Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan
kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti
pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan,
diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama
kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis
koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu
penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses
pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding
arteri (Yuet Wai Kan, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-
negara maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi
kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung
koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor
penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat
meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2000).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum
mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan,
hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang
sejak konferensi klinis terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi
kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah
mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara
pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas
secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya
jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK
yang timbul pada populasi umum dengan karakteristik jelas.
Penyakit jantung yang dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol, banyak
terjadi pada individu dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini
dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan makanan yang menjadi faktor penting penentu

1
kadar kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat kerja, dewasa ini lebih
cenderung mengejar halhal yang bersifat praktis, termasuk di dalamnya jenis
makanan yang dikonsumsi. Makanan cepat saji (fast food) atau yang juga dikenal
sebagai makanan sampah (junk food) menjadi pilihan bagi individu yang
mengutamakan kecepatan pelayanan karena waktu menjadi sangat berharga di
dunia kerja. Namun di sisi lain, makanan ini sebenarnya tidak memiliki
kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan yang tinggi. Nystrom
(2008) dalam penelitiannya di Perancis mengatakan, responden yang makan dua
kali sehari di McDonalds, Burger King atau restoran cepat saji lain selama 4
minggu, 2 kali sehari, mengalami peningkatan berat badan hingga 15% dan
peningkatan kadar enzim alanine aminotrasnferase (ALT) hingga 10 kali.
Aktivitas fisik yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari
kehidupan pekerja kantor dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan
pekerjaan sehingga tidak ada kesempatan untuk berolah raga dan merujuk kepada
perilaku hidup yang instan, misalnya makanan. Gaya hidup yang demikian akan
menyebabkan terjadinya penumpukan karbohidrat dan kolesterol di dalam tubuh,
yang kemudian dapat menyebabkan dislipidemia yang merupakan faktor risiko
terjadinya PJK.
Di sisi lain, pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat
namun tidak diimbangi dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup.
Keterbatasan ekonomi pada pekerja kasar membuat mereka jarang memakan
makanan hewani seperti daging dan ikan, makanan cepat saji, atau
makananmakanan lain yang cenderung berkolesterol tinggi. Walaupun demikian,
dewasa ini PJK bukan hanya menjadi penyakit bagi golongan ekonomi menengah
ke atas, namun juga sering terjadi pada masyarakat ekonomi bawah.
Diduga hal ini terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung minyak tak jenuh dan trans yang bisa terdapat pada minyak goreng
kualitas rendah atau minyak goreng bekas (American Heart Association, 2008).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari penyakit jantung koroner ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi dari sitem kardiovaskuler?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit jantung koroner?
4. Apa faktor resiko dari penyakit jantung koroner?
5. Bagaimana manifestasi klinis penyakit jantung koroner?
6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit jantung koroner?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit jantung koroner?
8. Bagaimana pencegahan dari penyakit jantung koroner?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit jantung koroner?
10. Bagimana asuhan keperawatan secara teori pada penyakit jantung
koroner?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit jantung koroner.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi penyakit jantung koroner.
3. Untuk mengetahui etiologi dari sitem kardiovaskuler.
4. Untuk mengetahui faktor resikopenyakit jantung koroner.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit jantung koroner.
6. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit jantung koroner.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik penyakit jantung koroner.
8. Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit jantung koroner.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit jantung koroner.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teori penyakit jantung
koroner.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan
pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta
ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya
penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit
jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner. penyempitan atau
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering
ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan jantung memompa
darah akan hilang, sehingga sistem kontrol irama jantung akan terganggu dan
selanjutnya bisa menyebabkan kematian (Soeharto, 2001)

2.2. Anatmoni fisiologi sistem kardiovaskuler


Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada(toraks),
diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang
terdiri atas 2 lapisan :
a. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan
selaput paru.
b. Perikardium viselaris, yaitu lapisan permukaan dan jantung itu sendiri, yang
juga disebut epikadrium.
Diantara kedua lapisan tersebut, terdapat sedikit cairan pelumas yang
berfungsi mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat
memompa. Cairan ini disebut cairan pericardium.

4
a. Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yakni:
a) Lapisan luar disebut epikadrium atau perikadrium viselaris.
b) Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
c) Lapisan dalam disebut pericardium.
b. Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut atrium
(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
1. Atrium
a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui
vena dan kava superior, vena kava inferior. Serta sinus yang berasal
dari jantung sendiri. Kemudian dipompakan ke ventrikel kanan
selanjutnya ke paru
b. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen kedua paru melalui 4
buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri,dan
selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium tersebut
dipisahkan oleh sekat, yang disebut septum atrium.
2. Ventrikel
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang disebut
trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut
muskulus papilaris dihubungkan dengan tepi daun katup atrio ventikuler
oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.
a. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan
dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
b. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan
keseluruh tubuh melalui aorta.
3. Katup-katup Jantung
Katup artrio ventikuler
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut
katup atrio-ventrikuler. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan
ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup, disebut katup

5
tricuspid. Sedangkan katup yang letaknya diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup, disebut katup mitral.
Katup artrio ventikuler memungkinkan darah mengalir dari masing-
masing atrium ke ventrikel pada fase diastole fentrikel, dan mencegah
aliran balik pada saat sistol ventrikel (kontraksi).

2.3. Etiologi
Secara spesifik, fakor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit
jantung koroner menurut Suharjo (2008) adalah :
a. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria)
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentang terkena penyakit
jantung.
b. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menapause dini sebagia akibat
operasi (bagi wanita)
Wanita yang telah mengalami menapause secara fisiologis adapun secara dini
(pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit jantung koroner apalagi ketika usia
wanita itu telah menginjak usia lanjut.
c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga
Penyakit jantung dalam keluarga sering merupaka akibat dari profil kolesterol
yang tidak normal dalam atrian terdapat kebiasaan buruk dalam segi diet
keluarga.
d. Diabetes
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukan karena meningkatnya level
gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
e. Merokok
Merokok telah disebut-sebut sebagia faktor resiko utama penyakit jantung
koroner. Kandungan nikotin dalam rokok dapat masuk endotel pembuluh darah
sehingga mendukung timbulnya timbunan lemak yang akhirnya terjadi
sumbatan pada pembuluh darah.
f. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi yang menetap dapat menimbulkan trauma langsung
dalam dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan

6
terjadinya atheroslerosis coroner yang merupakan penyebab penyakit jantung
koroner.
g. Kegemukan (obesitas)
Obesitas bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung
didalam tubuh, seseorang yang obesitas lebih menyimpan keenderungan
terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung
koroner.
h. Gaya hidup
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang
rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan dapat mempercepat seseorang
terkena penyakit jantung koroner.
i. Stress
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi simulasi
yang tegang dapat terjadi arithmia jantung yang membahayakan jiwa.
Penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler pada perinsipnya disebabkan
oleh dua faktor utama yaitu:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri
koroneria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara
progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
5 resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran
darah miokardium (Brown, 2006).
b. Trombosis Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan
lama kelamaan berakibat robek dinding pembuluh darah. Pada mulanya,
gumpalan darah merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegahan
perdarahan berlanjut pada saat terjadinya luka. Berkumpulnya gumpalan darah
dibagian robek tersebut, yang kemudian bersatu dengan keping-keping darah
menjadi trombus. Trombosis ini menyebabkan sumbatan di dalam pembuluh
darah jantung, dapat menyebabkan serangan jantung mendadak, dan bila
sumbatan terjadi di pembuluh darah otak menyebabkan stroke (Kusrahayu,
2004).

7
2.4. Faktor resiko penyakit jantung koroner
Faktor resiko utama pada PJK, yaitu kolesterol tinggi, tingginya tekanan
darah dan merokok. Kedua, faktor risiko mencakup terganggunya metabolisme
glukosa, sehingga menyebabkan insulin kembali sistance dan dalam beberapa
kasus diabetes. Pemahaman baru menemukan penyebab lain yang dapat
mengidentifikasi resiko penyakit jantung koroner, seperti konsentrasi fibrinogen
dan C-reaktif protein dalam darah.
Beberapa faktor psikososial berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit
jantung koroner yaitu untuk bukti kuat seperti stres kerja, kurangnya integrasi
sosial, depresi, dan gejala depresi, dengan sugestif sedangkan untuk bukti lemah
seperti marah, konflik atau perselisihan dan kegelisahan. Faktor ekonomi,
pendidikan, isolasi sosial, dan faktor-faktor psikososial yang lainnya merupakan
penyebab tidak langsung penyakit jantung koroner. Mereka tidak mempengaruhi
penyakit patologi secara langsung, tetapi melakukannya melalui proses yang lebih
proksimal.

2.5. Manifestasi klinis


Meski kebanyakan penderita PJK mempunyai masalah pokok yang sama,
yaitu penyempitan arteri koronia, namun gejala yang timbul tidak sama. Beberapa
menderita angina, ada pula yang terkana serangan jantung. Sebagian kecil
mengalami kegagalan jantung tanpa ada gejala apapun sebelumnya. Semua akibat
ini belum diketahui penyebabnya secara pasti.
a. Nyeri Dada
Dada terasa nyeri yang dapat digambarkan sebagai mati rasa, berat atau
terbakar, dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung atau rahang
b. Sakit Otot
Sepanjang punggung dan diantara tulang rusuk terdapat otot-otot yang
berperan penting dalam pernapasan. Seperti otot lainnya, otot-otot ini bisa
terserang rematik. Sakitnya biasanya terbatas di daerah dada tertentu, baik
dibagian depan atau belakang. Rasa sakit semakin terasa saat duduk, atau
berbaring dalam posisi tertentu jika membalik. Sakit akibat rematik ini bisa

8
berlangusung beberapa jam sampai beberapa hari dan mungkin hilang sebelum
akan kambuh beberapa minggu kemudian.
c. Berdebar-debar
Palpitasi, debaran jantung keras dan cepat yang teratur ataupun yang tidak
teratur bisa terjadi pada orang sehat. Penyebabnya adalah, stress, merokok, atau
terlalu banyak minum kopi atau teh. Ada juga orang yang mempunyai “sirkuit
pendek” elektris pada jantungnya sehingga membuat jantung berdebar sangat
cepat, namun ini jarang terjadi.
Orang deengan PJK juga bisa mendapat masalah dengan debaran jantung,
namun biasanya ini terjadi setelah ada seraangan jantung. Dokter akan
memberikan obat untuk mencoba mengontrolnya. Jila palpirasi menyebabkan
anda pingsan, sesak napas atau nyeri dada, konsultasikan segera ke dokter.
d. Sesak Napas
Banyak penyebab sesak napas, dan yang paling umum diantaranya adalah
bronkitis kronis, emfisema (melebarnya gelembung paru) dan asma. Gagal
jantung juga menyebabkan sesak napas dan bisa menyerang orang pernah
terkena serangan jantung. Jika jantung tidak memompa dengan baik, cairan
akan tertimbun dalam jaringan tubuh dan paru-paru, sehingga mengakibatkan
sesak nafas. Sehingga akan sulit jika berbaring ditempat tidur atau terbangun
waktu malam karena sesak napas. Bisa juga terserang batuk dengan dahak
mengandung sedikit busa atau darah. Jika cairan tertimbun di bagian tubuh,
pergelangan kaki membengkak atau perut terasa sakit karena hati dan usus
membengkak.
e. Pusing
f. Mual
g. Kelemahan yang luar biasa

9
2.6. Patofisiologi

ETIOLOGI

(Arteosklerosis pembuluh darah koroner)

Timbul timbunan lemak dalam Penimbunan lipid dan jaringan


tunika intima fibrosa dalam arteri koroner
Lumen pembuluh darah
menyempit

Regresi sebagian dan sebgian Resistensi terhadap aliran


berkembang menjadi flak darah meningkat
fibrosa
Penurunan kemampuan
Ateroma
pembuluh darah vaskuler
(kompleks aterosklerosis) untuk melebar

Ketidakseimbangan antara Nyeri dada


suplai dan kebutuhan o2 dalam
- Perdarahan
miokardium
- Kalsifikasi
- Trombosis Penurunan
cardiacoutput

Intoleransi
Gangguan
aktivitas
pertukaran gas

Infark miokardium

10
2.7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit jantung koroner antara lain:
a. Serangan jantung yang dapat mengancam jiwa menyebabkan infark
myocardium (kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup
b. Gagal jantung kongestif
c. Angina tidak stabil
d. Kematian mendadak (Arif, 2009)

2.8. Pemeriksaan diagnostik


Menurut Marry (2008), periksaan penunjang pada penyakit jantung koroner
adalah :
a. ECG menunjukkan : Adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemia,
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis
b. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam
c. Elektrolit: ketidak seimbangan yang memungkinkan terjadinya konduksi
jantung dan krontraktilitas jantung seperti hipo atau heperglikemia
d. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan harinya setelah
serangan
e. Analisa gas darah : menunjukkan adanya hipoksia atau prises penyakit paru
yang kronis atau akut
f. Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengaki
atkan terjadinya arteriosklerosis
g. Chest X-ray : mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
vemtrikuler
h. Echocardigram : mungkin harus dilakukan guna menggambarkan fungsi atau
kaasitas masing-masing ruang pada jantung
i. Excercise stress test: menunjukkan kemampuan jantung beradaptasi terhadap
suatu stress/aktivitas

11
2.9. Pencegahan penyakit jantung koroner
Banyak upaya yang dilakukan oleh negara berkembang untuk menjadi lebih
baik, yaitu dilaksanakan pengadaan makanan dan program gizi, program aktivitas
fisik atau olahraga, anti merokok, program anti hipertensi yang sebaiknya
dipromosikan dengan segera.
Secara primer, program pencegahan secara primordial mendapat prioritas
tinggi sejak itu dan dapat diraih oleh popualsi yang besar. Strategi ini melibatkan
peran ibu dalam pendidikan kesehatan. Yang kedua, seseorang dengan resiko
tinggi dapat dicegah dengan melakukan pelayanan kesehatan ke rumah sakit
secara murah dan hal itu sebaiknya lebih ditingkatkan.

2.10. Penatalaksaan penyakit jantung koroner


Penatalaksanaan dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Umum
a) Penjelasan mengenai penyakitnya: pasien biasanya tertekan, khawatir
terutama untuk melakukan aktivitas
b) Pasien harus menyesuaikan aktivitas fisik dan psikis dengan keadaan
sekarang
c) Pengendalian faktor resiko
d) Pencegahan sekunder
Karena umumnya sudah terjadi arteriosklerosis di pembuluh darah lain,
yang akan berlangsung terus, obat pencegahan diberikan untuk
menghambat proses yang ada yang sering dipakai adalah aspirin dengan
dosis 375 mg, 160 mg, 80mg.
e) Memberikan O2
b. Mengatasi PJK yang terdiri dari
- Medikamentosa
a) Nirat (N), yang dapat diberikan parenteral, sublingual, buccal, oral,
transdermal.
b) Berbagai jenis penyekat beta untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Ada
yang bekerja cepat seperti pindolol lambat seperti sotatol dan nadolol.
Ada beta 1 selektif seperti asebutolol, metoprolol dan atenolol.

12
c) Antagonis calcium (ca.A) juga terdiri dari beberapa jenis baik diunakan
secara oral maupun parenteral. Umumnya obat-obatan ini mengurangi
oksigen dan menambah masuk (dilatasi koroner) ada yang menurunkan
HR seperti verapanil dan diltiazem, efeksampingnya adalah sakit kepala
edema kaki bradikardi sampai blokade jantung.
- Revaskularisasi
a) Pemakian trombolitik, biasanya pada pjk akut
b) Prosedur invasif non operatif yaiu melebarakan arteri koronaria dengan
balon
c) Operasi coronary arteri surgery CAS
Ada beberapa macam operasi segai berikut:
(a) Operasi pintas coroner (CABG)
(b) Vena saphena (Saphenous Vein)

2.11. Asuhan keperawatan secara teori penyakit jantung koroner


2.11.1 Pengkajian
A. Biodata
a. Biodata pasien
a) Nama pasien :
b) Jenis kelamin:
c) Suku/bangsa :
d) Agama :
e) Pendidikan :
f) Pekerjaan :
g) Alamat :
B. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri dada (digambarkan sebagai mati
rasa, berat, atau terbakar, dapat menjalar kepundak kiri, lengan,
leher, punggung atau rahang), sesak napas, berdebar-bedar,
pusing, mual, kelemahan yang luar biasa.

13
b. Riwat penyakit sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri hebat dan sesak napas yang
semakin berat apabila di buat beraktivitas
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasaya pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi, aritmia,
SKA diabetes militus dan
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keturunan (genetik) Riwayat jantung koroner pada keluarga
meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur
(Brown, 2006). Riwayat keluarga penderita jantung koroner
umumnya mewarisi faktor-faktor resiko lainnya, seperti
abnormalitas kadar kolesterol, peningkatan tekanan darah,
kegemukan dan DM. Jika anggota keluarga memiliki faktor
resiko tersebut, harus dilakukan pengendalian secara agresif.
Dengan menjaga tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah
agar berada pada nilai ideal, serta menghentikan kebiasaan
merokok, olahraga secara teratur dan mengatur pola makan
(Yahya, 2010)
e. Pola aktivitas sehari-hari
Jarang melakukan olah raga dan badan terasa lemah,
f. Pola nutrisi
Banyak makan mengandung lemak, kebiasan merokok dan
minum alkohol
C. Pemeriksaan fisik
a. Breating ( B1: Pernapasan )
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat
merokok
tanda : distres pernapasan meningkat pada frekuensi/irama dan
gangguan kedalam
b. Bleeding (B2: Kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, riwayat jantung, kegemukan.

14
Tanda: takikardia, distritmia, tekanan darah normal, meningkat
atau turun, bunyi jantung mungkin normal atau terdapat suara
jantung tambahan S3 dan S4 mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitas. .
c. Brain (B3: Persyarafan)
Perubahan status mental, orientasi, pola biacara atau aspek pikir
d. Bleder (B4: Perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya
Tanda: disuria, oliguria, anuria, poliuria sampai hematuria
e. Bowel (B5: pencernaan )
Tanda: mual. Kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit,
muntah, penurunan berat badan.
f. Bone (B6: Tulang-otot-untegumen)
Hipotensi postural, kulit atau membran mukosa lembat, pucat dan
akral dingin
D. Pemeriksaan diagnostik
a. ECG menunjukkan : Adanya S-T elevasi yang merupakan tanda
dari iskemia, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan
tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya
nekrosis
b. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam
4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT
dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam
c. Elektrolit: ketidak seimbangan yang memungkinkan terjadinya
konduksi jantung dan krontraktilitas jantung seperti hipo atau
heperglikemia
d. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan
harinya setelah serangan
e. Analisa gas darah : menunjukkan adanya hipoksia atau prises
penyakit paru yang kronis atau akut
f. Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengaki atkan terjadinya arteriosklerosis

15
g. Chest X-ray : mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF,
atau aneurisma vemtrikuler
h. Echocardigram : mungkin harus dilakukan guna menggambarkan
fungsi atau kaasitas masing-masing ruang pada jantung
i. Excercise stress test: menunjukkan kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/aktivitas
2.11.2 Diagnosa keperawatan
Adapaun diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penyakit
jantung koroner menurut NANDA 2015- 2017 adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (iskemia)
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
c. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
e. Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini

2.11.3 Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1 a. Nyeri Setelah diakukan tindakan 1. Lakukan
akut keperawatan selama 3x24 jam pengkajian
berhubun nyeri dapat berkurang dengan nyeri secara
gan kriteria hasil sebagai berikut : komprehensif
dengan a. Mampu mengontrol (PQRST)
agens nyeri 2. Observasi
cedera b. Melaporkan bahwa reaksi nonverbal
biologis nyeri berkurang dengan dari
(iskemia) menejemen nyeri ketidaknyamana
c. Mampu mengenali n
nyeri dengan PQRST 3. Observasi tanda-
d. Mengatakan rasa tanda vital
nyaman setelah nyeri pasien
hilang 4. Gunakan
strategi
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui

16
pengalaman
nyeri dan
sampaikan
penerimaan
pasien terhadap
nyeri
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
dengan distraksi
relakasi
6. Kolaborasi
pemberian
analgesik
2 Penurunan Setelah dilakukan tindakan Cardiac care
curah jantung keperawatan selama 2x24 jam 1. Evaluasi
berhubungan penurunan curah jantung dapat adanya nyeri
dengan teratasi dengan kriteria hasil : dada
perubahan a. Tanda-tanda vital (PQRST)
frekuensi dalam rentang normal 2. Catat adanya
jantung b. Dapat mentoleransi distritmia
aktivitas, tidak ada jantung
kelelahan 3. Catat adanya
c. Tidak ada edema paru, tanda dan
perifer dan tidak aada gejala
asites penurunan
d. Tidak ada penurunan cardiac
kesadaran output
4. Monitor
status
kardiovaskul
er
5. Monitor
status
pernapasan
yang
menandakan
gagal jantung
6. Monitor
abdomen
sebagai tanda
penurunan
perfusi
7. Monitor
balance
cairan
8. Monitor
adanya
perubahan

17
tekanan
darah
9. Atur periode
latihan dan
istirahat
untuk
menghindari
kelelahan
10. Monitor
toleransi
aktiitas
11. Monitor
adanya
dispneu,
fatigue,
takipneu dan
ortopneu
12. Anjurkan
untuk
menurunkan
stres
Vital sign
monitoring
1. Monitor TTV
2. Catat adanya
fluktuasi
tekanan
darah
3. Monitor TTV
sebelum dan
setelah
beraktivitas
4. Monitor
bunyi dan
irama jantung
5. Monitor
suara paru
6. Monitor pola
pernapasan
abnormal
7. Monitor
sianosis
perifer
3 Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan
efektifan pola keperawatan selama 1x24jam pasien unutk
napas ketidak efektifan pola napas memaksimalka
berhubungan dapat teratasi dengan kriteria n ventilasi
dengan hasil sebagai berikut: 2. Auskultasi

18
keletihan otot a. Menunjukkan jalan suara napas,
pernapasan napas yang paten (klien catat adanya
tidak merasa tercekik, suara tambahan
irama napas, frekuensi 3. Observasi
pernapasan dalam karakter batuk
rentang normal, tidak yang
ada suara napas peroduktif
abnormal 4. Monitor
b. Mendemonstrasikan respirasi dan
batuk efektif dan suara status O2
napas yang ebrsih, 5. Pertahankan
tidak ada sianosis atau jalan napas
dispneu (mampu yang paten
mengelyarkan sputum, 6. Observasi
mampu bernapas adanya tanda-
dengan mudah) tanda
c. Tanda-tanda vital hipoventilasi
dalam rentang normal 7. Monitor tanda-
tanda vital
8. Observasi
adanya sianosis
perifer
9. Kolaborasi
pemberian
oksigen
4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien
aktivitas keperawatan selama 3x24 jam untuk
berhubungan pasien dapat menunjukkan mengidentifika
dengan peningkatan kemampuan si aktivitas
ketidak dalam beraktivitas dengan yang mampu
seimbangan kriteria hasil sebagai berikut dilakukan
antara suplai a. Berpartisipasi dalam 2. Bantu untuk
dan aktivitas fisik tanpa memulai
kebutuhan disertai peningkatan aktivitas
oksigen tekanan darah, RR, dn konsisten yang
nadi sesuai dengan
b. Mampu melakukan kemapuan
aktivitas sehari-hari fisik, psikologi
secara mandiri dan sosial
c. Tanda-tanda vital 3. Bantu klien
normal untuk membuat
d. Status kardiopulmonari jadwal lahitan
adkuat diluang waktu
e. Status respirasi: 4. Observasi
petukaran gas dan tanda-tanda
ventilasi adekuat vital
5. Kolaborasi
dengan tenaga

19
rehabilitasi
medik dalam
merncanakan
progam terapi
yang tepat.

5 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam pendekatan
dengan kecemasan pasien/ansietas yang
ancaman dapat berkurang atau hilang menenangkan
status terkini dengan kriteria hasil sebgai 2. Nyatakan
berikut dengan jelas
a. Klien mampu harapan
mengidentifikasi dan terhadap pasien
mengungkapkan gejala 3. Temani pasien
cemas untuk
b. Mengidentifikasi, memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan
menunjukkan teknik mengurangi
untuk mengontrol takut
cemas 4. Identifikasi
c. Tanda-tanda vital tingkat
dalam batas normal kecemasan
d. Postur tubuh, ekspresi 5. Dorong pasien
wajah, bahasa tubuh mengungkapka
dan tingkat aktivitas n parasaan
menunjukkan ketakutan,
berkurangnya cemas persepsi
6. Intruksikan
pasien untuk
menggunakan
teknik relaksasi
7. Kolaborasi
pemberian obat
untuk
mengurangi
kecemasan

20
2.11.4 Implementasi keperawatan
Penatalaksaan adalah melakukan tindakan intervensi sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dilihat yaitu sebagai berikut:
No. Diagnosa keperawatan Implementasi
1 Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secra
berhubungan dengan komprehensif (PQRST)
agens cedera biologis 2. Mengbservasi reaksi nonverbal dari
(iskemia) ketidaknyamanan misalnya dengan
ekspresi wajah
3. Observasi tanda-tanda vital pasien yaitu
tekanan darah, suhu, nadi dan RR
4. Menggunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan
penerimaan pasien terhadap nyeri
5. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
dengan distraksi relakasi misalnya
dengan latihan napas dalam atau
mengalihkan perhatian dengan
membaca buku
6. Berkolaborasi pemberian analgesik
untuk mengurangi nyeri
2 Penurunan curah Cardiac care
jantung berhubungan 1. Mengevaluasi adanya nyeri dada
dengan perubahan (PQRST)
frekuensi jantung 2. Mencatat adanya distritmia jantung
pada lembar observasi
3. Mencatat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac output
4. Memonitor status kardiovaskuler
5. Memonitor status pernapasan yang
menandakan gagal jantung
6. Memonitor abdomen sebagai tanda
penurunan perfusi
7. Memonitor balance cairan dengan
menghitung input dan output
8. Memonitor adanya perubahan tekanan
darah
9. Mengatur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
10. Memonitor toleransi aktiitas
11. Memonitor adanya dispneu, fatigue,
takipneu dan ortopneu
12. Menganjurkan untuk menurunkan stres
Vital sign monitoring
1. Memonitor TTV yaitu suhu, nadi, RR

21
dan tekanan darah
2. Mencatat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Memonitor TTV sebelum dan setelah
beraktivitas
4. Memonitor bunyi dan irama jantung
5. Memonitor suara paru
6. Memonitor pola prnapasan abnormal
7. Memonitor sianosis perifer
3 Ketidakefektifan pola 1. Memposisikan pasien untuk
napas berhubungan memaksimalkan ventilasi misalnya
dengan keletihan otot dengan posisi semifowler
pernapasan 2. Mengauskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan
3. Mengobservasi karakter batuk yang
peroduktif
4. Memonitor respirasi dan status O2
5. Mempertahankan jalan napas yang
paten
6. Mengobservasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
7. Memonitor tanda-tanda vital
8. Mengobservasi adanya sianosis perifer
9. Berkolaborasi pemberian oksigen
misalnya dengan pemberian O2 Lewat
nasal 2-3 lpm
4 Intoleransi aktivitas 1. Membantu klien untuk
berhubungan dengan mengidentifikasi aktivitas yang mampu
ketidak seimbangan dilakukan
antara suplai dan 2. Membantu untuk memulai aktivitas
kebutuhan oksigen konsisten yang sesuai dengan
kemapuan fisik, psikologi dan sosial
3. Membantu klien untuk membuat jadwal
lahitan diluang waktu
4. Mengobservasi tanda-tanda vital
5. Berkolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam merncanakan
progam terapi yang tepat
5 Ansietas berhubungan 1. Menggunakan pendekatan yang
dengan ancaman status menenangkan
terkini 2. Menyatakan dengan jelas harapan
terhadap pasien
3. Menemani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
4. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
5. Mendorong pasien mengungkapkan
parasaan ketakutan, persepsi
6. Mengintruksikan pasien untuk

22
menggunakan teknik relaksasi
7. Berkolaborasi pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan bila dibutuhkan

2.11.5 Evaluasi keperawatan


Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di tetepakan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dan melibatkan pasien dengan
tenaga kesehatan lainnya dan pendokumentasien menggunakan SOAP yaitu:
No. Diagnosa keperawatan Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri
dengan agens cedera berkurang/hilang, dan merasa lebih
biologis (iskemia) nyaman saat nyeri berkurang/hilang
O: - Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menejemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri dengan
PQRST
A: Masalah nyeri akut teratasi
P: intervensi dilanjutkan sesuai keadaan
pasien
Penurunan curah jantung S: - pasien mengatakan dapat melakukan
berhubungan dengan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan
perubahan frekuensi merasa tidak kelelahan
jantung O: - Tidak ada edema paru, perifer dan
tidak ada asites
- Tidak ada penurunan kesadaran
A: Masalah penurunan curah jantung
teratasi
P: intervensi dilanjutkan sesuai keadaan
pasien
3 Ketidak efektifan pola S: Pasien mengatakan tidak sesak napas
napas berhubungan O: - Mendemonstrasikan batuk efektif
dengan keletihan otot dan suara napas yang bersih, tidak ada
pernapasan sianosis atau dispneu (mampu
mengelyarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah)
- Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
A: Masalah ketidak efektifan pola napas
teratasi
P: intervensi dilanjutkan sesuai keadaan
pasien
4 Intoleransi aktivitas S: pasien mengatkan dapat beraktivitas

23
berhubungan dengan
sesuai dengan kemampuan
ketidak seimbanganO: - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
antara suplai dan
tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
kebutuhan oksigen RR, dan nadi
- Mampu melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri
- Tanda-tanda vital normal
- Status kardiopulmonari adekuat
- Status respirasi: petukaran gas dan
ventilasi adekuat
A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi
P: intervensi dilanjutkan sesuai keadaan
pasien
5 Ansietas berhubungan S: Pasien mengatakan merasa lebih
dengan ancaman status tenang
terkini O:- Mengidentifikasi, mengungkapkan
dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas
menunukkan berkurangnya cemas

24
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang menyerang organ
jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki
oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu
penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko
yang antara lain adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol,
gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada
keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit
jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan
menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan
kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari
stress kerja.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebut juga Arteri Koroner. Arteri koroner
adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel
jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut
tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap
menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan
bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner
Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab
penyakit jantung koroner. Gejalanya Nyeri di dada, Gejala penyerta seperti
keringat dingin dan timbulnya rasa mual. Pengobatan bisa di lakukan dengan
pengobatan tradisional dengan memanfaatkan mengkudu dan pengobatan medis
Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang
dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner.
Faktor Risikonya adalah Kadar kolesterol tinggi, Tekanan darah tinggi atau
hipertensi.Trombosis, kegemukan, diabetes melitus, penuaan, keturunan.

25
3.2 Saran
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya
kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun
penyakit jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit
berbahaya ini maka kita harus mualai dengan berperilaku hidup sehat, dari mulai
pola makan yang sehat dan teratur hingga mulai membiasakan untuk teratur
berolahraga dan tidak merokok tentunya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, iman. Serangan Jantung dan Sroke. 2001. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Herman, T. Heather, 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta : ECG
Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
dan NANDA. Jogjakarta: Medianaction
http://nuymidwife.blogspot.com/2012/06/makalah-penyakit-jantung-koroner.html
http://afryluryanti.blogspot.com/2012/03/makalah-penyakit-jantung-koroner.html

27

Anda mungkin juga menyukai