Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM SEMI SOLIDA

SEDIAAN OINTMENT

Disusun Unuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Semi Solida

KELOMPOK : 2
KELAS : FARMASI D
1. Afriady Nuur M. (201510410311114)
2. Marita Fiiki N (201510410311167)
3. Sasmitha Nirmala S (201510410311168)
4. Lisa Muttoharoh (201510410311169)
5. Siti Nadira (201510410311171)
6. Revi Eltha Zahri (201510410311173)
7. Yanurika Ananda P (20151041311176)

DOSEN PEMBIMBING :
Raditya Weka Nugraheni, S.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu
melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Sebab hanya dengan pertolongan-Nya,
kami dapat menyelesaikan laporan berjudul “PEMBUATAN OINMENT
MENTHOL & CAMPHORA” dengan hasil sebaik mungkin.

Kami menyadari kurangnya pengetahuan kami dalam pembuatan makalah.


Alhamdulillah keterbatasan tersebut dikurangi dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami merasa berhutang budi pada mereka semua dan pada
kesempatan kali ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Tim Dosen Mata kuliah Farmasetika sediaan Semi Solida, yang telah
membimbing kami dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
2. Teman – teman, yang telah memberi masukan

Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca. Dan dapat
bermanfaat dalam kehidupan kita sebagai umat beragama.

“Tiada gading yang tak retak”, maka dari hal tersebut kami siap dan bersedia
menerima segala bentuk kritikan dan saran untuk penyempurnaan yang lebih baik.

Malang, April 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Tujuan praktikum ............................................................................................................ 1
1.2 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
BAB II....................................................................................................................................... 3
TINJAUAN BAHAN OBAT .................................................................................................... 3
2.1 Tinjauan Bentuk Sediaan ................................................................................................ 3
2.2. Tinjauan Bahan Aktif ..................................................................................................... 4
A. Tinjauan Bahan Obat Menthol ..................................................................................... 6
B. Tinjauan Bahan Obat Kamfer....................................................................................... 6
2.3. Persyaratan Sediaan ....................................................................................................... 7
BAB III ..................................................................................................................................... 8
PEMILIHAN BAHAN AKTIF ................................................................................................. 8
3.1 Tabel Khasiat dan Efek Samping .................................................................................... 8
3.2 Tabel Karakterisitik Fisika Kimia ................................................................................... 9
3.3 Tabel Bahan Tambahan ................................................................................................ 10
BAB IV ................................................................................................................................... 18
RANCANGAN FORMULASI ............................................................................................... 18
4.1 Formula Baku................................................................................................................ 18
4.2 Rancangan Spesifikasi Sediaan ..................................................................................... 18
BAB V .................................................................................................................................... 19
FORMULASI ......................................................................................................................... 19
5.1 Formulasi Skala Kecil (20g) ......................................................................................... 19
4.2 Formulasi Skala Besar (200g) ....................................................................................... 28
BAB VI ................................................................................................................................... 31

ii
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 31
BAB VII .................................................................................................................................. 36
EVALUASI............................................................................................................................. 36
7.1 Prosedur Evaluasi.......................................................................................................... 36
7.2 Hasil Evaluasi ............................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 45

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan praktikum


Tujuan praktikum ini adalah untuk memberi pemahaman dalam
pembuatan salep khususnya proses pembuatan dan sediaan dasar salep yang
digunakan. Selain itu juga agar praktikan lebih mengenal bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat sediaan.

1.2 Latar Belakang


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam darsar
salep yang cocok (F.I.ed.III).. Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan
untuk pemakaian topical kulit atau selaput lender salep tidak booleh berbau tengik
kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras
narkotika adalah 10 %(FI IV)
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawadibagi dalam 4 kelompok:dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan
air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep
tersebut.
Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak
antar lain vaselin putih dan salep putiih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksud untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon
digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci , tidak mengering dan tidak
tmpak berubah dalam waktu lama Dasar salep serap, dasar salep serap ini dapat
dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat
bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik dan
lanolin anhidrat), dan kelompok ke 2terdir atas emulsi air dalam minyak yang dapat

1
bercampurdengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga
dapat bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep ini adalah
emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut
“krim”(lihat kremores). Dasat ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air”
karena mudah dicuci dikulit atau dilap basah, sehingga dapat diterima untuk dasar
kosmetik.beberpa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep
ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah
dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjdi pada kelainan
dermatologik. Dasar salep larut dalam air, kelompok ini disebut juga “dasar salep tak
berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini
memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air seperti
parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut
“gel”

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana memformulasi yang baik pada sediaan ointment dengan bahan
aktif camphora dan menthol ?
2. Bagaimana cara menentukan bahan tambahan untuk pembuatan salep
denganbahan aktif camphora dan menthol ?
3. Bagaimana cara mengevaluasi sediaan salep dengan bahan aktif camphora
dan menthol ?

2
BAB II
TINJAUAN BAHAN OBAT

2.1 Tinjauan Bentuk Sediaan


Definisi Ointment (salep) menurut FI V adalah sediaan setengah padat ditujukan
untuk pemakaian tipikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan
sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :
1. Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih
dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan
kedalamnya. Salep ini dimaksutkan untuk memperpanjang kontak bahan obat
dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup.
2. Dasar salep serap
Dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok :
 Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat)
 Kelompok kedua terdiri atasemulsi air dalam minyak yang dapat bercampur
dengan sejumlah larutan air tambahan (lanoli)
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan
lebih tepat disebut “krim”. Dasar ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci
dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau di lap basah, sehingga lebih
dapat diterima untuk dasar kosmetik.
4. Dasar salep larut dalam air
Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”.
a) Buku Eksipien dalam sediaan Farmasi (2012)

3
Salep (unguenta) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar.
b) The pharmacopeitital codex 12th Ed
Salep adalah sediaan semisolid yang pemakaiannya untuk kulit atau
membran mukosa tertentu. Biasanya berbentuk dispersi satu atau lebih
bahan obat dalam basis non aqua. Basis salep biasanya anhifray yang
terdiri dari lemak, minyak, lilin hewan, tanaman dan mineral, non
oleaginous (bahan yang berminyak) dan bahan sintesis (yang biasanya
tidak disarankan menjadi basis salep ideal). Salep tidak boleh mengiritasi
kulit, tidak boleh memperlambat penyembuhan luka, harus bertekstur
lembut, inert, tidak berbau, memiliki sifat fisika kimia yang stabil dan
kompetibel dengan kulit dengan perawatan dermatologikal.

2.2. Tinjauan Bahan Aktif


a. Kamfer adalah suatu keton yang diperoleh dari cinnamomum camphora
(Linne)
1. Latar belakang obat
Nama : Kamfer atau Camphora
Rumus Kimia :𝐶10 𝐻16 𝑂
Berat Molekul : 152,24
Efek terapetik : Anti iritan
2. Organoleptis
Warna : Putih atau tidak berwarna
Bau : Bau Khas tajam
Rasa : Rasa Pedas dan aromatik
3. Mikroskopis
Bentuk Kristal : Hablur, Granul atau masa granul
4. Karakteristik Fisika-Kimia
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform dan dalam eter, mudah larut

4
dalam karbon disulfida, dalam heksana, dalam minyak
lemak, dan dalam minyak menguap.
BJ :± 0,99 𝑔/𝑚𝑙
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, hindarkan dari panas
berlebih
Stabilitas terhadap suhu : Menguap perlahan lahan pada suhu kamar
b. Menthol adalah alkohol yang diperoleh dari bermacam macam minyak
permen atau yang dibuat secara sintetik berupa menthol-levoratori (I-
mentol)
1. Latar belakang obat
Nama : Mentol atau menthol
Rumus Kimia :𝐶10 𝐻20 𝑂
Berat Molekul : 156,27
Efek terapetik : Korigen, anti iritan
2. Organoleptis
Warna : tidak berwarna
Bau : bau enak seperti minyak permen
Rasa : panas dan aromatik diikuti rasa dingin
3. Mikroskopis
Bentuk Kristal : hablur heksagoral atau serbuk hablur, berbentuk jarum
4. Karakteristik Fisika-Kimia
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam heksa,
mudah larut dalam asam asetat glacial, dalam minyak
mineral, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung cahaya

5
A. Tinjauan Bahan Obat Menthol
1) Efek Farmakologi
Mentol digunakan untuk meringankan gejala bronkitis,sinisitis,
dan kondisi serupa. Bisa digunakan sebagai inhalasi, biasanya
dengan benzoin atau minyak kayu putih seperti partilles atau
sebagai salep dengan minyak kamfer dan minyak kayu putih untuk
aplikasi kedada dan lubang hidung.
Bila dioleskan ke kulit, menthol dapat melebarkan pembuluh
darah menyebabkan sensasi dingin diikuti oleh efek analgesik.
Dapat mengurangi gatal dan dapat digunakan delam cream, lotion,
atau salep di prorotis dan urtikaria, ini juga diterapkan pada dahi
sebagai anti iritasi, untuk menghilangkan sakit kepala. Dalam dosis
kecil melalui mulut menthol memiliki efek karminatifum.
2) Farmakokinetik
Setelah diserap, menthol diekskresi dalam urin dan empedu
sebagai glukoromida.
3) Efek samping
Menthol dapat menimbulkan reaksi hifersensitifitas termasuk
dermatitis. Bila ditelan dalam jumlah besar menthol dapat
menyebabkan gejala yang mirip dengan yang terlihat setelah
mengkonsumsi camphor termasuk sakit perut parah, mual , muntah ,
vertigo, kantuk dan koma. Mungkin ditangani dengan cara yang sama

B. Tinjauan Bahan Obat Kamfer


1). Efek Samping
Keracunan juga terjadi setelah minyak kamfer pada anak anak
yang keliru dengan minyak jarak. Gejalanya meliputi mual, muntah,
nyeri epigastrik, sakit kepala, pusing, dilerium otot berkedut, kejang
epilepsi, depresi sp dan koma. Pernapasan sulit dan nafas memiliki bau

6
khas: anuria bisa terjadi kematian akibat gagal nafas atau statis
epileptikus dapat terjadi.
2). Farmakokinetik
Kamfer mudah diserap dari semua lokasi administrasi
Hydroxylated dihati untuk menghasilkan metabolit hydroxycamphor
yang kemudian dikonjugasi dengan asam glukuronat diekskresikan
melalui urin melalu plasenta

2.3. Persyaratan Sediaan


Menurut (FI III) salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan
lain kadar bahan aktif dalam salep yang mengandung obat keras atau
narkotika adalah 10%
a. Pemerian
Tidak boleh berbau tengik
b. Kadar
Kecuali dinyatakan lain dan untuk bahan salep yang obat keras atau obat
narkotika, kadar bahan obat adalah 10%
c. Dasar Salep
Kecuali dinyatakan lain sebagai bahan dasar salep ( basis salep) dugunakan
vaselin putih ( Vaselin album) tergantung dari sifat bahan obat dan
tujuan pemakaian salep.
d. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukan susunan tyang homogen
e. Penandaan
Pada etiket harus tertera “obat luar” (ilmu resep hal 63)

7
BAB III
PEMILIHAN BAHAN AKTIF

3.1 Tabel Khasiat dan Efek Samping


Senyawa aktif Khasiat Efek Samping
Kamfer Antiititan Keracunan yang terjadi setelah
diberi minyak
Gejalanya meliputi mual,
muntah, nyeri epigastritis, sakit
kepala, pusing, kejang, epilepsy
dan koma. Pernapasan sulit dan
memiliki bau khas, anuria bias
terjadi dan kematian akibat gagal
napas.
Menthol Korigen, antiiritan Dapat menimbulkan reaksi
hipersensitifitas termasuk
dermatitis bila tertelan dalam
jumlah besar. Menthol dapat
menyebabkan gejala yang mirip
dengan terlihat setelah
mengkonsumsi kamfer termasuk
sakit perut parah, mual, muntah,
vertigo, kantuk dan muntah.

8
3.2 Tabel Karakterisitik Fisika Kimia
1. Kamfer
Karakteristik Fisika Karakterristik Kimia Keterangan Khusus
 Kelarutan dalam air Untuk pemakaian
Sukar larut dalam topical
air
 Bentuk
Hablur, granul, atau
masa hablur
 Penyimpanan
Dalam wadah
tertutup rapat,
hidarkan dari panas
berlebih

2. Menthol
Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia Keterangan Khusus
 Kelarutan dalam air Untuk pemakaian
Sukar larut dalam topical
air
 Bentuk
Hablur heksagonal
atau bentuk hablur
 Penyimpanan
Dalam wadah
tertututp baik dan
terlindung dari
cahay

9
3.3 Tabel Bahan Tambahan
1. Basis
NO. BAHAN PEMERIAN KELARUTAN
1. Vaselin album Putih atau kekuningan pucat, Tidak larut dalam air,
Sinonim: vaselinum massa berminyak transparan sukar larut dalam etanol
album, vaselin putih dalam lapisan tipis setelah dingin atau panas dan
(FarmakopeIndonesia didinginkan pada suhu 0°. dalam etanol mutlak
IV halaman 822), (HPE, dingin, mudah larut dalam
509) Lain-lain : benzena, dalam karbon
Wadah dan penyimpanan: dalam disulfida, dalam
wadah tertutup baik kloroform, larut dalam
heksana, dan dalam
sebagian besar minyak
lemak dan minyak atsiri.

2. Cera alba Padatan putih kekuningan, sedikit Tidak larut dalam air,
Sinonim: malam putih tembus cahaya dalam keadaan agak sukar larut dalam
(FarmakopeIndonesiaIV lapisan tipis, bau khas lemah dan etanol dingin.Etanol
halaman 186), (HPE, bebas bau tengik, bobot jenis menddih melarutkan asam
779) lebih kurang 0.95 serotat dan bagian dari

10
Lain-lain : mirisin, yang merupakan
Wadah dan penyimpanan: dalam kansungan malam putih,
wadah tertutup baik larut sempurna dalam
Rentang Pemakaian kloroform, dalam eter,
Emollient = 2 -5% dalam minyak lemak dan
Emulsifying agent = 2 -5% minyak atsiri. Sebagian
Stiffening agent = 2 – 10% larut dalam benzena
Water absorption = 5% dingin dan dalam karbon
disulfida dingin, pada
suhu lebih kurang 30°C
larut sempurna dalam
benzena, dan dalam
karbon disulfida
3. Paraffin Hablur tembus cahaya atau agak Tidak larut dalam air dan
Sinonim: paraffinum buram, tidak bewarna atau putih, dalam etanol, mudah larut
[FarmakopeIndonesia tidak berbau, tidak berasa, agak dalam kloroform, dalam
IV halaman 652] berminyak. minyak menguap, dalam
hampir semua jenis
Lain-Lain : minyak hangat, sukar
Wadah dan penyimpanan: wadah larut dalam etanol mutlak.
tertutup rapat dan cegah
pemaparan terhadap panas
berlebih.

4. Mineral oil/Paraffin tidak berwarna, tidak berbau, praktis tidak larut etanol
liquidum jernih, cairan berminyak 95%, gliserin dan air.
(HPE 6th ed. page 445) yangviscous, tidak Larut dalam aseton,
berfluoresensi, praktis tidak benzene, chloroform,
berasa dan tidak berwarnaketika eter dan petroleum eter,

11
dingin dan memiliki bau khas karbon disulfida. Larut
ketika dipanaskan dengan volatile oils
kecuali castor oil.

Lain-lain :
Inkompatibilitas : dengan
oksidator kuat.
HLB = 12
Viskositas : 110-230mPas
(T=20oC)
TD>3600C
Retang pemakaian untuk topical
ointment adalah 0,1-95% (HPE
edisi 5 halamn 471)
5. Vaselin Flavum Massa seperti lemak, kekuningan Tidak larut dalam air,
hingga lembek, berfluoresensi mudah larut dalam
sangat lemah walaupun setelah benzene, dalam karbon
melebur disulfide, dalam
Lain-lain kloroform dan dalam
Viskositas: 105 – 130 mPas (cP) minyak, larut dalam eter,
dalam heksana, dan
umumnya dalam minyak
lemak dan minyak atsiri,
praktis tidak larut dalam
etanol dingin dan etanol
panas dan dalam etanol
mutlak dingin.

12
 Dipilih basis salep Vaselin album, Cera Flava dan Paraffin Liq.
 Alasan pemilihan bahan basis tersebut karena diharapkan dapat
membentuk konstituen salep yang bagus/baik dan bahan kompaktibel
dengan bahan tambahan yang lain. Akan tetapi karena di laboratorium
kami tidak tersedia cera flava maka kami memutuskan untuk
mengganti basis cera flava dengan cera alba, dengan menyesuaikan
kembali prosentase yang telah di buat sebelumnya dan dengan
memperhatikan prosentase penggunaan cera alba sebagai basis salep.
2. Pengawet
NO BAHAN PEMERIAN KELARUTAN
1 PROPILEN GLIKOL Jernih tidak berwarna, Dapat dicampur dengan aseton,
C3H8O2 ( HPE, halaman ) kental, praktis tidak berbau klorofom, etanol (95%)
cairan dengan beraroma glyserin, aqua
Larut dalam 1:6 eter
TL: 59O C Tidak dapat bercampur dengan
BJ:1,098 g/cm3 pada 20oc oleum mineral
ADI: 25 mg/kg BB

Lain-lain :
Sebagai pengawet dengan
rentang pemakaian 15-30%
2 NIPAGIN / Methyl Hablur kecil, tidak berwarna LARUT DALAM
Paraben atau serbuk hablur, putih, tak  2 bagian etanol
(HPE, halaman 441) berwarna, tak berbau atau  3 bagian etanol (95%)
(FI IV, halaman 845) berbau khas lemah, sedikit  10 bagian eter
rasa terbakar.  60 bagian gliserin
o
TD :125-128 C  Tidak larut dalam
3
BJ :1,352 g/cm minyak mineral
ADI :10mg/kg BB  20 bagian minyak

13
kacang
 5 bagian propylenglycol
 400 bagian air
dalamsuhu 59oC
 Sukar larut dalam air
dalam benzene dan
dalam karbon
tetraklorida

3 NIPASOL / Propil Serbuk berwarna putih, KELARUTAN


Paraben kristal, tidak berbau dan  Aceton : tidaklarut
rasanya hambar  Ethanol(95%) =1:1,1
O
TD :95-98 C  Ethanol(50%)= 1:5,6
BJ :180,20 g/cm3  Eter =tidaklarut
 Glyserin =1:250
 Mineral oil =1:3330
 Peanut oil =1:70
 Propilenglicol=1:3,9
 Air =1:4350(15oC)
1:2500
1:225(80Oc)
4 Tween 80 Tidak berbau, Berasa pahit, Larut dalam etanol
berwarna spesifik kuning Tidak larut dalam mineral,
Minyak sayur, Larut dalam air

14
 Dipilih Nipasol
 Alasan pemilihan :
Karena ointment merupakan sediaan yang seluruhnya mengandung minyak
sehingga menggunakan bahan tambahan nipasol yang merupakan bahan larut
minyak
3. Enhancer
NO. BAHAN PEMERIAN KELARUTAN
1 PROPILEN GLIKOL Jernih tidak berwarna,kental, Dapat dicampur dengan
C3H8O2 praktis tidak berbau cairan aseton,klorofom,etanol (95%)
(HPE dengan beraroma glyserin,aqua
Larut dalam 1:6 eter
TL : 59O C Tidak dapt bercampur dengan
BJ :1,098 g/cm3 pada 20oc oleum mineral
ADI : 25 mg/kg BB

Lain-lain :
Sebagai pengawet dengan
rentang pemakaian 15-30% (
HPE edisi 5 halaman 624 )
2. GLISERIN Jernih, tidak berwarna, Dapat campur dengan air dan
(FI V, halaman 498) kental, mikroskopis, manis methanol serta alkohol
(0,6 kali sukrosa)
 Bahan yang dipilih adalah propylenglikol. Disini propylenglycol tidak hanya
sebagai pengawet akan tetapi juga sebagai enhancer.
 Alasan pemilihan bahan ini karena pada propileneglikol sedikit mengandung
air sehingga kemungkinan untuk menguap sangatlah sedikit danakan
didapatkan penetrasi yang semakin bagus.

15
4. Antioksidan
NO. BAHAN PEMERIAN KELARUTAN
1. BHT Hablur padat, putih;bau khas, lemah Tidak larut dalam air
Sinonim: dan PG; mudah larut
Agidol; Butylated Lain-lain : dalam etanol, dalam
hydroxytoluene Suhu beku tidak kurang dari 69,2oC; kloroform dan dalam
(HPE ed 5, halaman sesuai tidak kurang dari 99% C15H24O eter.
81) Menurut HPE edisi 5 halaman 81
(FI V, halaman 157) Rentang untuk penggunaan topical
ointment adalah 0,0075-0,1%
Rentang pemakaian untuk topical
ointment 0,0075-0,1% (HPE edisi 5
halaman 81)
2. Butylated Hydroxy Kristal/serbuk putih atau kuning pucat Praktis tidak larut air,
Anisole dengan bau yang khas larut dalam methanol,
(HPE 5th sangat larut dalam
ed.halaman 101) Lain-lain ≥50% larutan etanol,
Inkompatibilitas : dengan oxidizing agent propilen glikol,
dan garam feri kloroform, eter,
Kombinasi dengan antioksidan lain hexane, cotton seed
seperti Butylated Hidroxy toluene dan oil, peanut oil,
alkil gallat soybean oil, glyceryl
Stabilitas : paparan dari cahaya monohidrat dan dalam
menyebabkan perubahan warna dan larutan alkali
kehilangan aktivitas hidroksida
Keamanan : tidak mengiritasi dan tidak
menimbulkan sensitifisasi
BM = 180,25
Topical formulation : 0,005-0.02%

16
 Antioksidan yang dipilih adalah BHT
 Alasan di berikan antioksidan BHT adalah karena BHT larut dalam minyak
sehingga dapat mencegah timbulnya bau tengik akibat oksidasi dari fase
minyak.
5. Chelating agent
NO. BAHAN PMERIAN KELARUTAN
1. EDTA Kristal putih, serbuk tidak Praktis tidak larut
Sinonim: berbau, serbuk dengan rasa dalam kloroform
Disodium EDTA; disodium sedikit asam, dan dalam eter,
ethylenediaminetetraacetate; sedikt larut dalam
edathamil disodium; edetate Lain-lain : etanol
disodium; asam edetic, Wadah dan penyimpanan : (95%), larut dalam
garam disodium disimpan dalam wadah 11 bagian air.
[HPE hal 550] tertutup baik, dingin dan
tempat kering.
Rentang penggunaan untuk
topical ointment 0,01 – 0,1
%.

 Bahan yang terpilih EDTA


 Alasan pemilihan bahan EDTA sebagai chellating agent karena bahan tersebut
tidak memiliki inkompatibilitas dengan bahan lain yang digunakan dalam
pembuatan sediaan ini. Selain itu, EDTA juga memiliki kelarutan yang cukup
besar dalam minyak.

17
BAB IV
RANCANGAN FORMULASI

4.1 Formula Baku


Untuk formula baku pembuatan ointment itu sendiri, zat-zat tambahan yang
dimasukkan adalah sebagai berikut
R/ Menthol 2,750
Camphor 5
Ol. Eucalypty 1,500
Ol. Nucistae 0,750
Ol. Cedri fol 0,750
Terebynth 5
Vas. Album ad 0,250
M f ung 100
Sue
(FMS, halaman 91)

4.2 Rancangan Spesifikasi Sediaan


Bentuk Sediaan Ointment
Kadar Bhan Aktif
Dosis
pH sediaan 4-7
Kemasan terkecil 20g
Warna Putih
Bau Menthol
Rasa -
Wadah Penyimpanan Pot salep
Usia pasien Dewasa

18
BAB V
FORMULASI

5.1 Formulasi Skala Kecil (20g)


A. Formula 1
No Nama Bahan Fungsi Retang (%) % yang Jumlah
dibutuhkan
1 Camphora Bahan aktif 3% 0,6 g
2 Menthol Bahan aktif 6% 1,2 g
3 BHT Antioksidan 0,0075%-0,1% 0,02% 0,004 g
4 Cera alba Basis salep 2%-10% 10% 2g
5 Vaselin album Basis salep Ad 100% 80,48% 15,09 g
6 Nipasol Pengawet 0,01%-0,02% 0,5% 0,1 g
7 Ol. Rosae Corigen odoris q.s q.s 3 gtt

Perhitungan bahan
1) Camphora : 3/100 x 20 g = 0,6 g
2) Menthol : 6 /100 x 20 g = 1,2 g
3) BHT : 0,02/100 x 20 g = 0,004 g
4) Cera alba : 10/100 x 20 g = 2 g
5) Vaselin album : 80,48/100 x 20 g = 15,09 g
6) Nipasol : 0,5/100 x 20 g = 0,1 g
7) Ol. Rosae : 3gtt

19
Cara peracikan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Ditimang semua bahan yang dibutuhkan dan siapkan mortir hangat
3) Dilebur basis salep (cera alba dan vasein album) dalam cawan penguap
dengan suhu 70°C ad melebur
4) Setelah melebur masukkan kedalam mortir hangat gerus ad homogen
5) Digerus camphora dan menthol ad mencair, tambahkan sebagian basis salep
yang telah dilebur gerus ad homogen (campuran 1)
6) Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)
7) Dimasukkan campuran 2 kedalam campuran 1 gerus ad homogen
8) Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen
9) Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung % kesalahannya

20
Skema kerja

Siapkan alat dan bahan

Ditimang semua bahan yang dibutuhkan


dan siapkan mortir hangat

Dilebur basis salep (cera alba dan vasein


album) dalam cawan penguap dengan
suhu 70°C ad melebur

Setelah melebur masukkan kedalam


mortir hangat gerus ad homogen

Digerus camphora dan menthol ad


mencair, tambahkan sebagian basis
salep yang telah dilebur gerus ad
homogen (campuran 1)

Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di


tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)

Dimasukkan campuran 2 kedalam


campuran 1 gerus ad homogen

Ditambahkan ol. Rosae gerus ad


homogen

Dimasukkan kedalam pot salep dan


hitung % kesalahannya

21
B. Formula 2
No Nama Bahan Fungsi Retang (%) % yang Jumlah
dibutuhkan
1 Camphora Bahan aktif 8% 1,6 g
2 Menthol Bahan aktif 6% 1,2 g
3 BHT Antioksidan 0,0075%-0,1% 0,02% 0,004 g
4 Adeps lanae Basis salep Ad 100% 85,38% 17,08 g
5 Nipasol Pengawet 0,01%-0,02% 0,6% 0,12 g
6 Ol. Rosae Corigen odoris q.s q.s 5 gtt

Perhitungan bahan
1) Camphora : 8/100 x 20 g = 1,6 g
2) Menthol : 6 /100 x 20 g = 1,2 g
3) BHT : 0,02/100 x 20 g = 0,004 g
4) Adeps lanae : 85,38/100 x 20 g = 17,08 g
5) Nipasol : 0,6/100 x 20 g = 0,12 g
6) Ol. Rosae : 5gtt

22
Cara peracikan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Ditimang semua bahan yang dibutuhkan dan siapkan mortir hangat
3) Dilebur basis salep (adeps lanae) dalam cawan penguap dengan suhu 70°C ad
melebur
4) Setelah melebur masukkan kedalam mortir hangat gerus ad homogen
5) Digerus camphora dan menthol ad mencair, tambahkan sebagian basis salep
yang telah dilebur gerus ad homogen (campuran 1)
6) Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)
7) Dimasukkan campuran 2 kedalam campuran 1 gerus ad homogen
8) Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen
9) Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung % kesalahannya

23
Skema kerja

Siapkan alat dan bahan

Ditimang semua bahan yang


dibutuhkan dan siapkan mortir hangat

Dilebur basis salep (adeps lanae) dalam


cawan penguap dengan suhu 70°C ad
melebur

Setelah melebur masukkan kedalam


mortir hangat gerus ad homogen

Digerus camphora dan menthol ad


mencair, tambahkan sebagian basis
salep yang telah dilebur gerus ad
homogen (campuran 1)

Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di


tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)

Dimasukkan campuran 2 kedalam


campuran 1 gerus ad homogen

Ditambahkan ol. Rosae gerus ad


homogen

Dimasukkan kedalam pot salep dan


hitung % kesalahannya

24
C. Formula 3
No Nama Bahan Fungsi Retang (%) % yang Jumlah
dibutuhkan
1 Camphora Bahan aktif 8% 1,6 g
2 Menthol Bahan aktif 6% 1,2 g
3 BHT Antioksidan 0,0075%-0,1% 0,02% 0,004 g
4 Adeps lanae Basis salep Ad 100% 60,38% 12,08 g
5 Vaselin album Basis salep <25% 25% 5g
6 Nipasol Pengawet 0,01%-0,02% 0,6% 0,12 g
7 Ol. Rosae Corigen odoris q.s q.s 5 gtt

Perhitungan bahan
1) Camphora : 8/100 x 20 g = 1,6 g
2) Menthol : 6 /100 x 20 g = 1,2 g
3) BHT : 0,02/100 x 20 g = 0,004 g
4) Adeps lanae : 60,38/100 x 20 g = 12,08 g
5) Vaselin album : 25/100 x 20 g = 5 g
6) Nipasol : 0,6/100 x 20 g = 0,12 g
7) Ol. Rosae : 5 gtt

25
Cara peracikan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Ditimang semua bahan yang dibutuhkan dan siapkan mortir hangat
3) Dilebur basis salep (adeps lanae dan vasein album) dalam cawan penguap
dengan suhu 70°C ad melebur
4) Setelah melebur masukkan kedalam mortir hangat gerus ad homogen
5) Digerus camphora dan menthol ad mencair, tambahkan sebagian basis salep
yang telah dilebur gerus ad homogen (campuran 1)
6) Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)
7) Dimasukkan campuran 2 kedalam campuran 1 gerus ad homogen
8) Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen
9) Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung % kesalahannya

26
Skema Kerja

Siapkan alat dan bahan

Ditimang semua bahan yang dibutuhkan


dan siapkan mortir hangat

Dilebur basis salep (adeps lanae dan


vasein album) dalam cawan penguap
dengan suhu 70°C ad melebur

Setelah melebur masukkan kedalam


mortir hangat gerus ad homogen

Digerus camphora dan menthol ad


mencair, tambahkan sebagian basis salep
yang telah dilebur gerus ad homogen
(campuran 1)

Gerus BHT dan nipasol ad homogen, di


tambahkan sisa basis salep, gerus ad
homogen (campuran 2)

Dimasukkan campuran 2 kedalam


campuran 1 gerus ad homogen

Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen

Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung


% kesalahannya

27
4.2 Formulasi Skala Besar (200g)
A. Formula 1
No Nama Bahan Fungsi Retang (%) % yang Jumlah
dibutuhkan
1 Camphora Bahan aktif 3% 6g
2 Menthol Bahan aktif 7% 14 g
3 BHT Antioksidan 0,0075%-0,1% 0,02% 0,04 g
4 Cera alba Basis salep 2%-10% 12% 24 g
5 Vaselin album Basis salep Ad 100% 77,4% 154,9 g
6 Nipasol Pengawet 0,01%-0,02% 0,5% 1g
7 Ol. Rosae Corigen odoris q.s q.s 10 gtt

Perhitungan bahan
1) Camphora : 3/100 x 200 g = 6 g
2) Menthol : 67/100 x 200 g = 14 g
3) BHT : 0,02/100 x 20 g = 0,04 g
4) Cera alba : 12/100 x 20 g = 24 g
5) Vaselin album : 77,4/100 x 20 g = 154,9 g
6) Nipasol : 0,5/100 x 20 g = 1 g
7) Ol. Rosae : 10 gtt

28
Cara peracikan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Ditimang semua bahan yang dibutuhkan dan siapkan mortir hangat
3) Dilebur basis salep (cera alba dan vasein album) dalam cawan penguap
dengan suhu 70°C ad melebur
4) Setelah melebur masukkan kedalam mortir hangat gerus ad homogen
5) Masukkan nipasol dan BHT, gerus ad homogen
6) Digerus camphora dan menthol dalam mortir lain ad homogen dan mencair
7) Masukkan basis salep kedalam campuran camphora dan menthol gerus ad
homogen
8) Ditambahkan ol. Rosae gerus ad homogen
9) Dimasukkan kedalam pot salep dan hitung % kesalahannya

29
Skema kerja

Siapkan alat dan bahan

Ditimang semua bahan yang


dibutuhkan dan siapkan mortir
hangat

Dilebur basis salep (cera alba dan


vasein album) dalam cawan penguap
dengan suhu 70°C ad melebur

Setelah melebur masukkan kedalam


mortir hangat gerus ad homogen

Masukkan nipasol dan BHT, gerus ad


homogen

Digerus camphora dan menthol


daam mortir gerus ad homogen dan
mencair

Masukkan basis salep kedalam


campuran camphorn dan menthol
gerus ad homogen

Ditambahkan ol. Rosae gerus ad


homogen

Dimasukkan kedalam pot salep dan


hitung % kesalahannya

30
BAB VI
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dibuat sediaan dalam bentuk ointment. Ointment
menurut Farmakope Indonesi V adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian tipikal pada kulit atau selaput lendir. Pada pembuatan ointment ini
digunakan bahan aktif Camphora dan Menthol. Menthol digunakan untuk
meringankan gejala bronchitis, sinusitis dan kondisi serupa. Bila digunakan sebagai
inhalasi, biasanya dengan benzoin atau minyak kayu putih seperti partilles atau
sebagai salep dengan minyak kamfer dan minyak kayu putih untuk aplikasi kedada
dan lubang hidung. Bila dioleskan ke kulit, menthol dapat melebarkan pembuluh
darah, meyebabkan sensasi dingin diikuti oleh efek analgesic. Menthol dapat
mengurangi gatal dan dapat digunakan dalam krim, lotion, atau salep di poritus dan
urtikaria. Ini juga diterapkan pada dahi sebagai anti iritasi, untuk menghilamngkan
sakit kepala. Dalam dosis kecil melalui mulut, menthol memiliki efek
karminatifum(Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition). Kamfer
mudah diserap dari semua lokasi administrasi Hydroxylated dihati untuk
menghasilkan metabolit hydroxycamphor yang kemudian dikonjugasi dengan asam
glukuronat dan ekskresikan melalui urin melalui plasenta.
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan ointment sebanyak 3 formula yang
meimiliki basis salep yang berbeda. Pada formula 1 digunakan basis salep cera alba
dan vaselin album. Didapatkan konsistensi yang padat dan homogen. Pada formula 2
digunakan basis salep adeps lanae. Didapatkan konsistensi ointment yang encer. Pada
formula 3 digunakan basis adeps lanae dan vaselin album sehingga didapatkan
konsistensi ointment yang kurang padat. Setelah 1 minggu penyimpanan tidak terjadi
perubahan pada sediaan formula 1, akan tetapi pada formula 2 dan 3 sediaan ointment
tetap encer. Hal tersebut terjadi karena pada saat pembuatan ointment dengan
menguunakan basis adeps lanae dan vaselin tidak dilakukan peleburan, hanya
mengunakan mortir hangat tetapi pada kelompok kami dilakukan peleburan sehingga
basis salep menjadi lebih encer. Dari ke 3 formula tersebut kami memilih formula 1

31
untuk dibuat sediaan ointment skala besar karena memiliki konsistensi yang paling
baik dan homogen. Pada pembuatan ointment skala besar digunakan bahan aktif
menthol dengan kadar Champora 3% dan Menthol 7%. Ditambahkan BHT yang
digunakan sebagai antioksidan adalah karena BHT larut dalam minyak sehingga
dapat mencegah timbulnya bau tengik akibat oksidasi dari fase minyak. Ditambahkan
nipaolsebagai pngawet karena Karena ointment merupakan sediaan yang seluruhnya
mengandung minyak sehingga menggunakan bahan tambahan nipasol yang
merupakan bahan larut minyak. Pada pembuatan ointment kadar menthol
ditingkatkan karena kelompok kami mengaharapkan ointment ini dapat memberikan
efek yang lebih baik/ lebih hangat sejak dari awal pemakaian. Setelah pembuatan
sediaan kami melakukan uji pH yang awal didapatkan pH 5. Kemudian dilakukan
evaluasi uji viskositas digunakan spindle 64 dan didapatkan grafik yang meningkat
pada setiap speed (6,12,30) yaitu 19 cps, 25 cps, 100 cps. Pada uji pH kedua
didapatkan pH 5 yang berarti tidak terjadi perubahan antara pH pertama sampai
penyimpananan selama 1 minggu. Pada uji daya sebar didapatkan rata-rata 5,38.
Kemudian pada uji acceptability dilakukan uji meliputi kemudahan untuk dioleskan,
sensasi yang ditimbulkan (panas/dingin), kelembutan, meninggalkan bekas
(kemudahan untuk dicuci), kenyamanan dikulit, secara visual, dan aroma. Dalam
pengujian ini kami melakukan dengan memberikan angket/quisioner kepada setiap
responden. Responden yang kami gunakan sebanyak 10 orang dan didapatkan hasil
yang sesuai spesifikasi kelompok kami. Kemudian didapatkan hasil evaluasi pada
kelompok yang lain, yaitu :

Evaluasi KELOMPOK
OINTME 1 3 4 5 6
NT
Organolep a. Tekstur : a. Tekstur d. Tekstur a. Tekstur: f. Tekstur:
tis Lembut : : Lembut Lembut
halus Lembut Lembut b. Warna:P halus

32
b. Warna : halus halus utih g. Warna:P
kuning b. Warna : e. Warna : c. Bau: utih
pucat putih putih Khas h. Bau:
c. Bau : c. Bau : f. Bau : Menthol Khas
Minya Khas Khas dan Menthol
permen menthol menthol Kamfer dan
d. Konsiste Kamfer
nsi :
semi
padat
e. Sensasi
: panas

pH 5 5 6 5
Viskositas Speed 6 : Speed 6 = Speed 6 = Speed 6 : Speed 6 :
30000cps 1000 x 14 20.000 47000 cps 28000 cps
Speed 12 : = 14.000 Speed 12 Speed 12 : Speed 12 :
43000cps cps = 13.250 24750 cps 20000 cps
Speed 30 : Speed 12 Speed 30 Speed 30 : Speed 30 :
55000 cps = 500 x =10.000 14400 cps 6250 cps
17,5 =
8.750 cps
Speed 30
= 200 x
26,5 =
5.300 cps

Uji Daya Rata-rata : Rata-rata : Rata” : 5 Rata-rata : Rata-rata :


Sebar 7,08 cm 6 cm cm 6,7 cm 7,1 cm

33
Akseptabil
itas

Pada kelompok 1 digunakan basis salep adeps lanae, cera alba dan vaselin
album. Pada formula kelompok mereka didapatkan hasil sediaan yang baik akan
tetapi masih tersisa bau dari adeps lanae yang tidak dapat hilang dan sediaan yang
dihasilkan berwarna kuning. Kemudian pada kelompok 3 menggunakan basis salep
yang sama dengan kelompok kami yaitu vaselin album dan cera alba. Pada kelompok
5 digunakan basis vaselin album dan paraffin solid didapatkan sediaan yang baik.

34
KESIMPULAN
Pada kelompok kami dibuat sediaan ointment dengan bahan aktif Menthol 7%
dan Champora 3%. Didapatkan hasil organoleptis warna putih, bau menthol dan
bentuk semipadat. Pada sediaan didapatkan daya sebar yang baik dan pada uji
akseptabilitas, sediaan kami memenuhi syarat sediaan ointment yang baik, dari mulai
tidak menimbulkan rasa lengket di kulit, memberikan sensasi hangat dari oleum
cajuputih, mudah di gunakan dan mudah dicuci dengan air.

35
BAB VII
EVALUASI
7.1 Prosedur Evaluasi
a. Organoleptis
Alat : panca indera
Prosedur : amati bau dan warna dan bentuk
b. Penambahan pH
Alat : pH meter
Prosedur :
1. PH meter dikalibrasi dengan dapar standart yang pHnya sama dengan
pH sampel
2. Bersihkan elektroda dengan aquadest dan keringkan
3. Celupkan elektroda ke dalam larutan sampel
4. Tekan tombol
5. Tunggu sampai angka pada alat berhenti kemudaian catat hasil yang
tertera pada sebagai pH sediaan
Persyaratan : 4-7
c. Viskositas
Alat : Breakfield digital viscometer
Prosedur :
1. Timbang sampel dalam beaker glass
2. Atur sendiri pada viskometer serta atur kecepatannya juga
3. Spinder diturunkan hingga terendah dalam sampai hingga garis tanda
spinder, kepala spinder harus berada pada posisi tengah dan sampel
4. Dibaca viskositas larutan sampel pada alat kemudian dilakukan
perhitungan sesuai dengan faktor koreksi. Dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali pada setiap sampel.
d. Uji daya sebar
Alat : Ekstensometer
Prosedur :

36
1. Ditimbang tutup ekstensometer yang akan digunakan
2. Ditimbang 0,5 gram sampel, diletakkan ditengah alat ekstensometer
3. Diukur diambil sediaan yang menyebar dengan mengambil rata-rata
diameter dari berbagai sisi.
4. Ditambahkan 50 gram beban dari bahan yang, diamkan selama 1 menit
5. Dicatat diameter sediaan yang menyebar
6. Ditambahkan beban 50 gram lagi diamkan selama 1 menit
7. Dicatat diamater sediaan yang menyebar
8. Dibuat grafik hubungkan antara luas dan beban sediaan
e. Uji homogenitas
Alat : Objek glass
Prosedur :
1. Oleskan sampel pada objek glass
2. Diamati ada partikel atau tidak , sehingga dapat menentukan homogen
atau tidak
f. Uji daya lekat
Alat : Objek glass
Prosedur :
1. Letakkan 0,5 gram sampel pada obejk glass pada alat ujinya
2. Ditambah beban 50 gram
3. Diamkan selama 1 menit
4. Setelah 1 menit beban diturunkan dan tarik pada obat daya lekat
tersebut, catat lamanya waktu sampai objek glass dilepas
g. Uji daya proteksi
Alat : kertas saring
Prosedur :
1. Diambil kertas saeing ukuran (10x10) cm
2. Dibasahi dengan pp sebagai indikator, keringkan
3. Diolesi dengan sediaan pada kertas saring

37
4. Pada kertas saring yang lain, dbuat suatu area (2,5x2,5) cm dengan
parafin cair tersebut
5. Ditempel pada kertas saring (no.3) diatas kertas saring sebelumnya
(0,1)
6. Dibasahi area ini dengan larutan koh (0,1)
7. Dilihat setelah kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan pp
pada waktu 15, 30, 45, 60 detik, 3 dan 5 menit
h. Uji acceptabilitas sediaan
Prosedur :
1. Dilakukan pada kulit dengan berbagai orang yang diberi suatu
kuisoner, dibuat suatu kriteria seperti dioleskan, kelembapan, sensai
yang ditimbulkan, kemudian pencucian.
2. Dari data tersebut dibuat scoring untuk masing-masing kriteria misal
untuk kelembutan seperti agak lembut, lembut, sangat lembut.

7.2 Hasil Evaluasi


% kesalahan
Pot salepkosong : 38,78 g
Pot salep + isi (salep) :232,68 g
Bobot isi (salep) : 193,9 g
200 g − 193,9 g
% kesalahan = x 100% = 3,05%
20 g
1. Organoleptis : bau : Minth
Warna : putih
Bentuk : semi solid (salep)
2. Penentuan pH : pH 5

38
3. Viskositas : spindel : 64
Speed Hasil (cps) Fakto koreksi x hasil hasil
(cps)
6 119 119 x 1000 119000
12 25 25 x 500 12500
30 100 100 x 200 20000

4. Uji daya sebar :


50 g 100 g 150 g 250 g 300 g 350 g 400 g
Kiri 3,3 3,4 3,4 3,5 3,7 3,7 3,7
Kanan 3 3,1 3,2 3,4 3,5 3,5 3,5
Atas 3,4 3,6 3,6 3,7 3,9 3,9 4
Bawah 2,8 3 3 3,3, 3,4 3,4 3,5

Berat beban (g)


50 g 100 g 150 g 250 g 300 g 350 g 400 g
r L r L r L r L r L r L r L
kiri 3,3 34,19 3,4 36,30 3,4 36,30 3,5 38,46 3,7 42,99 3,7 42,99 3,7 42,99
kanan 3 28,26 3,1 30,17 3,2 32,15 3,4 36,30 3,5 38,46 3,5 38,46 3,5 38,46
atas 3,4 36,30 3,6 40,69 3,6 40,69 3,7 42,99 3,9 47,76 3,9 47,76 4 50,24
bawah 2,8 24,62 3 28,26 3 28,26 3,3 34,19 3,4 36,30 3,4 36,30 3,5 38,46
Luas 30,84 33,85 34,35 37,98 41,38 41,38 42,54
rata-
rata

39
diameter
diameter

5.97 5.91 6.07


5.43
4.84 4.91
4.41

50 100 150 250 300 350 400


g g g g g g g

5. Uji acceptability
Jumlah reponden : 10 orang
Kriteria Keterangan jumlah
Kemudahan pengolesan Sulit 0
Mudah 4
Sangat mudah 6
Kelembutan Kasar 0
Agak lembut 1
Lembut 9
Rasa berminyak pada kulit Sangat berminyak 1
Agak berminyak 9
Tidak terasa 0
berminyak
Kemudahan dicuci dengan Tidak mudah 0
air dicuci
Mudah dicuci 10
Sangat mudah 0
dicuci

40
Aroma/bau yang Bau tidak enak 0
ditimbulkan dan menyengat
Tidak 0
menimbulkan bau
apapun
Bau yang enak 10
Tampilan fisik setelah Meninggalkan 0
pengolesan bekas yang sangat
kentara pada kulit
Bekas yang tipis 5
Tidak ada bekas 5
Grafik dan pembahasan :

kemudahan pengolesan
0%

sulit
40%
mudah
60% sangat mudah

Sediaan kami termasuk sangat mudah untuk dioleskan sehingga menjadi


aseptabel bagi pengguna. Tidak perlu penekanan yang kuat karena konsistensi
yang terbentuk sudah cukup bagus, hal ini merupakan pengaruh dari
komposisi basis dan konsentrasi penggunaan yang sudah sesuai.

41
kelembutan
0%

10%
kasar
agaklembut
lembut
90%

Berdasarkan survey, produk kami tergolong lembut yang artinya tidak ada
komponen padat dalam formula kami yang tidak terlarut sehingga pengguna
tidak merasakan adanya partikel kasar saat sediaan dioleskan.

rasa berminyak pada kulit


0%

10% sangat berminyak

agak berminyak

tidak terasa
90% berminyak

Sebanyak 90% responden kami mengatakan bahwa sediaan kami terasa


berminyak, hal ini sesuai dengan spesifikasi kami karena sediaan salep
merupakan sediaan semisolid dengan banyak komponen minyak, tanpa air.

42
kemudahan dicuci dengan
air
0%

tidak mudah
dicuci
mudah dicuci

sangat mudah
dicuci
100%

Seluruh responden kami mengatakan bahwa sediaan salep mudah dicuci yang
seharusnya tidak mudah dicuci Karena salep memiliki minyak jumlah besar
dan diinginkan sediaan lama berada di kulit maka sediaan menjadi sukar
untuk dicuci. Hal ini terjadi karena pada saat pengolesan ditangan sedikit,
tetapi saatpembilasan dengan air digosok dengan kuat.

Aroma/bau yang
ditimbulkan
0%
bau tidak enak

tidak
menimbulkan bau
apapun
bau yang enak
100%

Sebanyak 100% responden mengatakan bahwa sediaan kami memiliki bau


yang enak, karena sediaan ini mengandung bahan tambahan (corigen odoris)
oleum rosae yang memiliki aroma mawar.

43
tampilan fisik setelah
pengolesan
0%
Meninggalkan
bekas yang sangat
kentara pada kulit
bekas yang tipis
50% 50%

tidak ada bekas

Setengah responden mengatakan tidak ada bekas dan setengah responden lagi
mengatakan bekas yang tipis, hal ini dikarenakan responden ada yang
menggosokkan secara kuat hingga tidak berbekas, ada pulayang hanya
mengoleskan biasa tanpa menggosoknya terus menerus.

44
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia edisi III,


Dirjen POM. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV,
Dirjen POM. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia edisi V,
Dirjen POM. Jakarta
Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth
Edition, Pharmaceutical Press, New York
http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe
R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation,

45

Anda mungkin juga menyukai