Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

ANALISIS KASUS

Tonsilitis merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak.


Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT pada 7 provinsi (Indonesia) pada
tahun 1994-1996, prevalensi tonsillitis kronik sebesar 3,8% tertinggi kedua
setelah nasofaringitis akut (4,6%).
Penderita perempuan usia 11 tahun datang dengan keluhan rasa ada yang
mengganjal di tenggorokan sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan makin memberat
sejak 1 minggu terakhir. Bila nyeri timbul, penderita merasakan badannya mulai
demam. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri saat menelan semakin
dirasakan. Pasien juga mengeluh susah menelan, baik makanan biasa, makanan
lunak, ataupun minuman. Tidak ada keluhan sulit membuka mulut. Demam ada,
demam hilang timbul tanpa disertai menggigil. Tidak ada batuk pilek. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tonsil T3-T3, kripta melebar dan tidak ada detritus.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis menderita
tonsilitis kronik.
Tonsilitis kronik merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada
tenggorokan terutama pada usia muda. Penyakit ini disebabkan peradangan pada
tonsil oleh karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada
penderita tonsilitis akut dan proses peradangan berulang. Tonsilitis kronik dapat
dikaitkan dengan rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tonsil T3-T3, kripta melebar dan tidak
ada detritus. Berdasarkan teori ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia
parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil. Proses radang
berulang yang timbul menyebabkan terjadinya pengikisan epitel mukosa dan juga
jaringan limfoid, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga menyebabkan

35
36

terjadinya pelebaran kripti. Pembesaran tonsil dapat mengakibatkan terjadinya


obstruksi sehingga timbul gangguan menelan dan obstruksi napas yang ditandai
oleh mengorok saat tidur.
Prinsip terapi tonsillitis kronis meliputi medikamentosa dan operatif..
Pasien mengalami radang kronis yang menetap, hipertrofi tonsil, dan gangguan
menelan yang memenuhi indikasi tonsilektomi yang dapat diterima pada anak-
anak.
Terapi yang diberikan pada kasus ini berupa terapi medikamentosa yaitu
pemberian antibiotik dan pemberian antipiretik serta rencana tindakan operasi
tonsilektomi. Pemberian terapi pada kasus diatas sesuai dengan teori yang
mengatakan tonsilitis kronik harus diterapi secara adekuat. Pemberian antibiotik
bertujuan untuk eradikasi bakteri penyebab dan pemberian antipiretik bertujuan
untuk mengurangi nyeri dan mencegah peningkatan suhu akibat proses inflamasi
di tonsil. Rencana tindakan operasi tonsilektomi juga sudah sesuai dengan teori,
dimana indikasi relatif tonsilektomi pada kasus ini adalah serangan tonsillitis
berulang lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang
adekuat, tanda sumbatan jalan napas berupa sleep apnea, gangguan menelan, dan
hipertrofi tonsil.

Anda mungkin juga menyukai