Anda di halaman 1dari 15

A.

Pendahuluan
1. Latar belakang
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum suatu membrane yang melapisi rongga abdomen. Peritonitis biasanya
terjadi akibat masunya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang perotonium melalui perforasi usus
atau rupturnya suatu organ. (Corwin, 2000).
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi bakteri, organisme yang berasal dari
penyakit saluran pencernaan atau pada organ-organ reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000).
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler
adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain: umur, kondisi
lemak tubuh, sex.
a. Bayi (baru lahir) 75 %
b. Dewasa : Pria (20-40 tahun) 60 %, Wanita (20-40 tahun) 50 %
c. Usia Lanjut 45-50 %
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 20 % dari
berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yang terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 %
transeluler.
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang
tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam
organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan
bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:
a. Fase I: Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan
tractus gastrointestinal.
b. Fase II: Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c. Fase III: Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
2. Tujuan
a) Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan devisit volume cairan di ruang Kenanga Rumah Sakit Tingkat IV 03.07.04 Guntur Garut.
b) Tujuan khusus
1. Mengetahui dan memahami pasien dengan gangguan defisit volum cairan.
2. Mampu memberikan intervensi kepada pasien dengan gangguan defisit volum cairan.
3. Mampu mengimplementasikan intervensi keperawatan kepada pasien dengan gangguan defisit volum cairan.
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Secara fisik, molekul pembentuk tubuh manusia dapat dibedakan menjadi jenis cairan dan matriks padat fungsi cairan dalam
tubuh manusia, antara lain sebagai alat transportasi nutrient, elektrolit, dan sisa metabolisme, sebagai komponen pembentuk sel,
plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya, serta sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler (Tamsuri, 2004).
Total jumlah cairan yang terdapat dalam tubuh cukup besar dibandingkan dengan kompartemen zat padat pembentuk tubuh.
Bahkan pada tulang manusia yang strukturnya tampak begitu padat, sebenarnya terdapat kandungan cairan lebih dari 30%.
Konsentrasi cairan pada tubuh sekitar 60%. Cairan tubuh tersebut meliputi cairan darah, plasma jaringan, cairan synovial, cairan
serebropinal, cairan bola mata, cairan pleura dan cairan di berbagai organ lainnya (Tamsuri, 2004).
Cairan tubuh terdistribusi dalam dua kompartemen, yaitu cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS). Cairan ekstrasel
terdiri dari cairan intersisial dan cairan intravaskuler. Lima belas persen berat tubuh merupakan cairan interstitial. Cairan
intravaskuler terdiri dari plasma, bagian cairan limfe, yang mengandung air yang tidak berwarna dan darah. Plasma menyusun
5% berat tubuh. Cairan intrasel merupakan cairan dalam membrane sel yang membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan
intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada di ruang ekstrasel. Namun proporsi substansi-substansi
tersebut berbeda (Potter&Perry, 2006).
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstrasel dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemi. Umumnya gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler
lalu diikuti dengan perpindahan cairan intrasel menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan jumlah cairan ekstrasel.
Untuj mengompensasi kondidi ini, tubuh melakukan pemindaha cairan intrasel. Secara umum, deficit volume cairan disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan
ke lokasi ketiga. Lokasi ketiga yang dimaksud adalah lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya
ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstrasel istirahat. Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial
seperti pleura, peritoneum (Tamsuri, 2004).
2. Etiologi
Beberapa yang dapat menyebabkan kondisi deficit volume cairan yaitu kehilangan cairan aktif dan kegagalan mekanisme
regulasi. Kehilangan cairan aktiv seperti demam dan laju peningkatan metabolic, drainase tidak normal, luka bakar, menstruasi
berlebih, diare, peritonitis (NANDA, 2011)
3. Faktor predisposisi/presipitasi
Faktor pencetus dari kekurangan volume cairan dapat disebabkan oleh :
1. Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti muntah, diare dan drainase
2. Kehilangan plasma atau darah utuh seperti luka bakar dan perdarahan
3. Keringat berlebih
4. Demam
5. Penurunan asupan cairan peroral
6. Penggunaan obat-obatan diuretic
7. Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan danelektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme
dalam tubuh.Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengandemikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
Selain itu,kehilangancairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatanlaju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
8. Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Stress juga menyebabkan peningkatan produksi
hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
9. Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidak seimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
periode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan bebancairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atausekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesi. (Potter&Perry, 2006)

4. Patofiologi

Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit
volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan (Faqih, 2011).
5. Tanda dan gejala
Beberapa tanda dan gejala pada kekurangan volume cairan menurut NANDA (2011):
1. Perubahan pada status mental
2. Penurunan tekanan darah
3. Penurunan tekanan nadi
4. Penurunan volume nadi
5. Penurunan turgor kulit
6. Penurunan turgor lidah
7. Penurunan halauan urin
8. Penurunan pengisian vena
9. Membrane mukosa kering
10. Kulit kering
11. Peningkatan hematokrit
12. Peningkatan suhu tubuh
13. Peningkatan frekuensi nadi
14. Peningkatan konsentrasi urin
15. Penurunan BB tiba-tiba
16. Haus
17. Kelemahan

6. Pemeriksaan penunjang
Kadar elektrolit serum untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang sering diukur adalh ion natrium, kalium, klorida, dan
bikarbonat. Hitung darah lengkap khususnya hematokrit untuk melihat respon dehidrasi. Kadar kreatininuntuk mengukur fungsi
ginjal. Pemeriksaan berat jenis urin mengukur derajat konsentrasi urin.
7. Pathway
8. Pengkajian

Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tersebut, yaitu:
1. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan dengan cairan, adanya faktor risiko sehubungan dengan
kesehatan yang berkaitan dengan cairan.
2. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk (rendah serta, tinggi lemak, bahan pengawt), anoreksia, mual, muntah, intoleransi makanan atau
minuman, perubahan berta badan, berat badan turun, frekuensi makan dan minum, adanya sesuatu yang dapat mempengaruhi
makan dan minum (agama, budaya, ekonomi). Adakah status fisik seseorang yang mempengaruhi makan dan minum.
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
4. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi pola cairan seseorang,
5. Pola istirahat-tidur
Perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur (nyeri, bangun malam untuk
minum),
6. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam
penginderaan pasien.
7. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi nutrisi seseorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri
sendiri (gemuk/ kurus).
8. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat ketika makan, adanya ketegangan dan ansietas saat terjadi gangguan
cairan dalam tubuh.
9. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan nutrisi dikaji
10. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke minum.
11. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi nutrisi, adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama
pasien.
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan fisik: apatis,lesu, letargi, konfusi, disorientasi
2. Berat badan turun.
3. Kepala: pusing, fontanel bayi cekung,
4. Mata: cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada.
5. Sistem saraf: bigung,rasa terbakar, reflek menurun.
6. Fungsi gastrointestinal: abdomen cekung, muntah, hiperperistaltik disertai diare atau hipoperistaltik.
7. System ginjal: oliguri atau anuria, berat jenis urin meningkat.
8. Kardiovaskuler: vena leher datar, lambatnya pengisian vena, denyut nadi meningkat. Pengurangan frekuensi denyut nadi,
denyut nadi lemah, tekanan darah rendah
9. Kulit: kering, turgor kulit buruk, kulit dingin, suhu tubuh menurun
10. Bibir: kering ,pecah-pecah, membrane mukosa pucat.
11. Kuku: mudah patah (Potter&Perry, 2006

9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan NANDA


a) Defisit volume cairan
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c) Hipertermia
10. Rencana asuhan keperawatan (NIC NOC)
NO Diagnosa TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
1. Defisit Volume NOC: NIC :
Cairan Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Berhubungan dengan: Hydration  Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
 Kehilangan Nutritional Status : Food and Fluid mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
volume cairan Intake jika diperlukan
secara aktif Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
 Kegagalan selama….. defisit volume cairan teratasi (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total
mekanisme dengan kriteria hasil: protein )
pengaturan  Mempertahankan urine output sesuai  Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
dengan usia dan BB, BJ urine normal,  Kolaborasi pemberian cairan IV
DS :  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh  Monitor status nutrisi
 Haus dalam batas normal  Berikan cairan oral
DO:  Tidak ada tanda tanda dehidrasi,  Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
 Penurunan turgor Elastisitas turgor kulit baik, membran 100cc/jam)
kulit/lidah mukosa lembab, tidak ada rasa haus  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Membran yang berlebihan  Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
mukosa/kulit  Orientasi terhadap waktu dan tempat meburuk
kering baik  Atur kemungkinan tranfusi
 Peningkatan  Jumlah dan irama pernapasan dalam  Persiapan untuk tranfusi
denyut nadi, batas normal  Pasang kateter jika perlu
penurunan  Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas  Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
tekanan darah, normal
penurunan  pH urin dalam batas normal
volume/tekanan
nadi
 Pengisian vena
menurun
 Perubahan status
mental
 Konsentrasi
urine meningkat
 Temperatur
tubuh meningkat
 Kehilangan berat
badan secara
tiba-tiba
 Penurunan urine
output
 HMT meningkat
 Kelemahan

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Kaji adanya alergi makanan


nutrisi kurang dari selama …jam.  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kebutuhan tubuh Kriteria hasil : jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Berhubungan dengan :  Adanya peningkatan berat badan sesuai  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
Ketidakmampuan dengan tujuan serat untuk mencegah konstipasi
untuk memasukkan  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Berat badan sesuai dengan tinggi badan
atau mencerna nutrisi makanan harian.
oleh karena faktor  mampu Mengidentifikasi kebutuhan  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
biologis, psikologis nutrisi  Monitor lingkungan selama makan
atau ekonomi.  tidak ada tanda malnutrisi  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
DS:  menunjukan peningkatan fungsi jam makan
 Nyeri abdomen  Monitor turgor kulit
pengecapan dari menelan
 Muntah  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb
 Kejang perut
 tidak terjadi penurunan berat badan dan kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Rasa penuh tiba- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
tiba setelah konjungtiva
makan  Monitor intake nuntrisi
DO:  Informasikan pada klien dan keluarga tentang
 Diare manfaat nutrisi
 Rontok rambut  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
yang berlebih suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
 Kurang nafsu intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
makan  Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
 Bising usus makan
berlebih  Kelola pemberan anti emetik:.....
 Konjungtiva  Anjurkan banyak minum
pucat  Pertahankan terapi IV line
Denyut nadi lemah Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oval
3. Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
 penyakit/  Monitor warna dan suhu kulit
trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 peningkatan selama…jam.  Monitor penurunan tingkat kesadaran
metabolisme  .pasien menunjukkan :Suhu tubuh dalam  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 aktivitas yang batas normal dengan kreiteria hasil:  Monitor intake dan output
berlebih  suhu 36 – 37C  Berikan anti piretik:
 dehidrasi  Nadi dan RR dalam rentang normal  Kelola Antibiotik:………………………..
 Tidak ada perubahan warna kulit dan  Selimuti pasien
DO/DS: tidak ada pusing, merasa nyaman  Berikan cairan intravena
 kenaikan suhu tubuh  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
diatas rentang  Tingkatkan sirkulasi udara
normal  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 serangan atau  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
konvulsi (kejang)  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 kulit kemerahan Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban
 pertambahan RR membran mukosa)
 takikardi
 Kulit teraba panas/
hangat

Anda mungkin juga menyukai