Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tak lain tak bukan suatu proses difusi belaka, sebab
bukankah sel-sel biji kacang kering itu mempunyai nilai osmosis tinggi dan oleh karena itu
mempunyai defisit tekanan osmosis yang besar pula,jika molekul-molekulairberdifusi dari
konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi.
Peristiwa imbibisi sebenarnya juga peristiwa osmosis, sebab dinding sel-sel kulit maupun
protoplas biji kacang itu permeabel untuk molekul-molekul air.
Peristiwa imbibisi ini, juga termasuk peristiwa absorsi. Pemasukan molekul-molekul air di
dalam biji adalah suatu peristiwa absorsi atau penyerapan. Maka yang kita sebut imbibisi ialah
menyerapnya molekul-molekul air di dalam imbiban disebut juga peristiwa peresapan. (Anonim,
2008).
Imbibisi adalah penyerapan air (absorbsi) oleh benda-benda yangpadat (solid) atau agak
padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai suatu zat penyusun dari bahan yang
berupa koloid. Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada
makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanha oleh akar tanaman. Namun,
penyerapan yang dimaksudkan disini yaitu penyerapan air oleh biji kering. Hal ini juga banyak
kita jumpai dikehidupan kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi, pembuatan
kecambah tauge, biji kacang hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa
perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya itu,
proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap biiji
tanaman (Rezky, 2011).
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh
bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat
hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat
tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri
dari xilem dan floem (Rezky, 2011).
Biji adalah ovule yang dewasa.Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada
legume,tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji
matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu: embrio dan kulit biji (Seed coat atau testa).
Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat
dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal
dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis.
Setiap biji yang sangat muda dan sedang tumbuh, selalu terdri atas tiga bagian yaitu embrio, kulit
biji (seed coat), dan endosperm. Endosperm yaitu suatu jaringan penyimpanan makanan
cadangan (storage tissue) yang mana diserap oleh embryo sebelum atau selama perkecambahan
biji dan selalu terdapat di dalam biji yang sangat muda. Pada legumes (kacang-kacangan), biji
mempunyai 2 kotiledon tanpa endosperm. Kulit biji pada legume pada umumnya mudah
dilepaskan dari biji setelah perendaman dengan air panas sehingga terlihat seluruh biji atau
embryo (Gardiner, 1991).
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan
benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat
tumbuh. Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryo sac yang
sedang mengalami pembuahan mempunyai kadar air kira-kira 80 % dalam bebarapa hari
kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85% lalu pelan-pelan menurun secara teratur.
Dekat kepada waktu masak kadar air ini menurun dengan cepat sampei kira-kira 20% pada biji
tanaman sereallia,setelah tercapai berat kering maximum dari pada biji,kadar air tersebut agak
konstan sekitar 20% tetapi sedikit naik terun seimbang dengan keadaan lingkungan di lapangan
(Sasmitamihardja, 1996).
Menurut para pendapat tokoh, perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio
yang berkembang menjadi sesuatu yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut
Baker, 1950. Sedangkan, menurut Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah
proses tumbuhnya embrio atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.
Dalam perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan mengalami
perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan
substansi (bahan dasar) yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan,
perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur.
Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah
keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat dari
tunas/awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang
mulai ada dari awal/tunas. Seperti pada awalnya, berkembang batang, akar, dan sebagainya.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda-beda tergantung media
tanam yang dipakai dan unsur-unsur yang terdapat dalam media tanam tersebut.
Menurut Salysburi (1995), air merupakan syarat terjadinya perkecambahan biji karena air
berperan dalam:
1. Melunakkan kulit biji embrio dan endosperm mengembang sehingga kulit biji robek.
2. Memfasilitasi masuknya O2 ke dalam biji, gas masuk secara difusi sehingga suplai O2 pada sel
hidup meningkat dan pernafasan aktif.
3. Mengencerkan protoplasma
4. Alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan
makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak
hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya,
mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelansungan hidupnya. Kadar air
biji merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan,
maupun penyimpanan biji. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap biji
selama perkecambahan. Penyerapan air oleh biji akan mempengaruhi proses perkecambahan
mula-mula air masuk ke dalam biji secara imbibisi dan osmosis, kemudian terjadi pelunakan
kulit biji, pengembangan embrio dan endosperm, dan pada akhirnya kulit biji pecah dan terjadi
pengeluaran radikula (Anonima, 2011).
1. Menurut Anonimb (2011), faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh Biji
adalah:Permeabilitas kulit atau membran biji,
2. Konsentrasi air, karena air masuk secara difusi (dari konsentrasi rendah ke tinggi), maka
konsentrasi larutan di luar biji tidak lebih pekat dari dalam biji.
3. Suhu air, Suhu air tinggi=energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan
tinggi
4. Tekanan hidrostatik, ketika volume air dalam membrane biji telah sampai pada batas tertentu,
akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan penyerapan air
menurun.
5. Luas permukaan biji yang kontak dengan air, Berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air
6. Daya intermolekuler, makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji
7. Spesies dan varietas, Berhubungan dengan faktor genetik yang menentukan susunan kulit biji
8. Tingkat kemasakan, biji makin masak, kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air
meningkat
9. Komposisi kimia biji
10. Umur, Berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan, makin sulit menyerap air
.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.Waktu praktikum
Hari/Tanggal : Senin,20 mei 2013
Tempat : Laboratorium Biologi UVRI MAKASSAR
Waktu : 13.30-14.30
B.Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan (neraca ohaus)
b. Cawan petri
c. Stopwatch
2. Bahan
a. Biji kacang merah (Phaseolus vulgaris)
b. Aquadest
c. Kertas saring
C. Cara Kerja
1. Ambil secara random 10 biji dari tiap kelompok yang di sediakan dan timbang.
2. Rendam dalam cawan petri selama 5 menit.
3. Keluarkan biji dari cawan petri dan letakkan dalam kertas saring hingga air yang menmpel
terserap. Segera timbang,tentukan beratnya.
4. Lakukan kegiatan no.3 untuk beberapa kali sampai di peroleh berat yang tidak bertambah lagi
5. Buatlah grafik yang menunjukkan hubungan antara waktu perendaman dan air yang di serap.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

Tabel Imbibisi Kecambah


No. Waktu Berat biji (g)
perendaman
1. 0 5,57
2. 5 5,78
3. 10 5,98
4. 15 6,02
5. 20 6,33
6. 25 6,35

Grafik hubungan antara waktu perendaman dengan air yang diserap

B. Pembahasan
Beradasarkan hasil pengamatan, didapatkan data yang menunjukkan bahwa kacang merah
(Phaseolus vulgaris) mengalami imbibisi atau penyerapan air oleh biji. Berat biji semakin
bertambah setelah dilakukan perendaman selama beberapa menit. Pada saat biji belum di
rendam, beratnya hanya 5,57 gram namun pada menit ke 5 perendaman, berat biji naik menjadi
5,78 gram disini telah terlihat penambahan berat biji akibat penyerapan air yang dilakukannya.
Pada menit selanjutnya yaitu menit ke 10 terjadi penambahan berat biji yaitu 5,98 Pada menit-
menit selanjutnya yaitu menit 15 sampai 20 berat biji masih tetap bertambah yaitu menit ke 15
berat biji bertambah menjadi 6,02,sedangakan menit ke 20 berat biji bertambah menjadi
6,33,sampai pada menit ke 25 sampai menit ke 35 berat biji bertambah dengan berat yang
sama.Walaupun beratnya sudah tetap, kami masih mencoba merendam dan menimbangnya lagi
untuk melihat masih mampukah biji tersebut dalam menyerap air sampai kami menemukan titik
konstan yaitu tidak lagi terjadi pertambahan berat. Hal ini berarti ketika mencapai menit ke 35
biji telah jenuh dan tidak lagi menyerap air. Ketika biji tersebut mencapai titik jenuh maka air
yang masuk tidak lagi bertambah melainkan tetap pada keadaan semula. Penyerapan air oleh biji
dipengaruhi dari berbagai factor. Faktor inilah yang natinya juga akan mempengaruhi biji untuk
mencapai titik jenuh dalam penyerapan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan air yaitu permeabilitas kulit atau membran
biji, konsentrasi air, suhu air, tekanan hidrostatik, Luas permukaan biji yang kontak dengan air,
spesies dan varietas, tingkat kemasakan, komposisi kimia biji, dan umur. Dari berbagai faktor
tersebut hal yang dapat mengakibatkan terjadinya jenuh air oleh biji yaitu tekanan hidrostatik
karena ketika volume air dalam membrane biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul
tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan penyerapan air menurun
(Anonim, 2011).

Kesimpulan
Kecepatan imbibisi biji kering yang di rendam air dapat meningkat dan dapat menurun.
Biji dalam menyerap air memiliki tingkat kejenuhan, ketika biji tersebut mencapai titik jenuh
maka air yang masuk tidak lagi bertambah melainkan tetap pada keadaan semula. Hal tersebut
dipengaruhi dari berbagai factor seperti tekanan hydrostatis, ketika volume air dalam membrane
biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar
biji, sehingga kecepatan penyerapan air menurun.

anyaknya air yang memadai merupakan syarat utama terjadinya perkecambahan, air
dapat menghilangkan masa dormansi dari biji. Perkecambahan merupakan permulaan kembali
pertumbuhan embrio di dalam biji. Yang diperlukan adalah suhu yang cocok , dan persediaan
oksigen yang cukup. Terbuka terhadap cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan
persyaratan untuk perkecambahan untuk beberapa kasus. (Kimball. 1983)

Perkecambahan dapat diartikan sebagai proses pengaktifan kembali aktifitas


pertumbuhan sumbu embrio (embryonic axis) di dalam biji yang berhenti untuk kemudian
membentuk bibit (seedling). Pada embrio yang sangat muda sel-selnya hampir sama bentuk dan
ukuran belum terdiferensisasi. Sel-sel ini membelah berulang-ulang kemudian mengalami
pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi beberapa waktu, akhirnya akan kelihatan organ-
organ permulaan yang belum sempurna seperti akar, batang dan daun. (Firdaus, dkk. 2006)

Untuk perkecambahan, biji harus mempunyai ketersediaan cukup air. Pada suhu tinggi,
jumlah air akan berkurang karena air menguap pada suhu tinggi. (Dwijoseputro, 1991)

Perkecambahan biji tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, tapi juga(bergantung pada
spesies) dipengaruhi oleh cahaya, pemecahan kulit biji agar radikula dapat menerobos keluar dan
oksigen dan/atau air dapat masuk, penghilangan zat penghambat kimiawi, dan pematangan
embrio. (Salisbury. 1995)

Pada kondisi pertumbuhan yang cocok, satu biji yang hidup akan berkecambah dan
menghasilkan satu tumbuhan muda atau kecambah. Gejala luar pertama dari perkecambahan
adalah pecahnya testa didaerah mikrofil dan dari situ muncul radikula yang kemudian menancap
ke tanah dan menjadi akar. (Loveless, 1987)

Air yang memegang peranan yang penting dalam proses perkecambahan biji dan
kehidupan tumbuhan. Fungsi air pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji.
Air yang masuk secara imbibisi akan melunakkan biji dan menyebabkan pengembangan embrio
dan endosperm. Air akan memberikan kemudahan masuknya oksigen kedalam biji. Dinding sel
yang kering hampir tidak permeabel untuk gas. (Firdaus, dkk. 2006)

Penyerapan air melalui imbibisi dan osmosis merupakan proses yang pertama terjadi
pada perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji. Selanjutnya embrio dan endosperm akan
membengkak sehingga mendesak kulit biji yang sudah lunak sampai pecah. Makanan cadangan
yang disimpan dalam biji adalah berupa selulosa, pati, lemak dan protein. Sumber energi ini pada
monokotil terdapat dalam endosperm dan pada dikotil terdapat kotiledon. Makanan ini berupa
senyawa komplek bermolekul besar, tidak dapat diangkut kedaerah sumbu embrio sehingga tidak
dapat dimanfaatkan langsung oleh titik tumbuh untuk pembentukan protoplasma baru. Oleh
sebab itu zat ini harus dipecah dahulu menjadi senyawa sederhana, larut dalam air sehingga
dapat diangkut. Proses perombakan senyawa ini dapat terjadi dengan bantuan enzim-enzim
pencernaan yang terdapat dalam biji yang mnguraikan pati dan hemiselulosa menjadi gula;
lemak menjadi asam lemak dan gliserol serta protein menjadi asam amino. Hasil rombakan ini
larut dalam air sehingga mudah untuk di angkut. (Salisbury. 1995)

Imbibisi air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia sehingga


perkecambahan terjadi dengan adanya penembusan radial kulit biji dan pelepasan
posfat dan kation dari vitin juga berlangsung segera setelah perkecambahan dan
sebagian ion diangkut oleh tumbuhan lewat floem. (Santoso, 1990)

Air yang diserap oleh biji digunakan untuk proses respirasi, energi yang
terbentuk akan digunakan untuk perkecambahan. Respirasi adalah reaksi oksidasi
senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel dan
kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya. Selain
itu respirasi juga menghasilkan senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis
berbagai senyawa lain (Salisbury. 1995).

Dalam proses perkecambahan fithohormon sangat diperlukan yaitu:


1. Giberelin untuk enzim hidrolitik
2. Sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya akar lembaga dan pucuk
lembaga. Perluasan awal pada koleoriza (munculnya ujung akar) terutama karena pembesaran
sel.
3. Auksin meningkatkan petumbuhan karena pembesaran koleoriza akar lembaga dan pucuk
lembaga dan aktivasi geotropi yaitu orientasi yang benar pada pertumbuhan akar dan pucuk,
terlepas dar orientasi. (Firdaus dkk, 2006)

Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah:


 Konsentrasi air
Konsentrasi yang dimaksud disini adalah konsentrasi air diluar biji dibandingkan dengan
konsentrasi air didalam biji.
 Permeabilitas kulit biji atau membrane biji.
Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang lunak dan permiabel.
 Suhu
Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan difusi air ke dalam biji sampai batas
waktu tertentu.
 Luas permukaan biji yang kontak dengan air.
Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan.
 Tekanan hidrostatik
Meningkatnya volume air yang masuk akan menimbulkan tekanan hidrostatik. Meningkatnya
tekanan hidrostatik dalam biji akan memperlambat penyerapan air.
 Spesies.
Masing – masing spesies mempunyai kecepatan penyerapan tertentu.
 Komposisi kimia.
Biji yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap lebih cepat sampai tingkat tertentu
dibandingkan dengan biji yang kadar karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi.
 Umur biji
Biji tua menyerap lebih cepat dan membutuhkan air lebih banyak (Firdaus dkk, 2006).

2.2 HIPOTESIS
Adanya pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau.
BAB III
METODE

3.1 ALAT DAN BAHAN

 Alat
 Kantong plastik
 Timbangan ohause
 Tissue
 Cawan petri

 Bahan
 Biji kacang hijau
 Aquades

3.2 CARA KERJA

1. Ditimbang biji kacang hijau yang ukurannya hampir sama besar seberat 5 gram
sebanyak 8 bagian.
2. Masing – masing bagian direndam dalam kantong plastik yang berisi air selama 2, 6,
10, 14, 18, 22, 26, dan 30 jam.
3. Setelah selesai masa perlakuan biji kacang hijau dikeringkan dengan cara meniriskan
air yang diletakan diatas kertas hisap, kemudian ditimbang biji tersebut dan data hasil
pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan percobaan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN


Pengaruh Lama Perendaman terhadap Penyerapan Air oleh Biji Kacang Hijau

Berat Biji
Lama
Setelah
Perendaman Mula-Mula Pertambahan Keadaan Biji
Direndam
(jam) (gr) (gr)
(gr)

2 5 5,4 0,4  Kulit biji belum


mengelupas/masih keras
 Warna masih hijau pekat
 Radikula belum keluar
6 5 7,9 2,9  Kulit biji ada yang mulai
mengelupas
 Biji kacang hijau bertambah
besar
 Radikula mulai keluar
10 5 9,4 4,4  Kulit biji merekah
 Biji kacang hijau lebih besar
dari perendaman sebelumnya
 Sebagian radikula sudah
keluar
 Warna lebih terang dari
sebelumnya
14 5 9,5 4,5  Kulit biji semakin merekah
 Biji kacang hijau semakin
besar dari perendaman 10 jam
 Radikula sudah keluar
 Warna lebih terang dari
perendaman 10 jam
18 5 12,8 7,8  Sebagian kulit biji sudah
mengelupas
 Biji kacang hijau semakin
membesar
 Radikula sudah mencuat
keluar
 Warna kulit biji yang belum
mengelupas lebih terang dari
sebelumnya
22 5 10,1 5,1  Sebagian kulit biji sudah
mengelupas
 Biji kacang hijau semakin
membesar
 Radikula sudah mencuat
keluar dari sebelumnya
 Warna kulit biji semakin
pudar
26 5 11,4 6,4  Hampir sebagian besar kulit
biji telah mengelupas
 Biji kacang hijau semakin
membesar
 Radikula sudah keluar semua
 Warna kulit biji yang masih
tersisa semakin memudar
30 5 10,6 5,6  Sebagian besar kulit biji
sudah mengelupas
 Biji kacang hijau semakin
membesar
 Radikula sudah keluar semua
 Warna kulit biji yang masih
tersisa semakin memudar
4.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh lama


perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji yang berbeda untuk setiap perlakuan.

Terjadinya pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji kacang hijau ini,
disebabkan karena adanya peristiwa imbibisi, yaitu merupakan peristiwa fisika dimana air masuk
ke dalam biji.

Menurut Dwidjoseputro (1991), sel-sel biji kacang yang kering mempunyai


nilai osmosis yang rendah, sehingga mempunyai nilai potensial osmotik yang rendah
dan mempunyai nilai defisit tekanan osmotik yang tinggi, sehingga apabila biji yang
kering direndam dalam air dalam waktu yang lama akan terjadi peristiwa imbibisi
yang sebenarnya juga merupakan suatu proses difusi air atau osmosis. Hanya saja
pada imbibisi, zat yang menyerap air merupakan koloid atau zat padat seperti biji
tumbuhan yang keras.

Semakin lama waktu perendaman, maka akan semakin besar penambahan


berat biji. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya air yang diserap sehingga biji
mengembang dan mengeluarkan radikula.

Menurut Heddy (1990), mengembangnya material tersebut karena matreriasl


tersebut mengabsorbsi air, yang berarti bahwa molekul-molekul yang diabsorbsi akan
diikat pada permukaan zat yang mengabsorbsi. Oleh karena peristiwa imbibisi ini
dianggap didasari oleh proses difusi karena di dalam peristiwa imbibisi tidak terdapat
membran yang membatasi antara molekul yang di imbibisi dengan molekul yang
mengimbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi, volume zat yang melakukan imbibisi selalu
naik selama proses imbibisi berlangsung. Penambahan volume dalam peristiwa
imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume zat mula-mula, dnegan zata
yang di imbibisi apabila dalam keadaan bebas.

Namun, pada praktikum kali ini, terjadi sedikit perbedaan yang mana pada
perendaman jam, terjadi penurunan berat biji dibanding dengan yang direndam
selama jam. Hal ini dapat terjadi diperkirakan karena berbedanya kondisi biji sebelum
direndam seperti permeabilitas kulit biji, luas permukaan biji yang kontak dengan air,
dan konsentrasi air untuk merendam biji tersebut.

Menurut Firdaus, dkk (2006), Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air
oleh biji adalah: Konsentrasi air (konsentrasi air diluar biji dibandingkan dengan konsentrasi air
didalam biji), Permeabilitas kulit biji atau membrane biji (Ada biji dimana kulitnya keras dan ada
pula kulit biji yang lunak dan permiabel), Suhu(Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan
meningkatkan difusi air ke dalam biji sampai batas waktu tertentu), Luas permukaan biji yang
kontak dengan air (Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan),
Tekanan hidrostatik (Meningkatnya volume air yang masuk akan menimbulkan tekanan
hidrostatik. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam biji akan memperlambat penyerapan air),
Spesies (Masing–masing spesies mempunyai kecepatan penyerapan tertentu), Komposisi kimia
(Biji yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap lebih cepat sampai tingkat tertentu
dibandingkan dengan biji yang kadar karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi), dan
Umur biji (Biji tua menyerap lebih cepat dan membutuhkan air lebih banyak).
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa:

 Adanya pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau.

 Syarat untuk mengaktifkan embrio adalah: air yang cukup, suhu, oksigen, dan cahaya.

 Fungsi air pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji.

 Penyerapan air oleh biji sepenuhnya merupakan peristiwa fisika yang dikenal sebagai imbibisi.

 Air masuk ke dalam biji melalui proses imbibisi dan osmosis.

 Imbibisi air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia sehingga perkecambahan dapat
terjadi.

 Perkecambahan dapat diartikan sebagai suatu perubahan morfologis seperti


penonjolan akar lembaga (radikula).

 Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah: Konsentrasi air,
Permeabilitas kulit biji atau membran biji, Suhu, Luas permukaan biji yang kontak
dengan air, Tekanan hidrostatik, Spesies, Umur biji, dan Komposisi kimia.

 Penyerapan air akan tetap berlangsung baik pada biji dalam keadaan dorman atau tak
dorman.

Anda mungkin juga menyukai