SEDIAAN OINTMENT
KELOMPOK : 2
KELAS : FARMASI D
1. Afriady Nuur M. (201510410311114)
2. Marita Fiiki N (201510410311167)
3. Sasmitha Nirmala S (201510410311168)
4. Lisa Muttoharoh (201510410311169)
5. Siti Nadira (201510410311171)
6. Revi Eltha Zahri (201510410311173)
7. Yanurika Ananda P (20151041311176)
DOSEN PEMBIMBING :
Raditya Weka Nugraheni, S.Farm., Apt.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu
melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Sebab hanya dengan pertolongan-Nya,
kami dapat menyelesaikan laporan berjudul “PEMBUATAN OINMENT
MENTHOL & CAMPHORA” dengan hasil sebaik mungkin.
1. Tim Dosen Mata kuliah Farmasetika sediaan Semi Solida, yang telah
membimbing kami dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
2. Teman – teman, yang telah memberi masukan
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca. Dan dapat
bermanfaat dalam kehidupan kita sebagai umat beragama.
“Tiada gading yang tak retak”, maka dari hal tersebut kami siap dan bersedia
menerima segala bentuk kritikan dan saran untuk penyempurnaan yang lebih baik.
i
DAFTAR ISI
ii
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 31
BAB VII .................................................................................................................................. 36
EVALUASI............................................................................................................................. 36
7.1 Prosedur Evaluasi.......................................................................................................... 36
7.2 Hasil Evaluasi ............................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 45
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bercampurdengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga
dapat bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep ini adalah
emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut
“krim”(lihat kremores). Dasat ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air”
karena mudah dicuci dikulit atau dilap basah, sehingga dapat diterima untuk dasar
kosmetik.beberpa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep
ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah
dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjdi pada kelainan
dermatologik. Dasar salep larut dalam air, kelompok ini disebut juga “dasar salep tak
berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini
memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air seperti
parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut
“gel”
2
BAB II
TINJAUAN BAHAN OBAT
3
Salep (unguenta) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar.
b) The pharmacopeitital codex 12th Ed
Salep adalah sediaan semisolid yang pemakaiannya untuk kulit atau
membran mukosa tertentu. Biasanya berbentuk dispersi satu atau lebih
bahan obat dalam basis non aqua. Basis salep biasanya anhifray yang
terdiri dari lemak, minyak, lilin hewan, tanaman dan mineral, non
oleaginous (bahan yang berminyak) dan bahan sintesis (yang biasanya
tidak disarankan menjadi basis salep ideal). Salep tidak boleh mengiritasi
kulit, tidak boleh memperlambat penyembuhan luka, harus bertekstur
lembut, inert, tidak berbau, memiliki sifat fisika kimia yang stabil dan
kompetibel dengan kulit dengan perawatan dermatologikal.
4
dalam karbon disulfida, dalam heksana, dalam minyak
lemak, dan dalam minyak menguap.
BJ :± 0,99 𝑔/𝑚𝑙
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, hindarkan dari panas
berlebih
Stabilitas terhadap suhu : Menguap perlahan lahan pada suhu kamar
b. Menthol adalah alkohol yang diperoleh dari bermacam macam minyak
permen atau yang dibuat secara sintetik berupa menthol-levoratori (I-
mentol)
1. Latar belakang obat
Nama : Mentol atau menthol
Rumus Kimia :𝐶10 𝐻20 𝑂
Berat Molekul : 156,27
Efek terapetik : Korigen, anti iritan
2. Organoleptis
Warna : tidak berwarna
Bau : bau enak seperti minyak permen
Rasa : panas dan aromatik diikuti rasa dingin
3. Mikroskopis
Bentuk Kristal : hablur heksagoral atau serbuk hablur, berbentuk jarum
4. Karakteristik Fisika-Kimia
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam heksa,
mudah larut dalam asam asetat glacial, dalam minyak
mineral, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung cahaya
5
A. Tinjauan Bahan Obat Menthol
1) Efek Farmakologi
Mentol digunakan untuk meringankan gejala bronkitis,sinisitis,
dan kondisi serupa. Bisa digunakan sebagai inhalasi, biasanya
dengan benzoin atau minyak kayu putih seperti partilles atau
sebagai salep dengan minyak kamfer dan minyak kayu putih untuk
aplikasi kedada dan lubang hidung.
Bila dioleskan ke kulit, menthol dapat melebarkan pembuluh
darah menyebabkan sensasi dingin diikuti oleh efek analgesik.
Dapat mengurangi gatal dan dapat digunakan delam cream, lotion,
atau salep di prorotis dan urtikaria, ini juga diterapkan pada dahi
sebagai anti iritasi, untuk menghilangkan sakit kepala. Dalam dosis
kecil melalui mulut menthol memiliki efek karminatifum.
2) Farmakokinetik
Setelah diserap, menthol diekskresi dalam urin dan empedu
sebagai glukoromida.
3) Efek samping
Menthol dapat menimbulkan reaksi hifersensitifitas termasuk
dermatitis. Bila ditelan dalam jumlah besar menthol dapat
menyebabkan gejala yang mirip dengan yang terlihat setelah
mengkonsumsi camphor termasuk sakit perut parah, mual , muntah ,
vertigo, kantuk dan koma. Mungkin ditangani dengan cara yang sama
6
khas: anuria bisa terjadi kematian akibat gagal nafas atau statis
epileptikus dapat terjadi.
2). Farmakokinetik
Kamfer mudah diserap dari semua lokasi administrasi
Hydroxylated dihati untuk menghasilkan metabolit hydroxycamphor
yang kemudian dikonjugasi dengan asam glukuronat diekskresikan
melalui urin melalu plasenta
7
BAB III
PEMILIHAN BAHAN AKTIF
8
3.2 Tabel Karakterisitik Fisika Kimia
1. Kamfer
Karakteristik Fisika Karakterristik Kimia Keterangan Khusus
Kelarutan dalam air Untuk pemakaian
Sukar larut dalam topical
air
Bentuk
Hablur, granul, atau
masa hablur
Penyimpanan
Dalam wadah
tertutup rapat,
hidarkan dari panas
berlebih
2. Menthol
Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia Keterangan Khusus
Kelarutan dalam air Untuk pemakaian
Sukar larut dalam topical
air
Bentuk
Hablur heksagonal
atau bentuk hablur
Penyimpanan
Dalam wadah
tertututp baik dan
terlindung dari
cahay
9
3.3 Tabel Bahan Tambahan
1. Basis
NO. BAHAN PEMERIAN KELARUTAN
1. Vaselin album Putih atau kekuningan pucat, Tidak larut dalam air,
Sinonim: vaselinum massa berminyak transparan sukar larut dalam etanol
album, vaselin putih dalam lapisan tipis setelah dingin atau panas dan
(FarmakopeIndonesia didinginkan pada suhu 0°. dalam etanol mutlak
IV halaman 822), (HPE, dingin, mudah larut dalam
509) Lain-lain : benzena, dalam karbon
Wadah dan penyimpanan: dalam disulfida, dalam
wadah tertutup baik kloroform, larut dalam
heksana, dan dalam
sebagian besar minyak
lemak dan minyak atsiri.
2. Cera alba Padatan putih kekuningan, sedikit Tidak larut dalam air,
Sinonim: malam putih tembus cahaya dalam keadaan agak sukar larut dalam
(FarmakopeIndonesiaIV lapisan tipis, bau khas lemah dan etanol dingin.Etanol
halaman 186), (HPE, bebas bau tengik, bobot jenis menddih melarutkan asam
779) lebih kurang 0.95 serotat dan bagian dari
10
Lain-lain : mirisin, yang merupakan
Wadah dan penyimpanan: dalam kansungan malam putih,
wadah tertutup baik larut sempurna dalam
Rentang Pemakaian kloroform, dalam eter,
Emollient = 2 -5% dalam minyak lemak dan
Emulsifying agent = 2 -5% minyak atsiri. Sebagian
Stiffening agent = 2 – 10% larut dalam benzena
Water absorption = 5% dingin dan dalam karbon
disulfida dingin, pada
suhu lebih kurang 30°C
larut sempurna dalam
benzena, dan dalam
karbon disulfida
3. Paraffin Hablur tembus cahaya atau agak Tidak larut dalam air dan
Sinonim: paraffinum buram, tidak bewarna atau putih, dalam etanol, mudah larut
[FarmakopeIndonesia tidak berbau, tidak berasa, agak dalam kloroform, dalam
IV halaman 652] berminyak. minyak menguap, dalam
hampir semua jenis
Lain-Lain : minyak hangat, sukar
Wadah dan penyimpanan: wadah larut dalam etanol mutlak.
tertutup rapat dan cegah
pemaparan terhadap panas
berlebih.
4. Mineral oil/Paraffin tidak berwarna, tidak berbau, praktis tidak larut etanol
liquidum jernih, cairan berminyak 95%, gliserin dan air.
(HPE 6th ed. page 445) yangviscous, tidak Larut dalam aseton,
berfluoresensi, praktis tidak benzene, chloroform,
berasa dan tidak berwarnaketika eter dan petroleum eter,
11
dingin dan memiliki bau khas karbon disulfida. Larut
ketika dipanaskan dengan volatile oils
kecuali castor oil.
Lain-lain :
Inkompatibilitas : dengan
oksidator kuat.
HLB = 12
Viskositas : 110-230mPas
(T=20oC)
TD>3600C
Retang pemakaian untuk topical
ointment adalah 0,1-95% (HPE
edisi 5 halamn 471)
5. Vaselin Flavum Massa seperti lemak, kekuningan Tidak larut dalam air,
hingga lembek, berfluoresensi mudah larut dalam
sangat lemah walaupun setelah benzene, dalam karbon
melebur disulfide, dalam
Lain-lain kloroform dan dalam
Viskositas: 105 – 130 mPas (cP) minyak, larut dalam eter,
dalam heksana, dan
umumnya dalam minyak
lemak dan minyak atsiri,
praktis tidak larut dalam
etanol dingin dan etanol
panas dan dalam etanol
mutlak dingin.
12
Dipilih basis salep Vaselin album, Cera Flava dan Paraffin Liq.
Alasan pemilihan bahan basis tersebut karena diharapkan dapat
membentuk konstituen salep yang bagus/baik dan bahan kompaktibel
dengan bahan tambahan yang lain. Akan tetapi karena di laboratorium
kami tidak tersedia cera flava maka kami memutuskan untuk
mengganti basis cera flava dengan cera alba, dengan menyesuaikan
kembali prosentase yang telah di buat sebelumnya dan dengan
memperhatikan prosentase penggunaan cera alba sebagai basis salep.
2. Pengawet
NO BAHAN PEMERIAN KELARUTAN
1 PROPILEN GLIKOL Jernih tidak berwarna, Dapat dicampur dengan aseton,
C3H8O2 ( HPE, halaman ) kental, praktis tidak berbau klorofom, etanol (95%)
cairan dengan beraroma glyserin, aqua
Larut dalam 1:6 eter
TL: 59O C Tidak dapat bercampur dengan
BJ:1,098 g/cm3 pada 20oc oleum mineral
ADI: 25 mg/kg BB
Lain-lain :
Sebagai pengawet dengan
rentang pemakaian 15-30%
2 NIPAGIN / Methyl Hablur kecil, tidak berwarna LARUT DALAM
Paraben atau serbuk hablur, putih, tak 2 bagian etanol
(HPE, halaman 441) berwarna, tak berbau atau 3 bagian etanol (95%)
(FI IV, halaman 845) berbau khas lemah, sedikit 10 bagian eter
rasa terbakar. 60 bagian gliserin
o
TD :125-128 C Tidak larut dalam
3
BJ :1,352 g/cm minyak mineral
ADI :10mg/kg BB 20 bagian minyak
13
kacang
5 bagian propylenglycol
400 bagian air
dalamsuhu 59oC
Sukar larut dalam air
dalam benzene dan
dalam karbon
tetraklorida
14
Dipilih Nipasol
Alasan pemilihan :
Karena ointment merupakan sediaan yang seluruhnya mengandung minyak
sehingga menggunakan bahan tambahan nipasol yang merupakan bahan larut
minyak
3. Enhancer
NO. BAHAN PEMERIAN KELARUTAN
1 PROPILEN GLIKOL Jernih tidak berwarna,kental, Dapat dicampur dengan
C3H8O2 praktis tidak berbau cairan aseton,klorofom,etanol (95%)
(HPE dengan beraroma glyserin,aqua
Larut dalam 1:6 eter
TL : 59O C Tidak dapt bercampur dengan
BJ :1,098 g/cm3 pada 20oc oleum mineral
ADI : 25 mg/kg BB
Lain-lain :
Sebagai pengawet dengan
rentang pemakaian 15-30% (
HPE edisi 5 halaman 624 )
2. GLISERIN Jernih, tidak berwarna, Dapat campur dengan air dan
(FI V, halaman 498) kental, mikroskopis, manis methanol serta alkohol
(0,6 kali sukrosa)
Bahan yang dipilih adalah propylenglikol. Disini propylenglycol tidak hanya
sebagai pengawet akan tetapi juga sebagai enhancer.
Alasan pemilihan bahan ini karena pada propileneglikol sedikit mengandung
air sehingga kemungkinan untuk menguap sangatlah sedikit danakan
didapatkan penetrasi yang semakin bagus.
15
4. Antioksidan
NO. BAHAN PEMERIAN KELARUTAN
1. BHT Hablur padat, putih;bau khas, lemah Tidak larut dalam air
Sinonim: dan PG; mudah larut
Agidol; Butylated Lain-lain : dalam etanol, dalam
hydroxytoluene Suhu beku tidak kurang dari 69,2oC; kloroform dan dalam
(HPE ed 5, halaman sesuai tidak kurang dari 99% C15H24O eter.
81) Menurut HPE edisi 5 halaman 81
(FI V, halaman 157) Rentang untuk penggunaan topical
ointment adalah 0,0075-0,1%
Rentang pemakaian untuk topical
ointment 0,0075-0,1% (HPE edisi 5
halaman 81)
2. Butylated Hydroxy Kristal/serbuk putih atau kuning pucat Praktis tidak larut air,
Anisole dengan bau yang khas larut dalam methanol,
(HPE 5th sangat larut dalam
ed.halaman 101) Lain-lain ≥50% larutan etanol,
Inkompatibilitas : dengan oxidizing agent propilen glikol,
dan garam feri kloroform, eter,
Kombinasi dengan antioksidan lain hexane, cotton seed
seperti Butylated Hidroxy toluene dan oil, peanut oil,
alkil gallat soybean oil, glyceryl
Stabilitas : paparan dari cahaya monohidrat dan dalam
menyebabkan perubahan warna dan larutan alkali
kehilangan aktivitas hidroksida
Keamanan : tidak mengiritasi dan tidak
menimbulkan sensitifisasi
BM = 180,25
Topical formulation : 0,005-0.02%
16
Antioksidan yang dipilih adalah BHT
Alasan di berikan antioksidan BHT adalah karena BHT larut dalam minyak
sehingga dapat mencegah timbulnya bau tengik akibat oksidasi dari fase
minyak.
5. Chelating agent
NO. BAHAN PMERIAN KELARUTAN
1. EDTA Kristal putih, serbuk tidak Praktis tidak larut
Sinonim: berbau, serbuk dengan rasa dalam kloroform
Disodium EDTA; disodium sedikit asam, dan dalam eter,
ethylenediaminetetraacetate; sedikt larut dalam
edathamil disodium; edetate Lain-lain : etanol
disodium; asam edetic, Wadah dan penyimpanan : (95%), larut dalam
garam disodium disimpan dalam wadah 11 bagian air.
[HPE hal 550] tertutup baik, dingin dan
tempat kering.
Rentang penggunaan untuk
topical ointment 0,01 – 0,1
%.
17
BAB IV
RANCANGAN FORMULASI
18
BAB V
FORMULASI
Perhitungan bahan
1) Camphora : 3/100 x 20 g = 0,6 g
2) Menthol : 6 /100 x 20 g = 1,2 g
3) BHT : 0,02/100 x 20 g = 0,004 g
4) Cera alba : 10/100 x 20 g = 2 g
5) Vaselin album : 80,48/100 x 20 g = 15,09 g
6) Nipasol : 0,5/100 x 20 g = 0,1 g
7) Ol. Rosae : 3gtt
19
Cara peracikan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Ditimang semua bahan yang dibutuhkan dan siapkan mortir hangat
3) Dilebur basis salep (cera alba dan vasein album) dalam cawan penguap
dengan suhu 70°C ad melebur
4) Setelah melebur masukkan kedalam mortir hangat gerus ad homogen
5) Digerus camphora dan menthol ad mencair, tambahkan sebagian basis salep
yang telah dilebur gerus ad homogen (campuran 1)
6) Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)
7) Dimasukkan campuran 2 kedalam campuran 1 gerus ad homogen
8) Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen
9) Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung % kesalahannya
20
Skema kerja
21
B. Formula 2
No Nama Bahan Fungsi Retang (%) % yang Jumlah
dibutuhkan
1 Camphora Bahan aktif 8% 1,6 g
2 Menthol Bahan aktif 6% 1,2 g
3 BHT Antioksidan 0,0075%-0,1% 0,02% 0,004 g
4 Adeps lanae Basis salep Ad 100% 85,38% 17,08 g
5 Nipasol Pengawet 0,01%-0,02% 0,6% 0,12 g
6 Ol. Rosae Corigen odoris q.s q.s 5 gtt
Perhitungan bahan
1) Camphora : 8/100 x 20 g = 1,6 g
2) Menthol : 6 /100 x 20 g = 1,2 g
3) BHT : 0,02/100 x 20 g = 0,004 g
4) Adeps lanae : 85,38/100 x 20 g = 17,08 g
5) Nipasol : 0,6/100 x 20 g = 0,12 g
6) Ol. Rosae : 5gtt
22
Cara peracikan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Ditimang semua bahan yang dibutuhkan dan siapkan mortir hangat
3) Dilebur basis salep (adeps lanae) dalam cawan penguap dengan suhu 70°C ad
melebur
4) Setelah melebur masukkan kedalam mortir hangat gerus ad homogen
5) Digerus camphora dan menthol ad mencair, tambahkan sebagian basis salep
yang telah dilebur gerus ad homogen (campuran 1)
6) Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)
7) Dimasukkan campuran 2 kedalam campuran 1 gerus ad homogen
8) Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen
9) Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung % kesalahannya
23
Skema kerja
24
C. Formula 3
No Nama Bahan Fungsi Retang (%) % yang Jumlah
dibutuhkan
1 Camphora Bahan aktif 8% 1,6 g
2 Menthol Bahan aktif 6% 1,2 g
3 BHT Antioksidan 0,0075%-0,1% 0,02% 0,004 g
4 Adeps lanae Basis salep Ad 100% 60,38% 12,08 g
5 Vaselin album Basis salep <25% 25% 5g
6 Nipasol Pengawet 0,01%-0,02% 0,6% 0,12 g
7 Ol. Rosae Corigen odoris q.s q.s 5 gtt
Perhitungan bahan
1) Camphora : 8/100 x 20 g = 1,6 g
2) Menthol : 6 /100 x 20 g = 1,2 g
3) BHT : 0,02/100 x 20 g = 0,004 g
4) Adeps lanae : 60,38/100 x 20 g = 12,08 g
5) Vaselin album : 25/100 x 20 g = 5 g
6) Nipasol : 0,6/100 x 20 g = 0,12 g
7) Ol. Rosae : 5 gtt
25
Cara peracikan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Ditimang semua bahan yang dibutuhkan dan siapkan mortir hangat
3) Dilebur basis salep (adeps lanae dan vasein album) dalam cawan penguap
dengan suhu 70°C ad melebur
4) Setelah melebur masukkan kedalam mortir hangat gerus ad homogen
5) Digerus camphora dan menthol ad mencair, tambahkan sebagian basis salep
yang telah dilebur gerus ad homogen (campuran 1)
6) Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)
7) Dimasukkan campuran 2 kedalam campuran 1 gerus ad homogen
8) Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen
9) Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung % kesalahannya
26
Skema Kerja
27
4.2 Formulasi Skala Besar (200g)
A. Formula 1
No Nama Bahan Fungsi Retang (%) % yang Jumlah
dibutuhkan
1 Camphora Bahan aktif 3% 6g
2 Menthol Bahan aktif 7% 14 g
3 BHT Antioksidan 0,0075%-0,1% 0,02% 0,04 g
4 Cera alba Basis salep 2%-10% 12% 24 g
5 Vaselin album Basis salep Ad 100% 77,4% 154,9 g
6 Nipasol Pengawet 0,01%-0,02% 0,5% 1g
7 Ol. Rosae Corigen odoris q.s q.s 10 gtt
Perhitungan bahan
1) Camphora : 3/100 x 200 g = 6 g
2) Menthol : 67/100 x 200 g = 14 g
3) BHT : 0,02/100 x 20 g = 0,04 g
4) Cera alba : 12/100 x 20 g = 24 g
5) Vaselin album : 77,4/100 x 20 g = 154,9 g
6) Nipasol : 0,5/100 x 20 g = 1 g
7) Ol. Rosae : 10 gtt
28
Cara peracikan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Ditimang semua bahan yang dibutuhkan dan siapkan mortir hangat
3) Dilebur basis salep (cera alba dan vasein album) dalam cawan penguap
dengan suhu 70°C ad melebur
4) Setelah melebur masukkan kedalam mortir hangat gerus ad homogen
5) Masukkan nipasol dan BHT, gerus ad homogen
6) Digerus camphora dan menthol dalam mortir lain ad homogen dan mencair
7) Masukkan basis salep kedalam campuran camphora dan menthol gerus ad
homogen
8) Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen
9) Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung % kesalahannya
29
Skema kerja
30
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan dalam bentuk ointment. Ointment
menurut Farmakope Indonesi V adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian tipikal pada kulit atau selaput lendir. Pada pembuatan ointment ini
digunakan bahan aktif Camphora dan Menthol. Menthol digunakan untuk
meringankan gejala bronchitis, sinusitis dan kondisi serupa. Bila digunakan sebagai
inhalasi, biasanya dengan benzoin atau minyak kayu putih seperti partilles atau
sebagai salep dengan minyak kamfer dan minyak kayu putih untuk aplikasi kedada
dan lubang hidung. Bila dioleskan ke kulit, menthol dapat melebarkan pembuluh
darah, meyebabkan sensasi dingin diikuti oleh efek analgesic. Menthol dapat
mengurangi gatal dan dapat digunakan dalam krim, lotion, atau salep di poritus dan
urtikaria. Ini juga diterapkan pada dahi sebagai anti iritasi, untuk menghilamngkan
sakit kepala. Dalam dosis kecil melalui mulut, menthol memiliki efek
karminatifum(Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition). Kamfer
mudah diserap dari semua lokasi administrasi Hydroxylated dihati untuk
menghasilkan metabolit hydroxycamphor yang kemudian dikonjugasi dengan asam
glukuronat dan ekskresikan melalui urin melalui plasenta.
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan ointment sebanyak 3 formula yang
meimiliki basis salep yang berbeda. Pada formula 1 digunakan basis salep cera alba
dan vaselin album. Didapatkan konsistensi yang padat dan homogen. Pada formula 2
digunakan basis salep adeps lanae. Didapatkan konsistensi ointment yang encer. Pada
formula 3 digunakan basis adeps lanae dan vaselin album sehingga didapatkan
konsistensi ointment yang kurang padat. Setelah 1 minggu penyimpanan tidak terjadi
perubahan pada sediaan formula 1, akan tetapi pada formula 2 dan 3 sediaan ointment
tetap encer. Hal tersebut terjadi karena pada saat pembuatan ointment dengan
menguunakan basis adeps lanae dan vaselin tidak dilakukan peleburan, hanya
mengunakan mortir hangat tetapi pada kelompok kami dilakukan peleburan sehingga
basis salep menjadi lebih encer. Dari ke 3 formula tersebut kami memilih formula 1
31
untuk dibuat sediaan ointment skala besar karena memiliki konsistensi yang paling
baik dan homogen. Pada pembuatan ointment skala besar digunakan bahan aktif
menthol dengan kadar Champora 3% dan Menthol 7%. Ditambahkan BHT yang
digunakan sebagai antioksidan adalah karena BHT larut dalam minyak sehingga
dapat mencegah timbulnya bau tengik akibat oksidasi dari fase minyak. Ditambahkan
nipaolsebagai pngawet karena Karena ointment merupakan sediaan yang seluruhnya
mengandung minyak sehingga menggunakan bahan tambahan nipasol yang
merupakan bahan larut minyak. Pada pembuatan ointment kadar menthol
ditingkatkan karena kelompok kami mengaharapkan ointment ini dapat memberikan
efek yang lebih baik/ lebih hangat sejak dari awal pemakaian. Setelah pembuatan
sediaan kami melakukan uji pH yang awal didapatkan pH 5. Kemudian dilakukan
evaluasi uji viskositas digunakan spindle 64 dan didapatkan grafik yang meningkat
pada setiap speed (6,12,30) yaitu 19 cps, 25 cps, 100 cps. Pada uji pH kedua
didapatkan pH 5 yang berarti tidak terjadi perubahan antara pH pertama sampai
penyimpananan selama 1 minggu. Pada uji daya sebar didapatkan rata-rata 5,38.
Kemudian pada uji acceptability dilakukan uji meliputi kemudahan untuk dioleskan,
sensasi yang ditimbulkan (panas/dingin), kelembutan, meninggalkan bekas
(kemudahan untuk dicuci), kenyamanan dikulit, secara visual, dan aroma. Dalam
pengujian ini kami melakukan dengan memberikan angket/quisioner kepada setiap
responden. Responden yang kami gunakan sebanyak 10 orang dan didapatkan hasil
yang sesuai spesifikasi kelompok kami. Kemudian didapatkan hasil evaluasi pada
kelompok yang lain, yaitu :
Evaluasi KELOMPOK
OINTME 1 3 4 5 6
NT
Organolep a. Tekstur : a. Tekstur d. Tekstur a. Tekstur: f. Tekstur:
tis Lembut : : Lembut Lembut
halus Lembut Lembut b. Warna:P halus
32
b. Warna : halus halus utih g. Warna:P
kuning b. Warna : e. Warna : c. Bau: utih
pucat putih putih Khas h. Bau:
c. Bau : c. Bau : f. Bau : Menthol Khas
Minya Khas Khas dan Menthol
permen menthol menthol Kamfer dan
d. Konsiste Kamfer
nsi :
semi
padat
e. Sensasi
: panas
pH 5 5 6 5
Viskositas Speed 6 : Speed 6 = Speed 6 = Speed 6 : Speed 6 :
30000cps 1000 x 14 20.000 47000 cps 28000 cps
Speed 12 : = 14.000 Speed 12 Speed 12 : Speed 12 :
43000cps cps = 13.250 24750 cps 20000 cps
Speed 30 : Speed 12 Speed 30 Speed 30 : Speed 30 :
55000 cps = 500 x =10.000 14400 cps 6250 cps
17,5 =
8.750 cps
Speed 30
= 200 x
26,5 =
5.300 cps
33
Akseptabil
itas
Pada kelompok 1 digunakan basis salep adeps lanae, cera alba dan vaselin
album. Pada formula kelompok mereka didapatkan hasil sediaan yang baik akan
tetapi masih tersisa bau dari adeps lanae yang tidak dapat hilang dan sediaan yang
dihasilkan berwarna kuning. Kemudian pada kelompok 3 menggunakan basis salep
yang sama dengan kelompok kami yaitu vaselin album dan cera alba. Pada kelompok
5 digunakan basis vaselin album dan paraffin solid didapatkan sediaan yang baik.
34
KESIMPULAN
Pada kelompok kami dibuat sediaan ointment dengan bahan aktif Menthol 7%
dan Champora 3%. Didapatkan hasil organoleptis warna putih, bau menthol dan
bentuk semipadat. Pada sediaan didapatkan daya sebar yang baik dan pada uji
akseptabilitas, sediaan kami memenuhi syarat sediaan ointment yang baik, dari mulai
tidak menimbulkan rasa lengket di kulit, memberikan sensasi hangat dari oleum
cajuputih, mudah di gunakan dan mudah dicuci dengan air.
35
BAB VII
EVALUASI
7.1 Prosedur Evaluasi
a. Organoleptis
Alat : panca indera
Prosedur : amati bau dan warna dan bentuk
b. Penambahan pH
Alat : pH meter
Prosedur :
1. PH meter dikalibrasi dengan dapar standart yang pHnya sama dengan
pH sampel
2. Bersihkan elektroda dengan aquadest dan keringkan
3. Celupkan elektroda ke dalam larutan sampel
4. Tekan tombol
5. Tunggu sampai angka pada alat berhenti kemudaian catat hasil yang
tertera pada sebagai pH sediaan
Persyaratan : 4-7
c. Viskositas
Alat : Breakfield digital viscometer
Prosedur :
1. Timbang sampel dalam beaker glass
2. Atur sendiri pada viskometer serta atur kecepatannya juga
3. Spinder diturunkan hingga terendah dalam sampai hingga garis tanda
spinder, kepala spinder harus berada pada posisi tengah dan sampel
4. Dibaca viskositas larutan sampel pada alat kemudian dilakukan
perhitungan sesuai dengan faktor koreksi. Dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali pada setiap sampel.
d. Uji daya sebar
Alat : Ekstensometer
Prosedur :
36
1. Ditimbang tutup ekstensometer yang akan digunakan
2. Ditimbang 0,5 gram sampel, diletakkan ditengah alat ekstensometer
3. Diukur diambil sediaan yang menyebar dengan mengambil rata-rata
diameter dari berbagai sisi.
4. Ditambahkan 50 gram beban dari bahan yang, diamkan selama 1 menit
5. Dicatat diameter sediaan yang menyebar
6. Ditambahkan beban 50 gram lagi diamkan selama 1 menit
7. Dicatat diamater sediaan yang menyebar
8. Dibuat grafik hubungkan antara luas dan beban sediaan
e. Uji homogenitas
Alat : Objek glass
Prosedur :
1. Oleskan sampel pada objek glass
2. Diamati ada partikel atau tidak , sehingga dapat menentukan homogen
atau tidak
f. Uji daya lekat
Alat : Objek glass
Prosedur :
1. Letakkan 0,5 gram sampel pada obejk glass pada alat ujinya
2. Ditambah beban 50 gram
3. Diamkan selama 1 menit
4. Setelah 1 menit beban diturunkan dan tarik pada obat daya lekat
tersebut, catat lamanya waktu sampai objek glass dilepas
g. Uji daya proteksi
Alat : kertas saring
Prosedur :
1. Diambil kertas saeing ukuran (10x10) cm
2. Dibasahi dengan pp sebagai indikator, keringkan
3. Diolesi dengan sediaan pada kertas saring
37
4. Pada kertas saring yang lain, dbuat suatu area (2,5x2,5) cm dengan
parafin cair tersebut
5. Ditempel pada kertas saring (no.3) diatas kertas saring sebelumnya
(0,1)
6. Dibasahi area ini dengan larutan koh (0,1)
7. Dilihat setelah kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan pp
pada waktu 15, 30, 45, 60 detik, 3 dan 5 menit
h. Uji acceptabilitas sediaan
Prosedur :
1. Dilakukan pada kulit dengan berbagai orang yang diberi suatu
kuisoner, dibuat suatu kriteria seperti dioleskan, kelembapan, sensai
yang ditimbulkan, kemudian pencucian.
2. Dari data tersebut dibuat scoring untuk masing-masing kriteria misal
untuk kelembutan seperti agak lembut, lembut, sangat lembut.
38
3. Viskositas : spindel : 64
Speed Hasil (cps) Fakto koreksi x hasil hasil
(cps)
6 119 119 x 1000 119000
12 25 25 x 500 12500
30 100 100 x 200 20000
39
diameter
diameter
5. Uji acceptability
Jumlah reponden : 10 orang
Kriteria Keterangan jumlah
Kemudahan pengolesan Sulit 0
Mudah 4
Sangat mudah 6
Kelembutan Kasar 0
Agak lembut 1
Lembut 9
Rasa berminyak pada kulit Sangat berminyak 1
Agak berminyak 9
Tidak terasa 0
berminyak
Kemudahan dicuci dengan Tidak mudah 0
air dicuci
Mudah dicuci 10
Sangat mudah 0
dicuci
40
Aroma/bau yang Bau tidak enak 0
ditimbulkan dan menyengat
Tidak 0
menimbulkan bau
apapun
Bau yang enak 10
Tampilan fisik setelah Meninggalkan 0
pengolesan bekas yang sangat
kentara pada kulit
Bekas yang tipis 5
Tidak ada bekas 5
Grafik dan pembahasan :
kemudahan pengolesan
0%
sulit
40%
mudah
60% sangat mudah
41
kelembutan
0%
10%
kasar
agaklembut
lembut
90%
Berdasarkan survey, produk kami tergolong lembut yang artinya tidak ada
komponen padat dalam formula kami yang tidak terlarut sehingga pengguna
tidak merasakan adanya partikel kasar saat sediaan dioleskan.
agak berminyak
tidak terasa
90% berminyak
42
kemudahan dicuci dengan
air
0%
tidak mudah
dicuci
mudah dicuci
sangat mudah
dicuci
100%
Seluruh responden kami mengatakan bahwa sediaan salep mudah dicuci yang
seharusnya tidak mudah dicuci Karena salep memiliki minyak jumlah besar
dan diinginkan sediaan lama berada di kulit maka sediaan menjadi sukar
untuk dicuci. Hal ini terjadi karena pada saat pengolesan ditangan sedikit,
tetapi saatpembilasan dengan air digosok dengan kuat.
Aroma/bau yang
ditimbulkan
0%
bau tidak enak
tidak
menimbulkan bau
apapun
bau yang enak
100%
43
tampilan fisik setelah
pengolesan
0%
Meninggalkan
bekas yang sangat
kentara pada kulit
bekas yang tipis
50% 50%
Setengah responden mengatakan tidak ada bekas dan setengah responden lagi
mengatakan bekas yang tipis, hal ini dikarenakan responden ada yang
menggosokkan secara kuat hingga tidak berbekas, ada pulayang hanya
mengoleskan biasa tanpa menggosoknya terus menerus.
44
DAFTAR PUSTAKA
45