PEMBAHASAN
2.1 Zoonosis
antara hewan vertebrata dan manusia. Penyakit pada hewan dapat ditularkan
langsung dan tidak langsung atau melaui produk hewan seperti daging, susu, dan
bagi manusia yang ditularkan oleh hewan. Sampai saat ini, terdapat tidak kurang
dari 300 penyakit hewan yang dapat menulari manusia. Dalam 20 tahun terakhir,
75% penyakit baru pada manusia terjadi akibat perpindahan patogen dari hewan ke
manusia atau bersifat zoonotik, dan dari 1.415 mikroorganisme patogen pada
manusia, 61,6% bersumber dari hewan (Widodo 2008).
yaitu kontak langsung dengan hewan pengidap zoonosis dan kontak tidak langsung
melalui vektor atau mengonsumsi pangan yang berasal dari ternak sakit, atau
melalui aerosol di udara ketika seseorang berada pada lingkungan yang tercemar
(Suharsono 2002; Nicholas dan Smith 2003). Penyakit yang diderita ternak selama
susu, dan telur termasuk penyakit yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan
Penyakit yang tergolong dalam zoonosis terdapat lebih kurang 150 jenis
dengan penyebaran penyakit tersebar ke seluruh penjuru dunia dan yang sering
1) Salmonellosis
Bakteri Salmonella sp. sensitif terhadap panas dimana tidak tahan pada suhu
lebih dari 700C. Pasteurisasi pada suhu 71.1oC selama 15 menit dapat
menghancurkan Salmonella pada susu. Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi
dehidrasi dalam kurun waktu yang sama pada feses dan makanan untuk konsumsi
hewan dan manusia.
Ternak merupakan sumber utama untuk foodborne salmonellosis pada
manusia, hal ini karena di peternakan, dalam tubuh unggas terjadi kolonisasi
pada usus unggas dan secara cepat menyebar ke unggas lain. Kolonisasi
intestinal akibat Salmonella dalam tubuh unggas dapat meningkatkan risiko
kontaminasi selama pemotongan. Telur juga merupakan resevoir untuk
Salmonella khusunya S.enteritidis sebagai organisme yang dapat berkoloni
pada ovarium ayam.
Susu merupakan produk hasil ternak perah yang bernilai gizi tinggi.
Kandungan gizi yang tinggi pada susu memberi peluang bagi perkembangan
bakteri, baik yang patogen maupun non patogen yang dapat menurunkan
kualitas susu. Salah satu bakteri patogen yang terdapat di dalam susu sapi segar
adalah Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram
positif yang dapat menyebabkan toksik pada manusia serta mastitis pada ternak
perah (Abrar et al., 2013). Standarisasi kualitas susu menurut BPOM RI (2008)
adalah cemaran mikroba maksimal 1 x 106 CFU/ml dan batas cemaran
Staphylococcus aureus maksimal adalah 1 x 102 CFU/ml.
Cara yang tepat dilakukan untuk menjaga kualitas susu agar terhindar dari
kontaminasi bakteri adalah dengan perlakuan dipping. Dipping merupakan
perlakuan mencelupkan puting sapi pada larutan desinfektan dengan lama waktu
tertentu yang dilakukan setelah pemerahan untuk mencegah masuknya bakteri ke
dalam ambing dan mencegah terjadinya mastitis (Pujiati dan Indrianto, 2009). Salah
satu desinfektan yang banyak ditemui di pasaran adalah iodosfor. Iodosfor
merupakan desinfektan berbahan dasar iodine, sorbitol dan gliserol. Iodosfor dapat
digunakan sebagai desinfektan dan dapat mengatasi semua bakteri Gram positif
maupun Gram negatif. Berdasar latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian
ini dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi iodosfor untuk
dipping terhadap Total Plate Count (TPC) dan Staphylococcus aureus pada susu
sapi FH.
Dwinata, I Made., dkk. 2012. Seroprevalensi dan Isolasi Toxoplasma gondii pada
Ayam Kampung di Bali. Bali : Universitas Udayana. Jurnal Veteriner
Nugroho, Widagdo Sri. Tingkat Cemaran Salmonella Sp. pada Telur Ayam Ras di
Wibowo. A., dkk. 2015. Tampilan Total Plate Count dan Staphylococcus Aureus
pada Susu Sapi Friesian Holstein akibat Dipping dengan Iodosfor pada