Anda di halaman 1dari 22

Islam dan Kedokteran

Disusun Oleh :

Hawa Ambarwati

G1A117089

Dosen Pengampu : Dr. Supian, S.Ag., M.Ag.

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedokteran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan dokter atau pengobatan penyakit. Dalam sejarah, praktek
pengobatan telah ada sejak ribuan tahun lamanya. Islam pun mengajarkan tentang
kedokteran. Didalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan mengenai bidang
kedokteran. Tidak hanya dalam Al-Qur’an, Rasulullah SAW dalam sunnahnya
menjelaskan mengenai bidang ini, terutama tentang obat-obatan.
Dari kedua sumber inilah muncul para ilmuwan yang mengembangkan ilmu
kedokteran. Bidang kedokteran merupakan bidang yang sangat penting, terlebih untuk
menunjang hidup manusia. Semua makhluk hidup di dunia ini pasti mengalami sakit,
terutama manusia, tidak mungkin sehat selamanya. Apakah Islam berperan dalam dunia
kedokteran? Pada makalah ini, Saya membahas dan mengulas sedikit mengenai Islam dan
Kedokteran.
B. Perumusan Masalah
1. Apa definisi dari Islam dan kedokteran?
2. Apa saja ayat-ayat dan hadits Nabi yang membahas tentang kedokteran?
3. Bagaimana perkembangan kedokteran dalam Islam?
4. Apa saja penelitian mutakhir tentang obat-obatan dan kesehatan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk dapat mengidentifikasi informasi dan pengetahuan mengenai Islam dan
Kedokteran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam dan Ilmu Kedokteran


1. Definisi Islam
Islam adalah agama yang didasarkan pada wahyu, berasal dari Allah SWT dan
merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan
agama yang dibawa oleh para nabi sebelumnya. Menurut lima perawi hadits (Muslim,
Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah dan Abu Daud), “Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba serta Rasul-Nya, mendirikan
shalat, memberikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji
jika mampu.” (HR. Bukhari Muslim).(1)

2. Definisi Ilmu Kedokteran


Menurut Ibnu Sina, ilmu kedokteran adalah:
“Ilmu yang mengetahui keadaan badan manusia dari segi yang mendatangkan atau
yang menghilangkan kesehatan agar terpelihara kesehatan yang sempurna.”
Menurut Ja’far Khadem Yamani, bahwa pada dasarnya ilmu kedokteran sifatnya
umum dan berlaku secara universal. Akan tetapi, di dalamnya ada yang Islami, yaitu
yang sejalan dengan syara’ atau tidak berlawanannya. Dan yang tidak Islami yaitu
yang tidak sejalan dengan syara’ atau berlawanan dengannya.(2)
Ilmu kedokteran termasuk ilmu yang sangat canggih dan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang luar biasa. Kecanggihan ilmu ini antara lain dapat dilihat
dari cabangnya yang sangat banyak, seperti ilmu penyakit dalam yang kemudian
menimbulkan spesialisasi seperti spesialisasi jantung, paru-paru, ginjal, usus buntu,
kencing manis, penyakit gula, hernia, leukemia, dan masih banyak lagi. Belum lagi
dokter yang berkaitan dengan spesialisasi anak, ibu hamil. Dan dokter kandungan.
Artinya, ilmu kedokteran ini semakin berkembang seiring dengan timbulnya berbagai
penyakit yang disebabkan kesalahan pada sejumlah tubuh dan seluruh pancaindra
yang dimilikinya.(3)
Sains Islami sebagai sains yang berlandaskan pada nilai-nilai universal secara
kontruktif dapat dilihat bagaimana ia meletakan peran Al-qur'an dalam kaitan Islam.
Ini lah yang membedakannya dengan pandangan dunia muslim. Teori-teori ilmiah
yang dimunculkan sains dilandaskan pada metafisikayang bertentangan dan
menyudutkan keyakinan kaum beragama, seperti teori penciptaan alam semesta,
manusia, hubungan alam dengan tuhan, dan sebagainya.
Islam berbeda dengan agama lain yang datang sebelumnya. Islam datang sebagai
agama dan untuk kepentingan duniawi serta ukhrowi secara simultan. tidak sekedar
terbatas jalur hubungan antara hamba dengan tuhan saja (vertikal) akan tetapi islam
adalah satu-satunya agama yang menegakan daulat dan pemerintahan (horizontal),
yakni pemerintahan Rasulullah saw di Madinah.(4)
Hal-hal pokok yang terkandung dalam syariat islam tentang kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Sanition and personal hygiene (kesehatan lingkungan dan kesehatan
perorangan) yang meliputi kebersihan badan,tangan, gigi, kuku dan rambut.
Demikian juga kebersihan lingkungan, jalan, rumah, tatakota, saluran irigasi,
sumur serta tebing-tebingnya.
2. Epidemiologi (preventif penyakit menular) melalui karantina preventif
kesehatan tidak memasuki suatu daerah yang terjangkit wabah penyakit, tidak
lari dari tempat itu, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan
sesudahnya, berobat kedokter dan mengikuti semua petunjuk preventif dan
terapinya.
3. Memerangi binatang melata, serangga, dan hewan yang menularkan penyakit
kepada orang lain. Oleh karena itu, diperintahkan agar membunuh tikus,
kalajengking, dan musang serta membunuh serangga yang berbahaya seperti
catak, kutu, lalat, dan makruh memelihara anjing dirumah, dan menajiskan air
liurnya, diperintahkan membunuh anjing liar dan anjing gila. Sedangkan babi
secara mutlak dimasukkan sebagai binatang yang haram.
4. Nutrition (Kesehatan makanan)
Masalah ini terbagi pada 3 bagian, yaitu:
a. Menu makanan yang berfaidah terhadap kesehatan jasmani, seperti
tumbuh tumbuhan, daging binatang darat dan laut, dan segala sesuatu
yang dihasilakan dari daging, kurma, susu, dan semua yang bergizi.
b. Tata makanan. Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makanan,
makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet ketika sedang
sakit, memrintahkan berpuasa agar usus dan perut besarnya dapat
beristirahat dan tidak berbuka dengan berlebih-lebihan atau melampaui
batas.
c. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan seperti
bangkai, darah dan daging babi.

Hubungan sains dan agama dapat dipertemukan kembali melalui interpretasi yang
sehat, baik pada teks-teks kitab suci maupun lewat dimensi alam semesta ini. Maka
wajar saja kalau A.M. Saefudin mengatakan bahwa sains dan teknologi harus
diimbangi dengan landasan nilai dan moral.

B. Ayat-Ayat dan Hadits Nabi tentang Kedokteran


1. Motivasi Menjadi Dokter
Di antara tujuan menjadi dokter dan mempelajari ilmu kedokteran adalah untuk
menyingkap rahasia obat dari suatu penyakit. Perkembangan ilmu kedokteran juga
akan meningkatkan optimisme kaum muslimin di dalam menghadapi penyakit setelah
berharap rahmat dan kesembuhan dari Allah Azza wa Jalla
Ini karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫ّللاه أ َ ْنزَ َل َما‬


َ ‫ِشفَاء لَهه أ َ ْنزَ َل ِإ َّل دَاء‬

“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Ia telah menurunkan


obatnya.” (HR. al-Bukhari: 5246, Ibnu Majah: 3430 dari Abu Hurairah
radliyallahu anhu).

Dalam riwayat lain terdapat tambahan:


‫يب فَإِذَا‬
َ ‫ص‬ِ ‫ّللاِ ِبإ ِ ْذ ِن بَ َرأ َ الد َِاء دَ َوا هء أ ه‬
َ ‫ع َز‬
َ ‫َو َج َل‬

“Jika obat tepat mengenai penyakitnya maka sembuhlah dengan seijin Allah Azza
wa Jalla.” (HR. Muslim: 4084, Ahmad: 14070 dari Jabir radliyallahu anhu).

Dalam riwayat lain juga terdapat tambahan:

َ ‫َج ِهلَهه َم ْن َو َج ِهلَهه‬


َ ‫ع ِل َمهه َم ْن‬
‫ع ِل َمهه‬

“Orang berilmu mengetahuinya, sedangkan orang bodoh tidak mengetahuinya.”


(HR. Ahmad: 4015, al-Hakim dalam al-Mustadrak: 8205 (4/441) dan di-shahih-
kan olehnya serta disepakati oleh adz-Dzahabi dari Abdullah bin Mas’ud
radliyallahu anhu. Al-Albani men-shahih-kannya dalam Silsilah ash-Shahihah:
451).

Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya belajar ilmu kedokteran untuk


mengetahui obat dari suatu penyakit.

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

‫وجواز الطب علم وصحة والدنيا الدين علوم من جمل األحاديث هذه فى القاضي قال‬
‫الجملة فى التطبب‬

“Al-Qadli berkata: “Di dalam hadits-hadits ini terdapat beberapa jumlah ilmu
agama dan ilmu duniawi, serta sah atau legalnya ilmu kedokteran dan bolehnya
membuka praktek kedokteran secara global.” (Syarh an-Nawawi ala Muslim:
14/191).

Al-Allamah Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata:

‫هذا وفي‬: ‫األبدان طب تعلم في الترغيب‬، ‫القلوب طب يتعلم كما‬، ‫األسباب جملة من ذلك وأن‬
‫النافعة‬. ‫وتفاصيله الطب أصول وجميع‬، ‫الحديث لهذا شرح‬. ‫جميع أن أخبرنا الشارع ألن‬
‫أدوية لها األدواء‬. ‫تعلمها إلى نسعى أن لنا فينبغي‬، ‫وتنفيذها بها العمل إلى ذلك وبعد‬.
“Di dalam hadits ini terdapat anjuran mempelajari kedokteran badan
sebagaimana mempelajari kedokteran hati. Dan bahwa ilmu kedokteran itu
termasuk sebab-sebab yang bermanfaat (untuk sembuhnya penyakit, pen). Semua
dasar serta cabang dan perincian ilmu kedokteran menjadi syarah (penjabaran)
bagi hadits ini, karena Syari’ (Allah dan Rasul) telah memberitahu kita bahwa
setiap penyakit terdapat obatnya. Maka hendaknya kita berusaha
mempelajarinya. Dan setelah itu mengamalkan dan melaksanakan ilmu tersebut.”
(Bahjatu Qulubil Abrar wa Qurratu Uyunil Akhyar: 177).

Yang dimaksud oleh as-Sa’di tentang ‘dasar dan perincian ilmu kedokteran’ –
menurut Penulis- adalah ilmu kedokteran dasar seperti anatomi, histologi, fisiologi
dan biokimia. Kemudian ilmu kedokteran preklinik seperti: farmakologi,
patofisiologi, patologi anatomi, mikrobiologi dan parasitologi. Kemudian kedokteran
klinik seperti ilmu penyakit dalam, ilmu bedah, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu
penyakit anak, dan sebagainya. Wallahu a’lam.

2. Dokter dalam Al-Quran


Peran dokter juga sedikit disinggung di dalam Al-Quran. Allah Azza wa Jalla
berfirman:

‫ت ِإذَا َك َّل‬
ِ َ‫ي َبلَغ‬
َ ِ‫َراق َم ْن َوقِي َل )( الت َ َراق‬
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke
kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat mengobati?”
(QS. Al-Qiyamah: 26-27).

Al-Imam Abu Qilabah rahimahullah menafsirkan:

( ‫قال ) َراق َم ْن َو ِقي َل‬: ‫شاف طبيب من هل‬.

Ayat “Siapakah yang dapat mengobati?”, beliau berkata: “Adakah seorang


dokter yang bisa menyembuhkan?” (Atsar riwayat Ath-Thabari dalam tafsirnya:
24/75). Demikian pula menurut penafsiran Al-Imam adl-Dlahhak bin Muzahim,
Al-Imam Qatadah dan Al-Imam Ibnu Zaid rahimahumullah. (Lihat Tafsir ath-
Thabari: 24/75).

Dari ayat di atas terdapat pelajaran bahwa seseorang yang sakit boleh
dipanggilkan dokter, hanya saja dokter tidak dapat mengobati seseorang dari penyakit
kematian.

3. Memilih Dokter yang Paling Mahir


Zaid bin Aslam rahimahullah berkata:

‫ان فِي َر هجّل أ َ َن‬


ِ ‫سو ِل زَ َم‬ َ ‫صلَى‬
‫ّللاِ َر ه‬ َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ّللاه‬ َ َ ‫الر هج َل َوأ َ َن الد ََم ْال هج ْر هح فَاحْ تَقَنَ هج ْرح أ‬
َ ‫صابَهه َو‬ َ ‫َر هجلَي ِْن دَ َعا‬
‫ظ َرا أَ ْن َمار بَنِي ِم ْن‬
َ َ‫سو َل أ َ َن فَزَ َع َما إِلَ ْي ِه فَن‬ َ ‫صلَى‬
‫ّللاِ َر ه‬ َ ‫سلَ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ّللاه‬ َ ‫طبُّ أَيُّ هك َما لَ هه َما قَا َل َو‬
َ َ ‫ب فِي أ َ َو فَقَ َاّل أ‬
ِ ‫الط‬
ِ
‫سو َل يَا َخيْر‬ ‫ّللاِ َر ه‬ َ ‫سو َل أ َ َن زَ يْد فَزَ َع َم‬ َ ‫صلَى‬
‫ّللاِ َر ه‬ َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ّللاه‬ َ ‫ْاألَد َْوا َء أ َ ْنزَ َل الَذِي الد ََوا َء أ َ ْنزَ َل قَا َل َو‬

"Bahwa seseorang di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena luka.


Kemudian luka tersebut mengeluarkan darah. Orang tersebut memanggil 2 orang
dari Bani Anmar, kemudian keduanya memeriksa orang tersebut. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam berkata kepada keduanya: “Siapakah yang paling
mengerti ilmu kedokteran di antara kalian berdua?” Keduanya bertanya:
“Memangnya di dalam ilmu kedokteran terdapat kebaikan, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Dzat yang menurunkan penyakit telah menurunkan obatnya.”
(HR. Malik dalam al-Muwaththa: 1689 (2/943) dan Ibnu Abi Syaibah dalam
Mushannafnya: 23886 (7/361). Riwayat ini mursal karena Zaid bin Aslam tidak
pernah bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam).

Al-Allamah Abul Walid al-Baji rahimahullah berkata:

(‫طبُّ أ َيُّ هك َما‬


َ َ‫صلَى ي ِهريدَ أ َ ْن يَحْ ت َِم هل )أ‬ َ ‫سلَم َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ّللاه‬ َ ْ‫ع ْن ْالبَح‬
َ ‫ث َو‬ َ ‫ب َو َم ْع ِرفَتَ هه َما َحا ِل ِه َما‬ ِ ِ‫صله هح َّل ِألَنَهه ؛ ب‬
ِ ‫الط‬ ْ ‫أ َ ْن َي‬
‫ب ِع ْلم لَهه َم ْن بِ ِع َّلجِ إِ َّل يهعَالَ َج‬ِ ‫الط‬
ِ ِ‫ب‬

Ucapan “Siapakah yang paling mengerti ilmu kedokteran di antara kalian


berdua?” memberikan kemungkinan makna bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam ingin membahas keadaan dan keilmuan kedua orang tersebut tentang ilmu
kedokteran, karena tidaklah pantas mengobati kecuali dengan pengobatan orang yang
mengerti ilmu kedokteran. (Al-Muntaqa Syarhul Muwaththa: 4/362).

Beliau juga berkomentar:

‫الطبَ أ َ َن َعلَى دَ ِليل َهذَا َوفِي‬ َ َ‫سأَلَ هه َما َو ِلذَلِك‬


ِ ‫ص ِحيح َم ْعنى‬ ُّ ِ‫صلَى النَب‬
َ ‫ي‬ َ ‫سلَم َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ّللاه‬ َ ‫فِي ِه أ َ ْف‬
َ ‫ض ِل ِه َما َع ْن َو‬

“Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa kedokteran merupakan makna (baca:
definisi) yang benar. Oleh karena itu Nabi shallallahui alaihi wasallam bertanya
kepada keduanya tentang yang paling utama dalam ilmu kedokteran di antara
keduanya.” (Al-Muntaqa Syarhul Muwaththa: 4/362).

Maksud al-Baji adalah bahwa dokter yang dikenal di masa dahulu adalah sama
juga dengan dokter yang kita kenal sekarang ini. Hanya saja keilmuan dokter terus
berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Kedokteran dan Malpraktik


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mengingatkan bahwa yang berhak
mengobati adalah ahli profesi kedokteran dengan standar kedokteran. Beliau
bersabda:

‫َب َم ْن‬ َ َ ‫امن فَ هه َو ِطب ِم ْنهه يه ْعلَ هم َو َّل ت‬


َ ‫طب‬ ِ ‫ض‬َ

“Barangsiapa berpraktik kedokteran padahal ia belum dikenal menguasai ilmu


kedokteran, maka ia harus bertanggung jawab (atas perbuatannya, pen).” (HR.
Abu Dawud: 3971, Ibnu Majah: 3457 dan an-Nasai: 4748 dari Amr bin Syuaib
dari ayahnya dari kakeknya dan di-shahih-kan oleh al-Hakim dalam al-
Mustadrak: 7484 (4/236) serta disepakati oleh adz-Dzahabi. Al-Albani meng-
hasan-kannya dalam Silsilah ash-Shahihah: 635).

Al-Allamah ash-Shan’ani rahimahullah berkata:

‫وسواء المباشرة أو بالسراية أصاب سواء دونها فما نفس من أتلفه ما المتطبب تضمين على دليل الحديث‬
‫اإلجماع هذا على ادعي وقد خطأ أو عمدا كان‬
“Hadits ini menunjukkan bahwa seorang dokter harus bertanggung jawab atas
perbuatannya yang merusakkan nyawa atau yang di bawahnya (seperti anggota
tubuh, pen). Baik ia bertindak langsung terhadap pasiennya atau ia hanya
memerintahkan dan menasehatkan saja (melalui perawat atau lainnya, pen). Baik
secara sengaja atau tidak sengaja. Dan ini diakui oleh ijma’ (kesepakatan ulama,
pen).” (Subulus Salam: 3/250).

Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata:

‫صناعتهم في حذق ذوي يكونوا أن )أحدهما( بشرطين يضمنوا لم به أمروا ما فعلوا إذا هؤّلء أن ذلك وجملة‬
‫كالقطع سرايته فضمن محرما فعّل كان هذا مع قطع فإذا القطع مباشرة له تحل لم كذلك يكن لم إذا ّلنه‬
‫ابتداء‬، ‫ّل أن )والثاني( داود أبو رواه ” ضامن فهو علم بغير تطبب من ” وسلم عليه هللا صلى النبي قال وقد‬
‫يقطع أن ينبغي ما فيتجاوزوا أيديهم تجني‬.

“Secara global mereka (para dokter) jika bertindak sesuai yang diperintahkan
tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan dengan 2 syarat:

Pertama: mereka memiliki kompetensi di dalam profesinya, karena jika tidak


demikian, maka tidak halal baginya melakukan tindakan pemotongan organ.
Maka jika melakukannya tanpa kompetensi maka itu termasuk perbuatan haram.
Maka tanggung jawab atas perintah atau nasehat yang salah adalah seperti
melakukan tindakan secara langsung. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa berpraktik kedokteran padahal ia belum dikenal
menguasai ilmu kedokteran, maka ia harus bertanggung jawab (atas
perbuatannya, pen).” (HR. Abu Dawud).

Kedua: perbuatan mereka tidak melampaui batas yang diperkenankan (baik


menurut standar profesi atau atas seijin pasien atau walinya, pen).” (Asy-
Syarhul Kabir: 6/124).

Al-Allamah al-Munawi rahimahullah berkata:

‫قوله أو بوصفه طب من الخبر وشمل‬


“Hadits ini meliputi orang yang berpraktik kedokteran dengan sifatnya atau
ucapannya.” (Faidlul Qadir: 6/137-8).

Sehingga hadits ini meliputi dokter umum yang berpraktik pengobatan primer,
dokter spesialis yang menyelenggarakan pengobatan sekunder, dokter gigi yang
menyelenggarakan praktik pengobatan gigi, bidan yang melakukan praktik kebidanan
serta perawat yang berpraktik keperawatan.

Al-Allamah Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata:

‫على بهذا ويستدل‬: ‫وعقّل شرعا المطلوبة النافعة العلوم من الطب صناعة أن‬. ‫أعلم وهللا‬.

“Dan diambil dalil dari hadits ini bahwa profesi kedokteran termasuk ilmu yang
bermanfaat secara syar’i dan akal. Wallahu a’lam.” (Bahjatu Qulubil Abrar wa
Qurratu Uyunil Akhyar: 159).

C. Perkembangan Kedokteran
Perkembangan kedokteran memiliki beberapa masa, diantaranya adalah sebagai
berikut:(5)
1. Perkembangan Kedokteran pada Masa Purba
Menurut dugaan sejarawan, manusia purba yang hidup berpuluh-puluh Tahun
sebelum Masehi telah mengenal pengobatan. Mereka mengenal cara mengobati luka
dengan urapan (olesan) dengan obat dari sejenis daun yang ditumbuk halus. Mereka
juga telah mengenal cara melasah (fisioterapi) dan membalut tangan atau kaki
seseorang yang patah tulang. Sebagai pembalut mereka menggunakan kulit kayu atau
kulit binatang. Manusia purba pun telah mengenal cara mengobati sakit perut, pening,
batuk-batuk, dan pingsan. Bahkan mereka telah mencoba untuk melakukan
pembedahan.
a. Pijat-memijat
Dalam hal pijat-memijat, sudah menjadi kebiasaan seorang kepala suku,
apabila merasa pegal-pegal selepas berpergian jauh untuk menyuruh seorang anak
buah memijatnya.
b. Ramuan obat
Manusia mulainya mengenal ramuan obat untuk suatu penyakit adalah
dengan mencoba meramunya dari daun-daunan. Ada banyak jenis daun penawar
yang cocok untuk penyakit, jika Allah menghendaki seorang yang cerdik dan rajin
mengumpulkan bahan obat temuan sendiri dan penemuan orang lain pada
akhirnya akan terkenal sebagai seorang tukang mengobati atau seorang tabib
(dokter) alamiah yang pertama. Rasulullah SAW telah bersabda :
“Apabila Allah menurunkan penyakit, pasti Ia akan menurunkan penawarnya.“
(HR. Bukhori Muslim).
c. Alat-alat perdukunan
Hampir semua dukun percaya bahwa semua benda yang dianggap ajaib
mempunyai kekuatan gaib atau dihuni roh nenek moyang. Setiap dukun
mempunyai azimat penangkal roh-roh jahat atau kekuatan jahat. Dan azimat
pengalap keselamatan yang dapat mendatangkan roh-roh baik sebagai pengawal.
Azimat itu bisa terdiri atas berbagai jenis batu berwarna atau batu hitam
pekat, tengkorak manusia, tengkorak binatang, ujung tombak bekas membunuh
lebih dari sepuluh orang musuh. Pada masa kekhalifahan Islam, di Baghdad telah
terdapat sebuah rumah sakit yang cukup mewah, bersih, da teratur perawatannya.
Sementara itu bangsa Romawi masih mempercayai dukun-dukun, penyakit
sampai diobati dengan jampi-jampi dan minum air jernih, dll.

2. Perkembangan Kedokteran pada Masa Sebelum Nabi Muhammad SAW


a. Sumeria dan Akadia
Menurut data-data yang terungkapkan sekitar 4000 tahun sebelum
Masehi,tabib-tabib bangsa Sumeria telah mengenal cara mengobati patah tulang
dengan cara lasah yang diberi balutan berbidai. Selain itu, mereka juga telah
mengenal cara mengobati gigitan srigala, dengan di-kayy bakar searah dengan
gigitannya, lalu si penderita diberi minum ramuan sambil dikubur sampai
pinggang dalam lubang berlumpur selama sehari semalam.
Sedangkan, dinegeri Akadia, yaitu negeri yang terletak di wilayah Irak
bagian tengah, tepatnya di tempat pertemuan sungai Dajlah dan Furrat, sekitar
2300 tahun sebelum Masehi, ada seorang bekas pelayan Raja Zababah, namanya
adalah Sargon. Pada masa Sargon inilah terjadi kebangkitan ilmu kedokteran
Islamiah. Bahkan di kota Aqad, telah berdiri semacam lembaga pengkajian
kedokteran yang berkembang sampai awal pemerintahan raja Namrudz dari
Babilonia.
b. Bangsa Babilonia
Bidang ilmu kedokteran yang terkenal pada masa ini adalah ilmu lasah
(fisioterapi), ilmu bedah, dan beberapa cabangnya, ilmu terapi air (hidroterapi)
dan beberapa cabangnya, ilmu al-kayy bakar, ilmu al-ashaz, ilmu penemuan obat
(farmakologi) bahkan konon telah ada obat-obatan dalam bentuk pil.
c. Mesir
Pada masa kekuasaan Firaun Ramses II, lebih kurang 1200 tahun sebelum
Masehi, di ibu kota negaranya di Ramses lalu dikota Thebe dan Memphis telah
ditemukan lembaga-lembaga pusat penkajian ilmu kedokteran.
d. Persia
Pada tahun 650 SM, sebagian ahli kedokteran membuat sekolah tinggi
kedokteran. Dalam metode pengobatan, Ilmu bedah Persia terkenal halus
jahitannya dan biusannya membuat orang terlena. Sebab, para tabib ahli bedah
telah menggunakan sejenis opium. Ilmu lasah atau Xiarxes juga dikembangkan
dengan cara melumuri minyak zaitun ditubuh pasien, lalu dipanaskan saat
matahari pagi. Mereka juga mengembangkan ilmu bekam dan fashid yaitu cara
mengeluarkan darah hitam
e. Hindustan
Ilmu kedokteran Hindustan berpangkal pada ilmu kedokteran Ariya,
Sumeria, Yunani dan Persia. Hindustan mengembangkan beberapa macam
metode kedokteran, antara lain: metode berasaskan agama diantaranya berpangkal
pada Arthawaweda atau Ayurweda, Metode yang tidak berasaskan agama
melainkan berasaskan ilmu kedokteran murni, dan metode campuran, yaitu
metode kedokteran yang dicampurkan dengan sihir.
f. Romawi dan Yunani
Pada 500 tahun SM, telah ada beberapa tabib terkenal. Tetapi, tabib di
romawi dan Yunani biasanya merangkas sebagai seorang kahin atau dukun.

3. Perkembangan Kedokteran Pada Masa Islam


a. Kedokteran Nabi SAW
Dalam syariah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw terkandung
nilai-nilai ath-thib (kedokteran yang murni dan tinggi). Adapun ajaran dan
tuntunan Rasulullah yang mengandung kajian dan nilai-nilai kedokteran, seperti
cara bersuci yang diajarkan Rasulullah Saw, cara berwudhu dengan membasuh
anggota badan yang biasanya tampak, perintah memotong kuku, sunnah untuk
berkhitan dan lain sebagainya.
Pada dasarnya ilmu kedokteran sifatnya umum dan berlaku secara
universal. At-Thibb-ul-Islam atau kedokteran Islam tiada lain adalah ilmu
pengobatan yang berasaskan Islam. Dengan prinsip-prinsip pengobatan, antara
lain: mengobati seorang pasien secara ihsan, tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan al-qur’an dan sunnah nabi-Nya, tidak sekali-kali
menggunakan obat-obatan yang haram atau tercampuri bahan yang haram dan
lain sebagainya.
b. Masa Penerjemahan, Penyaduran, dan Pengembangan Pertama
Dalam tarikh kebudayaan Islam disebutkan bahwa khalifah Khalid bin Yazid
adalah orang pertama yang membuat lemari kitab yang besar. Selain itu, ia juga
mendatangkan Marianus, seorang sarjana kimia dari Iskandaria untuk
mengajarkan ilmu kimia.
c. Masa Penerjemahan, Penyaduran dan Pengembangan Kedua
Pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far al-Mansur pada tahun 136-
158 H, didirikan lembaga pengkajian ilmu pengetahuan. Diantara pekerjaan
lembaga itu adalah menerjemahkan kitab-kitab pengetahuan dari bahasa Siryani,
Yunani, Hindia, Persia, dan bahasa lainnya. Sebagian kitab-kitab itu berisi ilmu
kedokteran. Penerjemahnya adalah tabib Jirjis Bukhtishu, beliau yang banyak
menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Siryani dan Yunani kedalam bahasa Arab.
Pada masa kekuasaan khalifah al-Makmun antara tahun 193 - 218 H, ahli-
ahli kedokteran diperintahkan untuk melanjutkan penerjemahan kitab-kitab
kedokteran berbahasa Persia yang bermakna tinggi, yang berasal dari peninggalan
kedokteran Arianasapur dan Jundisyahpur pada kurun awal.
d. Perkembangan Kedokteran Persia Pada Masa Kekhalifahan Islam
Ada beberapa metode kedokteran yang berkembang, seperti metode Persia
Kuno, Hilaniyah, dan metode kedokteran kaum Zindik. Kitab kaum zindik terbagi
dua yaitu, kitab untuk ahli thib, berisikan ilmu kedokteran keduniaan semata, dan
kitab untuk masyarakat awam, berisi cara pengobatan yang mudah dan menarik
serta cara meramal, ‘azimat, aufaq, nujum dan ilmu perdukunan disertai dengan
hadis-hadis palsu. Tabib -tabib Persia yang termasyhur yaitu:
1) Ali Ismail bin Muhammad al-Jurjani, tabib ahli ilmu jiwa, ahli bedah, ahli
penyakit dalam, kulit, dan obat-obatan.
2) Ismail Syaraffudin al-Jurajani, penyusun kamus kedokteran.
e. Kedokteran Zaman Bani Saldsyuk
Wazir Nizam-ul-Muluk mendirikan rumah sakit, sekolah pengkajian
kedokteran menengah, dan sekolah pengkajian kedokteran tinggi. Tabib-tabib
pada zaman ini diantaranya:
1) Abu Hamid muhammad al-Ghazali, ahli Ilmu Kejiwaan
2) Ahmad Syarif Shabran, ahli bedah, kandungan dan peramu obat
3) Sarah binti Abd-ul-Ghaniy, ahli ilmu kebidanan, penyakit dalam, dan
seorang guru
4) Salim Saif-ud-Din, ahli lasah, penyakit dalam, bedah dan bekam
5) Ibnu Qibti, tabib umum
f. Perkembangan Cabang Ilmu Kedokteran Persia
Berkembangnya obat-obat kimia, Masaja-i-Lasha, yaitu pengobatan
dengan cara pemanasan, memperbaiki patah tulang atau retak dengan bidai dan
balutan. Berkembang juga kedokteran khusus atau spesialis gigi dan mata dengan
perlengkapannya.
g. Perkembangan Kedokteran Islam di India
Islam berkembang di India pada tahun 89 H, berawal di Afghanistan.
Tabib-tabib muslim ternama di India diantaranya:
1) Ainun Muluk as-Sirazi, tabib umum, ahli obat-obatan herbal dan kimia
dan penulis banyak kitab
2) Muhammad Akbarsyah Arzani,ahli penyakit dalam, kulit, kelamin,
kandungan, bedah, dan obat-obatan. Penemu obat penawar tahi lalat dan
wasir.
3) Abu Bakr Delhi, tabib dan apoteker pembuat pil kimia.
4) Tamjiz at-Tuqkhan, pengamal kitab az-Zahrawi, guru dan pembuat obat.
5) Abdul JalilHazzi, ahli lasah tulang, obat-obatan herbal dan tabib hewan.

Pada masa kerajaan Mogul, di India terdapat lebih dari 20.800 tabib
Muslim yang menjadi juru dakwah.

h. Ilmu kedokteran Islam di Turki


Pengobatan yang berkembang di Turki, ada beberapa macam, antara lain;
Kedokteran yang umum berkembang di rumah sakit oleh tabib-tabib yang
berijazah sekolah kedokteran dan terdapat di kota-kota.
1) Pengobatan adat yang dilakkukan tukang mengobati hasil kajian sendiri,
kebanyakan berupa Turki asli, Bulgaria, Armenia, dan Kurdi.
2) Pengobatan bangsa Bizantium yang berasaskan kitab-kitab masa purba.
3) Pengobatan yang dilakukan berasaskan kepatriahan berupa doa-doa dari
rahib nasrani.
4) Pengobatan yang bercampur kekahinan.

Banyak penemuan-penemuan baru pada masa Islam di Turki diantaranya yaitu:

1) Alat suntik, yang ditemukan oleh Abu Bakr dri Istanbul


2) Penggunaan corong logam semacam nafiri (terompet) pendek untuk
mendengar suara dalam tubuh.
3) Alat-alat bedah seperti, 14 macam alat penjepit, 25 macam gunting, 15
batang jarum jahit luka bedah, dan jarum bengkok batang kembar yang
halus.
Sebagian tabib-tabib muslim Turki menguraikan ilmu kedokteran berasaskan
Islam, seperti bahaya khamr, jilatan anjing dan sebagainya.

Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam adalah sekolah Jindi
Shapur di Baghdad. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan
kota Baghdad mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran
itu. Pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan
sistematik. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran
terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis,
dan Ibn- Maimon.(6)

Rumah Sakit terkemuka pertama yang dibangun umat Islam berada di


Damaskus pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid dari Dinasti Umayyah
pada 706 M. Namun, rumah sakit terpenting yang berada di pusat kekuasaan
Dinasti Umayyah itu bernama Al-Nuri. Rumah sakit itu berdiri pada 1156 M,
setelah era kepemimpinan Khalifah Nur Al-Din Zinki pada 1156 M.

D. Penelitian Mutakhir Tentang Kesehatan dan Obat-Obatan


Kesehatan merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa
kesehatan manusia secara perlahan akan mengalami kematian. Secara umum kesehatan
terbagi menjadi dua macam, yaitu kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani yaitu
kesehatan badan atau tubuh (fisik), sedangkan kesehatan rohani adalah kesehatan jiwa.
Pada zaman modern seperti sekarang ini, banyak ilmuwan yang menemukan
berbagai penelitian-penelitian terbaru mengenai kesehatan dan obat-obatan. diantaranya
yaitu:
1. Manfaat madu
Madu adalah salah satu hasil yang dibuat oleh lebah. Para peneliti
menyatakan bahwa madu lebah mengandung banyak khasiat dan manfaat bagi
kesehatan. Salah satunya adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
melawan kanker, mencegah penyakit jantung dan perawatan luka. Hiedrun
Gross, seorang ilmuwan California menemukan fakta meningkatnya zat
antibody pada orang yang biasa mengkonsumsi madu.
Menurut Prof. Peter C Mulan mengatakan bahwa madu memilki zat
hidrogen peroksida, yaitu zat yang efektif dalam melawan jamur dan bakteri.
Dr. Glenys Round menyatakan bahwa madu digunakan untuk para penderita
kanker. Dalam al-Qur’an pun Allah berfirman:

‫َاس ِشفَآء ِفي ِه ‘أ َ ْل َوانهه هم ْخت َ ِلف ش ََراب به ه‬


....‫ط ْو ِن َها ِم ْن َي ْخ هر هج‬ ِ ‫َيتَفَك هَر ْونَ ِلقَ ْو ِم أل َ َية ذَالِكَ فِيَ ِإنَ ِللن‬

Artinya :

“Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya,


didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berfikir”. (Q.S. An-Nahl: 69).

2. Teknologi nuklir untuk pengembangan alat-alat medis


Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) telah mengembangkan alat
untuk memancarkan radiasi laju dosis rendah yang bernama Seed Brakiterapi
I-125. Dengan cara menanamkan sumber radiasi (implantasi) kedalam
jaringan kanker. Pengobatan seperti ini hanya dilakukan kepada penderita
kanker prostat dan kanker payudara. Sumber radiasi ini berukuran kecil,
panjangnya hanya 10 milimeter dengan diameter 1 milimeter. Penanganan
kanker dengan seed I-125 tidak memerlukan rawat inap serta berdampak kecil
terhadap sel-sel tubuh di sekitarnya.
3. Susu dan Air Seni Unta
Riset Ilmiah Dr. Faten Abdel-Rahman Khorshid, ilmuwan Saudi yang juga
staf King Abdul Aziz University (KAAU) dan Presiden Tissues Culture Unit
di Pusat Penelitian Medis King Fahd itu, menemukan bahwa partikel nano
dalam air seni unta dapat melawan sel kanker dengan baik. Air seni dan susu
unta mampu memperkecil ukuran tumor hingga setengahnya dalam waktu
sebulan. Riset ini terinspirasi oleh hadits Rasulullah Saw yaitu:
Dari Anas bin Malik berkata, “Beberapa orang dari ‘Ukl atau ‘Urainah
datang ke Madinah, namun mereka tidak tahan dengan iklim Madinah hingga
mereka pun sakit. Beliau lalu memerintahkan mereka untuk mendatangi unta
dan meminum air kencing dan susunya. Maka mereka pun berangkat menuju
kandang unta (zakat), ketika telah sembuh, mereka membunuh pengembala
unta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan membawa unta-untanya.
Kemudian berita itu pun sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menjelang siang. Maka beliau mengutus rombongan untuk mengikuti jejak
mereka, ketika matahari telah tinggi, utusan beliau datang dengan membawa
mereka. Beliau lalu memerintahkan agar mereka dihukum, maka tangan dan
kaki mereka dipotong, mata mereka dicongkel, lalu mereka dibuang ke pada
pasir yang panas. Mereka minta minum namun tidak diberi.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
4. Solusi Terbaru dalam Melawan Penyakit Hepatitis C
Hepatitis adalah suatu penyakit yang menyerang hati yang disebabkan
oleh virus. Hepatitis terdiri dari 3 macam, yaitu: Hepatitis A, B, dan C.
Hepatitis C adalah yang paling parah dan menular melalui darah juga terjadi
secara horizontal pada usia dewasa.(7)
Banyak pakar medis yang mencari obat yang efektif untuk penderita
Hepatitis C. Dr. Michael Charlton, seorang direktur Liver Transplantation
Program di Intermountain Medical center Researchers menemukan sebuah
perawatan mulut dengan pengobatan spesifik yang menghasilkan tingkat
kesembuhan yang tinggi setelahnya.
5. Teh Hijau Tunda Munculnya Kanker
Para ahli dari Universitas Kansas, Amerika Serikat menyatakan bahwa teh
hijau memilki kandungan EECG (apigallocatechin gallate). Ini adalah bahan
antioksidan yang lebih efektif daripada vitamin C, E atau resveratrol
(antioksidan dalam anggur merah). EECG ini memberikan 63% perlindungan
pada DNA. Oleh karena inilah, teh hijau sangat baik dan dapat menunda dan
memperlambat timbulnya kanker dalam jangka waktu lima tahun.(9)

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sains Islami sebagai sains yang berlandaskan pada nilai-nilai universal secara
kontruktif dapat dilihat bagaimana ia meletakan peran al-qur'an dalam kaitan Islam.
Ini lah yang membedakannya dengan pandangan dunia muslim.
2. Hal-hal pokok yang terkandung dalam syariat islam tentang kesehatan adalah sebagai
berikut :
a. Sanition and personal hygiene.
b. Epidemiologi.
c. Memerangi binatang melata, serangga, dan hewan yang menularkan penyakit
kepada orang lain.
d. Nutrition.
3. Perkembangan kedokteran pada masa islam
a. Kedokteran Nabi SAW
b. Masa penerjemahan, penyaduran, dan pengembangan pertama dan kedua.
c. Perkembangan kedokteran Persia pada masa kekhalifahan Islam
d. Kedokteran zaman Bani Saldsyuk.
e. Perkembangan cabang ilmu kedokteran Persia
f. Perkembangan kedokteran Islam di India
g. Ilmu kedokteran Turki.
4. Penelitian Mutakhir Tentang Kesehatan dan Obat-Obatan seperti madu, pemanfaatan
teknologi nuklir, susu dan lain-lain.

B. Kritik dan Saran


Masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Saya berharap pembaca tidak
hanya terpaku kepada makalah yang Saya buat ini untuk dijadikan sebagai sumber
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011),
Cet. 1, hlm. 21-22.
(2) Ibid., hlm. 391.
(3) Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., ibid., hlm. 387.
(4) Dr. Ahmad Syauqi Al Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), Cet 1, hlm. 4-6
(5) Dr. Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam: Sejarah dan Perkembangannya,
(Bandung: Dzikra, 2007), Cet. 4, hlm. 1-86.
(6) http://www.globalmuslim.web.id/2010/09/kedokteran-dalam-islam-sejarah.html
(7) Hidup Sehat dengan Akal Sehat: Kumpulan Artikel Kesehatan KOMPAS, (Jakarta:
Kompas, 2000), hlm. 75.
(8) Ibid, h.164

Anda mungkin juga menyukai