Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT DURIAN SEBAGAI

ADSORBENT LOGAM Fe

Beni Febriansyah1), Chairul ST., MT2), Silvia Reni Yenti Msi2)


1)Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, 2)Dosen Jurusan Teknik Kimia
Falkultas Teknik Universitas Riau
Kampus Binawijaya Jl. HR Subratas Km 12,5 Pekanbaru 28293
Feb_beni26@yahoo.co.id/085365566024

Abstrak

Durian peel is known as the waste that can pollute the environment. One effort to
improve the economic value of the durian skin can be done with the process into
activated carbon. This study aims to obtain optimum conditions for the use of activators
of Kaliaum Hidroksida on the quality of activated carbon and activated carbon
absorption of Fe metal. Activated carbon is made via two processes, namely the process
of carbonization and activation at 320oC temperature with a solution of Kalium
Hidroksida by varying the massa aktif carbon1, 1.5, 2, 2.5, dan 3 gr and adsorb time30,
60, 90, dan 120 menit. To determine the quality of activated carbon, activated carbon
characteristics tested, such as moisture content, ash content, and the absorption of
iodine. The results showed that the characteristics of activated charcoal SNI 06-3730-
1995 meets the standards the water content of 14.12%, 5.46% ash content and
absorption of I2 solution of 580.27 mg / g in adsorbing metals Fe. Application of Fe
metal adsorption by activated carbon from durian skin with 3 grams of carbon mass
variation and contact time of 90 minutes where the adsorption efficiency is 96.75%.

Keywords: activated carbon, durian skin, potassium hydroxide

1. Pendahuluan mengendap di dasar badan air (Suciastuti,


E., dan Sutrisno, C. T. 2002). Logam besi
Logam besi (Fe) merupakan dapat juga ditemukan pada air limbah.
elemen kimiawi yang dapat ditemukan Hal ini disebabkan air limbah
hampir di setiap tempat di bumi pada mengalami kontak dengan berbagai
semua lapisan geologis dan badan air. macam material yang terdapat di dalam
Besi dalam air dapat berbentuk Fe(II) bumi, sehingga pada umumnya air tanah
dan Fe(III) terlarut. Fe(II) terlarut dapat mengandung kation dan anion terlarut
tergabung dengan zat organik dan beberapa senyawa anorganik. Salah
membentuk suatu senyawa kompleks satunya ion-ion yang sering ditemui
(Rohmatun, 2006). Jika besi (Fe) berada pada air adalah Fe (Rahman, A. H. B.
didalam air, maka besi akan tersuspensi dan 2004).
berwarna kecoklatan. Suspensi yang
terbentuk akan segera menggumpal dan

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 1


Adapun kadar Fe pada air baku
yang diizinkan menurut PP No.82
Tahun 2001 adalah 0,3 mg/l.
Konsentrasi besi (Fe) yang lebih besar
dari 0,3 mg/l dapat menimbulkan warna
kuning pada air, memberi rasa tidak
enak, pengendapan pada dinding pipa,
pertumbuhan bakteri besi, dan
menyebabkan kekeruhan pada air
(Waluyo, 2009). Sehingga diperlukan
teknik pengolahan untuk menurunkan
kadar Fe pada air baku.

Pada penelitian ini, akan


dicobakan suatu metode penurunan
kadar Fe dengan prinsip adsorbsi
dengan menggunakan adsorben kulit
durian untuk mengetahui kemampuan
arang kulit durian dalam menyerap ion
logam, khususnya terhadap ion logam
Fe.

2. Bahan dan Metode


2.1. Bahan dan Alat
Pembuatan karbon aktif ini
menggunakan kulit durian sebagai
bahan baku. Kulit durian ini diambil
dari limbah penjualan durian didaerah
Pekanbaru. Bahan-bahan lainnya yang
digunakan meliputi KOH 0,1 N sebagai
aktivator karbon aktif, Larutan Fe2O3 10
mg/l dan aquadest.
Percobaan pembuatan karbon
aktif dilakukan dalam sebuah reaktor
pirolisis. Alat-alat pendukung penelitian
ini adalah gelas ukur, stopwatch, neraca
digital, cawan petri, pipet tetes, oven,
ayakan, kertas saring whatman, shaker,

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 2


pH meter, furnace, dan SSA, serta Kulit Durian yang telah
Reaktor Pirolisis. dikeringkan kemudian akan dijadikan
Variabel Penelitian sebagai bahan baku karbon aktif.
Variabel tetap yang dipilih pada Pembuatan Karbon aktif dilakukan pada
penelitian ini adalah kecepatan temperatur 320 ºC selama 2 jam dalam
pengadukan 100 rpm, temperatur reaktor pirolisis (Asbahani,2013).
karbonisasi (pirolisis) bahan baku pada Setelah proses pirolisis selesai, arang
320 º C selama 2 jam (asbahani, 2013) Kulit Durian tersebut didinginkan
dengan penambahan KOH 0,1 N selama 15 menit menggunakan
sebagai aktivator pada suhu 200 ºC desikator. Setelah dingin arang
selama 1 jam (Wijayanti,2009). dihaluskan menggunakan mortal lalu
Sedangkan pemilihan variabel proses diayak menggunakan saringan
yang akan dipelajari pada penelitian ini berukuran 60-80 mesh. Arang yang
dilakukan pada kondisi : berukuran 60-80 mesh tersebut diambil
1. Massa Karbon Aktif : 1; 1,5; 2; sebanyak 40 gram kemudian di aktivasi
2,5; dan 3 gram menggunakan larutan KOH 0,1 N.
2. Waktu adsorbsi : 30; 60; Aktivasi dilakukan pada temperatur 200
o
90; dan 120 menit C selama 1 jam menggunakan furnace
dengan penambahan KOH 3:1. Setelah
2.2. Perlakuan dan Rancangan proses aktivasi selesai karbon aktif
Penelitian tersebut kembali didinginkan
Pada pembuatan karbon aktif dari menggunakan desikator (Shofa,2012).
kulit durian ada beberapa langkah yang 2.3.3. Penentuan Kualitas Karbon
dilakukan, yaitu : Aktif
1. Persiapan Bahan Baku 1. Analisa Kadar Air
2. Pembuatan Karbon Aktif Lima gram karbon aktif
3. Analisa Kualitas Karbon Aktif dimasukkan ke dalam cawan yang telah
a. Analisa Kadar Air diketahui beratnya. setelah itu
b. Analisa Kadar Abu dipanaskan di dalam oven pada suhu
c. Analisa Daya Serap 100 oC ± 2 oC selama 3 jam dan
terhadap Iod dimasukkan dalam desikator lalu di
4. Penyerapan Logam Fe timbang kembali untuk ditentukan kadar
air karbon aktif.
2.3. Prosedur Penelitian
2.3.1. Persiapan Bahan Baku
Kulit durian sebagai bahan baku
yang telah didapat, dilakukan pencucian 2. Analisa Kadar Abu
terlebih dahulu pada kulit durian untuk Mengeringkan cawan porselen
menghilangkan kotoran yang terdapat dalam oven pada suhu 100 oC selama 15
pada bahan baku. Bahan baku di potong menit kemudian mendinginkan dalam
kecil-kecil ± 3 cm kemudian di desikator dan menimbang beratnya.
keringkan dibawah sinar matahari Setelah itu memasukkan 5 gr sampel
selama satu hari. dalam cawan, kemudian dipijarkan
2.3.2. Pembuatan Karbon Aktif dalam furnace dengan suhu 550 oC

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


sampai diperoleh abu berwarna keputih- 2.3.4. Penyerapan Logam Besi (Fe)
putihan. Selanjutnya mengeluarkan Membuat larutan Fe dengan 10
sampel dari furnace dan mendinginkan ppm menggunakan Fe2O3. Setelah itu
dalam desikator. Setelah dingin, dilakukan proses adsorbsi menggunakan
menimbang beratnya sampai diperoleh karbon aktif dari kulit durian yang telah
bobot konstan. di aktivasi sebelumnya. Proses adsorbsi
di lakukan pada temperatur ruangan
menggunakan shaker pada kecepatan
100 rpm. 100 ml sampel Larutan Fe di
3. Analisa Daya Serap Iod (I2) tambahkan dengan karbon aktif dengan
Sebanyak 1,00 gram serbuk arang massa karbon aktif (1; 1,5; 2; 2,5; dan
aktif dimasukkan ke dalam erlenmeyer 3) gram. Proses adsorbsi dilakukan
kemudian ditambahkan 1,25 mL larutan selama 30; 60; 90; dan 120 menit.
I2 0,1 N, lalu dikocok hati-hati dan Setelah proses adsorbsi selesai sampel
disimpan di tempat yang gelap dan karbon aktif kemudian disaring
tertutup selama 2 jam. Hasil larutan menggunakan kertas saring. Filtrat hasil
tersebut kemudian disaring dan penyaringan kemudian di ukur kadar Fe
ditambahkan 5 mL larutan KI 20% dan terlarut dengan menggunakan instrumen
75 mL akuades lalu dikocok hingga AAS.
homogen. Selanjutnya dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,1 N dari warna 2.4. Blok Diagram Proses Pembuatan
kuning kecoklatan sampai kuning muda, Karbon Aktif dari Kulit Durian
ditambah dengan indicator amilum 10
tetes, dititrasi kembali sampai warna
biru hilang dan tepat tidak berwarna.
Sebagai perbandingan dapat digunakan
larutan blanko dengan menggunakan
cara yang sama seperti cara di atas tanpa
menggunakan adsorben.

Keterangan :
DSI = Daya serap I2
A = Volume larutan iodin
B = Volume Na2S2O3 yang
terpakai
fp = Faktor pengenceran
a = Bobot karbon aktif
N = Kosentrasi Na2S2O3
n = Kosentrasi iodin
126,93 = jumlah iodin sesuai 1 mL
larutan Na2S2O3

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 4


dengan aktivator KOH 0,1 M telah
memenuhi Standar Kualitas Karbon
aktif Menurut SNI 06-3730-1995. Hasil
3. Hasil dan Pembahasan analisis karbon aktif kulit durian
3.1 Analisa Kualitas Arang Aktif disajikan pada Tabel 4.1.
Dari hasil analisis dapat diketahui
bahwa karbon aktif dari kulit durian

Tabel 4.1 Hasil Kualitas Karbon Aktif Penelitian

No Uraian Prasyarat Hasil


kualitas analisis

1 Kadar air (%) Maks. 15 14,12


2 Kadar abu (%) Maks. 10 5,46
3 Daya serap terhadap Larutan I2 (mg/g) Maks. 750 580,27

3.2 Pengaruh Waktu Kontak dan menggunakan spektrofotometri atom


Massa Karbon Aktif Terhadap serapan (AAS) dengan variasi waktu
Effisiensi Adsorbsi kontak dan masa karbon aktif
Hasil pengujian sampel dengan ditampilkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Pengaruh Waktu Kontak dan Masa Karbon Aktif Terhadap Efisiensi
Adsorbsi
Konsentrasi Fe Konsentrasi Fe
Waktu Konsentrasi Efisiensi
masa karbon yang terbaca Teradsorbsi
kontak Fe Awal Adsorbsi
aktif (gram) pada alat pada Karbon
(menit) (mg/l) Fe (%)
AAS(mg/L) AKtif (mg/L)
30 10 5.154 4.846 48.46
60 10 5.098 4.902 49.02
1
90 10 4.734 5.266 52.66
120 10 5.14 4.86 48.6
30 10 4.454 5.546 55.46
60 10 4,272 5.728 57.28
1.5
90 10 3.936 6.064 60.64
120 10 3.98 6.02 60.2
30 10 2.871 7.129 71.29
2
60 10 2.843 7.157 71.57

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 5


90 10 2.437 7.563 75.63

Konsentrasi Fe Konsentrasi Fe
Waktu Konsentrasi Efisiensi
masa karbon yang terbaca Teradsorbsi
kontak Fe Awal Adsorbsi
aktif (gram) pada alat pada Karbon
(menit) (mg/l) Fe (%)
AAS(mg/L) AKtif (mg/L)
30 10 1.917 8.083 80.83
60 10 1.611 8.389 83.89
2.5
90 10 1.406 8.594 85.94
120 10 2.241 7.759 77.59
30 10 0.765 9.235 92.35
60 10 0.691 9.309 93.09
3
90 10 0.325 9.675 96.75
120 10 1.791 8.209 82.09
120 10 2.843 7.157 71.57

Dari Tabel 4.2 ini dapat melewati titik tersebut. Penyisihan besi
diketahui bahwa terjadi penurunan pada berbagai masa karbon aktif
konsentrasi besi setelah dikontakkan berdasarkan waktu kontak ditampilkan
dengan karbon aktif dari Kulit Durian pada Gambar 4.1.
dengan variasi waktu kontak dan masa
karbon aktif adsorben. Penurunan 100
Efisiensi Adsorbsi Cu (%)

konsentrasi besi pada sampel air sumur 90


tersebut berkisar antara 48.46 sampai 80
96.75 %. Menurut Manocha (2003), 70 1 gram
60
adsorbsi merupakan suatu fenomena 1.5 gram
50
yang berkaitan erat dengan permukaan 40 2 gram
di mana terlibat interaksi antara 30
2.5 gram
molekul-molekul cairan atau gas dengan 20
molekul padatan. Interaksi ini terjadi 10 3 gram
karena adanya gaya tarik atom atau 0 30 60 90120150
molekul yang menutupi permukaan Waktu Kontak (menit)
tersebut. Kapasitas adsorbsi dari karbon
aktif tergantung pada jenis pori dan
jumlah permukaan yang mungkin dapat Gambar 4.1. Pengaruh Waktu Kontak
digunakan untuk mengadsorbsi. Terhadap Efisiensi Adsorbsi.
Sulistyawati (2008) menyatakan bahwa Dari Gambar 4.1 dapat dilihat
kapasitas adsorbsi berbanding lurus bahwa efisiensi adsorbsi besi terbaik
dengan waktu sampai pada titik tertentu, dalam sampel berada pada waktu
kemudian mengalami penurunan setelah kontak 90 menit yaitu 96.75% pada

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 6


masa karbon aktif 3 g. Waktu kontak persentase penurunan konsentrasi besi.
yang cukup diperlukan oleh karbon Berdasarkan hasil penelitian dapat
aktif agar dapat meng-adsorbsi besi dilihat bahwa masa karbon aktif
secara optimal. Semakin lama waktu adsorben yang paling baik pada
kontak maka semakin banyak penelitian ini adalah 3 g jika
kesempatan partikel karbon aktif untuk dibandingkan dengan masa karbon aktif
bersinggungan dengan logam besi yang yang lain dengan efisiensi mencapai
terikat di dalam pori-pori karbon aktif. 96.75% pada menit ke-90 sehingga
Efisiensi adsorbsi dimungkinkan karena masa karbon aktif terbaik untuk karbon
proses desorbsi atau pelepasan adsorbat aktif dari Kulit Durian sebagai adsorben
kembali selama pengadukan. Desorbsi besi adalah 3 g.
terjadi akibat permukaan adsorben yang Lamanya proses adsorbsi
telah jenuh. Pada keadaan jenuh, laju ditentukan berdasarkan efesiensi
adsorbsi menjadi berkurang sehingga adsorbsi besi selama rentang waktu dan
waktu kontak tidak lagi berpengaruh masa karbon aktif tertentu. Pada saat
(Sulistyawati, 2008). keduanya mencapai nilai maksimal
100 maka lama proses adsorbsi dan masa
karbon aktif tersebut diambil sebagai
Efisiensi Adsorbsi Cu (%)

90 waktu kontak dan masa karbon aktif


30 menit
80
terbaik adsorbsi. Waktu kontak dan
masa karbon aktif terbaik untuk
70 60 menit menurunkan konsentrasi besi dengan
karbon aktif dari Kulit Durian adalah 90
60 90 menit menit dan masa karbon aktif 3 g.
50 Pemilihan waktu kontak dan masa
120 karbon aktif terbaik dilihat dari
40 menit keefektifan karbon aktif menurunkan
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
konsentrasi besi dalam sampel.
masa karbon aktif (gram)
Kesimpulan
1. Karakteristik arang aktif yang
Gambar 4.2. Pengaruh Masa Karbon dihasilkan pada penelitian ini telah
Aktif Terhadap Efisiensi Adsorbsi memenuhi standar SNI 06-3730-
1995 yaitu kadar air 14,12 %, kadar
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat abu 5,46% dan daya serap terhadap
dilihat bahwa persentase adsorbsi besi Larutan I2 580,27 (mg/g)
bertambah seiring dengan 2. Penurunan kadar Fe terbesar
bertambahnya masa karbon aktif terlihat pada masa karbon aktif 3
adsorben. Barros (2003) dalam gram dan waktu aduk 90 menit di
Wijayanti (2009) menyatakan bahwa mana efisiensi adsorbsi adalah
pada saat ada peningkatan masa karbon 96.75%.
aktif adsorben maka ada peningkatan

Daftar Pustaka

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 7


Admin. (2010). Penghilangan besi (Fe) Darmono. 2008. Lingkungan Hidup dan
dan mangan (Mn) dalam air. Pencemaran. Jakarta:
Diunggah kembali dari Universitas Indonesia Press.
http://smk3ae.wordpress.
com/2010/08/28/penghilangan- Fadli, Ade. 2011. Manfaat Kulit Durian
besi-fe-dan-mangan-mn- (http;//timpakul.web.id/manfaa
dalam-air-2/. t-kulit-durian.html, diakses 11
Okteober 2014)
Al-Asheh, S., F. Banat., R. Al Omari
and Z.Duvnjak. 2000. Fatmawati. 2006. Kajian Adsorpsi
Prediction of Binary Sorption Cd(II) Oleh Biomassa
Isotherm for The Sorption of Potamogeton (Rumput naga)
Heavy Metal by Pine bark Yang Terimobilkan Pada Silica
Using Single Isotherm Data. Gel. Banjarbaru : FMIPA
Chemosphore. Vol 41 : 659- Universitas Lambung
665. Mangkurat.

Apriani, dkk. 2013. Pengaruh Fourest, E and J.C. Roux. 1992. Heavy
Konsentrasi Aktivator Kalium Metals Biosorption by Fungal
Hidroksida (KOH) terhadap Mycelial by-Product :
Kualitas Karbon Aktif Kulit Mechanism and Influence of
Durian sebagai Adsorben pH. Appl. Microbiol
Logam Fe pada Air Gambut. Biotechnol. 37 : 467-478.
PRISMA FISIKA, Vol. I, No.
2 (2013), Hal. 82 – 86 Gadd, G.M. 1998. Biotechnology vol 6.
pp: 401-433.
Asbahani. 2013. Pemanfaatan Limbah
Ampas Tebu Sebagai Karbon Gaol, L.D.L. 2001. Studi Awal
Aktif Untuk Menurunkan Pemanfaatan Beberapa Jenis
Kadar Besi Pada Air Sumur. Karbon Aktif Sebagai
Jurnal Teknik Sipil UNTAN. Adsorben. Seminar. Depok :
Vol 13. FTUI

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika 2. Guibal, E., C. Roulph and P. Le Cloiree.
Jakarta : Erlangga 1992. Uranium Biosorption by
A Fillamentous Fungus mucor
Cossich, E.S., Teveres C.R.G and michei : pH Effect on
Ravagnani. 2003. Colombo: Mechanisms and Performance
Departemento de Engenharia of Uptake. Water. Env.
Qumica. Research. 8 : 1139-1145.

Hanjono, L. 1995. Teknologi Kimia.


Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 8


Hughes, M.N dan Poole, R.K., 1984, Proses Karbonisasi Sebagai
Metals and Microorganism. Arang Aktif. Jurnal Rekayasa
London : Chapman and Hall. Perencanaan. Vol. 1 (3).

H, Pohan. 1993. Prospek Penggunaan Mu’jizah, S. . Pembuatan Dan


Karbon Aktif dalam Industri. Karakterisasi Karbon Aktif
Warta IHP. Bogor. Dari Biji Kelor (Moringa
Oleifera. Lamk) Dengan Nacl
http:// PP RI No. 82 / 2001 : Sebagai Bahan Pengaktif.
Pengelolaan Kualitas Air Diakses tanggal 8 September
2014.
Kargi, F and S. Cikla. 2006. Biosorption
of Zinc (II) ions onto Powdered Oscik, J. 1982. Adsorption. New York :
Waste Sludge (PWS) : Kinetics John Wiley and Sons.
and Isotherm. Enzyme and
Microbial, Technol, 38 : 43-53. Osipow, L.S. 1962. Surface Chemistry :
Theory and Industrial
Kaur S., Walia T.P.S, and Mahajan Applications. Reinhold
R.K. 2008. Comparative Publishing Coorporation. New
Studies of Zink, Cadmium, York.
Lead and Copper on
Economically Viable Pratama, G. A., Pribadi, R., &
Adsorbents. Journal Environ Maslukah, L. (2012).
Eng Sci 7: 1-8. Kandungan logam berat Pb
dan Fe pada air, sedimen, dan
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar kerang hijau (Perna viridis) di
Kimia Analitik. Jakarta : UI sungai Tapak kelurahan
Press. Tugurejo kecamatan Tugu
Kota Semarang. Jurnal of
Kirk-Othmer, 99 , “Encyclopedia Marine Research. 1(1), 133-
Chemical Technology 2nd ed, 137.
vol ”, John illy and Sons.
Pusat Dokumentasi dan Informasi
Marshall,W.E. and Mitchell M.J. 1996. Ilmiah, LIPI 1997, Azhary H.
Agriculture by-product As Surest, Indra Permana, Rio
Metal: Sorption Propeties and Gunawan Wibisono, Jurnal
Resistence to Mechanical (2003)
Abrasion. Journal Chemistry
Adsorbent Technology Rahayu, T. 2004. "Karakteristik Air
Biotechnol 66 : 92-198. Sumur Dangkal di Wilayah
Kartasura dan Upaya
Mirwan, M. 2005. "Daur Ulang Limbah Penjernihannya". Jurnal MIPA.
Hasil Industri Gula (Ampas Vol. 14 (1), hlm. 40 – 51.
Tebu / Bagasse) Dengan

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 9


Smith, J.M., 967, “Chemical
Rahman, A. H. B. 2004. "Penyaringan Engineering Kinetics”,
Air Tanah dengan Zeolit Alami McGraw-Hill Book Co,
untuk Menurunkan Kadar Besi Singapura.
dan Mangan". Jurnal
MAKARA. Vol. 8 (1), hlm. 1-6. Sontheimer, J.E., 985, “Activated
Carbon for Water Treatment
Reza, E. 2002. Studi Literatur Netherlands,” Elsevair, pp. 5 -
Perancangan Awal Alat 105.
Adsorpsi RegenerasiKarbon
Aktif. Seminar. Depok : FTUI Suciastuti, E., & Sutrisno, C. T. (2002).
Teknologi Penyediaan Air
Rohmatun. 2006. Studi Penurunan Bersih. Jakarta: PT. Rineka
Kandungan Besi Organik Cipta.
dalam Air Tanah dengan
Oksidasi H2O2-UV. Sunarya, A.I. 2006. Biosorpsi Cd(II)
http://www.kandunganbesi.co dan Pb(II) Menggunakan Kulit
m Diakses tanggal 6 Januari Jeruk Siam (Citrus reticulata).
2014. Skripsi. Bogor : Departemen
Kimia Fakultas MIPA IPB.
Santosa, S.J., Jumina dan Sri S. 2003.
Sintesis Membran Bio Urai Suryana, N. 2001. Teori Instrument dan
Selulosa Asetat dan Adsorben Teknik Analisis AAS. Jakarta :
Super Karboksimetilselulosa Pusat. Pengujian Mutu Barang.
dari Selulosa Ampas Tebu
Limbah Pabrik Gula. Syahmani., Sholahudin, A. 2007.
Jogyakarta : FMIPA UGM. Laporan Penelitian Dosen
Muda : Reduksi Fe, Mn dan
Selvi, K., Pattabhi S and Kardivelu K. Padatan Terlarut dalam Air
2001. Removal of Cr(VI) from Hitam dengan Kitin dan
Aqueous Solution by Kitosan Isolat Limbah Kulit
Adsorption Onto Activated Udang melalui Sistem Kolom.
Carbon. Bioresour Technol. Banjarmasin : FKIP UNLAM.
Vol 80 : 87-89.
Syam, L. (2004). Analisis kadar besi
Shofa. 2012. Pembuatan Karbon Aktif (Fe) dalam kedelai dengan
Berbahan Baku Ampas Tebu pengompleks fenantrolin.
Dengan Aktivasi KOH. Skripsi. (skripsi). Untad Press, Palu.
Depok : FTUI.
Tahril., Taba, P., Nafie, L. N., & Noor,
Sinar Tani, ,”Pemanfaatan Kulit A. (2011). Analisis besi dalam
Durian”, Kelompok Sinar ekosistem lamun dan
Tani. Bogor. hubungannya dengan sifat
fisikokimia perairan pantai

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 10


kabupaten Donggala. Jurnal
Natur Indonesia, 13(2), 105-
111.

Volesky B. Biosorption of Heavy


Metal.
http://lifebiosorption.co.uk (8
Desember 2013)

Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi


Lingkungan. Malang: UMM
Press.

Wijayanti, Ria. 2009. Arang Aktif dari


Ampas Tebu sebagai
Adsorben pada Pemurnian
Minyak Goreng Bekas.
Skripsi FMIPA IPB: Bogor.

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 11

Anda mungkin juga menyukai