Anda di halaman 1dari 26

Materi - 02

Metode yang dipakai dalam kajian ini adalah metode survey yang menekankan pada
survei data sekunder (instansional), dan dilengkapi dengan survei data primer berupa
checking dan pengamatan lapangan terhadap berbagai obyek atau sasaran kajian.
Data pada masing-masing obyek kajian diukur dan dipilih secara purposive sampling
pada setiap klas sumberdaya alam berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang
lebih profesional, untuk mencapai tujuan atau sasaran terhadap obyek kajian.
Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk mendapatkan
gambaran secara nyata tentang nilai (value) dan persebaran (spasial) pada masing-
masing obyek kajian, dengan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis.

2.1. Lingkup Materi Kajian

Lingkup materi kajian mencakup jenis data yang harus dikumpulkan, seperti
diuraikan berikut ini.
(a) Deskripsi umum wilayah kajian, meliputi: letak, batas, dan luas wilayah
administrasi , yang dirinci sampai tingkatan kecamatan dan desa.

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-1
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

(b) Data sumberdaya lahan, yang meliputi: jenis dan luas penggunaan lahan,
status dan luas kepemilikan lahan, degradasi dan konservasi lahan;
(c) Data sumberdaya hutan, yang meliputi: jenis dan luas pemanfaatan hutan,
status dan fungsi hutan, produktivitas dan eksploitasi, serta degradasi dan
konservasi hutan;
(d) Data sumberdaya air, yang meliputi: karakteristik dan potensi hujan;
karakteristik dan potensi air permukaan (sungai, rawa, dan danau);
karakteristik dan potensi bawah permukaan (airtanah dan mataair); jenis, pola
dan jumlah pemanfaatan air; degradasi dan konservasi sumberdaya air;
(e) Data sumberdaya mineral, yang meliputi: potensi dan cadangan mineral
(golongan A, B, dan C); jenis dan jumlah pemanfaatan sumberdaya mineral
(eksploitasi); degradasi dan konservasi sumberdaya mineral;
(f) Data sosial, ekonomi, dan budaya yang meliputi: dinamika kependudukan, dan
dinamika perekonomian (kegiatan ekonomi dan aktivitas penduduk yang
terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan
hidup); dan
(g) Data hasil-hasil penelitian terdahulu tentang potensi dan degradasi
sumberdaya alam dan lingkungan, yang terangkum dalam Profil Lingkungan
Hidup.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan dalam penyusunan Neraca Sumberdaya Alam dan


Lingkungan Hidup meliputi:
(a) Peta Administrasi;
(b) Peta Topografi atau Rupa Bumi;
(c) Peta-peta tematik, seperti: Peta Penggunaan Lahan, Peta Fungsi Kawasan,
Peta Kawasan Hutan, Peta Curah Hujan, Peta Hidrogeologi, Peta DAS, Peta
Geologi dan Sumberdaya Mineral, dan Sosial Ekonomi Kependudukan;
(d) Peta Permasalahan Lingkungan;
(e) Rencana Tata Ruang Wilayah;
(f) Laporan hasil penyusunan Profil Lingkungan Hidup;
(g) Berbagai data instansional yang terkait dengan potensi sumberdaya alam dan
lingkungan; dan
(h) Data Dalam Angka 2 tahun terakhir.
Peralatan yang diperlukan dalam penyusunan Neraca Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Hidup Daerah meliputi:

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-2
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

(a) Komputer (PC) untuk inventarisasi, tabulasi, dan klasifikasi data dasar, serta
penyusunan laporan;
(b) Seperangkat komputer Sistem Informasi Geografis dengan software Arc/Info
dan Arc-View untuk pengolahan data spasial sumberdaya alam dan
lingkungan hidup;
(c) GPS untuk cek posisi lokasi lokasi;
(d) Peralatan untuk pengujian di lapangan, seperti: palu geologi, abney level,
kompas geologi, EC-meter, meteran, kamera, dan daftar isian.

2.3. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan melalui survei data sekunder (instansional),


yang didukung atau dilengkapi dengan survei data primer, melalui pengecekan atau
pengamatan lapangan.
(a) Survei data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data angka, grafis,
dan peta, tentang hasil-hasil penelitian sumberdaya alam dan lingkungan
hidup, serta uraian keadaan wilayah, yang telah tersedia pada berbagai
instansi terkait di .
(b) Survei data primer merupakan kegiatan pendukung berupa checking data
melalui pengamatan dan pendokumentasian di lapangan, baik sumberdaya
lahan, hutan, air, mineral dan sosial ekonomi, serta degradasi lingkungan yang
mungkin, sedang, atau akan terjadi.

2.4. Cara Analisis Data

Cara analisis data yang dilakukan dalam penyusunan Neraca Sumberdaya


Alam dan Lingkungan Hidup meliputi:
(a) Analisis statistik numerik tentang potensi dan cadangan sumberdaya alam,
jenis dan besar pemanfaatan sumberdaya alam;
(b) Analisis secara ekonomik neraca sumberdaya alam, yaitu untuk mengetahui
besaran aktiva dan pasiva dari setiap potensi dan pemanfaatan sumberdaya
alam;
(c) Analisis spasial sumberdaya alam, untuk mengetahui kondisi neraca
sumberdaya alam secara keruangan di setiap lokasi dalam kaitannya dengan
administrasi wilayah;

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-3
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

(d) Analisis statistik tentang dinamika sosial ekonomi dan kependudukan untuk
mendukung upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan terpadu;
(e) Analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif tentang degradasi sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, untuk mengetahui besarnya perubahan
pemanfaatan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan
akibat kegiatan pemanfaatan dan eksploitasi sumberdaya alam tersebut; dan
(f) Analisis deskriptif eksplaratif melalui pendekatan profesional untuk
merumuskan kerangka dasar pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup, sebagai dasar bagi penentuan kebijakan penataan ruang wilayah secara
umum.

2.5. Tahapan Kegiatan

Tahapan kegiatan dalam Penyusunan Neraca Sumberdaya Alam dan


Lingkungan Hidup meliputi 3 tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap analisis dan pelaporan.

(a) Tahap Persiapan


Tahap ini meliputi studi kepustakaan, persiapan teknik survei, dan
mobilisasi. Studi kepustakaan berdasarkan hasil penelitian, buku-
buku referensi, atau dokumen lain yang dapat memberikan
gambaran umum mengenai keadaan wilayah kajian, serta
perumusan metodologi. Persiapan teknik survei, meliputi kegiatan
yang berhubungan dengan penyusunan peta dasar untuk keperluan
sampling, daftar keperluan data, dan persiapan peralatan.

(b) Tahap Pelaksanaan


Tahap ini meliputi pelaksanaan orientasi lapangan, survei
instansional maupun survei lapangan dalam rangka pengumpulan
data secara menyeluruh.

(c) Tahap Analisis dan Pelaporan


Tahap ini meliputi kegiatan analisis data numerik, statistik, dan
spasial, untuk mengevaluasi secara keruangan potensi sumberdaya
alam, besarnya pemanfaatan, dan degradasi lingkungan hidup
secara keseluruhan. Hasil akhir pada tahap ini berupa Laporan Akhir
yang dilengkapi dengan peta-peta potensi sumberdaya alam,
neraca, dan degradasi sumberdaya alam, yang disajikan dalam

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-4
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

format A4 atau A3 berdasarkan sumber data dan informasi pada


skala dasar 1 : 50.000.

2.6. Batasan dan Cara Penyusunan


Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Sumberdaya (resources) dapat diartikan sebagai segala sumber yang tersedia


dan potensial untuk dapat didayagunakan. Sumberdaya alam (natural resources)
adalah semua unsur tata lingkungan biofisik yang dengan nyata atau potensial dapat
memenuhi kebutuhan manusia, atau dengan kata lain sumberdaya alam merupakan
semua bahan yang ditemukan manusia di alam yang dapat dipakai atau dapat
didayagunakan untuk memenuhi segala kepentingan hidup manusia (UUKSDA
Nomor 5 tahun 1990). Berdasarkan kemampuan dan pemulihannnya, sumberdaya
alam dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
(a) yang dapat dipulihkan atau diperbaharui (renewable resources);
(b) yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources); dan
(c) yang terus menerus dapat dimanfaatkan dan tidak dapat habis (continuous
resources).
Tingkat keberadaan sumberdaya alam dipengaruhi oleh berbagai kendala,
yaitu:
(a) penyebaran secara geografis yang tidak merata;
(b) ketergantungan antara sumberdaya alam (lahan, hutan, air dan mineral)
dalam satu kesatuan ekosistem; dan
(c) keberadaan sumberdaya alam sebagai komponen dari suatu ekosistem dalam
lingkungan hidup yang mensuplai bahan mentah, diolah menjadi bahan baku
dan akhirnya menghasilkan produk atau barang jadi, tetapi juga menghasilkan
limbah.
Berdasarkan tinjauan dunia perekonomian, pada dasarnya neraca adalah salah
satu alat ukur yang digunakan untuk menguji dan mengevaluasi keseimbangan
antara kekayaan dengan hutang yang harus dilunasi oleh sebuah perusahaan.
Melalui alat neraca ini perusahaan dapat mengetahui secara pasti, utuh dan
menyeluruh dari posisi kekayaan yang dimilikinya. Sifat khas yang dimiliki oleh alat
evaluasi ini merupakan salah satu pendorong dikembangkannya “Neraca

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-5
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup” sebagai alat evaluasi dan media
informasi sumberdaya alam dan lingkungan, yang diharapkan mampu memberikan
gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai kondisi kekayaan sumberdaya
alam dan lingkungan pada wilayah-wilayah yang mempunyai potensi untuk dikaji
lebih lanjut. Lingkup penyusunan neraca ini meliputi: neraca sumberdaya lahan,
sumberdaya hutan, sumberdaya air, sumberdaya mineral, dan neraca sumberdaya
manusia, yang meliputi neraca kependudukan, neraca sosial, dan neraca ekonomi.

2.6.1. Neraca sumberdaya lahan

Sumberdaya lahan (land resources) merupakan potensi ruang yang


mengandung unsur-unsur lingkungan fisik, kimia, dan biologis, yang saling
berinteraksi terhadap potensi tata guna lahan. Lahan merupakan perpaduan dari
berbagai unsur atau komponen bentang lahan, geologis, tanah, hidrologis, iklim,
flora dan fauna, serta alokasi penggunaannya. Lahan dapat dialokasikan ke dalam
berbagai peruntukan, yaitu:
(a) ruang untuk tempat tinggal ( fisik-ekologis);
(b) media atau tempat pertumbuhan tanaman (fisik, kimia dan biologis);
(c) wadah bahan atau galian bahan mineral (fisik dan kimia).
Mengingat fungsi lahan yang serba guna, yang pengurusannya dikerjakan oleh
berbagai instansi sektoral yang ada di pemerintahan, maka dalam pengaturan
pemanfaatan dan pengelolaannya harus terpadu secara serasi antar sektor dan antar
kepentingan.
Neraca sumberdaya lahan disusun untuk evaluasi hasil inventarisasi data yang
mencakup dua periode (tahun) penyusunan, sehingga dapat diketahui perubahan-
nya. Secara deskriptif neraca sumberdaya lahan disajikan dalam format tabel
scontro sebelah-menyebelah, yaitu satu bentuk tabel yang menyatakan aktiva pada
bagian kolom sebelah kiri dan menyatakan pasiva pada kolom sebelah kanan. Pada
penyusunan neraca sumberdaya lahan tidak terjadi adanya saldo total areal, karena
jumlah atau total luasan area tetap kecuali ada pemekaran daerah, dan yang terjadi
sebenarnya adalah perubahan macam atau jenis sumberdaya lahan. Oleh karena itu
dalam satu format tabel neraca sumberdaya lahan harus disertakan perubahan
penggunaan atau pemanfaatan lahan.

2.6.1. Neraca sumberdaya hutan

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-6
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Pokok-pokok


Kehutanan, yang dimaksud dengan hutan (forest) adalah suatu lapangan
pertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan, yang merupakan persekutuan
hidup alam hayati beserta fisik lingkungannnya, dan yang ditetapkan oleh
pemerintah sebagai hutan. Peranan sumberdaya hutan di dalam lingkup
pembangunan daerah merupakan produsen alam yang menghasilkan produk ganda
yaitu barang dan jasa. Jenis barang yang dihasilkan oleh sumberdaya hutan, adalah:
(a) komoditi berbagai jenis kayu;
(b) komoditi hasil hutan non kayu, seperti: kulit, daun, bunga, buah, satwa liar,
rotan, dan sebagainya.
Sementara dalam aspek jasa, hutan merupakan sarana bagi pengatur tata air,
pencegah erosi dan banjir, penstabil iklim, wisata alam, dan sebagainya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Neraca Sumberdaya Hutan
adalah perubahan data luas dan potensi sumberdaya hutan.
(1) Inventarisasi luas hutan (per fungsi hutan)
(a) Perubahan areal hutan sebagai akibat perubahan luas kawasan hutan,
meliputi:
a.1. Perubahan luas areal hutan sebagai akibat penambahan luas
kawasan hutan, yang terdiri atas:
- penunjukkan kawasan hutan;
- penetapan lahan pengganti; dan
- perubahan fungsi kawasan hutan.
a.2. Perubahan luas aral hutan sebagai akibat pengurangan luas
kawasan hutan, yang terdiri atas:
- pelepasan kawasan hutan;
- tukar menukar kawasan hutan; dan
- perubahan fungsi kawasan hutan.
(b) Perubahan luas areal hutan sebagai akibat perubahan penutupan
vegetasi yang tidak selalu mempengaruhi perubahan kawasan hutan,
yang terdiri atas:
b.1. Perubahan sebagai akibat penambahan penutupan vegetasi, yang
meliputi:
- Reboisasi;
- Hutan Tanaman Industri (HTI);
- Tebang Habis Permudaan Alam (THPA) atau Tebang Habis
Permudaan Buatan (THPB);

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-7
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

- Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) atau Tebang Pilih Tanam


Jalur (TPTJ); dan
- Hutan Rakyat dan penghijauan.

b.2. Perubahan akibat pengurangan penutupan vegetasi, yang meliputi:


- Kebakaran hutan;
- Perambahan hutan atau penebangan liar;
- THPA atau THPB;
- TPTI atau TPTJ;
- Bencana alam; dan
- Lain-lain.
(2) Periode waktu untuk NSDH yang disusun untuk setiap wilayah propinsi dan
nasional adalah Januari s.d. Desember tahun yang bersangkutan;
penyusunannya dilaksanakan menggunakan dana tahun anggaran berikutnya.

2.6.3. Neraca sumberdaya air

Sumberdaya air (water resources) adalah semua air yang terdapat di dalam
dan/atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang ada di atas maupun di bawah
permukaan tanah (dalam pengertian ini tidak termasuk air yang terdapat di laut)
(UURI Nomor 11 tahun 1974). Sumber air dapat digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
air permukaan, seperti: sungai, danau, waduk dan rawa; airtanah termasuk mataair;
dan air udara (curah hujan). Aspek-aspek penting yang terkait dengan sumberdaya
air adalah kualitas air, potensi ketersediaan atau cadangan, dan kebutuhan air.
Inventarisasi potensi sumberdaya air dan pemanfaatannnya pada umumnya
merupakan pengumpulan data mengenai jumlah air, kualitas, lokasi dan waktu
tersedianya sumberdaya air tersebut, serta kuantitas penggunaannya bagi
kebutuhan manusia, seperti: untuk keperluan domestik, industri, pertanian,
peternakan atau perikanan dan sebagainya.
Penyajian neraca sumberdaya air dapat diuraikan sebagai berikut ini.
(a) Kolom Aktiva, terdiri atas data: modal awal atau cadangan awal (yang
merupakan saldo akhir dari kegiatan tahun sebelumnya dan menguraikan
banyaknya air yang ada pada awal tahun berikutnya per 1 Januari), baik air
hujan, air permukaan, maupun airtanah.
(b) Kolom Pasiva, terdiri atas data: pengurangan atau penyusutan sebagai hasil
ekploitasi atau pemanfaatan dan penurunan kualitas sumberdaya air akibat
eksploitasi sunber daya alam lainnya, sehingga mengurangi cadangan yang

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-8
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

ada, meliputi: kebutuhan domestik (sosial, non niaga: rumah tangga dan
pemerintahan, serta niaga: penginapan, hotel, restauran, dan sebagainya;
kebutuhan industri (ringan, pertambangan, pembangkit listrik dan
sebagainya); kebutuhan pertanian (pertanian, perikanan, peternakan dan
perkebunan); faktor lain (banjir dan kekeringan); serta faktor antropogenik
(limbah, krisis lahan bagian hulu atau alih fungsi lahan di kawasan resapan
maupun lindung).
(c) Saldo Akhir, yaitu gambaran umum cadangan air yang masih tersedia pada
akhir kegiatan penyusutan per 30 Desember. Berdasarkan perimbangan pasiva
dan aktiva, maka dapat diperoleh saldo akhir yang dapat menunjukkan apakah
sumberdaya air mengalami surplus atau minus.
Paket neraca sumberdaya air disusun dalam rangka memantau dan mengevaluasi
potensi dan eksploitasi sumberdaya air yang ada. Dengan demikian, inventarisasi
data sumberdaya air harus meliputi data pada tahun perencanaan dan tahun
sebelumnya.
Pemanfaatan atau kebutuhan sumberdaya air untuk domestik, meliputi:
(a) untuk kepentingan domestik (rumah tangga) dapat dihitung melalui
pendekatan jumlah penduduk perkotaan dan pedesaan;
(b) untuk perkantoran atau peribadatan dapat diketahui melalui data sekunder
dari masing-masing pengguna;
(c) untuk pertokoan atau rumah sakit dapat diketahui dari data sekunder dari
masing-masing pengguna;
(d) untuk penyiraman taman atau tanaman berasal dari data sekunder pada
masing-masing pengguna;
(e) untuk pengglontoran merupakan persentase dari jumlah air seluruhnya;
(f) lain-lain merupakan keperluan air diluar kegiatan tersebut di atas.
Kebutuhan air untuk industri dapat diperhitungkan sebagai berikut:
(a) penggunaan air untuk industri ringan berasal dari Dinas Perindustrian atau
industri pengguna air;
(b) penggunaan air untuk industri berat berasal dari Dinas Perindustrian atau
industri berat pengguna air;
(c) untuk pertambangan data diperoleh dari pengguna air untuk pertambangan;
(d) untuk pembangkit tenaga listrik diambil dari pengguna air untuk tenaga
listrik; dan
(e) lain-lain merupakan keperluan diluar kegiatan tersebut di atas yang masih
termasuk dalam kategori pemanfaatan air untuk industri.
Penggunaan air untuk pertanian, meliputi:

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2-9
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

(a) untuk irigasi padi dapat dilakukan dengan pendekatan luas sawah (irigasi
teknis, semi teknis dan irigasi sederhana) yang terdapat pada DAS yang
bersangkutan; sedang perhitungan penggunaan air untuk irigasi diperoleh dari
Dinas PU Pengairan atau Dinas Pertanian.
(b) untuk perikanan data dapat diperoleh dari Dinas Perikanan;
(c) untuk tambak metode pendekatan berdasar data dari pengguna air untuk
keperluan tambak;
(d) untuk perkebunan data dapat diperoleh dari Dinas Perkebunan; dan
(e) untuk peternakan data dapat diperoleh dari Dinas Peternakan.
Perhitungan cadangan sumberdaya air dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan sebagai berikut ini.
(a) Air permukaan
 Untuk DAS yang telah dilakukan pengukuran debitnya, agar menggunakan
hasil pengukuran beberapa sungai yang telah terukur potensinya;
 Untuk DAS yang berdekatan dengan DAS yang telah ada hasil pengukuran
dapat dilakukan analisis dengan metode regresi;
 Untuk DAS yang belum ada pengukuran debit air sungai sama sekali, dapat
melakukan perhitungan dengan pendekatan sungai lain yang berdekatan
dan telah ada hasil perhitungan, tetapi yang kondisinya relatif sama.
(b) Airtanah
 Perhitungan cadangan airtanah diperlukan data tebal akuifer, sebaran
akuifer dan transmisibilitas akuifer, baik akuifer tidak tertekan maupun
tertekan. Untuk bisa terpenuhinya data ini sangat sulit, maka cadangan
airtanah disetarakan dengan imbuhan air tanah yang berasal dari air
hujan.
 Air hujan sebagian menjadi air permukaan dan sebagian meresap ke dalam
tanah. Perkiraan awal imbuhan dapat di hitung dengan mengambil
persentase tertentu dari curah hujan rata-rata tahunan (Rf) yang meresap
ke reservoar airtanah. Ketelitian metode ini tergantung pada angka
persentase imbuhan yang terpilih.
Beberapa cara menghitung keseimbangan air meteorologis dan potensi
airtanah adalah sebagai berikut ini.
(a) Kecepatan imbuhan airtanah terutama dikontrol oleh kondisi geologi, tanah,
penutup lahan, penggunaan lahan dan kemiringan lereng. Berdasarkan
kondisi geologi, percepatan imbuhan airtanah dari curah hujan rerata
tahunan, disajikan dalam Tabel 2.2.

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 10
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Tabel 2.2. Persentase Imbuhan Airtanah dari Curah Hujan Rerata


Tahunan Berdasar Kondisi Geologi

Kondisi atau Formasi Geologi Imbuhan Rf (%)


Volkanik muda 30 - 150
Volkanik tua - sedimen - campuran sedimen muda 15 - 25
Sedimen napal dan indurated rock 5
Batugamping 30 - 50
Sumber: Petunjuk Teknis NSASD (Bakosurtanal, 2000)

Besarnya imbuhan pada akuifer dapat dihitung dengan formulasi:

RC = P . A . Rf (%)

Keterangan:
RC : Besarnya imbuhan (m3/tahun)
P : Curah hujan rerata tahunan dihitung berdasar Isohyet atau Polygon Thiessen
A : Luas area atau tadah hujan (m2) tidak termasuk sawah irigasi
Rf : Persentase imbuhan berdasar kondisi geologi

(b) Menghitung keseimbangan air dengan formulasi:

RF = Ro + ETa + Ab + Qg + SM + Sg (Walton, 1970)


Keterangan:
RF : Curah hujan rerata tahunan (mm)
Ro : Limpasan air permukaan, diukur secara langsung dari aliran dasar pada stasiun
pengukur sungai
Eta : Evapotranspirasi nyata
Ab : Pengambilan airtanah
Qg : Airtanah yang mengalir di daerah batas cekungan dengan menggunakan
persamaan Darcy
SM : Perubahan dalam simpanan kelengasan tanah, dihitung dengan keseimbangan
kelengasan tanah
Sg : Perubahan dalam cadangan airtanah

Formula Darcy

Qg = T . I . L
Keterangan:
Qg : Airtanah yang mengalir di daerah batas cekungan (m3/hari)
T : Keterusan atau transmisibilitas (m2/hari)
I : Gradient hidrolika
L : Lebar akuifer (m)

Dalam metode ini semua komponen dihitung, kecuali SM dan Sg yang akan
seimbang sepanjang tahun, artinya akan positif pada musim hujan dan negatif
pada musim kemarau.

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 11
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

(c) Cara lain dengan pendekatan “Keseimbangan Air (Water Balance) model
“Thornwhite Matter”, yaitu berdasar besarnya runoff bulanan dan besarnya
air yang tertahan (detention) dalam waktu sebulan. Runoff merupakan aliran
langsung setelah hujan dan aliran air sungai yang muncul dari mataair. Air
detention merupakan air perkolasi yang kemudian mengisi airtanah. Dengan
perkiraan besarnya perkolasi ini, maka dapat diperkirakan potensi airtanah
atau sebagai pedoman nilai aman besarnya airtanah yang dapat diambil.
Data yang diperlukan dalam metode ini adalah data hujan rerata bulanan dan
suhu rerata bulanan untuk menghitung imbangan air dalam satu satuan DAS,
dan kurang disarankan untuk batas wilayah administrasi.

Formulasi keseimbangan air adalah:

P = I + ETa + Ro + SM + GWS + GWR


Keterangan:
P : Presipitasi (mm) SM : Perubahan kelengasan tanah
I : Intersepsi (mm) GWS : Perubahan cadangan airtanah
ETa : Evapotranspirasi aktual (mm) GWR : Aliran airtanah
Ro : Runoff (mm)

Beberapa cara untuk menghitung atau memperkirakan kebutuhan air


diuraikan sebagai berikut ini.
(a) Kebutuhan air untuk domestik dihitung dengan formulasi:

Qd = 365 hari x { (Qu.Pu)/1000 + (Qr.Pr)/1000 }


Keterangan:
Qd : Kebutuhan air untuk domestik (m3/tahun)
Qu : Konsumsi air pada daerah perkotaan (liter/orang/hari)
Qr : Konsumsi air pada daerah pedesaan (liter/orang/hari)
Pu : Jumlah penduduk perkotaan
Pr : Jumlah penduduk pedesaan.

Penggunaan air untuk keperluan domestik diperhitungkan berdasar seluruh


jumlah penduduk daerah perkotaan dan pedesaan dalam suatu DAS. Untuk
penduduk perkotaan diperlukan 120 liter/orang/hari, sedang penduduk
pedesaan memerlukan 60 liter/orang/hari.

(b) Kebutuhan air untuk pertanian


Data kebutuhan air irigasi sudah ada pada masing-masing Dinas Pekerjaan
Umum Propinsi atau Kabupaten.

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 12
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Penggunaan air irigasi untuk tanaman padi diperhitungkan berdasarkan luas


sawah irigasi teknis, semi teknis dan sederhana, yang terdapat dalam DAS
yang bersangkutan. Standar kebutuhan air rata-rata yang dipergunakan untuk
lahan irigasi teknis, semi teknis dan sederhana adalah 1 liter per detik per
hektar luas sawah.
Penggunaan air irigasi yang dihitung dalam waktu satu tahun, sehingga
pengaruh lama tanaman dan persentase (%) intensitas tanaman harus
diperhitungkan.
Formulasi perhitungan penggunaan air untuk tanaman padi per tahun:
Qi = Ai . I . q

Keterangan:
Qi : Jumlah penggunaan air irigasi dalam setahun (m3/tahun)
Ai : Luas daerah irigasi (hektar)
I : Intensitas tanaman dalam persen (%) musim per tahun
q : Standar penggunaan air irigasi (1 liter/detik/hektar)
atau 0.001 m/detik/ha x 3600 x 24 x 120 hari per musim

(c) Kebutuhan air untuk peternakan


Kebutuhan air untuk peternakan diperhitungkan berdasar kebutuhan air
minum bagi hewan ternak, seperti: sapi atau kerbau, domba atau kambing,
babi dan unggas, dengan formulasi:
Qt = 365 hari x { (Qs.Ps) + (Qd.Pd) + (Qb.Pb) + (Qu.Pu) } / 1000
Keterangan:
Qt : Kebutuhan air untuk ternak (m3/tahun)
Qs : Kebutuhan air untuk sapi atau kerbau (liter/ekor/hari)
Qd : Kebutuhan air untuk domba atau kambing (liter/ekor/hari)
Qb : Kebutuhan air untuk babi (liter/ekor/hari)
Qu : kebutuhan air untuk unggas (liter/ekor/hari)
Ps : Jumlah sapi dan kerbau
Pd : Jumlah domba dan kambing
Pb : Jumlah babi
Pu : Jumlah unggas

Standar kebutuhan air untuk ternak setiap hari adalah: sapi atau kerbau
sebesar 40 liter/ekor/hari, domba atau kambing sebesar 5 liter/ekor/hari, babi
sebesar 6 liter/ekor/hari, dan unggas sebesar 0.6 liter/ekor/hari
(Kompendium Pertanian, 1981 dalam Bakosurtanal, 2000).

(d) Kebutuhan air untuk perikanan (tambak)

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 13
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Kebutuhan air untuk perikanan yang diperhitungkan dalam penyusunan


neraca hanya terbatas untuk tambak.
Tambak memerlukan salinitas air antara 15 - 25 ppt, sedang salinitas air laut
rata-rata sebesar 35 ppt, maka diperlukan pengenceran dengan menggunakan
air tawar.
Penggunaan air tawar untuk tambak berdasarkan pada tambak intensif,
setengah intensif dan tambak sederhana yang terdapat pada DAS, yaitu:
 Tambak sederhana : 0.8 liter/detik/hektar
 Tambak semi intensif : 3.9 liter/detik/hektar
 Tambak intensif : 5.9 liter/detik/hektar
Penggunaan air tawar untuk tambak diperhitunngkan dalam waktu 1 tahun
yang terdiri atas 2 musim. Formulasi untuk perhitungan kebutuhan air tawar
bagi tambak adalah:
Utb = Atb . Itb . Qst
Keterangan:
Utb : Kebutuhan air tawar untuk tambak (liter/detik/hektar)
Atb : Luas areal tambak (hektar)
Itb : Intensitas pertambakan per tahun = … musim/tahun
Qst : Standar kebutuhan air tawar untuk pengenceran untuk setiap jenis tambak
(liter/detik/hektar)
Sederhana : 0.0008 m3/detik/ha x 3600 x 24 x 150 hari / musim
Semi intensif : 0.0039 m3/detik/ha x 3600 x 24 x 150 hari / musim
Intensif : 0.0059 m3/detik/ha x 3600 x 24 x 150 hari / musim

Diasumsikan bahwa konsumsi air (kebutuhan air flushy) untuk tambak


sebesar 7 mm per hari, sehingga kebutuhan air tawar untuk tambak dapat
diperhitungan dengan formulasi:
Qtb = 365 hari x { (Qt/1000) . Qf . Atb . 1000 }
Keterangan:
Qtb : Kebutuhan air untuk tambak (m3/tahun)
Qf : Kebutuhan air flushy (7 mm/tahun)
Atb : Luas areal tambak (hektar)

2.6.4. Neraca sumberdaya mineral

Sumberdaya mineral (mineral resources) adalah semua cadangan bahan


galian yang dijumpai di bumi dan yang dapat dipakai bagi kebutuhan hidup
manusia. Mineral adalah zat padat yang sebagian besar terdiri atas kristal (hablur)
yang ada di kerak bumi, bersifat homogen, sifat fisik dan kimianya merupakan
persenyawaan an-organik asli, serta mempunyai susunan kimia yang tetap dan

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 14
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

bertindak sebagai bahan pembentuk batuan. Bahan galian adalah unsur-unsur


kimia, mineral-mineral, bijih-bijih atau segala macam batuan termasuk batu-batu
mulia yang merupakan endapan-endapan alam. Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 27 tahun 1980, bahan galian di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) golongan,
yaitu: bahan galian golongan A (strategis), bahan galian golongan B (vital), dan
bahan galian golongan (C) yang tidak termasuk ke dalam kedua golongan
sebelumnya.
Beberapa sifat dari sumberdaya mineral yang perlu diperhatikan sebagai
faktor pembatas di dalam pengelolaannya, antara lain:
(a) mineral merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-
renewable resources); dan
(b) ketersediaan sumberdaya mineral sangat ditentukan oleh nilai ekonomi
mineral dan teknologi serta pengelolaannya.
Neraca sumberdaya mineral disusun dalam bentuk tabel skontro yang berisi
Pasiva dan Aktiva untuk setiap jenis komoditi mineral. Pengisian dan perhitungan
aktiva dan pasiva akan menghasilkan saldo akhir sumberdaya mineral.
(a) Kolom Aktiva, berisi hal-hal:
 Cadangan Awal, dihitung dalam satuan ton, dengan klasifikasi terukur,
terindikasi, tereka dan hipotetik, didapatkan dari data cadangan awal yang
tercatat dalam tabel inventarisasi sumberdaya mineral. Langkah
selanjutnya untuk menjadikan nilai cadangan dalam rupiah, harus terlebih
dahulu dikalikan dengan faktor kepercayaan perolehan dari masing-
masing klasifikasi cadangan, yaitu: terukur sebesar 80-85%; terindikasi
sebesar 50-60%; tereka sebesar 20-30%; dan hipotetik sebesar 10-15%.
Selanjutnya baru dikalikan dengan harga tiap-tiap komoditi, atau jika tidak
terdapat pada tabel tersebut, bisa memakai sumber informasi yang tepat
dan dikeluarkan secara resmi.
 Pertambahan lain, yang meliputi penemuan baru dan perbaikan
perhitungan cadangan dalam perhitungan inventarisasi atau perhitungan
di luar klasifikasi di atas, tetapi masih dalam perhitungan aktiva dan
seluruhnya dikonversikan ke dalam rupiah, dengan cara dikalikan
terhadap harga berlaku.
 Perhitungan Aktiva, meliputi: jumlah sub total, yaitu jumlah seluruh
cadangan awal; dan jumlah total, yaitu jumlah seluruh aktiva dalam
rupiah.
(b) Kolom Pasiva

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 15
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Faktor pemanfaatan atau eksploitasi sumberdaya mineral diperhitungkan


dalam satuan ukuran ton dan dikonversikan ke dalam rupiah. Pemanfaatan
sumberdaya mineral meliputi: faktor penyusutan dan faktor eksternalitas.
 Faktor pemanfaatan atau penyusutan sumberdaya mineral meliputi:
produksi hilang dalam proses, limbah yang dipindahkan dari inventarisasi
data sumberdaya mineral, kemudian dikonversi ke dalam nilai rupiah
dengan cara dikalikan harga yang berlaku.
 Faktor eksternalitas meliputi: kerusakan lingkungan hidup pada saat
eksplorasi dan lain-lainnya, yang semua ini diperhitungkan karena
berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya mineral, yang semua ini
dikonversikan ke dalam nilai rupiah.
 Perhitungan Pasiva merupakan hasil pengurangan dari sub total kolom
aktiva dikurangi jumlah pemanfaatan atau penyusutan kolom pasiva,
sehingga dalam sub total kolom aktiva sama dengan sub total kolom
pasiva.
 Saldo Akhir merupakan hasil akhir tahun takwim dari total aktiva
dikurangi dengan jumlah pemanfaatan atau penyusutan dan jumlah faktor
eksternalitas dalam satuan rupiah.

2.6.5. Neraca sumberdaya manusia

Neraca sumberdaya manusia disusun untuk mengetahui atau membanding-


kan kondisi kependudukan, sosial, dan ekonomi wilayah dalam periode tertentu.
Neraca sumberdaya manusia disusun bentuk tabel skontro yang berisi pasiva dan
aktiva untuk setiap aspek yang dikaji. Pengisian dan perhitungan aktiva dan pasiva
akan menghasilkan saldo akhir sumberdaya manusia. Prinsip dasar neraca
sumberdaya manusia adalah keseimbangan sumberdaya manusia dalam hal jumlah
dan struktur kependudukan, serta distribusi sumberdaya yang dimiliki oleh
penduduk. Neraca yang disusun memuat statistik dan matematik tentang besaran,
komposisi dan distribusi penduduk, beserta perubahan-perubahannya yang
dihitung secara berkala dalam waktu tertentu, misalnya satu tahun, tiga tahun, lima
tahun dan sebagainya. Komponen pokok penyusunan neraca sumberdaya manusia
meliputi: aspek kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi,
dan mobilitas sosial. Dengan pernyataan lain bahwa neraca sumberdaya manusia
mencakup perubahan-perubahan penduduk yang diukur melalui komponen
kelahiran, kematian, dan migrasi, sehingga menghasilkan suatu struktur, komposisi,
dan distribusi penduduk dalam kurun waktu tertentu.

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 16
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Penyusunan neraca sumberdaya manusia pada umumnya mempunyai


beberapa tujuan pokok sebagai berikut:
(a) menjelaskan kuantitas dan distribusi penduduk pada suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu, sebagai dasar evaluasi keseimbangan sumberdaya;
(b) menjelaskan kuantitas dan distribusi penduduk pada suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu, sebagai dasar bagi perencanaan dan pengembangan
kebijakan pembangunan;
(c) menjelaskan dinamika, perkembangan, dan distribusi penduduk antar waktu,
sebagai data dasar pembangunan wilayah;
(d) menjelaskan hubungan sebab akibat, kesesuaian, dan saling dukung antar
komponen penduduk sebagai esensi dari sumberdaya manusia dengan
komponen sumberdaya alam; dan
(e) menyediakan data dasar kependudukan sebagai salah satu unsur pokok bagi
perencanaan dan prediksi laju pembangunan, baik dalam jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang.
Pengetahuan tentang kependudukan merupakan hal penting bagi lembaga-
lembaga swasta maupun pemerintah, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Perencanaan-perencanaan yang berhubungan dengan pendidikan, perpajakan,
kemiliteran, kesejahteraan sosial, perumahan, pertanian, dan perusahaan-
perusahaan yang memproduksi barang dan jasa, jalan, rumah sakit, pusat-pusat
pertokoan dan pusat-pusat rekreasi, akan menjadi lebih tepat apabila kesemuanya
didasarkan pada data neraca sumberdaya manusia.

A. Neraca jumlah penduduk

Prinsip dasar neraca jumlah penduduk adalah membandingkan jumlah


penduduk di suatu satuan wilayah berdasarkan kurun waktu tertentu (tahunan, lima
tahunan, dan seterusnya). Indikator yang digunakan untuk menghitung neraca
jumlah pendudukan adalah pertumbuhan penduduk, dengan melibatkan parameter
fertilitas, mortalitas, dan mobilitas. Pertumbuhan penduduk merupakan
keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan
kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus-menerus
jumlah penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah
penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang
terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu aspek migrasi juga sangat
berperan, bahwa pendatang (imigran) akan menambah dan yang keluar (emigran)
akan mengurangi jumlah penduduk.

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 17
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Pertumbuhan penduduk adalah produk dari 4 komponen, yaitu: kelahiran


(fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi masuk (in-migration) dan migrasi keluar
(out-migration). Selisih antara kelahiran dan kematian disebut perubahan
reproduktif (reproductive change) atau pertumbuhan alamiah (natural increase).
Selisih antara ‘in-migration’ dan ‘out-migration’ disebut migrasi netto (net-
migration). Jadi pertumbuhan penduduk hanya dipengaruhi oleh 2 cara, yaitu:
melalui perubahan reproduksi dan migrasi neto. Pertumbuhan penduduk tersebut
dapat dinyatakan dengan formula:
Pt = Po + (B – D) + (Mi – Mo)
Keterangan :
Po : jumlah penduduk pada waktu terdahulu (tahun dasar)
Pt : jumlah penduduk pada waktu sesudahnya
B : kelahiran yang terjadi pada jangka waktu antara kedua kejadian tersebut
D : jumlah kematian yang terjadi pada jangka waktu antara kedua kejadian tersebut
Mo : migrasi keluar pada jangka waktu antara kedua kejadian
Mi : migrasi masuk pada jangka waktu antara kedua kejadian

Evaluasi dan analisis neraca keseimbangan jumlah penduduk dapat di


digambarkan dalam suatu model, seperti tercantum pada Tabel 2.3

Tabel 2.3. Model Evaluasi Pertumbuhan Penduduk

Migrasi
Komponen
Positif Negatif Nol
M>F N, T, S T T
M<F N N, T , S N
M=F N T S

Keterangan :
M : mortalitas (kematian) N : naik
F : fertilitas (kelahiran) T : turun
S : stabil

Model pada Tabel 2.3. tersebut secara operasional ditentukan oleh komponen
kelahiran, kematian, dan migrasi. Untuk neraca sumberdaya manusia yang detil,
maka dilakukan juga analisis menurut komponen penyusun pertumbuhan
penduduk dengan lebih spesifik, mulai dari komponen fertilitas, mortalitas, dan
mobilitas. Komponen-komponen tersebut dibandingkan berdasarkan kurun waktu
tertentu, dilihat pada awal tahun evaluasi dibandingkan dengan akhir tahun
evaluasi. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa tahun evaluasi dapat
dilakukan pertahun, tiga tahunan, lima tahunan, dan seterusnya, bergantung pada
kepentingan perencanaan.

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 18
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan riil seorang wanita


untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan. Beberapa
ukuran dasar fertilitas yang sering digunakan sebagai berikut ini.

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate, CBR)


CBR = (B/P) . k
B : banyaknya kelahiran pada tahun tertentu
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k : konstanta (k = 1000)

Angka Kelahiran menurut Umur (Age Specific Fertility Rate, ASFR)


ASFRx = (Bx/Pfx) . k

x : umur wanita 5 tahunan (15-19, 20-24, ..., 45-49)


Bx : jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur x
Pfx : jumlah wanita pada kelompok umur x

Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate, TFR)


45 - 49
TFR = 5 . . ASFR
x = 15 - 19

Selain fertilitas, penentu jumlah penduduk adalah variabel mortalitas atau


kematian. Tinggi-rendahnya angka kematian dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti: struktur umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status sosial ekonomi,
keadaan lingkungan, dan sebagainya.
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate, CDR)
CDR = (D/P) . k
D : jumlah kematian
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k : konstanta (k = 1000)

Angka Kematian menurut Umur (Age Specific Death Rate, ASDR)


Angka ini menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu per
1000 penduduk dalam kelompok umur yang sama.
ASDRx = (Bx/Px) . k

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 19
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

D x : jumlah kematian dalam kelompok umur (x=0-14, 15-19, dst)


P x : jumlah penduduk kelompok x
k : konstanta (k = 1000)

Variabel ketiga yang menentukan jumlah penduduk suatu wilayah adalah mobilitas
penduduk atau migrasi. Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk
yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Orang yang melakukan
migrasi disebut migran. Angka migrasi netto dapat diperoleh dengan formula:
(Min - Mout)
Mnet = ---------------- . k
Px
Mnet : migrasi netto Mout : migrasi keluar k : konstanta (k = 1000)
Min : migrasi masuk Px : jumlah penduduk

B. Neraca pertumbuhan penduduk

Kualitas sumberdaya manusia dalam suatu wilayah juga dapat dikaji


berdasarkan neraca pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang sangat
tinggi menunjukkan ketidakseimbangan neraca, begitu juga dengan pertumbuhan
yang sangat rendah. Demi menjaga kesesuaian antara sumberdaya alam dengan
sumberdaya manusia, maka diharapkan pertumbuhan penduduk di suatu wilayah
adalah seimbang pada tingkat pertumbuhan yang rendah. Seperti halnya pada
neraca keseimbangan jumlah penduduk, neraca keseimbangan pertumbuhan
penduduk juga dihitung melalui perbandingan pertumbuhan penduduk awal tahun
evaluasi (rawal) dan akhir tahun evaluasi (rakhir).
Angka pertumbuhan penduduk (r) menunjukan rata-rata pertambahan
penduduk per tahun pada periode atau waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan
dengan persen. Ukuran angka pertumbuhan penduduk dinyatakan dengan
pertumbuhan penduduk geometri dan eksponensial, seperti diuraikan berikut ini.
Pertumbuhan geometri:
Pt = Po . (1 + r)n
Pt : banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po : jumlah penduduk pada tahun awal
R : angka pertumbuhan penduduk
n : lamanya waktu antara Po dan Pt

Pertumbuhan eksponensial:
Pt = Po . ern
Pt : banyaknya penduduk pada tahun akhir

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 20
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Po : jumlah penduduk pada tahun awal


e : angka eksponensial sebesar 2,71828

C. Neraca struktur penduduk

Struktur penduduk merupakan komposisi penduduk berdasarkan kategori


pengelompokan tertentu, seperti: umur, jenis kelamin, pendidikan, umur produktif,
jenis pekerjaan, dan sebagainya. Struktur penduduk dalam penyusunan neraca
sumberdaya manusia sangat bermanfaat untuk mengelompokkan dan menganalisis
kondisi sumberdaya manusia dalam kurun waktu tertentu. Neraca struktur
penduduk adalah perbandingan komposisi penduduk berdasarkan kriteria tertentu
antara awal tahun evaluasi (Strukturawal) dengan kondisi di akhir tahun evaluasi
(Strukturakhir). Struktur penduduk yang dibandingkan pada umumnya adalah
komposisi penduduk menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, dan umur
produktif.

Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin


Struktur penduduk menurut umur yang penting dalam penyusunan neraca
struktur penduduk adalah rasio beban ketergantungan (dependency ratio, DR).
Rasio beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara
banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke
atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur 15 - 64 tahun).
P0-14 + P65+
DR = ---------------- . k k = konstanta bernilai 100
P15-65
Secara kasar perbandingan angka beban ketergantungan pada awal tahun evaluasi
dengan angka akhir tahun evaluasi menunjukkan dinamika beban tanggungan umur
produktif terhadap umur nonproduktif. Sebagai contoh jika angka beban
tanggungan 97 berarti tiap 100 orang yang produktif harus menanggung 97 orang
yang tidak produktif. Jika angka tersebut di akhir tahun evaluasi ternyata
meningkat, hal ini menunjukkan kemunduran secara umum dari sisi ekonomi.
Selain angka beban ketergantungan, neraca struktur penduduk menurut umur
juga dapat dikaji melalui umur median (median age). Umur median adalah umur
yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, bagian
yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua daripada ‘median age’.
Umur median ini ditentukan berdasarkan umur dari sebagian penduduk yang lebih

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 21
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

tua dan umur bagian penduduk yang lebih muda. Indikator ini bermanfaat untuk
mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu.
N/2 - fx
Md = 1Md + -----------
fMd
1Md : batas bawah kelompok umur yang mengandung jumlah N/2
N : jumlah penduduk
fx : jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang
mengandung
fMd : jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai N/2
I : Interval klas umur

Selain berdasarkan umur, neraca stuktur penduduk juga dilihat berdasarkan


jenis kelamin. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan rasio jenis kelamin di
awal tahun evaluasi (RJKawal) dengan di akhir tahun evaluasi (RJKakhir). Rasio jenis
kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya
penduduk perempuan pada suatu wilayah dalam waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan.

 P laki-laki
SR = ----------------- . k k = konstanta bernilai 100
 P perempuan
Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut ini.
(a) ‘Sex Ratio at Birth’
Di beberapa negara umumnya berkisar antara 103 - 105 bagi laki-laki per 100
bayi perempuan.
(b) Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan
Jika kematian laki-laki lebih besar daripada jumlah kematian perempuan,
maka rasio jenis kelamin semakin kecil.
(c) Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
Jika di suatu wilayah sex ratio > 100 berarti di wilayah tersebut lebih banyak
penduduk laki-laki; sedangkan jika sex ratio < 100 berarti lebih banyak
perempuan.
Evaluasi yang dapat dilakukan dengan mengkaji struktur penduduk menurut
umur dan jenis kelamin adalah:
(a) penduduk berkarakteristik expansive, yaitu penduduk yang sebagian besar
berada dalam kelompok umur muda;
(b) penduduk berkarakteristik constrictive, yaitu penduduk yang sebagian kecil
berada dalam kelompok umur muda; dan

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 22
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

(c) penduduk berkarakteristik stationary, yaitu penduduk dengan distribusi dalam


tiap kelompok umur hampir sama banyaknya, dan mengecil pada usia tua
kecuali pada kelompok umur tertentu.

Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan


Selain berdasarkan umur dan jenis kelamin, neraca stuktur penduduk juga
dilihat berdasarkan tingkat pendidikan. Evaluasi dilakukan dengan membanding-
kan struktur penduduk berdasarkan pendidikan di awal tahun evaluasi (Edu awal)
dengan di akhir tahun evaluasi (Eduakhir). Komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan tercermin berdasarkan indikator evaluasi berupa angka melek huruf
(litteracy rate, LR) dan tingkat pendidikan (mean years of schooling).

Angka melek huruf, diukur dengan formula:


P10+ buta huruf
LR = ---------------- . k k = konstanta bernilai 100
P 10+

Mean years of schooling atau tingkat pendidikan yang ditamatkan yaitu rata-rata
jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh
jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari vaiabel
pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang
diduduki, yang ditanyakan pada kuesioner SUSENAS. Tabel 2.4. menyajikan faktor
konversi dari tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan. Untuk yang tidak
menamatkan suatu jenjang pendidikan, lama sekolah (YS) dihitung menggunakan
formula:
YS = Tahun konversi + Kelas tertinggi yang pernah diduduki - 1

Tabel 2.4. Tahun Konversi Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan Tertinggi
Tahun Konversi
yang Ditamatkan
Tidak pernah sekolah 0
Sekolah Dasar 6
SLTP 9
SLTA / SMU 12
Diploma I 13
Diploma II 14
Akademi / Diploma III 15
Diploma IV / Sarjana 16
Magister (S2) 18
Doktor (S3) 21

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 23
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Contoh:
Sesorang yang bersekolah sampai kelas 2 SMU, maka tahun konversinya
adalah YS = 9 + 2 – 1 = 10 tahun

Struktur penduduk menurut kualitas sumberdaya manusia


Keseimbangan neraca sumberdaya manusia berdasarkan kualitas sumberdaya
manusia sangat penting dikaji untuk mengetahui dinamika kualitas dan
kesejahteraan penduduk. Evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan kualitas
SDM pada awal tahun evaluasi dengan kualitas SDM pada akhir tahun evaluasi.
Salah satu indikator yang hendak dikaji untuk melihat dinamika kualitas SDM
adalah indeks pembangunan manusia (IPM). IPM merupakan suatu ukuran
komposit yang mencerminkan tidak hanya pendapatan, tapi juga harapan hidup dan
pencapaian di bidang pendidikan. IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari
suatu wilayah dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu: lamanya
hidup, pengetahuan, dan suatu standar hidup layak. Ketiganya diukur dengan angka
harapan hidup (indeks harapan hidup), pencapaian pendidikan (litteracy index dan
MYS index), dan pendapatan per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya
beli (harga yang telah disesuaikan dengan daya beli masyarakat).
IPM disusun dari tiga komponen, yaitu: (a) lamanya hidup, (b) tingkat
pendidikan, yang diukur berdasarkan kombinasi antara angka melek huruf pada
penduduk dewasa (dengan bobot 2/3) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot
1/3); dan (c) tingkat kehidupan yang layak, yang diukur berdasarkan pengeluaran
per kapita yang telah disesuaikan (PPP Rupiah). Indeks ini merupakan rata-rata
sederhana dari ketiga komponen-komponen tersebut di atas, dengan formula:
IPM = 1/3 (Index X1 + Indeks X2 + Indeks X3)
X1, X2, dan X3 = lamanya hidup, tingkat pendidikan, dan tingkat kehidupan yang layak

Index X(i,j) = ( X(i,j) - X(i-min)) / ( X(i-max) - X(i-min))


X(i,j) : indikator ke i dari daerah j
X(i-min) : nilai minimum dari X
X(i-max) : nilai maximum dari X

2.7. Pendekatan Studi dan Penyajian Neraca Sumberdaya


Alam dan Lingkungan Hidup

Pendekatan studi yang dipakai dalam penyusunan Neraca Sumberdaya Alam


dan Lingkungan Hidup adalah studi kepustakaan dan instansional, artinya bahwa
segala kegiatan inventarisasi, analisis dan evaluasi sumberdaya alam dan

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 24
Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

lingkungan hidup didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari hasil
penelitian terdahulu dan hasil laporan kerja instansi-instansi terkait. Berbagai jenis
data dan sumber informasinya disajikan dalam Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Jenis Data dan Informasi dalam Penyusunan Neraca


Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Jenis Data dan Informasi Sumber


a. Peta Administrasi BAPPEDA
b. Penggunaan Lahan BPS
c. Potensi Air Hujan Dinas Pertanian
d. Potensi Air Permukaan Dinas PU Pengairan
e. Potensi Airtanah Dinas Pertambangan
f. Potensi dan Sebaran Hutan Dinas Kehutanan
g. Potensi dan Sebaran Mineral Dinas Pertambangan

Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup , disusun dan disajikan


dalam 2 (dua) model, yaitu:
(1) Model Tabulasi Data (Numerik), yaitu: penyajian dalam bentuk buku
“skontro” (sebelah-menyebelah). Model tabulasi dikembangkan dengan
tujuan untuk menyajikan informasi sumberdaya alam secara numerik
berdasar hasil-hasil perhitungan dan analisis potensi, cadangan dan
perubahan sumberdaya alam.
(2) Model Spasial, yaitu: model yang dikembangkan untuk memaksimumkan
peranan model pertama sebagai media informasi berupa peta-peta. Model
spasial menggambarkan dengan pasti posisi geografis dari setiap
sumberdaya alam yang disajikan pada model pertama secara sistematis,
praktis dan informatif, dengan format dasar digital skala 1 : 50.000, dan
penyajian skala 1 : 250.000 hingga 1 : 100.000.
DATA & INFORMASI ANALISIS RUMUSAN & STRATEGI HASIL
Sistematika penyusunan Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
disajikan dalam Gambar 2.1.
Kebijaksanaan Daerah Kebijakan alokasi
pemanfaatan ruang dan
tataguna lahan
RTRW Kabupaten
Kebijakan pemanfaatan
Kebijakan Pengelolaan sumberdaya alam Tujuan dan sasaran Neraca Sumberdaya
Sumberdaya Alam program pembangunan Alam dan Lingkungan
RAPBD Kebijakan rencana Hidup
pembangunan daerah Potensi dan cadangan
sumberdaya alam Rekomendasi
Pengelolaan
Kebijakan pemanfaatan Sumberdaya Alam
sumberdaya alam dan Lingkungan
Kajian Wilayah Studi Analisis potensi dan Hidup
cadangan sumberdaya Kebijakan pengelolaan
alam dan konservasi
Kedudukan geografis sumberdaya alam
Analisis pemanfaatan
Kondisi sbr.daya lahan sumberdaya alam
Kondisi sbr.daya hutan
Analisis cadangan sisa
Kondisi sbr.daya air dan potensi ekonomi
Kondisi sbr.daya mineral sumberdaya alam

Kondisi sbr.daya manusia Analisis potensi


sumberdaya manusia
Magister Pengelolaan Lingkungan
Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 25

Gambar 2.1. Sistematika Penyusunan NSALH


Materi 02 M e t o d e Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Magister Pengelolaan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana - UGM - Yogyakarta 2 - 26

Anda mungkin juga menyukai