Materi 042 - Metode & Batasan
Materi 042 - Metode & Batasan
Metode yang dipakai dalam kajian ini adalah metode survey yang menekankan pada
survei data sekunder (instansional), dan dilengkapi dengan survei data primer berupa
checking dan pengamatan lapangan terhadap berbagai obyek atau sasaran kajian.
Data pada masing-masing obyek kajian diukur dan dipilih secara purposive sampling
pada setiap klas sumberdaya alam berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang
lebih profesional, untuk mencapai tujuan atau sasaran terhadap obyek kajian.
Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk mendapatkan
gambaran secara nyata tentang nilai (value) dan persebaran (spasial) pada masing-
masing obyek kajian, dengan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis.
Lingkup materi kajian mencakup jenis data yang harus dikumpulkan, seperti
diuraikan berikut ini.
(a) Deskripsi umum wilayah kajian, meliputi: letak, batas, dan luas wilayah
administrasi , yang dirinci sampai tingkatan kecamatan dan desa.
(b) Data sumberdaya lahan, yang meliputi: jenis dan luas penggunaan lahan,
status dan luas kepemilikan lahan, degradasi dan konservasi lahan;
(c) Data sumberdaya hutan, yang meliputi: jenis dan luas pemanfaatan hutan,
status dan fungsi hutan, produktivitas dan eksploitasi, serta degradasi dan
konservasi hutan;
(d) Data sumberdaya air, yang meliputi: karakteristik dan potensi hujan;
karakteristik dan potensi air permukaan (sungai, rawa, dan danau);
karakteristik dan potensi bawah permukaan (airtanah dan mataair); jenis, pola
dan jumlah pemanfaatan air; degradasi dan konservasi sumberdaya air;
(e) Data sumberdaya mineral, yang meliputi: potensi dan cadangan mineral
(golongan A, B, dan C); jenis dan jumlah pemanfaatan sumberdaya mineral
(eksploitasi); degradasi dan konservasi sumberdaya mineral;
(f) Data sosial, ekonomi, dan budaya yang meliputi: dinamika kependudukan, dan
dinamika perekonomian (kegiatan ekonomi dan aktivitas penduduk yang
terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan
hidup); dan
(g) Data hasil-hasil penelitian terdahulu tentang potensi dan degradasi
sumberdaya alam dan lingkungan, yang terangkum dalam Profil Lingkungan
Hidup.
(a) Komputer (PC) untuk inventarisasi, tabulasi, dan klasifikasi data dasar, serta
penyusunan laporan;
(b) Seperangkat komputer Sistem Informasi Geografis dengan software Arc/Info
dan Arc-View untuk pengolahan data spasial sumberdaya alam dan
lingkungan hidup;
(c) GPS untuk cek posisi lokasi lokasi;
(d) Peralatan untuk pengujian di lapangan, seperti: palu geologi, abney level,
kompas geologi, EC-meter, meteran, kamera, dan daftar isian.
(d) Analisis statistik tentang dinamika sosial ekonomi dan kependudukan untuk
mendukung upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan terpadu;
(e) Analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif tentang degradasi sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, untuk mengetahui besarnya perubahan
pemanfaatan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan
akibat kegiatan pemanfaatan dan eksploitasi sumberdaya alam tersebut; dan
(f) Analisis deskriptif eksplaratif melalui pendekatan profesional untuk
merumuskan kerangka dasar pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup, sebagai dasar bagi penentuan kebijakan penataan ruang wilayah secara
umum.
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup” sebagai alat evaluasi dan media
informasi sumberdaya alam dan lingkungan, yang diharapkan mampu memberikan
gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai kondisi kekayaan sumberdaya
alam dan lingkungan pada wilayah-wilayah yang mempunyai potensi untuk dikaji
lebih lanjut. Lingkup penyusunan neraca ini meliputi: neraca sumberdaya lahan,
sumberdaya hutan, sumberdaya air, sumberdaya mineral, dan neraca sumberdaya
manusia, yang meliputi neraca kependudukan, neraca sosial, dan neraca ekonomi.
Sumberdaya air (water resources) adalah semua air yang terdapat di dalam
dan/atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang ada di atas maupun di bawah
permukaan tanah (dalam pengertian ini tidak termasuk air yang terdapat di laut)
(UURI Nomor 11 tahun 1974). Sumber air dapat digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
air permukaan, seperti: sungai, danau, waduk dan rawa; airtanah termasuk mataair;
dan air udara (curah hujan). Aspek-aspek penting yang terkait dengan sumberdaya
air adalah kualitas air, potensi ketersediaan atau cadangan, dan kebutuhan air.
Inventarisasi potensi sumberdaya air dan pemanfaatannnya pada umumnya
merupakan pengumpulan data mengenai jumlah air, kualitas, lokasi dan waktu
tersedianya sumberdaya air tersebut, serta kuantitas penggunaannya bagi
kebutuhan manusia, seperti: untuk keperluan domestik, industri, pertanian,
peternakan atau perikanan dan sebagainya.
Penyajian neraca sumberdaya air dapat diuraikan sebagai berikut ini.
(a) Kolom Aktiva, terdiri atas data: modal awal atau cadangan awal (yang
merupakan saldo akhir dari kegiatan tahun sebelumnya dan menguraikan
banyaknya air yang ada pada awal tahun berikutnya per 1 Januari), baik air
hujan, air permukaan, maupun airtanah.
(b) Kolom Pasiva, terdiri atas data: pengurangan atau penyusutan sebagai hasil
ekploitasi atau pemanfaatan dan penurunan kualitas sumberdaya air akibat
eksploitasi sunber daya alam lainnya, sehingga mengurangi cadangan yang
ada, meliputi: kebutuhan domestik (sosial, non niaga: rumah tangga dan
pemerintahan, serta niaga: penginapan, hotel, restauran, dan sebagainya;
kebutuhan industri (ringan, pertambangan, pembangkit listrik dan
sebagainya); kebutuhan pertanian (pertanian, perikanan, peternakan dan
perkebunan); faktor lain (banjir dan kekeringan); serta faktor antropogenik
(limbah, krisis lahan bagian hulu atau alih fungsi lahan di kawasan resapan
maupun lindung).
(c) Saldo Akhir, yaitu gambaran umum cadangan air yang masih tersedia pada
akhir kegiatan penyusutan per 30 Desember. Berdasarkan perimbangan pasiva
dan aktiva, maka dapat diperoleh saldo akhir yang dapat menunjukkan apakah
sumberdaya air mengalami surplus atau minus.
Paket neraca sumberdaya air disusun dalam rangka memantau dan mengevaluasi
potensi dan eksploitasi sumberdaya air yang ada. Dengan demikian, inventarisasi
data sumberdaya air harus meliputi data pada tahun perencanaan dan tahun
sebelumnya.
Pemanfaatan atau kebutuhan sumberdaya air untuk domestik, meliputi:
(a) untuk kepentingan domestik (rumah tangga) dapat dihitung melalui
pendekatan jumlah penduduk perkotaan dan pedesaan;
(b) untuk perkantoran atau peribadatan dapat diketahui melalui data sekunder
dari masing-masing pengguna;
(c) untuk pertokoan atau rumah sakit dapat diketahui dari data sekunder dari
masing-masing pengguna;
(d) untuk penyiraman taman atau tanaman berasal dari data sekunder pada
masing-masing pengguna;
(e) untuk pengglontoran merupakan persentase dari jumlah air seluruhnya;
(f) lain-lain merupakan keperluan air diluar kegiatan tersebut di atas.
Kebutuhan air untuk industri dapat diperhitungkan sebagai berikut:
(a) penggunaan air untuk industri ringan berasal dari Dinas Perindustrian atau
industri pengguna air;
(b) penggunaan air untuk industri berat berasal dari Dinas Perindustrian atau
industri berat pengguna air;
(c) untuk pertambangan data diperoleh dari pengguna air untuk pertambangan;
(d) untuk pembangkit tenaga listrik diambil dari pengguna air untuk tenaga
listrik; dan
(e) lain-lain merupakan keperluan diluar kegiatan tersebut di atas yang masih
termasuk dalam kategori pemanfaatan air untuk industri.
Penggunaan air untuk pertanian, meliputi:
(a) untuk irigasi padi dapat dilakukan dengan pendekatan luas sawah (irigasi
teknis, semi teknis dan irigasi sederhana) yang terdapat pada DAS yang
bersangkutan; sedang perhitungan penggunaan air untuk irigasi diperoleh dari
Dinas PU Pengairan atau Dinas Pertanian.
(b) untuk perikanan data dapat diperoleh dari Dinas Perikanan;
(c) untuk tambak metode pendekatan berdasar data dari pengguna air untuk
keperluan tambak;
(d) untuk perkebunan data dapat diperoleh dari Dinas Perkebunan; dan
(e) untuk peternakan data dapat diperoleh dari Dinas Peternakan.
Perhitungan cadangan sumberdaya air dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan sebagai berikut ini.
(a) Air permukaan
Untuk DAS yang telah dilakukan pengukuran debitnya, agar menggunakan
hasil pengukuran beberapa sungai yang telah terukur potensinya;
Untuk DAS yang berdekatan dengan DAS yang telah ada hasil pengukuran
dapat dilakukan analisis dengan metode regresi;
Untuk DAS yang belum ada pengukuran debit air sungai sama sekali, dapat
melakukan perhitungan dengan pendekatan sungai lain yang berdekatan
dan telah ada hasil perhitungan, tetapi yang kondisinya relatif sama.
(b) Airtanah
Perhitungan cadangan airtanah diperlukan data tebal akuifer, sebaran
akuifer dan transmisibilitas akuifer, baik akuifer tidak tertekan maupun
tertekan. Untuk bisa terpenuhinya data ini sangat sulit, maka cadangan
airtanah disetarakan dengan imbuhan air tanah yang berasal dari air
hujan.
Air hujan sebagian menjadi air permukaan dan sebagian meresap ke dalam
tanah. Perkiraan awal imbuhan dapat di hitung dengan mengambil
persentase tertentu dari curah hujan rata-rata tahunan (Rf) yang meresap
ke reservoar airtanah. Ketelitian metode ini tergantung pada angka
persentase imbuhan yang terpilih.
Beberapa cara menghitung keseimbangan air meteorologis dan potensi
airtanah adalah sebagai berikut ini.
(a) Kecepatan imbuhan airtanah terutama dikontrol oleh kondisi geologi, tanah,
penutup lahan, penggunaan lahan dan kemiringan lereng. Berdasarkan
kondisi geologi, percepatan imbuhan airtanah dari curah hujan rerata
tahunan, disajikan dalam Tabel 2.2.
RC = P . A . Rf (%)
Keterangan:
RC : Besarnya imbuhan (m3/tahun)
P : Curah hujan rerata tahunan dihitung berdasar Isohyet atau Polygon Thiessen
A : Luas area atau tadah hujan (m2) tidak termasuk sawah irigasi
Rf : Persentase imbuhan berdasar kondisi geologi
Formula Darcy
Qg = T . I . L
Keterangan:
Qg : Airtanah yang mengalir di daerah batas cekungan (m3/hari)
T : Keterusan atau transmisibilitas (m2/hari)
I : Gradient hidrolika
L : Lebar akuifer (m)
Dalam metode ini semua komponen dihitung, kecuali SM dan Sg yang akan
seimbang sepanjang tahun, artinya akan positif pada musim hujan dan negatif
pada musim kemarau.
(c) Cara lain dengan pendekatan “Keseimbangan Air (Water Balance) model
“Thornwhite Matter”, yaitu berdasar besarnya runoff bulanan dan besarnya
air yang tertahan (detention) dalam waktu sebulan. Runoff merupakan aliran
langsung setelah hujan dan aliran air sungai yang muncul dari mataair. Air
detention merupakan air perkolasi yang kemudian mengisi airtanah. Dengan
perkiraan besarnya perkolasi ini, maka dapat diperkirakan potensi airtanah
atau sebagai pedoman nilai aman besarnya airtanah yang dapat diambil.
Data yang diperlukan dalam metode ini adalah data hujan rerata bulanan dan
suhu rerata bulanan untuk menghitung imbangan air dalam satu satuan DAS,
dan kurang disarankan untuk batas wilayah administrasi.
Keterangan:
Qi : Jumlah penggunaan air irigasi dalam setahun (m3/tahun)
Ai : Luas daerah irigasi (hektar)
I : Intensitas tanaman dalam persen (%) musim per tahun
q : Standar penggunaan air irigasi (1 liter/detik/hektar)
atau 0.001 m/detik/ha x 3600 x 24 x 120 hari per musim
Standar kebutuhan air untuk ternak setiap hari adalah: sapi atau kerbau
sebesar 40 liter/ekor/hari, domba atau kambing sebesar 5 liter/ekor/hari, babi
sebesar 6 liter/ekor/hari, dan unggas sebesar 0.6 liter/ekor/hari
(Kompendium Pertanian, 1981 dalam Bakosurtanal, 2000).
Migrasi
Komponen
Positif Negatif Nol
M>F N, T, S T T
M<F N N, T , S N
M=F N T S
Keterangan :
M : mortalitas (kematian) N : naik
F : fertilitas (kelahiran) T : turun
S : stabil
Model pada Tabel 2.3. tersebut secara operasional ditentukan oleh komponen
kelahiran, kematian, dan migrasi. Untuk neraca sumberdaya manusia yang detil,
maka dilakukan juga analisis menurut komponen penyusun pertumbuhan
penduduk dengan lebih spesifik, mulai dari komponen fertilitas, mortalitas, dan
mobilitas. Komponen-komponen tersebut dibandingkan berdasarkan kurun waktu
tertentu, dilihat pada awal tahun evaluasi dibandingkan dengan akhir tahun
evaluasi. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa tahun evaluasi dapat
dilakukan pertahun, tiga tahunan, lima tahunan, dan seterusnya, bergantung pada
kepentingan perencanaan.
Variabel ketiga yang menentukan jumlah penduduk suatu wilayah adalah mobilitas
penduduk atau migrasi. Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk
yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Orang yang melakukan
migrasi disebut migran. Angka migrasi netto dapat diperoleh dengan formula:
(Min - Mout)
Mnet = ---------------- . k
Px
Mnet : migrasi netto Mout : migrasi keluar k : konstanta (k = 1000)
Min : migrasi masuk Px : jumlah penduduk
Pertumbuhan eksponensial:
Pt = Po . ern
Pt : banyaknya penduduk pada tahun akhir
tua dan umur bagian penduduk yang lebih muda. Indikator ini bermanfaat untuk
mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu.
N/2 - fx
Md = 1Md + -----------
fMd
1Md : batas bawah kelompok umur yang mengandung jumlah N/2
N : jumlah penduduk
fx : jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang
mengandung
fMd : jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai N/2
I : Interval klas umur
P laki-laki
SR = ----------------- . k k = konstanta bernilai 100
P perempuan
Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut ini.
(a) ‘Sex Ratio at Birth’
Di beberapa negara umumnya berkisar antara 103 - 105 bagi laki-laki per 100
bayi perempuan.
(b) Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan
Jika kematian laki-laki lebih besar daripada jumlah kematian perempuan,
maka rasio jenis kelamin semakin kecil.
(c) Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
Jika di suatu wilayah sex ratio > 100 berarti di wilayah tersebut lebih banyak
penduduk laki-laki; sedangkan jika sex ratio < 100 berarti lebih banyak
perempuan.
Evaluasi yang dapat dilakukan dengan mengkaji struktur penduduk menurut
umur dan jenis kelamin adalah:
(a) penduduk berkarakteristik expansive, yaitu penduduk yang sebagian besar
berada dalam kelompok umur muda;
(b) penduduk berkarakteristik constrictive, yaitu penduduk yang sebagian kecil
berada dalam kelompok umur muda; dan
Mean years of schooling atau tingkat pendidikan yang ditamatkan yaitu rata-rata
jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh
jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari vaiabel
pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang
diduduki, yang ditanyakan pada kuesioner SUSENAS. Tabel 2.4. menyajikan faktor
konversi dari tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan. Untuk yang tidak
menamatkan suatu jenjang pendidikan, lama sekolah (YS) dihitung menggunakan
formula:
YS = Tahun konversi + Kelas tertinggi yang pernah diduduki - 1
Pendidikan Tertinggi
Tahun Konversi
yang Ditamatkan
Tidak pernah sekolah 0
Sekolah Dasar 6
SLTP 9
SLTA / SMU 12
Diploma I 13
Diploma II 14
Akademi / Diploma III 15
Diploma IV / Sarjana 16
Magister (S2) 18
Doktor (S3) 21
Contoh:
Sesorang yang bersekolah sampai kelas 2 SMU, maka tahun konversinya
adalah YS = 9 + 2 – 1 = 10 tahun
lingkungan hidup didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari hasil
penelitian terdahulu dan hasil laporan kerja instansi-instansi terkait. Berbagai jenis
data dan sumber informasinya disajikan dalam Tabel 2.5.