Disusun Oleh :
Vani Anggraini
H3116078
THP B
Pengertian
Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu sumber karbohidrat,
memiliki kandungan indeks glikemik rendah, dan memiliki harga yang murah.
Keunggulan dari ubi jalar kuning ini adalah mengandung betakaroten dan
berfungsi sebagai pewarna alami. Varietas ubi jalar bervariasi berdasarkan
warnanya dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu ubi jalar putih, ubi jalar
kuning, ubi jalar orange, dan ubi jalar ungu (Widyaningtyas dan Susanto, 2015).
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman yang berasal dari
daerah tropis Amerika. Ubi jalar dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di
pegunungan dengan suhu 270C dan lama penyinaran 11-12 jam perhari. Pada
tahun 1960, ubi jalar sudah tersebar ke hampir setiap daerah Indonesia seperti
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua dan Sumatra. Namun sampai saat
ini hanya Papua saja yang memanfaatkan ubi jalar sebagai makanan pokok,
walaupun belum menyamai padi dan jagung.
Nama ubi jalar berbeda-beda di tiap negara. Di Spanyol dan Philipina
dikenal dengan nama camote, di India shaharkuand, kara-imo di Jepang, anamo di
Nigeria, getica di Brazil, apichu di Peru dan ubitora di Malaysia. Di Indonesia
sendiri ada berbagai sebutan untuk ubi jalar antara lain mantang di Banjar
Kalimantan, hui atau boled di Jawa Barat, ketela rambat atau muntul di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ubi jalar merupakan tanaman ubi – ubian dan tergolong tanaman semusim
(berumur pendek) dengan susunan utama terdiri dari batang, ubi, daun, buah dan
biji. Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang
tanaman dapat mencapai 3 m, tergantung pada kultivarnya. Batang tanaman
berbentuk bulat, tidak berkayu, tidak berbuku-buku dan tipe pertumbuhannya
tegak atau merambat. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau
berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujungnya meruncing.
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan
lembab, dengan suhu optimum 27°C berkelembaban udara 50% – 60% dan lama
penyinaran 11-12 jam per hari dengan curah hujan 750 mm – 1500 mm per tahun.
Produksi dan pertumbuhan yang optimal untuk usaha petani ubi jalar yang cocok
adalah pada saat musim kemarau (kering). Tanaman ini dapat tumbuh sampai
ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Ubi jalar masih dapat tumbuh
dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) tetapi umur panen menjadi panjang
dan hasil yang didapat rendah (Rukmana, 1997).
Ubi jalar salah satu komoditas yang mulai disukai konsumen. Perannya
sebagai pangan fungsional (functional food) yang kaya akan antosianin dan beta
karoten benar-benar memikat masyarakat yang paham akan arti kesehatan untuk
memburu ubi jalar. Maka dari itu, ubi jalar dapat digunakan menggantikan beras
sebagai makanan pokok, sehingga dapat untuk mencapai tujuan SDGs zero
hunger dan diharapkan megurangi kemiskinan seperti tujuan pertama, no poverty.
Selain itu, kandungan gizi yang ada dalam ubi jalar dapat bermanfaat bagi
kesehatan dan untuk mencapai tujuan SDGs Good Helath.
Kandungan Gizi
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) berperan penting sebagai bahan pangan dan
bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, ubi jalar memiliki kandungan beta
caroten, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, dan vitamin C setara dengan wortel
dan tomat. Dibandingkan dengan ubi kayu, ubi kelapa, kimpul, dan talas, ubi jalar
mempunyai kandungan vitamin A dan B yang lebih tinggi
(Minantyorini dan Andarini, 2016).
Komposisi ubi jalar sangat tergantung pada varietas dan tingkat
kematangan serta lama penyimpanan. Karbohidrat dalam ubi jalar terdiri dari
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Ubi jalar mengandung sekitar 16-
40 % bahan kering dan sekitar 70-90% dari bahan kering ini adalah karbohidrat
yang terdiri dari pati, gula, selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Sebagai sumber
energi, tiap 100 g ubi jalar mampu menyediakan energi sebesar 123 kalori.
Keunggulan lain dari ubi jalar yaitu memiliki harga yang relatif murah dan
memiliki indeks glikemik sebesar 54 sehingga cocok dikonsumsi bagi penderita
diabetes (Ginting dkk., 2011).
Taksonomi
Ipomoea batatas Lamk. (ubi jalar) termasuk dalam famili Convolvulaceae,
terdiri dari 58 genus dan 1650 spesies dan 400 spesies diantaranya termasuk genus
Ipomoea (Wahyuni dkk., 2015).
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobiont
Super division : Spermatophyta
Division/Divisi : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea L.
Species : Ipomoea batatas Lamk.
Persebaran
Ginting, Erliana., Joko S. Utomo., Rahmi Yulifianti., dan M. Jusuf. 2011. Potensi
Ubijalar Ungu sebagai Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan, Vol. 6,
No. 1, hal. 116-138.
Juanda, D. dan Bambang Cahyono. 2000. Ubi Jalar Budi Daya dan Analisis
Usaha Tani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Koswara, Sutrisno. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian : Ubi Jalar. IPB.
Bogor.
Minantyorini dan Yusi Nurmalita Andarini. 2016. Keterkaitan Karakteristik
Morfologi Ubi Jalar dengan Kadar Gula dan Kadar Bahan Kering Umbi.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi,
hal. 588-596.
Rukmana. 1997. Ubi jalar-Budidaya dan pasca panen. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Suryani, Retno. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian. Jakarta.
Wahyuni, Dwi., Suranto., dan Edi Purwanto. 2015. Studi Keragaman Morfologi
pada Sepuluh Kultifar Ipomoea batatas Lamk. El-Vivo, Vol. 3, No. 1, hal.
11-16.
Widyaningtyas, Mita dan Susanto, Hadi Wahono. 2015. Pengaruh Jenis Dan
Konsentrasi Hidrokoloid (Carboxy Methyl Cellulose, Xanthan Gum, Dan
Karagenan) Terhadap Karakteristik Mie Kering Berbasis Pasta Ubi Jalar
Varietas Ase Kuning. Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 3, No 2, hal.
417-423.