggal 21 Sawal 1781 bertepatan dengan 28 Juli 1853; kalau pun warsa betul, maka kita merunut tanggal 17 Sawal 1782, atau 13 Juli 1854. Kertas yang eras Bahasa dan Leksikografi 43 dipergunakan cocok untuk periode ini. Pada h.67 terdapat tanda tangan "R. Basinta" (7) disertai tanggal "11-9-26". Pada h. terdapat cap bertuliskan "Atmotjondro Sentono" yang diperkirakakan pernah memiliki naskah ini. Pemilik yang lain disebut di h.iv, berbunyi boekoe kwi kagoengan ni poen K.P.A. Soerjo Widjojo Djogjakarta. Di h.1 juga ada catatan, poetri dalem sinoehoen rodjo kang kaping 3 Djogdjacarta, dan terdapat pula gambar naga berkepala manusia mengenakan mahkota dengan keterangan di bawahnya berbunyi, Poenika panammanné Poen kaki Bolo Bang. Naskah dibeli oleh Th. Pigeaud pada tanggal 17 Mei 1933 (h.i). Alih aksara dibuat oleh stafnya pada tahun berikutnya. Untuk alih aksara tersebut lihat FSUI/BA.121. [3,6] BA.121 CARAKABASA 4 35.01a-b Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 25.02 72 him 36 baris/him 34,5x 21 Kertas bergaris Naskah ini merupakan alih aksara naskah FSUV/BA.120, yang disalin dalam rangka pembuatan kartu data untuk proyek kamus Jawa yang dikerjakan oleh Pigeaud dan stafnya pada tahun 1930an. Salinan ketikan ini dibuat pada tahun 1934. Tiap kata ditulis dengan menyebutkan kode naskah asli, dengan maksud akan digunting dan ditempelkan di kartu-kartu dalam sistem pendataan Pigeaud. Di FSUI ada dua eksemplar salinan naskah ini (A 35.0la-b), yaitu ketikan asli dan tembusan karbonnya. Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm. [3,20] BA.122 SERAT DASANAMA KAWI-JARWA B2.06 Bhs Jawa Aks Jawa Kamus Rol 25.03 41 him 37 baris/him 34,5x21 Kertas bergaris Naskah ini berisi sinonim kata-kata Kawi (yang dimaksud adalah tembung kawi, bukan bahasa Jawa Kuna) tentang nama-nama anggota badan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan badan, serta istilah-istilah umum. Penyusunan nama-nama anggota badan dibuat berurutan, mulai dari bagian kepala terus ke bawah hingga ke bagian kaki. Naskah yang tergolong kamus ini memuat sekitar seribu buah entri. Berdasarkan catatan pada h.i, naskah ini diperoleh Th. Pigeaud dari Kiliaan-Charpentier pada bulan Desember 1927. Tentang penulisan teks Dasanama ini tidak ada informasi. Di h.37 terdapat catatan dengan tulisan yang sejenis dengan tulisan pada teks pokok, berbunyi "tammat 9-11-90", berarti kiranya bahwa naskah selesai disalin pada tanggal 9 November 1890. Jenis kertas cocok dengan penanggalan tersebut. Tempat penyalinan belum dapat diketahui. Penyalin dapat diperkirakan sama dengan penyalin BA.148, yang juga berasal dari Kiliaan-Charpentier. Naskah-naskah lain dengan isi dan judul yang mirip dapat dijumpai di MSB/B.7-9, 13; SMP/MN.294, 367, 537-540, 551, 587; SMP/KS.565; LOr 1831, 44 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia 2008, 2049, 2060, 2136, 3166, 4188, 4885, 5175, 5374, 5597, 6399, 6609, 9232, 10.563; NBS 82, 133, 400. Lihat juga di bawah judul Kawi Dasanama, Carakabasa, dan lain sebagainya dalam indeks-indeks judul naskah. Untuk versi cetak dengan uraian bahasa Belanda dapat dilihat pada Cohen Stuart 1873. [3,12] BA.123 DASANAMA TEMBANG A 39.02a Bhs Jawa Aks Latin Macapat Rol 25.04 1 him 39 baris/hlm 34,5 x 22,5 Kertas HVS Naskah ini memuat daftar kata bahasa kesusasteraan Yogyakartan (tembung kawi) dengan artinya, tersusun dalam metrum dhandhanggula. Teks disalin dari naskah asal Yogyakarta yang milik R. Tanaya di Surakarta. Naskah babon tersebut mengandung tarikh Bé 1768, bersamaan dengan tahun 1840 Masehi. Di naskah babonnya, teks ini merupakan sebagian kecil dari seluruh isinya, dan terletak di h.117-127. Penyalinan pertama (tulisan tangan) dari babon tersebut mungkin dilakukan oleh pemilik naskah asli, ialah R. Tanaya, sekitar tahun 1936. Salinan ketikan dibuat oleh staf Dr. Pigeaud di Yogyakarta. Untuk salinan ketikan tersebut lihat FSUI/BA.123a di bawah ini. [3,7] BA.123a_ DASANAMA TEMBANG A 39.02b-c Bhs Jawa Aks Latin Macapat Rol 25.05 15 him 30 baris/him 29,8x 22 Kertas HVS Naskah ini merupakan salian ketikan dari FSUI/BA.123. Informasi selengkapnya tentang teks dan naskah babon dapat dibaca pada deskripsi naskah tersebut. FSUI menyipan dua eksemplar salinan tembusan karbon naskah ini (A 39.02b-c). Hanya copy b yang dimikrofilm. [3,7] BA.124 DIALEK KEBUMEN 45.05 Bhs Jawa Aks ~~ Prosa Rol him -~- baris/hlm _ _ ‘Naskah ini merupakan tulisan tentang bahasa Jawa dialek Kebumen, dinyatakan telah ditulis untuk disertakan dalam lomba atau sayembara karya tentang bahasa yang dis- ponsori oleh majalah Poesaka Djawi, sekitar tahun 1930an. Namun sayang, naskah yang pemah dimiliki FSUI ini kini telah hilang. BA125 KAMUS JAWA (Catatan H.N. van der Tuuk) WSs8 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 25.06 293 him 60 baris/him 30x21 Kertas HVS Naskah ini memuat salinan dari catatan Dr. H.N. van der Tuuk tentang kata-kata Bahasa dan Leksikografi 45 dalam kamus Jawa-Belanda yang disusun oleh Gericke dan Roorda (cetakan 1875) yang perlu ditambah atau diperluas definisinya. Salinan ketikan ini dibuat atas perintah Dr. Th. Pigeaud di Yogyakarta pada tahun 1938, Naskah tidak menyebutkan informasi tentang bentuk catatan ini sebelum disalin. Namun demikian catatan dan tambahan ini diambil dari coretan-coretan pada salinan kamus Gericke dan Roorda yang dimiliki Van der Tuuk sendiri (lihat kolom "tekst" di sebelah kiri tiap halaman), dan sebagian dari lembaran-lembaran lepas di mana van der Tuuk menulis catatan tambahan (lihat kolom "folio" sebelah kanan tiap halaman). Kamus milik Van der Tuuk tersebut sekarang disimpan di perpustakaan Universitas Leiden (Pigeaud 1967:297-298). Walaupun tidak disebutkan informasi tentang penulisan catatan ini, menurut dugaan penyunting, kemungkinan besar Van der Tuuk menulisnya di Singaraja, pada waktu beliau menyusun data untuk mahakaryanya Kawi-Balineesch- Nederlandsch Woordenboek, yang digelutinya antara tahun 1875 sampai wafatnya di Surabaya tahun 1894, Catatan van der Tuuk di naskah ini memuat kata sasaran yang disusun secara alfabetis; kata-kata ini kemudian dilengkapi dengan acuan sumber lain. Buku-buku sumber yang diacu hanya disebutkan singkatannya. Untuk memahami karya-karya yang dimaksud dengan singkatan ini, sebagian dapat dilacak di daftar singkatan pada kamus Gericke dan Roorda, tetapi sebagian lagi hanya dengan perkiraan. Bandingkan naskah-naskah FSUI lain yang mirip dengan catatan Van der Tuuk ini, berasal dari Meinsma (BA.201-204), Jonker (BA.210), dan Kern (BA.323-329). 2B) BA.126 DIALEK BANYUWANGI A31.03a-c Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 160.08 7him 27-35 baris/him 35x22 Kertas HVS: Naskah ketikan ini berisi catatan tentang dialek Jawa daerah Banyuwangi yang disusun oleh seorang guru di Banyuwangi sekitar tahun 1920an. Pigeaud memperolehnya pada bulan April 1933 dari Mohammad Ali, seorang guru di Yogyakarta. Naskah berisi teks tentang sejarah, paramasastra, kata-kata khas, dan lain sebagainya. FSUI memiliki tiga eksemplar naskah ini, yaitu ketikan asli (A 31.03a) dan dua tembusan karbon (b,c). Hanya ketikan asli yang dimikrofilm. [8,3] BA.127 DIALEK KEDU (PARAKAN) A 35.03a-b Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 160.09 18 him 32-34 baris/hlm 34,5.x 22 Kertas HVS Naskah berisi bahan-bahan untuk belajar bahasa Jawa, terutama dikte dan percakapan, yang dipakai di sekolah rakyat di daerah Kedu pada tahun 1930an. Bahan tersébut tersusun berkat kerja sama dengan guru-guru sekolah rakyat. Pigeaud memperolehnya dari M. Prawiraharjana, pengawas sekolah di desa Parakan pada 46 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia bulan Januari 1934, kemudian diketik ulang rangkap empat. Ada dua eksemplar ketikan pada koleksi FSUI (A 35.03a-b). Dua-duanya merupakan tembusan karbon. Salinan (a) yang dimikrofilm, karena sedikit lebih jelas. (8,3] BA128 DIALECTEN (GEHEEL) ! G4 Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 85.01 704 him 44 barisshlm 34,6x21,9 “Kertas bergaris Pada tahun 1912-1913 diadakan sebuah sayembara ‘atau lomba tulisan tentang dialek-dialek bahasa Jawa, disponsori, oleh KBG. Jumlah peserta dalam lomba 36 orang, dengan tiga tulisan lagi yang diserahkan setelah batas waktu. Lihat Notulen 49 (1911):110-112 untuk keterangan maksud dan tujuan lomba tersebut, serta Notulen 51 (1913):99-111 dan Bijlage I untuk hasilnya, termasuk uraian peserta dan nama-nama para juara. Lomba diselenggarakan, antara lain, karena para ilmuwan menganggap bahwa "[dJe studie der Javaansche dialecten is tot nu toe slechts weinig beoefend." Pemyataan itu, yang ditulis pada tahun 1911, sampai sekarang pun masih cukup berlaku, Bahan-bahan lomba.KBG yang disusun lebih 80 tahun silam’masih perlu sekali diteliti oleh para sarjana linguistik maupun bahasa Jawa dewasa ini. Rupanya tulisan para peserta lomba ini dipinjamkan kepada Pigeaud sekitar tahun 1928 untuk menunjang penelitiannya dalam menyusun kamus Jawa yang baru; sete- lah perang pecah, dan tentara Jepang menduduki Yogyakarta, Pigeaud kehilangan kuasa atas koleksinya, sehingga naskah-naskah ini tidak pernah dikembalikan ke KBG. Rincian judul yang sekarang tersimpan pada koleksi FSUI, baik tulisan asli maupun turunan yang dibuat oleh staf Pigeaud, dicantumkan di bawah ini, sesuai dengan urut-urutannya pada saat lomba berlangsung. 1, Basa Jawi ing Parésiden Rembang (Padangan), dikarang oleh Suryasudirja (nama samaran S.J.S. Derpa); juara 4 (kelompok I); asli BA.161; ketikan pada BA.128, h.15-66. 2. Weordenlijst Tjepoe (Dialekt Rembang Blora), dikarang oleh Samsimiarja (nama samaran X.); juara 2 (kelompok 1); asli BA.191 (h.1-46); ketikan pada BA. 128, h.67-98. 3. Prijsvraag antwoord Rembangsche dialect uit Bondowoso, dikarang oleh Kartasudirjaya (nama samaran K.); juara 2 (kelompok IV); asli BA.191 (1.47-89); ketikan pada BA.128, h.105-126. 4. Dialect Moentilan, Pastoeran, pengarang tidak diketahui (nama samaran AMD.G.); asli BA.191 (h.92-107); ketikan pada BA.128, h.131-143 dan pada BA.177. 5. Prijsvraag antwoord —Verschillende —‘Dialecten, —_ voornamelijk Oost-Javaansch, dikarang oleh P.Penninga (bermotto “De Aarde is des Heeren, mitsgaders hare volheid"); juara 1 (kelompok Il); asli BA.192; ketikan pada BA.128, h.145-445. Karangan Penninga ini dilengkapi dengan dua lampiran berupa tulisan susunan orang lain, masing-masing tentang 10. ll. 12. 13. 14. 15. 16. 20. 21. 22. 23. 24. Bahasa dan Leksikografi 47 dialek Banyumas dan dialek Cirebon-Indramayu (ditulis O. van den Berg). Dialect Patjitan, pengarang tidak diketahui (nama samaran Mas); asli BA.190; ketikan pada BA.128, h.451-520 (dengan tinta merah). Dialect ing Bagelen sisih Kidoel, kang paketjapané G, dikarang olch Mas Prawirasudirja (nama samaran Punggung Kawulatama); juara 2 (kelompok Il); asli BA.162; ketikan pada BA128, h.525-646 dan pada BA.155. Dialect Toetoer Kata Pri-boemi di Afdeeling Koedoes, pengarang tidak diketahui (bermotto "Na regen komt sonneschijn"); asli BA.163; ketikan pada BA.128, h.647-676, Dialect Tjandhirata (Noord-Kedoe/Temanggoeng), pengarang tidak diketahui (nama samaran Sarboe); asli tidak ada pada FSUI; ketikan pada BA.128, h.681-686. Dialect Goenoeng Kidoel Jogjakarta, dikarang oleh "R.T. Yudaningrat;" asli BA.164 (h.1-4); ketikan pada BA.128, h.687-693 dan BA.176. Patjitansch dialect, pengarang tidak diketahui (nama samaran N.P.A.); asli BA.164 (h.5-27); ketikan pada BA.128, h.715-732. Paramasastra Jawa Blora, dikarang oleh "X."; asli BA.165 (h.1-16); ketikan pada BA.129, h.735-748. Dialect Tjilatjap, dikarang oleh “Atjap Anak Kantjil", asli BA.165 (h.1-157); ketikan pada BA. 129, h.749-832 dan BA.174. Dialect Bodjanagara, dikarang oleh "X."; asli BA.166; ketikan pada BA.129, h.835-885. Dialect Poerbalingga, dikarang oleh "Mas Harjakusuma", juara 1 (kelompok IID); asti BA.167 (h.1-125); ketikan pada BA.129, h.887-956. Dialect Blora, dikarang oleh "X."; asli BA.167 (h.127-183); ketikan pada BA.129, h.957-986. Woordenlijst dari dialect Kendal sebelah Barat, dikarang oleh "R.S. Batog-Boeloe"; asli BA.168; ketikan pada BA.129, h.989-1022 dan BA.182. . Dialect ing Koeta-Ardja, dikarang oleh Puspakusuma (nama samaran Resi Seta); juara 1 (kelompok IV); asli BA.169 (h.1-32); ketikan pada BA.129, h.1023-1040. . Dialect Blora-Bojanagara, dikarang oleh "R. Djajawijata’; asli BA.169 (h.33-117); ketikan pada BA.129, h.1047-1080 dan BA.180. Lijst van woorden, die wel te Jogjakarta, doch niet te Soerakarta worden gebruikt, enz. (a en b), dikarang oleh "Brahmavidya"; asli BA.170 (h.3-33); ketikan pada BA.129, h.1083-1107 dan BA.175. Dialect Urut-Séwu (woordenlijst), dikarang oleh "Ocroet-Sewoe"; asli BA.170 (h.34-36); ketikan pada BA.129, h.1109-1113. Dialect Tegal, dikarang oleh Mas Wiryawiyata (nama samaran D.); juara 3 (kelompok III); asli BA.170 (h.37-52); ketikan pada BA.129, h.1115-1134. Dialect Banten, dikarang oleh Mas Mangoendikarja (nama samaran 1500); juara 5 (kelompok I). Asli tidak ada pada FSUI; kopi ketikan tidak ada pula, karena karangan ini diterbitkan oleh Kolff di Batavia pada tahun 1914. Dialect Karanganjar, dikarang oleh "Kartadiwirja"; asli BA.173 (h.7-186); 48 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 36a. 36b. 36c. Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia ketikan pada BA.129, h.1135-1201. Woordenlijstje (Dialect Margaredja, Tajoe, Djapara), dikarang oleh “Radija"; asli BA.173 (h.207-229); ketikan pada BA.130, h.1211-1216. Margaredja, Tajoe, Djapara, dikarang oleh “Mangoen"; asli BA.173 (h.235-268); ketikan pada BA.130, h.1219-1240. Dialect van Toeban, dikarang oleh Mas Ardjadipradja (nama samaran Oemboel Warih Koesoema); juara 3 (kelompok 1); asli BA.173 (h.295-668); ketikan pada BA.130, h.1241-1346. Dialect Pasoeroean met woordenlijst, dikarang oleh Ranoearmidarma (nama samaran Pak Konjek); juara 2 (kelompok III); asli BA.173 (h.669-818); ketikan pada BA.130, h.1347-1410 dan BA.181. Dialect Ajibarang (Poerwakarta), dikarang oleh “Beberapa sikoe-sikoe"; asli BA.172 (h.1-7); ketikan pada BA.130, h.1411-1424, Dolananipoen laré-laré (Koeta-ardja), dikarang oleh "Oeroet Bentjo"; asli BA.172 (h.8-12); ketikan pada BA.130, h.1425-1430. Dialect res. Pasoeroean, dikarang oleh "Panah bermata tiga"; asli BA.172 (h.13-78); ketikan pada BA.130, h.1433-1486. Dialect Pemalang, res. Pekalongan, dikarang oleh “Neptunus”; asli BA.171 (h.1-77); ketikan pada BA.130, h.1487-1511. Dialect Poerwakarta lan Poerbalingga, dikarang oleh Dr. B.J. Esser; juara I (kelompok). Tidak terdapat asli maupun turunan tik-tikan pada koleksi FSUI, karena telah terbit dalam VBG 68, eerste stuk, memakai judul: Het Dialect van Banjoemas, inzonderheid zooals dit in de regentschappen Poerbolinggo en Poerwokerto gesproken wordt (Weltevreden: G. Kolff & Co., n.d.). Dialect Tulungagung, dikarang oleh "Sang Putri Angajom Ganda..."; asli BA.171 (h.93-185); ketikan pada BA.130, h.1511-1576 dan BA.179. Woordenlijst Dialect Pasisir, Surakarta, dikarang oleh "Jawa Lu; BA.171 (h.187-227); ketikan pada BA.130, h.1577-1594. Dialect Serang, Banten, dikarang oleh "Wulang Martani"; asli BA.171 (h.247-426); ketikan pada BA.130, h.1595-1670 dan BA.178. Temboeng Banjoemas toelen, dikarang oleh “Nartim"; asli BA.171 (h.429-463); ketikan pada BA.130, h.1671-1684. Dialect Basa Djawi Ngajogjakarta, dikarang oleh Ardjasoewita, Sem Agustinius dan Soedi (nama samaran Tjantrik Triguna); asli BA.171 (h.469-581); ketikan pada BA.130, h.1685-1716 dan BA.183. Dialect Pasisir Djapara, dikarang oleh "Saekor burung di tangan..."; asli BA.173a; ketikan pada BA.130, h.1717-1765. 3 asli Meringkas informasi di atas, naskah-naskah pada koleksi FSUI yang berasal dari lomba dialek KBG berjumlah 32 buah, ialah BA.128-132, 155, 161-183 dan 190-192. Lihat masing-masing deskripsi untuk keterangan selanjutnya. Adapun naskah BA.128 merupakan jilid pertama dalam set tiga buku yang bersama-sama memuat kumpulan salinan ketikan dari seluruh tulisan lomba; pada naskah ini terdapat no. 1 s.d. 10. Lihat BA.129 dan 130 untuk jilid-jilid berikutnya. Pada BA.131-132 terdapat turunan yang mirip, namun hanya merupakan bagian Bahasa dan Leksikografi 49 keterangan atau pendahuluan/kata pengantar saja dari setiap tulisan, tanpa daftar kata atau lampiran-lampiran yang lain. [3] BA.129 DIALECTEN (GEHEEL) I G45 Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 85.02 500 him 44 baris/hlm 345x219 Kertas bergaris Naskah ini merupakan jilid kedua dalam set tiga buku yang bersama-sama memuat kumpulan salinan ketikan dari seluruh tulisan lomba dialek KBG; pada naskah ini terdapat no. 11 s.d. 24. Lihat BA.128 untuk keterangan selanjutnya. BA.130 DIALECTEN (GEHEEL) Ill G46 Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 86.01 564 him 36 baris/hlm 34,5 x22 Kertas HVS Naskah ini merupakan jilid terakhir dari set tiga buku yang bersama-sama memuat kumpulan salinan ketikan dari seluruh tulisan lomba dialek KBG; pada naskah ini terdapat no, 25 s.d. 36c. Lihat BA.128 untuk keterangan selanjutnya. BA.131 DIALECTEN (VOORWERK) (jilid 1) G47 Bhs Jw,Mly, Bld Aks Latin Kamus Rol -- 261 him 36 baris/him 34,5x22 Kertas bergaris Naskah seri pertama dari dua seri ini (seri ke-2 BA.132) merupakan salinan yang mirip dengan BA.128-130, tetapi hanya memuat keterangan atau pendahuluan saja dari setiap tulisan, tanpa daftar kata atau lampiran yang lain. Lihat deskripsi naskah BA.128 untuk keterangan selanjutnya. Naskah ini tidak dimikroifim. [6,3] BA.132 DIALECTEN (VOORWERK) (jilid 2) G4 Bhs Jawa,Melayu —_Aks Latin Kamus Rol -- 261 him 36 baris/him 34,5x 22 Kertas bergaris Seri kedua dari dua seri naskah (BA.131 dan BA.132), merupakan salinan yang mirip dengan BA.128-130, namun hanya merupakan bagian keterangan atau pendahuluan/kata pengantar saja dari setiap tulisan, tanpa daftar kata atau lampiran-lampiran yang lain. Lihat deskripsi naskah BA.128 untuk keterangan selanjutnya. Naskah ini tidak dimikrofilm. [6,3] BA.133 CARAKAN BUDA B3.03 Bhs Jawa Aks Jawa Prosa Rol 25.07 7 him 38 baris/hlm 35x 22,5 Kertas HVS 50 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Naskah ini berisi uraian tentang "aksara buda”, sejenis aksara yang dipakai di Jawa pada masa Jampau. Menurut keterangan yang ada di dalam naskah, aksara-aksara tersebut dipakai pada tahun "suryasangkala" 141 s.d. 1193 (h.1-4). Pemakaian tahun "suryasangkala" ini dengan padanannya dalam tahun “candrasangkala" berkesan seakan-akan teks ini disusun oleh orang yang amat terpengaruh oleh tradisi Ranggawarsitan di Surakarta, Bandingkan dengan naskah PNRV/KBG 206, yang berisi tabel-tabel aksara buda yang ditulis (disalin) oleh R.Ng. Ranggawarsita sendiri. Naskah ini diperoleh Th. Pigeaud pada bulan Desember 1927 dari Kiliaan-Charpentier dan merupakan turunan sebuah naskah dari Surakarta (h.1). Data penulisan teks asli maupun penyalinannya dalam naskah ini tidak disebutkan, namun melihat jenis kertas yang dipergunakan, maka dapat diperkirakan bahwa naskah disalin sekitar tahun 1890an. Penulisannya mungkin sekitar zaman Ranggawarsita dan tahun penyalinannya, Tempat penulisan maupun penyalinannya diduga di Solo. (3.8) BA.134 HOLLANDSCHE LEENWOORDEN A511 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 25.08 38 him 37 barishhlm 35x 22,5 Kertas HVS Studi tentang kata-kata Jawa yang berasal dari Bahasa Belanda. Teks berupa daftar yang menyajikan kata-kata yang kemudian satu persatu diuraikan tentang bahasa asal kata serapan tersebut dan istilah padanannya dalam bahasa Jawa ("tembungipun Jawi ingkang lugu"), Diberi contoh pemakaiannya dalam sebuah kalimat. Berbentuk kamus, namun hanya huruf pertama setiap kata yang alfabetis, sedangkan huruf kedua dan seterusnya tidak alfabetis. Berdasarkan keterangan dari Pigeaud yang tertulis di h.i, maka dapat diperkira- kan bahwa teks ini dikarang oleh R.C. Suwardi dan kemudian diserahkan kepada Volkslectuur (Balai Pustaka) pada tahun 1928. Barangkali Suwardi mengharap naskahnya akan diterbitkan, tetapi setelah mencari judul ini dalam buku-buku acuan yang ada, rupanya tidak sampai diterbitkan. Naskah BA.134 ini merupakan salinan ketikan dari aslinya yang diperoleh Pigeaud dari Volkslectuur. Menurut perkiraan penyunting pengetikannya dilakukan pada waktu Pigeaud masih bertugas di Surakarta sekitar awal tahun 1930an. [3,21] BA.135 SERAT KATARANURUKMA A 10.03a Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 80.01 16 him 36 baris/him 34,6 22,2 Kertas HVS Naskah ini merupakan salinan dari naskah PNRI/KBG 576, berisi tentang penggunaan bahasa Jawa dialek Banyumas. Teks ini diperuntukkan bagi orang dari daerah lain yang akan bertempat tinggal di Banyumas, untuk menghindari perbedaan bahasa yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Daftar kata khas Banyumasan ini Bahasa dan Leksikografi 51 sekitar 300 kata, dilengkapi dengan padanannya dalam bahasa Jawa dialek Solo-Jogja. Menurut catatan di h.i, teks ditulis oleh Mas Alimajohanmukarab, seorang sekre- taris di Kantor Pegadaian Pemerintah Tulungagung. Naskah babonnya diperoleh KBG pada tahun 1911. Belum jelas kalau tarikh ini juga merupakan tahun »penulisannya. ‘Naskah ini merupakan salinan ketikan yang dibuat pada tahun 1929, mungkin atas perintah Pigeaud. Pada saat itu ketikan dibuat rangkap dua: satu eksemplar untuk arsip, dan satu lagi untuk digunting-gunting dan ditempelkan pada kartu-kartu yang disusun Pigeaud sebagai bahan kamus. Salinan lain dari naskah ini, berisi kata pengantar saja, tanpa daftar kata, terdapat pada FSUI/BA. 136. [3,25] BA.136 SERAT KATARANURUKMA A 10.03b Bhs Jawa ‘Aks Latin Prosa Rol --- thim 36 baris/him 34,6 x 22,2 Kertas HVS Naskah ini merupakan tembusan karbon bagian depan (h.1-3) dari BA.135. Naskah ini tidak dimikrofilm. (35] BA.137 CARAKABASA A 34.07a-6 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 26.01 85 him 38 baris/him 34,5x 22 Kertas HVS Naskah ini memuat semacam kamus istilah kawi dengan keterangan maknanya dalam bahasa Jawa sehari-hari. Naskah babonnya terdapat di Perpustakaan Nasional RI, yaitu naskah KBG 925, yang semula berciri koleksi Moens no. 11. Atas perintah Pigeaud babon itu kemudian dialihaksarakan dengan tujuan dipakai dalam penyusunan kamus Jawa yang digarap oleh Pigeaud di Solo dan Yogya sekitar tahun 1925-1940. Naskah disalin (diketik) oleh staf Pigeaud pada tahun 1934. Penyalinannya dilakukan dengan cara yang khas sehingga nanti dapat digunting-gunting dan ditempelkan di kartu rujukan kamus. Untuk setiap kata kawinya dicatat naskah sumber (berciri M 11), halaman, kata kawi dan jarwanya. Uraian lengkap tentang naskah babon salinan ini, serta keterangan singkat tentang jenis naskah "kamus kawi-jarwa", lihat Pigeaud 1931:326. Untuk teks-teks lain yang sebanding dengan Carakabasa ini, lihat FSUI/BA.119-121, 138-139. Di FSUI ada dua copy naskah ini (A 34.07a-b), yaitu ketikan asli dan tembusan karbonnya. Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm. [3,21] BA.138 CARAKABASA (A 34.06a-b — Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 26.02 63 him 35 baris/him 34,5x22 Kertas HVS 52 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Teks Carakabasa ini terdiri dari 3640 istilah Aawi yang kemudian diartikan (jinarwa) dalam bahasa Jawa sehari-hari. Definisi atau makna yang diberikan tidak mendetail, bahkan biasanya merupakan satu kata saja. Teks disusun secara alfabetis dari sampai . Keterangan judul yang terdapat di h.1 menyebutkan "Kiratabasa," tetapi identifikasi ini jelas tidak cocok: uraian etymologi (kératabasa) tidak ada dalam teks ini. Untuk teks-teks lain yang sebanding dengan Carakabasa ini, lihat FSUI/BA. 119-121, 137-139. Menurut keterangan di h.i, teks ini disusun oleh J.L. Rhemrev. Informasi lebih lanjut tentang Rhemrev ini tidak ada. Seorang IL. Rhemrev disebutkan dalam Pratélan 11:113. Ialah pejabat juru bahasa (taalambtenar) di Batavia yang menulis cerita Gurma Lelana, sebuah kumpulan cerita tentang berburu (Batavia, 1884). Apakah J.L. Rhemrev itu sama dengan I.L. Rhemrev belum dapat dipastikan. Naskah ini merupakan alihaksara ketik dari naskah asli di Perpustakaan Nasional, ialah manuskrip KBG 25, yang oleh staf Pigeaud disalin pada tahun 1934 untuk dipakai dalam penyusunan kamus baru. Di FSUI ada dua salinan (A 34.06a-b), yaitu ketikan asli dan tembusan karbon- nya. Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm. [3,21] BA.139 CARAKABASA A 34.05a-b Bhs Jawa Aks Latin Kamus Kot 26.03 19 him 35 baris/hlm 21x17 Buku tulis Kamus istilah kawi dengan keterangan maknanya dalam bahasa Jawa sehari-hari. Babonnya adalah naskah PNRI/KBG 316. Atas perintah Pigeaud babon tersebut dialihaksarakan untuk bahan perbandingan dalam penyusunan Kamus Jawa baru. Naskah salinan ketikan ini ada dua eksemplar di FSUI (A 34.0Sa-b), yaitu ketik-an asli dan tembusan karbon. Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm. [3,21] BA.140 TEMBUNG CAMBORAN A 26.06a Bhs Jawa ‘Aks Jawa Prosa Rol 26.04 11 him 24 baris/him 21x17 Buku tulis Teks ini berisi 51 buah "tembung camboran", di mana masing-masing diuraikan asalnya disertai dengan penjelasan artinya. Yang dimaksud dengan istilah "‘ernbung camboran" adalah kata majemuk. Namun yang diuraikan disini bukan kata majemuk biasa, tetapi kata dengan dua suku kata, yang diduga berasal dari singkatan dua kata lain berdasarkan homofoni suku katanya. Keterangan:asal kata dengan cara ini biasanya disebutkan kératabasa atau etimologi rakyat (folk etymology). K.G.P.A.A. Mangkunagara VII memberikan naskah ini kepada Pigeaud pada bulan April 1932 di Surakarta. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa penulisan teks-nya dan penyalinannya dalam naskah kecil ini dilaksanakan di Mangkunagaran, sekitar tahun 1930. Terdapat keterangan "kata majemuk" ini “kadhapuk dados salingga lajeng dados tembung nami baku" yang menunjukkan Bahasa dan Leksikografi 3 bahwa penulis teks ini berusaha untuk mempermodern ilmu bahasa Jawa tradisional, sehingga istilah kératabasa sama sekali tidak disebutkan dalam naskah ini. Setelah diperiksa naskah ini segera dialihaksarakan oleh staf Pigeaud di Sura- karta. Salinan ketikan naskah ini adalah FSUI/BA.140a. [3,12] BA.140a_ TEMBUNG CAMBORAN A26.06b-c Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 26.05 thim 50 baris/hlm 34x21 Kertas HVS Naskah ini merupakan salinan ketikan naskah FSUI/BA.140 yang dibuat oleh staf Dr. Pigeaud pada tahun 1932 di Surakarta. Uraian lengkap tentang isinya dapat dibaca pada deskripsi naskah babon. Di koleksi FSUI ada dua salinan naskah ini (A 26.06b-c), yaitu ketikan asli dan tembusan karbonan, Hanya ketikan asli (b) yang dimikrofilm. (3,12] BA.141 SERAT KERATABASA 41.02 Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 26.06 22 him 34 baris/hlm 31,1. x20 Kertas HVS Teks Serat Kertabasa ini berbentuk cerita. Mahaprabu Widayaka mendapat wasita dari 5 dewa, yaitu Batara Legi, Batara Paing, Batara Pon, Batara Wage, dan Batara Kaliwon bergelar Batara Kasihan. Prabu Widayaka (Ajisaka) mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai aksara Jawa berikut mengenai perlambang/makna yang ada di dalam aksara itu, setelah mendengarkan keterangan dari para pendeta/resi dan ke-4 adiknya (Empu Brahandang, Empu Brahunting, Empu Braradya, dan Empu Cakata-sandi). Perlambang tadi berisi tentang keterangan watak manusia, baik mengenai kesukaan, kelebihan, kekurangan maupun kelemahannya, terutama bagi anak yang namanya memakai aksara yang bersangkutan. Naskah ketikan ini disalin pada tahun 1925 oleh staf Pigeaud di Surakarta; babonnya diperoleh dari Dr. Radjiman R.T. Widyadiningrat, Surak!rta (h.i). Untuk teks-teks lain yang memuat abjad Jawa disertai keterangan sifat-sifat mistisnya adalah LOr 4946, 6513; MSB/B.17, LL.24; SMP/KS.575 dan MN.565. [3,7] BA.142 KERTABASA; SERAT WATUGUNUNG G 143 Bhs Jawa Aks Latin Prosa,Mcpt Rol 26.07 56 him 31 baris/him 29,6 x21 Kertas HVS Naskah ketikan ini terdiri dari dua teks, yaitu Serat Kertabasa (h.1-11) dan Serat Watugunung (11-56), merupakan alih aksara dari naskah koleksi R. Sasradanu- kusuma, Sampang, Madura, Babonnya sekarang tersimpan di koleksi Museum Sonobudoyo di Yogyakarta (MSB/LL.24). Salinan ini dibuat pada tahun 1938 di Panti Boedaja. Di koleksi Museum Sonobudoyo sendiri rupanya salinan alihaksara 54 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini sudah tidak ada lagi. Teks pertama dalam naskah ini, yaitu Kertabasa (Dasa Wandya Sastra), berisi ulasan tentang aksara Jawa serta uraian makna jarwa dari sejumlah kata kawi. "Kamus tradisional" ini disusun sesuai dengan urutan abjad Jawa. Teks terdiri atas tiga bait puisi bertembang asmarandana, kemudian selebihnya berupa gancaran. Untuk teks berjudul Kerfabasa lain bandingkan MSB/P.203, B.17; FSUI/BA.141, LOr 6223 dan naskah-naskah Leiden lain yang tercantumkan di Pigeaud 1967:296-297. Isi naskah ini bermacam-macam, tetapi selalu berkaitan dengan makna abjad Jawa dan arti kata-kata sulit (tembung kawi). Teks kedua pada naskah ini, Serat Watugunung, berisi cerita mengenai Prabu Watugunung, dimulai sejak Nabi Adam dan Hawa berputra Abil (tua) dan Kabil (muda). Cerita diakhiri dengan peperangan antara Batara Wisnu dengan raksasa Manglyawan yang dimenangkan oleh Wisnu. Penyalin rupanya mengalami sedikit kesulitan sewaktu membaca teks sehingga sebagian dari alihaksaranya harus diragukan. Ejaan yang dipakai dalam kutipan di bawah persis sama dengan dipakai dalam naskah ketikan dari Panti Boedaja. Daftar pupuh: /. (pang, 22) Kwa moerwweng nrap sthiking karasa, mastoe soema waja tabjastha indjing; 2. (dg, 30) nDa-ndan waktyanen Hjang Goerwa neng swargi, aningali mring kajweng kastoeba; 3. (asm, 24) Ri saksana tkeng leki, samja mbabar padha lanang; 4. (sin, 36) Kita kaka Narada, mijanga toendhoenga aglis; 5. (dur, 61) Indjing moengel tengaranya wong ajoeda, gendhang gong lawan bering; 6. (dg, 49) Sri Narendra woes ngantheni paksi, mrerak dara dadali woes mesat; 7. (sin, 25) Sepasar ngadeg rahadyan, sapasar malih sang pkik; 8. (pang, 27) nDan irika Sri Narendra, ing srawanti Kerataroepa sakti; 9. (mij, 4) Saksana Sang Prabu Gilingwesi, soerinja sepah bot; 10. (dg, 31) Reh oewoesnja djawa-djawa adit, selatjata paheman lan grewa; 11. (dur, 25) Lerah Semar asoesoembar nantang lawan, lah metoewa si baring. Informasi mengenai penulisan asli kedua teks ini tidak disebutkan di dalam naskah, namun mengingat babonnya berasal dari Madura, ada kemungkinan memang ditulis di sana. [3,7] BA.143 SERAT KRIDHAKSARA A405 Bhs Jawa Aks Jawa Prosa Rol 26.08 II hlm 40 baris/hlm 34,5 x22 Kertas bergaris Naskah ini berisi beberapa teks tentang bahasa, aksara dan sastra Jawa, di antaranya Sastra Sandi, Sastra Buda, Sastra Pinedhati, Penanggalan, Genetri, Sangkala Mengeng, dan Lambang Ngunjuk Sajeng (tuak). Semua teks ini menyajikan istilah atau simbul tertentu disertai keterangan makna atau artinya. Penulis teks-teks ini tidak diketahui, walaupun di h.iii disebutkan nama "Syanghyang Kala" sebagai “penulis" Sastra Pinedhati, dan Syanghyang Wisnu sebagai "pemrakarsanya”. Naskah tidak dilengkapi dengan kolofon, tetapi pad h.1 disebutkan tarikh peny- alinannya dari sebuah naskah primbon lebih besar, yaitu pada bulan Juli 1927. Naskah mungkin diperoleh Th. Pigeaud di Surakarta bersamaan waktu dengan penyalinannya, yaitu ketika Pigeaud sedang sibuk-sibuknya mengumpulkan naskah-naskah Jawa atas nama KBG dan Panti Boedaja. Untuk teks yang menunjukkan kemiripan dengan teks-teks ini, lihat MSB/B.18, P.93, LOr 6424, FSUV/BA.144. Perlu dicatat bahwa teks yang diberi judul Kridhaksara ini amat 56 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Kala dengan rajah kalacakra di dadanya. Untuk teks-teks yang kemungkinan ada kesamaan atau kemiripan dengan teks dalam naskah ini (berdasarkan judul dan keterangan katalog saja, sebab naskah belum sempat’ dibanding-bandingkan secara langsung) lihat MSB/B.18, P.93, SMP/KS.576, dan LOr 6424. [3,8] BA145 SERAT BABAR BUWANA A29.01 Bhs Jawa Aks Latin Kamus Rol 26.10 49 him 31-33 baris/him 34,5x22 Kertas HVS Naskah ini berisi tentang kératabasa, yakni uraian mengenai kata yang diberi makna menurut bunyi suku katanya (folk etymology). Kata-kata yang dikérata berjumlah 967 buah, meliputi hal-hal yang berkaitan dengan jagad raya (67 buah), anggota badan (90), busana (108), pangan (177), negara-negara di Pulau Jawa (95), ikan-ikan di lautan (93), ikan-ikan di sungai (73), jenis-jenis burung (86), binatang-binatang yang dipelihara orang (40), binatang hutan (201), dan makhluk halus di Pulau Jawa (37). Di bagian akhir teks terdapat pula paparan mengenai empat nafsu yang menguasai dunia. Untuk beberapa kata disertakan juga bentuk kramanya. ‘Menurut catatan yang terdapat pada h.2, teks asli ditulis oleh Mas Cakrawijaya di Pejambon, Jakarta, pada 11 Februari 1867. Sedang naskah ini merupakan satu di antara empat salinan naskah PNRIV/KBG 275. Penyalinan dilaksanakan di Yogyakarta pada bulan Juni 1932 atas prakarsa Th. Pigeaud. [8] BA.146 POLA HIAS BATIK GAYA TEGAL A 22.04 Bhs Jawa, Bld Aks Latin Gambar,Prosa Rol 26.11 9 him 31 baris/him 34,5 x22 Kertas HVS Memuat 57 buah gambar pola hias batik gaya Tegal disertai nama-namanya. Data ini diambil dari tulisan J.W. van Dapperen yang berjudul "Het Padimesje" yang pernah dimuat di Nederlandsche Indié Oud en Niew, XV (1931). Naskah ini dibuat atas prakarsa Th. Pigeaud dan dikerjakan oleh stafnya pada tahun 1931, dengan maksud melengkapi bahan-bahan karya Pigeaud tentang bahasa Jawa, terutama dialek Tegal. J.W. van Dapperen, penulis makalah asli yang kemudian menjadi sumber teks ini, telah banyak meneliti bahasa dan kebudayaan Tegal dan Cirebon pada tahun 1930an. Beberapa contoh karyanya, lihat FSUV/CL.30 dan artikel-artike! dari majalah Djawa 12 (1932):304-309; 13 (1933):140-165, 191-198, 199-204, 334-340; 14 (1934):121-124, 223-230; 15 (1935):24-32, 162-172, 173-186. [3,12] BA.147 AANTEEKENINGEN (Makalah van Dapperen) wre Bhs Belanda Aks Latin Kamus Rol 26.12 16 him 70 baris/him 35,7 x 22,2 Kertas HVS Naskah berisi catatan leksikografis bahasa Jawa dialek Banyumas. Isinya terdiri atas Bahasa dan Leksikografi 57 istilah atau kata Jawa Banyumasan dengan definisi dalam bahasa Belanda. Pen- yunting menduga bahwa kata-kata ini dipetik dari dua makalah J.W. van Dapperen, terutama yang berjudul Plaatsen van vereering op de Zuidhelling van den Slamet tusschen de rivieren Peloes en Logawa (Banjoemas), met afbeeldingen (overlevering, adat, kunst, tekst), yang dimuat di Djawa 15 (1925):24-32. Informasi ini dirunut dari singkatan "v.Dapp.Z.Slam" yang terdapat di h.1-14. Singkatan untuk makalah lain, yang hanya berbunyi "v.Dapp.Teg,” belum bisa diidentifikasikan, karena Van Dapperen menulis beberapa makalah tentang adat-istiadat Tegal. Makalah tadi tentang daerah Gunung Slamet diterbitkan tahun 1925, tetapi Pi- geaud telah menerima konsepnya pada tahun 1924 dan langsung menyuruh stafnya mengambil kata-kata yang penting atau baru untuk ditempelkan pada kartu-kartu rujukan untuk kamus yang hendak disusunnya. Halaman yang diacu dalam petikan kata ini diambil dari konsep (h.1-75), bukan dari versi cetak. Rupanya konsep yang dipakai Pigeaud agak lebih panjang daripada artikel yang akhimya dimuat di majalah Djawa. Untuk naskah lain di koleksi FSUI yang juga memetik dari tulisan van Dapperen lihat BA.146. [3] BA.148 SERAT PARAMASASTRA B202 Bhs Jawa Aks Jawa Kamus Rol 26.13 44 him 37 baris/hlm 34,5x21 Kertas bergaris Naskah ini berisi paparan mengenai aksara Jawa berikut tanda bacanya (pepadan). Uraian makna, nama dan penggunaan setiap aksara serta tanda baca sangat teliti, terkadang mencapai dua halaman lebih. Di dalam teks tidak terdapat keterangan tentang siapa penulis atau penyalinnya, hanya di bagian akhir teks (h.42), terdapat penanggalan: 23-10-90 (23 Oktober 1890), yakni tanggal penyalinan naskah. Dari gaya tulisan maupun tarikh, maka dapat dipastikan bahwa penyalin naskah ini sama dengan penyalin naskah FSUI/BA.122, sekalipun namanya tidak diketahui. Di h.44 terdapat tandatangan yang tak terbaca. Pigeaud memperolch naskah ini (dan sejumlah naskah lainnya) dari Tuan Kiliaan-Charpentier pada bulan Juli 1927. [3,8] BA.149 CATATAN ANEKA RAGAM (1) DPI Bhs Jw,Mly, Bld Aks Latin Prosa Rol 80.02 270 him _ 28-34 x 22 Kertas HVS Naskah dengan nomor koleksi BA.149 ini berisi berbagai macam catatan dan bahan leksikografis. Pada koleksi FSUI ada lima naskah yang merupakan satu set, berciri BA.149-153, semula memakai kode DP 1-5; tidak disebutkan apa yang dimaksudkan dengan singkatan DP, tetapi kemungkinan "diverse papieren", yaitu aneka ragam catatan. Rincian isi sebagai berikut: 1. DP 1-01 (21 him) berupa buku acara cetak yang berisi tentang upacara fefesan Gusti Putri R.A. Sekar Kadhaton Kustiyah, putri dalem ingkang saking 58 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia paraméswari dalem G.K.Ratu Emas, dan B.R.Aj. Kusduryatinah, putri dalem ingkang saking ampéyan, pada hari Senen Wagé, 13 Saban, Jimakir 1858 (= 6 Pebruari 1928). 2. DP 1-02 (2 him) berupa naskah ketikan yang berisi daftar alat-alat pertu-kangan yang disusun oleh Ir. Moens pada tanggal 26 Pebruari 1930 di Yogyakarta. 3. DP 1-03 (40 him) berupa naskah salinan ketikan berjumlah dua eksemplar (a-b). Teks ini merupakan suatu resume akhir tentang nama-nama jabatan pribumi di Jawa dan Madura yang disimpulkan dari hasil rapat pada tanggal 10 Juni 1867 No.2 oleh W.B. Bersama, mantan Kepala Statistik pada Sekretariat Umum, pemerintah Hindia Belanda. Teks ini merupakan salinan tembusan ketiga, dicetak oleh Percetakan Negara pada tahun 1896. Nama-nama jabatan yang terdaftar diurut secara acak (tidak alfabetis). 4. DP 1-04 (21 him) berupa naskah salinan ketikan ketiga berjumlah dua eksem- plar (a-b). Teks ini merupakan bagian kedua suatu resume akhir dari penye- lidikan tentang hukum-hukum pribumi di Jawa dan Madura yang disimpulkan dari hasil rapat pada tanggal 10 Juni 1867 No.2. Teks berisi daftar berbagai macam istilah, hukum, nama jabatan dan lain-lainnya. Naskah diterima Pigeaud pada bulan Februari 1931, di Surakarta. Isi teks disusun secara acak (tidak alfabetis). 5. DP 1-05 (6 him) berupa naskah salinan ketikan, tanpa penjelasan apa-apa, namun penyunting melihat bahwa naskah ini merupakan sambungan dari naskah DP 1-04 karena memuat daftar berbagai macam istilah seperti pada naskah DP 1-05. 6. DP 1-06 (17 him) merupakan sambungan dari DP 1-04 dan DP 1-05. Isi teks juga disusun secara acak (tidak alfabetis). 7. DP 1-07 (30 him) berupa naskah salinan ketikan, merupakan daftar kata yang diambil dari kamus Maleisch-Nederlandsch, karangan Von de Wall, jilid I. Teks ini disusun berdasarkan urutan halaman kamus sumber, dimulai dengan kata aba, dan diakhiri dengan kata djiwit. Setiap kata diberi penjelasan menge- nai asalnya (Sansekerta, Kawi atau Jawa) dan artinya dalam bahasa Jawa dan Belanda serta keterangan tentang halaman di mana kata-kata tersebut dimuat dalam kamus sumber. Setelah mengamati isi teks ini, penyunting menduga bahwa teks ini menyajikan kata-kata dalam kamus Melayu-Belanda Von de Wall yang berasal dari bahasa Jawa. Hal yang sama juga terdapat dalam DP 1-08 dan 09. 8. DP 1-08 (31 him) memuat sambungan catatan dari DP 1-07, dimulai dengan kata jabai dan diakhiri dengan kata kajoman. 9. DP 1-09 (15 him) memuat sambungan catatan dari DP 1-08, dimulai dengan kata gaboeg diakhiri dengan kata njander. 10.DP 1-10 (39 him) berupa naskah salinan ketikan, berisi daftar kata Melayu yang harus diacu kepada Adatrechtsbundels jilid 28. Isi teks disusun secara alfabetis, dimulai dengan kata abhindjnangan, diakhiri dengan kata zina (sina, zinah). Di belakang kata-kata Melayu terdapat keterangan halaman dimana kata tersebut mengacu. Bahasa dan Leksikografi 59 11. DP 1-11 (24 him) merupakan daftar kata yang dipetik dari arsip negara tahun 1875-1876 di daerah Tulungagung tentang penanaman padi di daerah Ngrawa. Daftar kata yang dimuat dijelaskan artinya dalam bahasa Belanda serta diberi keterangan halaman dimana kata-kata tersebut termuat dalam sumberya. Isi naskah disusun berdasarkan urutan halaman arsip negara yang menjadi sumber- nya. Daftar kata ini disusun oleh J.H.F Sollewyn Gelpke, Inspektur Kepala Pertanian, pada tahun 1877. Naskah ini diterima oleh Dr. Th. Pigeaud pada bulan April 1929. 12. DP 1-12 (39 him) merupakan daftar kata yang dipetik dari arsip negara 1878 no,110 di daerah Tulungagung. Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang judul arsip yang menjadi sumbernya kecuali tulisan "S.G. Tingg." Penyunting menduga S.G ini merupakan singkatan nama penyusun daftar kata ini yaitu Sollewyn Gelpke. Karena ketidakjelasan mengenai arsip yang menjadi sumber acuan maka, tidak jelas daftar kata tersebut merupakan istilah apa, tetapi menurut pengamatan penyunting masih berkisar tentang persawahan. Seperti halnya DP 1-11, daftar kata yang dimuat pada naskah DP 1-12 ini dijelaskan artinya dalam bahasa Belanda serta diberi keterangan halaman dimana kata-kata tersebut termuat dalam sumbernya. Isi naskah disusun berdasarkan urutan halaman arsip negara yang menjadi sumbernya. Daftar kata ini disusun di Batavia pada tahun 1901 oleh Inspektur Kepala Pertanian, Dr. J.H.F. Sollewyn Gelpke. Naskah diterima oleh Dr. Th.Pigeaud pada bulan April 1929. 13. DP 1-13 (8 him) merupakan daftar kata yang berasal dari resume akhir Gouver- ment Bestuur 23 Oktober 1879,No.3. Disusun di Batavia, pada tahun 1885 oleh Inspektur kepala Pertanian Dr. J.H.F Sollwyn Gelpke. Daftar kata yang dimuat pada naskah ini merupakan petikan dari pedoman baru tentang pajak tanah. Isi naskah disusun berdasarkan urutan halaman sumber. Setiap kata dijelaskan artinya dalam bahasa Belanda serta keterangan halaman dimana kata-kata tersebut termuat dalam sumbernya. Naskah diterima oleh Dr.Th. Pigeaud pada bulan April 1929. Penyunting menduga Dr.Th. Pigeaud mengumpulkan naskah-naskah ini dalam satu kelompok sebagai kumpulan naskah tentang istilah-istilah dari berbagai bidang (bukum, pertanian dan lain-lain). [3,6] BA.150 CATATAN ANEKA RAGAM (2) DP2 Bhs Jawa dll ks Latin Prosa Rol —- him =~ baris/him ~ - Naskah yang dulu pernah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. Isinya semula diduga mirip dengan BA.149, 151, dan 153. BA.151 CATATAN ANEKA RAGAM (3) DP3 Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 80.03 65 him _ 34x22 Kertas HVS 60 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Naskah berisi catatan serta bahan leksikografis yang dipetik dari berbagai macam buku, disusun dalam sembilan bundel. Naskah BA.151 ini merupakan bagian ketiga dari rangkaian lima maskah FSUI sejenis, ialah BA.149-153; lihat deskripsi naskah BA.149 untuk keterangan selanjutnya.Rincian isi naskah ini sebagai berikut: 1. DP 3-01 (6 him) berupa salinan ketikan berisi daftar kata bahasa Jawa yang jarang dipakai, dipetik dari Serat Pakem Ringgit Madya I, salinan dari naskah tulisan tangan (KBG 145). Daftar kata tersebut disusun secara acak (tidak alfabetis). 2.DP 3-02 (12 him) berisi daftar kata yang dipetik dari buku yang berjudul Mungsuh Mungging Cangklakan J. Daftar disusun pada bulan Januari 1931, secara acak dan tidak diketahui penyusunnya. 3. DP 3-03 (15 him), sambungan dari DP 3-02, dipetik dari buku berjudul Musuh Mungging Cangklakan Il. 4. DP 3-04 (4 him) berisi daftar kata yang dipetik dari buku Parimbon (Mndr. Primb. Rardja). Disusun secara acak (tidak alfabetis). 5. DP 3-05 (2 him) berisi daftar kata yang dipetik dari buku Primbon Prabunin- gratan yang dibeli oleh Th. Pigeaud pada tanggal 30 Juli 1930 di Surakarta. 6. DP 3-06 (2 him) berisi daftar kata yang dipetik dari serat Suluk Larasmadya, sebuah naskah tulisan tangan yang dibeli oleh Th. Pigeaud dari seseorang bernama Karta, di Baturana, Surakarta tanggal 20 Desember 1930. Daftar tersebut disusun secara acak (tidak alfabetis). 7. DP 3-07 (15 him) berisi daftar ungkapan dan kata-kata yang dipetik dari buku Pandayasastra Jawa karangan Puspakusuma. Daftar tersebut disusun oleh R. Ng. Citrasantana pada bulan Oktober 1927 dan kemudian dibuat salinannya pada bulan Juni 1931. 8. DP 3-08 (4 him) berisi daftar kata yang diambil dari teks cerita Ringgit Bébér dari Gedhompol, Pacitan. Daftar ini diterima dari Dr. Kraemer pada bulan Agustus 1931. 9. DP 3-09 (5 him) berisi daftar kata yang dipetik dari serat Darmagandhul, sebuah naskah tulisan tangan yang dibeli oleh Pigeaud pada tanggal 5 Agustus 1930 di Surakarta. (3,6] BA.152 CATATAN ANEKA RAGAM (4) DP4 Bhs Jawa dil , Aks Latin Prosa Rol —- Naskah yang dulu pernah tersimpan di koleksi FSUI ini, kini tidak diketahui lagi keberadaannya. Isinya semula diduga mirip dengan BA.149, 151, dan 153. [35] BA.153 CATATAN ANEKA RAGAM (5) DPS Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol 80.04 141 him _ 34x22 Kertas HVS Naskah berupa dua kumpulan kata bahasa Jawa yang jarang dipakai, Kata-kata pada Bahasa dan Leksikografi 61 bundel atau kumpulan pertama (99 him) dipetik dari Serat Jatipusaka-Makutharaja (naskah MSB/P.36), sedangkan bundel kedua (42 him) dipetik dari Kidung Harsa Wijayaa. Tidak jelas apakah dua bundel ini berisi bahan yang bersambungan. Daftar kata tersebut diketik di atas kertas bekas yang di sisi sebaliknya terdapat tulisan tangan berupa bahan kamus Bausastra Jawa yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta, Naskah ini sendiri tidak diketahui penyusunnya, tetapi jelas dibuat atas perintah Pigeaud sebagai bahan leksikografis guna melengkapi daftar kata untuk kamus yang disusunnya. Naskah ini merupakan bagian kelima dari rangkaian lima naskah sejenis, FSU/BA.149-153. [3] BA.154 SERAT SALOKA PARIBASAN NR 531 Bhs Jawa Aks Jawa Kamus Rol 27.01 783 him 18 baris/hlm 32,5x 20,5 Kertas Eropa Naskah yang memuat Serat Saloka Paribasan ini berisi penjelasan tentang saloka dan paribasan. Penjelasan tersebut mencakup definisi, perbedaan, dan menguraikan makna setiap saloka-paribasan yang dimuatnya. Isi teks disusun berdasarkan urutan aksara Jawa. Uraian tersebut disajikan dalam suatu dialog antara "Tuan Anu" yang bertindak sebagai penanya dan R.Ng. Kawitana yang bertindak sebagai penjawab. Selain saloka-paribasan, naskah ini juga menguraikan berbagai macam keterangan. Secara lengkap isi teks adalah sebagai berikut: 1. Salokabasa sebanyak 451 buah, dimuat di h.4-194, berurutan dari ha-nga. Paribasan sebanyak 436 buah, dimuat di h.194-374, berurutan dari ha-nga. Salokabasa sebanyak 568 buah, dimuat di h.375-671, berurutan dari ha-nga. *Lambang Nagari sebanyak 18 buah, dimuat di h.672-696. Jaman Nagari, sebanyak 4 buah, dimuat di h.697-717. Candranipun Mangsa, sebanyak 12 buah, dimuat di h.702-709. Upacaranipun Abdidalem, dimuat di h.709-717. Dhapur Cirining Gendéra, dimuat di h.717-719. Wangsalan Namining Sekar, sebanyak 65 buah, dimuat di h.720-734. 10. Wangsalan Wowohan, sebanyak 97 buah dimuat di h.734-751. 11. Wangsalan Ulam Toya, sebanyak 101 buah dimuat di h.751-770. Teks naskah ini merupakan salinan dari buku cetak berjudul Saloka tuwin Pariba- san, terbitan 1886 di Batavia. Buku’ cetak tersebut masih merupakan saduran dari karya asli C.F. Winter berjudul Javaansche Zamenspraken I] (Amsterdam: Keyzer, 1858). (Bandingkan cetakan ulang karangan Winter ini pada tahun 1928 oleh Balai Poestaka.) Naskah disalin oleh Mangunsuwirya seperti disebut pada h.i dan h.672. Mangun- suwirya menyalin dari "kagunganipun" M.Ng. Suraprabawa (h.i), di desa Timuran, mungkin di Surakarta (2). Naskah mulai disalin pada Rabu Wagé, 21 Mulud, Wawu 1817 (7 Desember 1887) dan selesai pada Sabtu Pon, 6 Jumadilakir, Wawu 1817 (18 Februari 1888). Berdasarkan informasi ini, diperkirakan bahwa Magunsuwirya menyalin dari sebuah eksemplar buku Saloka tuwin Paribasan edisi 1886, milik Suraprdbawa. LEI AWAYWN 62 Katalog Naskah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Pada h.iii terdapat gambar berupa untaian bunga dengan mahkota di bagian atas dan panah-busur di bagian bawah. Di bagian tengah untaian bunga tersebut terdapat inisial huruf diapit oleh judul naskah di atasnya dan angka tahun di bawahnya. Gambar ini merupakan ilustrasi dari judul naskah. Tentang peribahasa Jawa, bandingkan dengan Arjasoetirta, 1928; Dirdjosiswojo, 1956; Prawiradikardjo t.t.; Mardiwarsito 1981; dan Soemarno dkk., 1981. [3,6] BA.155 DIALEK BAGELEN SISIH KIDUL B19.01 Bhs Jawa Aks Latin Prosa Rol -—- 33 him 35 baris/hlm 34,7 x 22,3 Kertas HVS Naskah ini merupakan salinan ketikan dari FSUI/BA.162, memuat tulisan peserta nomor 7 dalam lomba dialek KBG yang diadakan tahun 1912-1913. Penulisnya adalah M. Prawirasudirja dari Garung, Wanasaba (memakai nama samaran Punggung Kawulatama), menguraikan "dialek Bagelen sisih kidul kang pakecapané 4." Dalam lomba tersebut, tulisan ini meraih juara 2 (kelompok II). Rincian isi naskah ini sebagai berikut: 1. Daftar kata yang khas Bagelen yang masing-masing disertai padanannya dalam bahasa Jawa dialek Surakarta (semacam kamus kecil). 2. Percakapan yang memperlihatkan penggunaan dialek Bagelen bagian Selatan dan tingkat tuturnya. Percakapan terjadi antara: sesama teman, majikan dan pembantu, dua orang yang tidak saling mengenal tetapi berbeda kedudukan, atasan dan bawahan. 3. Daftar nama anak lelaki yang sering dipergunakan, dimulai dari huruf (4rsih) sampai dengan (Watinem). Untuk keterangan umum lomba dialek KBG, lihat BA.128. Untuk salinan ketikan naskah ini, lihat BA.128, khususnya h.525-646. Karena naskah BA.128 tersebut telah dimikrofilm (FSUI rol 85.01), maka naskah ini tidak dimikrofilm. [3,5] BA.156 LOr 6284: CATATAN PROF. G.A.J. HAZEU W47a-d Bhs Belanda Aks Latin Prosa Rol 27.02 Shim 32 baris/hlm 34,5 x22 Kertas HVS Naskah ini merupakan salinan ketikan dari beberapa catatan Prof. G.A.J. Hazeu ten- tang kosa kata Jawa dipandang dari bahasa-bahasa Nusantara dan Pasifik yang lain (Melayu, Gayo, Ambon, Fiji, Malagasy dan lain-lain). Catatan ini sebagian diambil dari artikel-artikel yang pernah dibaca oleh Hazeu dan sebagian menanggapi artikel-artikel Brandes, Kem, Brandstetter, Jonker, dan Van der Tuuk. Naskah aslinya tersimpan di Leiden, berciri LOr 6284, terdiri atas beberapa halaman saja. Di koleksi FSUI ada empat salinan naskah babon (W 47a-d), yaitu ketikan asli dan tiga tembusan karbon. Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm. [3] Bahasa dan Leksikografi 63 BA.157 SERAT PUJI DINA; SERAT WANGSALAN A 31.05 Bhs Jawa Aks Latin, Jawa Prosa Rol 27.03 18 him 39-49 baris/him 35x22 Kertas HVS Naskah terdiri atas dua bagian, yaitu naskah asli dan salinan (alih aksara) ketikan yang dijilid menjadi satu naskah. Teks asli di belakang (h.7-16) sedangkan salinan- nya di depan (1-6). Teks yang disajikan dalam naskah ini juga dua macam. Yang pertama (la-b, 7-9) memuat Serat Puji Dina, yaitu uraian tentang siklus tujuh hari (saptawara) dengan menyebutkan nama nabi, jenis tapa, dan jenis doanya. Karya ini terdiri atas tujuh bab, berbentuk prosa. Alih aksara naskah ini dibuat rangkap dua, terdapat di h.1a dan 1b, yaitu ketikan asli dan tembusan karbon. Teks kedua dalam naskah ini memuat daftar wangsalan dengan tebusan (jawaban)nya serta keterangan makna jarwa, sebanyak 89 pasangan (178 buah wangsalan). Urutannya acak, tidak alfabetis. Menurut judul lengkapnya, penyusun daftar wangsalan ini ialah R.Ng. Ranggawarsita; sulit untuk menentukan akurat atau tidaknya atribusi tersebut. Berdasarkan jenis kertas serta gaya tulisannya, penyalinan bagian asli naskah ini dapat diperkirakan sekitar tahun 1890an. Bagian alih aksara dibuat pada tahun 1933 oleh staf Dr. Th. Pigeaud. Naskah asli diperoleh Pigeaud dari Ir. Moens di Yogyakarta pada tahun yang sama (h.i). Wangsalan ini digarap oleh Pigeaud untuk dimasukkan dalam kamusnya. [3] BA.158 WANGSALAN A 32.03 Bhs Jawa, Bld Aks Latin Prosa Rol 27.04 47 him 41-43 baris/hlm 28x22 Kertas HVS Naskah ini memuat daftar wangsalan sebanyak kurang lebih 600 buah. Wangsalan ini khusus wangsalan yang tampil dalam ungkapan beramanat (zegswijzen). Untuk setiap wangsalanmya diuraikan empat unsur, ialah kalimat wangsalan sendiri, tebusannya (batangan = jawaban), keterangan amanat atau maksud febusannya dalam bahasa Belanda, serta keterangan kata yang dimaksud dalam wangsalan asli. Wangsalan disusun secara alfabetis menurut kata pertama dalam kalimatnya, dimulai dari “anak kadhal liripun" sampai dengan "wreksa langking saupama". Penyusunan maupun penyajiannya menunjukkan bahwa daftar ini dibuat oleh seorang dengan pendidikan modern/Belanda. Menurut keterangan di h.i, penyusun bernama M. Marsidik, dari Surabaya. Kumpulan wangsalan ini diperoleh H. Overbeck di Yogyakarta dari Marsidik tadi, kemudian oleh Pigeaud dibuatkan salinan ketikan ini, juga di Yogyakarta pada tahun 1933. Bahan ini diperoleh Pigeaud dengan maksud untuk dipakai dalam kamus besar Jawa. [3] BA.159 DIALEK KEBUMEN B1.03 Bhs Jawa Aks Jawa Prosa Rol 80.05 I7 him 40 baris/him 34,8x 21,7 Kertas HVS

Anda mungkin juga menyukai