PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah
terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin
merupakan protein pengangkut oksigen 1 .
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap
sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan
mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita
penyakit anemia. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan
pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Kadar Hb inilah yang dijadikan
patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120
hari.
2
2. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh,
misal virus atau bakteri. Fungsi utama dari leukosit tersebut adalah untuk
Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi. Orang yang
kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang
kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. Jumlah sel pada orang
dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah. Plasma darah adalah
bagian yang tidak mengandung sel darah. Komposisi plasma darah :
1. Air
2. Protein
2. Globulin ( 40% )
3
1. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen (Presipitin)
3. Fibrinogen ( 3% )
4
II.4 TUJUAN TRANSFUSI DARAH
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma
substitute atau larutan albumin
5
II.6 KOMPONEN DARAH UNTUK TRANSFUSI
6
7
8
9
10
11
1. Tranfusi Packed Red Cell
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara
tertutup atau septik sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung
kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Lama simpan darah 24 jam dengan
sistem terbuka.
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah
dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells
banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik,
leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan
untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila
kadar Hb sudah di atas 8 g%.
12
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan
overload berkurang
Indikasi: :
Suspensi trombosit dapat diperoleh dari 1 unit darah lengkap segar donor
tunggal, atau dari darah donor dengan cara/ melalui tromboferesis. Komponen ini
masih mengandung sedikit sel darah merah, leukosit, dan plasma. Komponen ini
ditransfusikan dengan tujuan menghentikan perdarahan karena trombositopenia,
atau untuk mencegah perdarahan yang berlebihan pada pasien dengan
trombositopenia yang akan mendapatkan tindakan invasive.
13
Defek trombosit kumulatif dan perdarahan atau prosedur invasive
14
BB x 1/13 x 0.3
Plasma segar beku adalah bagian cair dari darah lengkap yang dipisahkan
kemudian dibekukan dalam waktu 8 jam setelah pengambilan darah. Hingga
sekarang, komponen ini masih diberikan untuk defisiensi berbagai factor
pembekuan. (Bila ada/ tersedia, harus diberikan factor pembekuan yang
spesifik sesuai dengan defisiensinya).
Komponen ini dapat diberikan pada trauma dengan perdarahan hebat atau
renjatan (syok), penyakit hati berat, imunodefisiensi tanpa ketersediaan preparat
khusus, dan pada bayi dengan enteropati disertai kehilangan protein (protein
losing enteropathy). Meskipun demikian, penggunaan komponen ini sekarang
semakin berkurang. Dan bila diperlukan, maka dosisnya 20-40 ml/ kgBB/hari.
Indikasi lain transfusi plasma beku segar adalah sebagai cairan pengganti
selama penggantian plasma pada penderita dengan purpura trombotik
trombositopenik atau keadaan lain dimana plasma beku segar diharapkan
bermanfaat, misalnya tukar plasma pada penderita dengan perdarahan dan
koagulopati berat. Transfusi plasma beku segar tidak lagi dianjurkan untuk
penderita dengan hemofilia A atau B yang berat, karena sudah tersedia konsentrat
faktor VIII dan IX yang lebih aman. Plasma beku segar tidak dianjurkan untuk
koreksi hipovolemia atau sebagai terapi pengganti imunoglobulin karena ada
alternatif yang lebih aman, seperti larutan albumin atau imunoglobulin intravena 2.
4. Cryopresipitate
15
Komponen utama yang terdapat di dalamnya faktor VIII, faktor pembekuan
XIII, faktor Von Willbrand dan fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk
menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita
hemofili A.
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek sampingnya berupa
demam dan alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-
200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, dan faktor XIII 4 .
Indikasi :
- Hemophilia A
5. Albumin
16
∆ albumin x BB x 0.4
6. Kompleks faktor IX
7. Imunoglobulin
Komponen ini merupakan konsentrat larutan materi zat anti dari plasma, dan
yang baku diperoleh dari kumpulan sejumlah besar plasma. Komponen yang
hiperimun didapat dari donor dengan titer tinggi terhadap penyakit seperti
varisela, rubella, hepatitis B, atau rhesus. Biasanya diberikan untuk mengatasi
imunodefisiensi, pengobatan infeksi virus tertentu, atau infeksi bakteri yang tidak
dapat diatasi hanya dengan antibiotika dan lain-lain. Dosis yang digunakan adalah
1-3 ml/kgBB.
17
pasien memiliki zat anti dan tak ada satu pun golongan darah yang cocok, juga
jika pasien berkeberatan menerima donor orang lain. Meski demikian, tetap saja
bisa terdapat efek samping dan reaksi transfusi seperti terjadinya infeksi 3 .
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam dengan atau
tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine
berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat
18
terjadi renjatan (shock), koagulasi intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal
ginjal akut yang dapat berakibat kematian 1,2 .
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat,
ikterus, dan kadang-kadang hemoglobinuria. Biasanya tidak terjadi hal yang perlu
dikuatirkan karena hemolisis berjalan lambat dan terjadi ekstravaskuler, tetapi
dapat pula terjadi seperti pada RTHA. Apabila gejalanya ringan, biasanya tanpa
pengobatan. Bila terjadi hipotensi, renjatan, dan gagal ginjal, penatalaksanaannya
sama seperti pada RTHA.1,4
a. Demam
Demam merupakn lebih dari 90% gejala reaksi transfusi. Umumnya ringan
dan hilang dengan sendirinya. Dapat terjadi karena antibodi resipien bereaksi
dengan leukosit donor. Demam timbul akibat aktivasi komplemen dan lisisnya
sebagian sel dengan melepaskan pirogen endogen yang kemudian merangsang
19
sintesis prostaglandin dan pelepasan serotonin dalam hipotalamus. Dapat pula
terjadi demam akibat peranan sitokin (IL-1b dan IL-6). Umumnya reaksi demam
tergolong ringan dan akan hilang dengan sendirinya.
b. Reaksi alergi
Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul, yang
tidak disertai gejala lainnya. Bila hal ini terjadi, tidak perlu sampai harus
menghentikan transfusi. Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan
terlarut di dalam plasma donor yang bereaksi dengan antibodi IgE resipien di
permukaan sel-sel mast dan eosinofil, dan menyebabkan pelepasan histamin.
Reaksi alergi ini tidak berbahaya, tetapi mengakibatkan rasa tidak nyaman dan
menimbulkan ketakutan pada pasien sehingga dapat menunda transfusi.
Pemberian antihistamin dapat menghentikan reaksi tersebut.
c. Reaksi anafilaktik
Reaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul pada
pasien dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA dengan
titer tinggi. Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit setelah
transfusi dimulai. Aktivasi komplemen dan mediator kimia lainnya meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan konstriksi otot polos terutama pada saluran napas yang
dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi anafilaktik biasanya adalah
angioedema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan, hipotensi, dan
renjatan.
Penatalaksanaannya adalah :
20
Pemberian dopamin dan kortikosteroid perlu dipertimbangkan. Apabila terjadi
hipoksia, berikan oksigen dengan kateter hidung atau masker atau bila perlu
melalui intubasi 1,2 .
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi Kedua, Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
2. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan
Kedokteran berkelanjutan (Continuing Medical Education) Pediatrics. 2005.
Jakarta, IDAI cabang Jakarta.
4. Sudoyo AW, Setiohadi B. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
Keempat. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
22