PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Distribusi cairan di dalam kompartemen diatur oleh osmosalitas,
distribusi Natrium dan distribusi koloid terutama albumin. Osmosalitas
dikontrol oleh intake cairan dan regulasi ekskresi air oleh ginjal.
Ada 2 jenis bahan yang terlarut didalam cairan tubuh, yaitu :
a. Elektrolit
Elektrolit ialah molekul yang pecah menjadi partikel bermuatan
listrik yaitu kation dan anion, yang dinyatakan dalam mEq/I cairan.
Tiap kompartemen mempunyai komposisi elektrolit tersendiri
(tabel 2). Komposisi elektrolit plasma dan interstisial hampir sama,
kecuali didalam interstisial tidak mengandung protein.
Tabel 2 :
Electrolyte Content of Various Body Fluids (mEq)
b. Non elektrolit
Non elektrolit ialah molekul yang tetap, tidak berubah menjadi
partikel-partikel, terdiri dari dekstrosa, ureum dan kreatinin.
3
Tabel 3
Zat-zat yang menimbulkan Tekanan Osmotik di dalam
Cairan Ekstrasel dan Intrasel
4
2. Mekanisme regulasi tubuh
Ada dua mekanisme utama yang mengatur air tubuh yaitu
pengaturan osmoler dan pengaturan volume non osmoler.8
a. Pengaturan osmoler
Sistem osmoreseptor ADH
Pada saat volume CES berkurang, osmolaritas meningkat,
mengakibatkan pelepasan impuls dari osmoreseptor di
hipotalamus anterior yang merangsang pituitari posterior untuk
melepas ADH. Penurunan volume CES juga merangsang pusat
haus yang juga menstimulasi pelepasan ADH. ADH
mengakibatkan reabsorbsi Na dan air pada tubulus distal dan
tubulus kolektivus, sehingga menaikkan volume CES.
Peningkatan volumen CES akan memberikan umpan balik ke
hipotalamus dan pusat haus sehingga volume CES
dipertahankan tetap.
Sistem renin aldosteron
Saat volume CES berkurang, makula densa akan melepaskan
renin yang berperan dalam pembentukan angiotensin I. Dengan
converting enzim angiotensi I diubah menjadi angiotensin II
yang merupakan vasokonstriktor kuat, menstimulasi kortek
adrenal untuk mengeluarkan aldosteron, yang mengakibatkan
reabsorbsi air dan Na sehingga sirkulasi meningkat.
b. Pengaturan non osmoler
Semua respon hemodinamik akan mempengaruhi reflek
kardiovaskuler, yang juga akan mengatur volume cairan dan
pengeluaran urin. Jika terjadi hipovolemia, reflek intratorak,
reflekreseptor presor ekstratorak dan respon iskemik pusat akan
mengaktifkan mekanisme hipotalamik dan sistem nervus simpatis.
5
3. Kebutuhan air dan elektrolit
Pada orang dewasa kebutuhan air dan elektrolit setiap hari adalah
sebagai berikut :2
30-35 ml/kg. Kenaikan suhu 1°C ditambah 10-15%
Pada anak sesuai berat badan : 0-10 kg : 100 ml/kgBB
10-20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg diatas
10 kg
< 20 kg : 1500 ml + 20 ml/kg diatas
20 kg (UI)
Elektrolit : Na+ : 1,5 – 2 mEq/kgBB (100 mEq/hari = 5,9 g)
K+ : 1 mEq/kb/BB (60 mEq/hari = 4,5 g)
Menurut Collins kebutuhan cairan perhari, seperti yang ditunjukkan
dalam tabel berikut :
Tabel 4 :
Fluid Balance – Daily Water Requitments
(Based on Caloric Consumption – After Darrow)
6
Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran air.2
Air masuk Air keluar
Minuman : 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml
Makanan : 500-1000 ml Tinja : 50-200 ml
Hasil oksidasi : 200-300 ml IWL : 850-1200 ml
7
menyusun 20% dari berat badan total yang terdiri dari plasma ( 5% dari
berat badan ) dan cairan interstitial ( 15 % dari berat badan ). Jumlah
cairan intraseluler dihitung dengan cara mengurangi total air dalam tubuh
dengan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler terdiri dari 40% berat
badan total pada masing – masing individu dengan proporsi terbesar
terdapat pada otot rangka. ( 2 )
Plasma 5%
Cairan interstitial 15%
Volume intraseluler 40%
Plasma
KATION ANION
K+ 4 HCO3- 27
Ca++ 5 SO4– 3
Mg++ 3 PO4—
As. Organik 5
Protein 16
8
Cairan Interstitial
KATION ANION
K+ 4 HCO3- 30
Ca++ 3 SO4– 3
Mg++ 2 PO4—
As. Organik
5
Protein 1
Cairan Intraseluler
KATION ANION
K+ 150 HPO4—150
Na+ 10 HCO3- 10
Protein 40
9
Cairan ekstraseluler seimbang antara kation utama yaitu natrium dan anion
utama yaitu klorida dan bikarbonat. Cairan intraseluler terdiri dari kation utama
yaitu kalium dan magnesium dan anion utam yaitu fosfat dan protein. Gradien
konsentrasi antara bagian–bagian cairan diatur oleh pompa ATP Na-K yang
terletak di antara membran sel. Komposisi dari plasma dan cairan interstitial agak
berbeda pada komposisi ion, dengan perbedaan yang utama dapat terlihat pada
komposisi protein yang lebih tinggi pada plasma. Osmolaritas plasma yang
ditambahkan dengan protein menyeimbangkan cairan yang melewati endotel
kapiler. Walaupun perpindahan ion dan protein antara cairan yang berbeda
terbatas, air dapat berdifusi dengan bebas. Air tersebar disemua cairan tubuh
sehingga pemberian sejumlah air dapat meningkatkan sedikit volume dari cairan.
Bagaimanapun, Natrium merupakan bagian dari cairan ekstraseluler dan karena
osmotiknya dan kemampuan elektriknya, sehingga dapat berikatan dengan air.
Oleh karena itu cairan yang mengandung natrium didistribusikan melalui cairan
ekstraseluler dan ditambahkan pada volume intravaskuler dan interstitial. Ketika
cairan yang mengandung natrium yang masuk akan mempengaruhi volume
intravaskuler, juga akan memperluas ruang interstitial kurang lebih tiga kali lipat
seperti plasma.
10
tinggi pada individu-individu muda dan juga pada pria dibandingkan pada
individu dengan usia lanjut dan wanita. Di sisi lain, volume darah berkisar
antara 60 sampai 65 mL/kgBB, dan didistribusikan 15% pada sistem arteri
dan 85% pada sistem vena.
Komponen utama dari cairan ektraselular adalah plasma (30 sampai 35
mL/kgBB) dan cairan interstitial (120 sampai 165 mL/kgBB) sedangkan
komponen lainnya terdiri dari cairan pleura, cairan peritonem, aqueous humor,
keringat, urin, cariar limfe, serta cairan serebrospinal.
11
Plasma merupakan komponen nonselular dari darah dan memiliki
kecenderungan untuk secara terus-menerus mencari keseimbangan dengan
cairan intestitial. Perbedaan utama antara plasma dibandingan dengan cairan
interstitial adalah konsentrasi proteinnya yang jauh lebih tinggi. Hal ini
menyebabkan plasma memiliki tekanan osmotik 20mmHg lebih tinggi dari
cairan interstitial serta cairan ekstraselular lainnya. Perbedaan ini berperan
dalam proses menjaga volume intravaskular. Cairan ekstraselular memiliki
konsentrasi natrium, klorida, dan bikarbonat yang lebih tinggi. Permibabilitas
terhadap ion dan protein sangat bervariasi pada masing-masing organ, dengan
otak sebagai organ dengan permiabilitas terendah sedangkan hepar sebagai
organ dengan permiabilitas tertinggi.
Adapted from Campbell I: Physiology of fluid balance. Anaesth Intensive Care Med 7:462-465
2006.
12
Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang
memerlukan ATP.5,7,8
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung
secara:
Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui
membrane semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih
rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama.
Seluruh membran sel dan kapiler permeable terhadap air, sehingga tekanan
osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Membran
semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun
tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.5,7,8
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan
dengan tekananosmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%,
Dekstrosa 5%, Ringer laktat).Larutan dengan tekanan osmotik lebih
rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkan lebih tinggi disebut
hipertonik.
Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan
akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi
rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk
berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada
perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.5,7,8
13
2.5 Klasifikasi Perubahan Cairan Tubuh
2.5.1 Perubahan Normal Cairan dan Elektrolit
Konsumsi air rata-rata pada orang normal kurang lebih 2000 ml, ±
75% dari pemasukan oral dan sisanya dari ekstraksi dari makanan padat.
Kehilangan air perhari terdiri dari 1 L melalui urin, 250 ml melalui feses
dan 600 ml melalui Insensible loss. Insensible loss dapat terjadi melalui
kulit 75% dan paru 25% berupa air murni. Insensible loss dapat meningkat
pada banyak faktor seperti demam, hipermetabolisme dan hiperventilasi.
Berkeringat, pada sisi lain merupakan proses aktif dan meliputi kehilangan
elektrolit (hipotonik) dan air. Untuk membersihkan sisa produk
metabolisme ginjal harus mengeksresi minimal 500-800 ml urin perhari
tanpa memperhatikan jumlah masukan peroral.
Individu normal juga mengkonsumsi 3–5 gr garam perhari, dan
diseimbangkan oleh ginjal pada hiponatremia, eksresi Na dapat diturunkan
sedikitnya sedikitnya 1 Meq/d atau maksimal sampai 500 Meq/d untuk
mencapai keseimbangan sebagai pengganti dari garam yang dieksresi oleh
ginjal.
14
kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berasal dari Nasogastric
suction, muntah, diare atau fistula. Sebagai tambahan, kerusakan sukunder
pada cedera jaringan lunak, luka bakar, dan proses intraabdominal seperti
peritonitis, obstruksi, tindakan pembedahan yang lama juga dapat memicu
terjadinya defisit volume.
Oligouria Murmur
15
Komposisi sekresi gastrointestinal
Kolon 600-800 60 30 40 0
16
2.5.4 Perubahan Konsentrasi
Hipoatremia
17
penyakit ginjal primer) hiponatremia deplesi sering kali bersamaan dengan
defisit volume ekstraseluler.
18
Hipernatremia
Hipernatremia
Volume status
High normal
low
↓ ↓
↓
19
Aldosteronism Gastrointestinal
Gastrointestinal
Adrenal failure
Gastrointestinal
Weakness, fatigue, muscle cramps/twitching
Cardiovascular
Anoreksia, nausea, vomiting, diare cair
Jaringan
Hipertensi dan bradikardia secara signifikan
meningkatkan tekanan intrakranial
Ginjal
Lakrimasi, salivasi
Oligouria
Sistem tubuh Hipernatremia
Sistem Saraf Pusat Restlesness, letargi, ataksia, iritabilitas, spasme tonik,
delirium, kejang, koma
Muskuloskeletal
Weakness
Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, diare cair
Cardiovascular
Takikardi, hipotensi, sinkop
Jaringan
Dry sticky mucous membrane, red swollen tongue,
Ginjal
berkurangnya saliva dan air mata
Metabolik
Oligouria
21
Demam
ABNORMALITAS KALIUM ( K )
Rata-rata intake diet K kira-kira 50-100 mEq/d, yang mana kekurangan dari
hipokalemia dieksresi melalui urine. K ekstrasel dipertahankan dalam batas yang
sempit , prinsipnya dengan eksresi K oleh ginjal, yang mana dapat bergeser dari
10 sampai 700 mEq/d, walaupun hanya 2% dari total K tubuh (4,5 mEq/L x 14 L
= 63 mEq) lokasinya dalam bagian dari cairan ekstrasel, jumlah yang sedikit ini
sangat kritis untuk jantung dan fungsi neuromuskular. Jadi meskipun perubahan
kecil namun dapat menyebabkan efek yang besar pada aktifitas jantung. Distribusi
K intrasel dan ekstrasel dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk stress pada
pembedahan, asidosis dan katabolisme jaringan.
HIPERKALEMIA
Hiperkalemia
Peningkatan intake
Suplementasi kalium
Transfusi darah
22
Beban endogen / destruksi : hemolisis, rhabdomyolisis, crush injury, perdarahan
gastrointestinal,
Peningakatan pelepasan
Asidosis
Diuretik kalium
Insufisiensi renal
Meningkatnya intake dapat sama baik dari oral maupun suplement intravena,
begitupun juga dari transfusi darah. Kerusakan sel dapat menyebabkan pelepasan
K yang berhubungan dengan hemolisis, Rhabdomiolisis, Crush injury, dan
perdarahan saluran cerna. Asidosis dan peningkatan secara cepat dari osmolalitas
ekstrasel (hiperglikemia atau manitol) dapat meningkatkan kadar serum K dengan
membuat perubahan dari ion K ke bagian ekstraseluler. Mayoritas dari total K
tubuh terdapat di intraseluler, bahkan perubahan kecil dari K intrasel yang keluar
dari cairan intraseluler dapat mempunyai peranan penting untuk meningkatkan K
ekstraseluler.
23
diare. Gejala neuromuskular bervariasi dari lemah sampai ascending paralisis
sampai gagal nafas. Sedangkan menifestasi pada sistem kardiovaskuler berupa
berubahnya gambaran EKG menjadi Cardiac arithmia dan henti jantung.
- Pendataran gelombang T
- Fibrilasi ventrikel
HIPOKALEMIA
Hipokalemia lebih sering terjadi pada pasien dengan pembedahan. Ini mungkin
disebabkan oleh intake yang tidak adekuat (diet K bebas cairan intravena atau
total nutrisi parenteral dengan penggantian K yang tidak adekuat). Kelebihan
eksresi ginjal (hiperaldosteron, pengobatan contohnya diuretik yang
meningkatkan sekresi K atau obat seperti Penicillin yang menyebabkan tubulus
ginjal kehilangan K ). Kehilangan pada sekresi gastrointestinal (kehilangan
langsung dari K dalam feses atau kehilangan K ginjal dari muntah atau
pengeluaran melalui nasogastric yang cepat) atau perubahan inrasel (seperti
terlihat pada alkalosis metabolik atau terapi insulin).
Etiologi Hipokalemia
Intake inadekuat
Dietary, kalium bebas dalam cairan intravena, nutrisi perenteral total kalium
defisiensi
24
Kelebihan ekskresi kalium
Hiperaldosteronism
Medikasi
Kehilangan kaliun melalui ginjal ( cairan gaster, seperti muntah atau output
nasogastric yang tinggi )
Penurunan K 0,3 mEq/L untuk setiap 0,1 peningkatan pada pH diatas normal
- Gelombang U
- Pendataran gelombang T
- Perubahan segmen ST
25
ABNORMALITAS MAGNESIUM ( Mg )
HIPERMAGNESEMIA
- Pelebaran interval PR
- Elevasi gelombang T
HIPOMAGNESEMIA
Deplesi Mg merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, terutama yang dirawat di ICU. Ginjal terutama bertanggung jawab
untuk homeostasis Mg melalui regulasi dengan Ca atau Mg receptor pada sel
tubulus ginjal. Hipomagnesemia hádala hasil dari variasi etiologi, mulai dari
rendahnya intake (kelaparan, alkoholisme, terlalu lama menggunakan cairan
intravena dan total nutrisi parenteral dengan suplemen Mg yang tidak adekuat),
meningkatkan eksresi ginjal (alcohol, diuretik, amfoterisin B), gastrointestinal
26
(diare), malabsorbsi, pancreatitis akut, diabetes ketoasidosis, dan terutama
aldosteronism.
- Depresi segmen ST
- Torsades de pointes
- Aritmia
Hipomagnesemia sangat penting, tidak hanya sebagai efek langsung pada sistem
saraf, tapi juga karena Mg dapat mebuat hipokalsemia dan persisten hiperkalemia.
Ketika hipokalemia atau hipocalsemia bersama dengan hipomagnesemi, Mg harus
lebih agresif diganti untuk membantu mengendalikan homeostasis K atau Ca.
ABNORMALITAS KALSIUM
Mayoritas kalsium tubuh tersimpan dalam matrix tulang dengan hanya kurang
dari 1% ditemukan dalam cairan ekstrasel. Ca serum didistribusikan dalam tiga
bentuk :
- Ion (50%)
27
Fraksi ion ini bertanggung jawab untuk stabilitas dan keteraturan neuromuskular
secara langsung. Ketika mengatur kadar serum total, konsentrasi albumin harus
dipertimbangkan :
HIPERKALSEMIA
- Pemendekan interval QT
28
- Blok AV (dapat merupakan proses menuju blok jantung sempurn,
kemudian henti jantung dengan hiperkalsemia berat)
HIPOKALSEMIA
29
Penurunan kontraksi jantung dan gagal jantung dapat juga menimbulkan
hipokalsemia, untuk pengawasan dapat dilihat dari perubahan EKG termasuk :
- Pemanjangan interval QT
- Inversi gelombang T
- Heart blok
- Fibrilasi ventrikel
Polidipsi
Penurunan kadar serum
Sistem Kalium Magnesium Kalsium
Gastrointestinal Ileus, konstipasi Hiperaktif refleks, Hiperaktif refleks,
tremor otot, tetani, parestesia,
Neuromuskular Penurunan refleks,
kejang carpopedal spasme,
lelah, lemah,
kejang
Cardiovaskuler
Aritmia
30
paralisis
Gagal jantung
Arrest
ABNORMALITAS FOSFOR
Fosfor adalah anion divalent intraseluler utama dan jumlahnya banyak pada
metabolisme sel aktif. Fosfor bertanggung jawab untuk mempertahankan produksi
energi dalam bentuk glikolisis atau produk fosfat energi tinggi seperti adenosine
triphosphat (ATP), dan kadarnya sangat dikontrol dengan eksresi ginjal.
HIPERFOSFATEMIA
HIPOFOSFATEMIA
Hipofosfatemia dapat menjadi tanda penurunan intake fosfat, pada fosfat bagian
intraseluler, atau peningkatan eksresi fosfat. Penurunan intake dapat terjadi
bersamaan dengan malnutrisi atau jika terjadi penurunan absorpsi pada
gastrointestinal (malabsorpsi atau ikatan fosfat). Kebanyakan kasus yang terjadi
pada fosfat bagian intraseluler berhubungan dengan alkalosis respiratori, terapi
insulin, sindrom pemberian makan berulang, dan Hungry Bone Syndrome.
Manifestasi klinik dari hipofosfatemia biasanya tidak ada sampai terjadi
31
penurunan kadar secara signifikan. Umumnya gejala berhubungan dengan
penurunan fosfat energi-tinggi dan manifestasinya pada disfungsi jantung atau
kelemahan otot.
pH dari cairan tubuh dipelihara didalam batas sempit walaupun kemampuan ginjal
untuk mengeluarkan sejumlah besar HCO3- dan sejumlah besar asam yang normal
di produksi sebagai produk dari metabolisme.
KEGAGALAN METABOLIK
32
ASIDOSIS METABOLIK
Ginjal juga meningkatkan sekresi hidrogen dan oleh sebab itu meningkatkan
eksresi NH4+ (H+ + NH3+ = NH4+) dalam urin. Dalam evaluasi pada pasien dengan
level serum bikarbonat yang rendah dan asidosis metabolik, ukuran pertama dari
perbedaan anion atau Anion Gap (AG), index dari anion yang tidak terukur.
AG = [ NA ] – [ CL + H CO3 ]
Normal perbedaan anion (AG) adalah < 12 mmol/L dan menunjuk terutama pada
albumin, jadi perkiraan perbedaan anion sesuai untuk albumin (hipoalbumin
menurunkan AG).
Salah satu penyebab paling sering dari asidosis metabolik berat pada pasien bedah
dengan asidosis laktit. Dengan shock, laktat diproduksi dari produk perfusi
jaringan yang inadekuat. Terapi adalah untuk mengembalikan perfusi.
33
Asam laktat dimetabolisasi dan kadar pH kembali normal. Pemasukan bikarbonat
untuk terapi asidosis metabolik masih kontroversial karena tidak jelas bahwa
asidosis akan menghilang. Pemasukan bikarbonat yang berlebihan dapat
menyebabkan alkalosis metabolik, yang merubah kurva disosiasi oxyhemoglobin
ke kiri, bertentangan dengan keluarnya oksigen pada kadar jaringan, dan dapat
dihubungkan dengan aritmia yang sulit diobati. Kerugian lainnya adalah sodium
bicarbonat yang dapat mengeksaserbasi asidosis intraselular . Pemasukan
bikarbonat dapat dikombinasikan dengan ion hidrogen yang banyak untuk
membentuk asam karbonik , yang kemudian dikonversi menjadi CO2 dan air,
yang dapat meningkatkan PCO2. Hal ini merupakan keadaan yang merugikan dan
dapat menyebabkan ventilasi abnormal pada pasien dengan sindrom akut distres
respirasi. CO2 ini dapat masuk ke dalam sel, tapi bikarbonat tetap di ekstra seluler,
hal itu akan memperburuk keadaan asidosis intraseluler. Ada beberapa buffer
yang tidak meningkatkan produksi CO2 dan menghindari asidosis intraselular,
termasuk carbicarb dan tromethamine. Carbicarb adalah campuran eqimolar dari
sodium bikarbonat dan sodium karbonat. Campuran karbonat dengan ion
hidrogen, menghasilkan bikarbonat lebih dari CO2. Bagaimanapun, buffer ini
belum sesuai digunakan untuk manusi. Buffer alternatif yang juga tidak
menghasilkan CO2 dan sesuai untuk penggunaan klinis adalah Tris –
hydroxmethyl amino methane (THAM). THAM dieksresikan oleh ginjal dan biasa
digunakan pada pasien insufisiensi ginjal dengan hati-hati. Efek samping meliputi
hiperkalemia dan hipoglikemia.
Asidosis metabolik dengan AG normal dari pemasukan asam lain (HCL atau
NH4+) atau kehilangan bikarbonat yang bersumber dari gastrointestinal seperti
diare, fistula (enterik, pankreatitis atau biliary), ureterosigmoidostomy atau
kehilangan anion dari ginjal, kehilangan bikarbonat diimbangi dengan masuknya
klorid, yang menyebabkan perubahan AG. Untuk mengetahui bahwa kehilangan
bikarbonat disebabkan oleh renal, kadar [NH4+] dalam urin yang rendah
menunjukkan adanya asidosis hiperkloremik yang mengindikasikan adanya
kehilangan anion melalui ginjal dan evaluasi untuk asidosis renal tubular dapat
dilakukan. Asidosis tubular proksimal ginjal dihasilkan dari penurunan reabsorbsi
dari HCO3-, ketika asidosis renal tubular distal dihasilkan dari penurunan eksresi
34
asam. Inhibitor karbonik anhidrase asetazolamid juga dapat menyebabkan
kehilangan bikarbonat dari ginjal.
ALKALOSIS METABOLIK
KEGAGALAN RESPIRATORI
Dalam keadaan normal PCO2 dijaga secara ketat oleh ventilasi alveolar, dan
dikontrol oleh pusat pernapasan pada pons dan medula oblongata.
ASIDOSIS RESPIRATORY
ALKALOSIS RESPIRATORY
35
Pada banyak kasus alkalosis respiratori terjadi secara akut dan sekunder pada
hiperventiasi alveolar. Penyebabnya termasuk nyeri atau gelisah, kelainan
neurologi ( meningitis, trauma), obat-obatan ( seperti salisilat ), demam,
bakterimia gram – , thyrotoxicosis, atau hipoksemia. Hipokapnea akut dapat
menyebabkan pemasukan potassium dab fosfat kedalam sel dan meningkatkan
pengikatan calsium terhadap albumin, menyebabkan hipokalemia simptomatik,
hipofosfatemia, dan hypocalemia, yang kemudian dapat terjadi aritmia, parestesi,
kejang pada otot dan bangkitan. Pengobatan ditujukan untuk mengobati penyebab
penyakit, dan juga mengobati hiperventilasi yang terjadi.
LARUTAN PARENTERAL
Ada sejumlah larutan elektrolit komersial yang dapat digunakan untuk pemasukan
parenteral. Jenis cairan yang dimasukkan tergantung pada status volume pasien
dan tipe konsentrasi atau adanya komposisi abnormal. Baik ringer laktat dan
normal saline bersifat isotonik dan bermanfaat dalam menggantikan kehilangan
cairan gastrointestinal dan defisit volume ekstraseluler. Ringer laktat bersifat agak
hipotonik karena mengandung 130 mEq Natrium, yang diseimbangkan dengan
109 mEq klorida dan 28 mEq laktat. Laktat lebih sering digunakan dibandingkan
bikarbonat karena laktat bersifat lebih stabil sebagai cairan intravena selama
penyimpanan. Laktat diubah menjadi bikarbonat di hati mengikuti proses
pencairan, walaupun dihadapkan pada syok hemoragik. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa resusitasi menggunakan ringer laktat dapat menyebabkan
kerusakan karena RL mengaktivasi respon inflamasi dan menyebabkan terjadinya
apoptosis. Komponen yang terlibat adalah isomer D laktat, yang berbeda dengan
isomer D, bukan merupakan perantara yang normal pada metabolisme mamalia.
Biasanya larutan mengandung campuran 50:50 dari D dan isomer.
36
Larutan Komposisi elektrolit ( mEq/L )
Na Cl K HCO3- Ca Mg mOsm
Cairan ekstraseluler 142 103 4 27 5 3 280-310
Sejumlah larutan alternative untuk ekspansi volume dan resusitasi telah tersedia
table 2-12 larutan salin hipertonik (3,5% dan 5% digunakan untuk mengatasi
37
deficit Na yang berat. Salin hipertonik (7,5% ) digunakan sebagai terapi pada
cedera kepala tertutup. Salin hipertonik meniungkatkan perfusi cerebral dan
menurunkan tekanan intracranial, hal tersebut akan meunurunkan edema otak.
Salin hipertonik dalamjumlah kecil, dibandingkan dengan salin isotonic dalam
jumlah besar, lebih efektif dalam meningkatkan volume pada shock hemoragik.
Bagaimanapun harus diperhatikan juga dalam meningkatkan darah, seperti salin
hipertonik sebagai vasodilator arteriola.
Koloid juga digunakan pada pasien bedah dan masih diperdebatkan sebagai
penambahan volume dibandingkan kristaloid isotonic. Melalui berat molekulnya
koloid tertahan di ruang intravascular. Bagaimanapun pada kondisi shock
hemoragik berat, permeabilitas membrane kapiler meningkat, menyebabkan
koloid dapat masuk ke ruang interstitial yang dapat memperburuk edema dan
merusak oksigenasi jaringan.
- Albumin
- Dekstran
- Beta starch
- Gelatin
Larutan dengan ukuran partikel lebih kecil dan berat molekul lebih kecil
mempunyai efek onkotik yang lebih besar, tapi tertahan dalam sirkulasi pada
periode lebih singkat dibandingkan koloid dengan ukuran partikel lebih besar dan
berat molukul lebih besar.
Albumin (berat molekul 70000) merupakan derifat dari darah, oleh karena itu
dapat dihubungkan dengan reaksi alergi. Albumin dapat menginduksi gagal ginjal
dan merusak fungsi paru jika digunakan untuk resusitasi shock hemoragik.
38
Dextran adalah polimer glukosa yang dihasilkan oleh pertumbuhan bakteri pada
media sukrosa dan tersedia dalam larutan dengan berat molekul 40.000 atau
70.000. Dextran menambah volume melalui efek osmotiknya. Dextran terutama
lebih banyak digunakan untuk menurunkan viskositas darah daripada penambahan
volume.
Gelatin merupakan kelompok ke empat dari koloid yang diproduksi dari kolagen
sapi. Ada dua jenis yaitu gelatin urea – linked dan succinylated gelatin
(gelofusine).
NATRIUM
HIPERNATREMIA
140
Banyak kasus hiponatremia dapat diatasi dengan restriksi air dan jika berat
ditambahkan Na. Pada pasien dengan fungsi renal normal hiponatremi tidak akan
terjadi jika serum Na ≥ 120 mEq/L. Jika terjadi gejala neurologik, maka normal
saline 3% digunakan untuk meningkatkan Na tidak lebih dari 1 mEq/L per jam
sampai kadar serum Na mencapai kadar 130 mEq/L atau gejala neurologik
teratasi. Koreksi dari hiponatremia yang asimptomatik dilakukan dengan
meningkatkan kadar Na tidak lebih dari 0,5 mEq/L sampai maksimum 12 mEq/L
per hari dan lebih rendah lagi pada hiponatremi kronik. Koreksi hiponatremi yang
cepat dapat menyebakan mielinolisis pons dengan kejang, lemah atau paresis,
gerakan akinetik dan unresponsif serta kerusakan otak permanen. MRI dapat
membantu menegakkan diagnosis.
KALIUM
HIPERKALEMIA
Kayexalate
Dialisis
Pengantian kalium
40
1 ampul bikarbonat IV
HIPOKALEMIA
Terapi untuk hipokalemi adalah dengan pemberian kalium. Pemberian secara oral
efektif untuk hipokalemia ringan dan asimptomatik. Jika diperlukan pemberian
secara intravena, tidak boleh lebih dari 10-20 mEq/h.
MAGNESIUM
HIPERMAGNESEMIA
HIPOMAGNESEMIA
Koreksi deplesi Mg dapat dilakukan secara oral jika ringan dan asimptomatik.
Pemberian Mg dapat dilakukan secara intravena jika berat dan menimbulkan
gejala.
CALCIUM
HIPERKALSEMIA
HIPOKALSEMIA
41
TERAPI CAIRAN PREOPERATIF
Pemeliharaan cairan harus dilakukan pada individu yang sehat sebelum operasi.
10-20 kg II = 50 ml/kgbb/hari
Evaluasi preoperatif status volume pasien dan elektrolit abnormal yang ada
merupakan bagian yang penting pada penilaian dan perawatan preoperatif.
Jika telah terdiagnosa defisit volume harus dilakukan penggantian cairan secara
cepat, biasanya digunakan kristaloid isotonik. Pasien yang mengalami defisit
volume dengan gejala kardiovaskular harus diberikan 1-2L cairan isotonik infus.
Monitoring yang ketat selama periode ini sangat penting. Pasien yang gagal
teratasi defisit volumenya biasanya fungsi ginjalnya rusak, dan pada orang tua
harus dibawah monitoring yang ketat di ICU, untuk mengontrol tekanan vena
sentral atau kardiak output.
42
2.
Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah).
3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur
(paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponendarah).
4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi (karena Heat stroke,
demam dan diare).
5. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan
cairan tubuh dan komponen darah).8,9
43
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah);
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).8,9
44
dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya
mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan
Dekstrosa 2,5%.
Cairan Isotonik
Cairan Isotonik osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah
terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik
Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%
hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%,
produk darah (darah), dan albumin.
45
Kristaloid
Kristaloid bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah
volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu
yang singkat (relatif sebentar di intravaskuler), dan berguna pada pasien
yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan NaCl
0,9%.4,8
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES =
CEF). Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan
mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak
menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan
dapat disimpan lama.
Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali
cairan koloid) ternyat a sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid
untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan
kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.4
Heugman et al (1972) mengemukakan bahwa walaupun dalam
jumlah sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga
timbul edema perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi
jaringan dan edema jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter
NaCl 0,9%. Penelitian Mills dkk (1967) di medan perang Vietnam turut
memperkuat penelitan yang dilakukan oleh Heugman, yaitu pemberian
sejumlah cairan kristaloid dapat mengakibatkan timbulnya edema paru
berat. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat
menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intra kranial.
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana
kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan
dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit
cairan di ruang interstitiel.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling
banyak digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan
susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang
terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati
46
menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan
adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan
asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan
menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.
Koloid
47
Koloid ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar
sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada lama
dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
“plasma substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid
terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas
osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama
(waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid
sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok
hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia
berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar).
Tabel 4. Daftar Cairan Koloid
Jenis Produksi Tipe BM Wakt Indikasi
Koloid rata- u
rata paruh
Plasma Human Serum consered 50.000 4-5 a. Pengganti
protein plasma human albumin hari volume
b. Hiponatremia
c. Hemodilusi
Dextran Leuconosto D 60/70 60.000 6 jam a. Hemodilusi
c – b. Gangguan
mesenteroid 70.000 mikrosirkula
B 512 si (stroke)
Gelatin Hidrolisis - Modifien 35.000 2-3 Substitusi
dari kolagen gelatin jam volume
binatang - Urea linked
- Oxylopigelati
n hydroxy
ethyl
Starch Hidrolisis Hydroxy ethyl 450.00 6 jam a. Substitusi
asam dan 0 volume
48
ethylen b. Hemodilusi
oxyde
treatment
dari kedelai
dan jagung
Polyvinyl Sintetik - Subtosan 50.000 Substitusi
pyrrolidon polimer - Periston 25.000 volume
e vinyl
pyrrolidone
Kerugian dari plasma expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada “cross match”.
Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:
Koloid alami
Koloid alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia
( 5 dan 2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C
selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi
protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa
globulin dan beta globulin. Prekallikrein activators (Hageman’s factor
fragments) seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan
dalam albumin. Oleh sebab itu pemberian infuse dengan fraksi protein
plasma seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.4
Koloid sintesis
Dextran8
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan
Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000
diproduksi oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh
dalam media sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume
expander yang lebih baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi
Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro
49
karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu
Dextran mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi
platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan
fibrinolisis dan melancarkan aliran darah.
Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat
mengganggu cross match, waktu perdarahan memanjang (Dextran 40)
dan gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang
dapat dicegah yaitu dengan memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih
dahulu.
Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat
molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3
macam gelatin, yaitu: modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell),
urea linked gelatin, oxypoly gelatin.Merupakan plasma expanders dan
banyak digunakan pada penderita gawat. Walaupun dapat
50
menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari golongan urea
linked gelatin.
Faktor-faktor preoperatif: 9
1. Kondisi yang telah ada
Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat
diperburuk oleh stres akibat operasi.
2. Prosedur diagnostik
Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker
intravena dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang
tidak normal karena efek diuresis osmotik.
3. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi
eksresi air dan elektrolit
4. Preparasi bedah
Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air
dan elekrolit dari traktus gastrointestinal.
5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada
6. Restriksi cairan preoperatif
Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat
kehilangan cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat
meningkat jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan
abnormal cairan.
7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya
Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari
anestesi.
51
Faktor Perioperatif: 9
1. Induksi anestesi
Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan
hipovolemia preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi
seperti takikardia dan vasokonstriksi.
2. Kehilangan darah yang abnormal
3. Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space (contohnya
kehilangan cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat
operasi)
4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada
luka operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan.
Faktor postoperatif: 5
1. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi
2. Peningkatan katabolisme jaringan
3. Penurunan volume sirkulasi yang efektif
4. Risiko atau adanya ileus postoperatif
52
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan ± 30-35 ml/kgBB/hari
dan elektrolit utama Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+=
1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang
hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat
kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water
losses. Cairan yang hilang ini pada umumnya bersifat hipotonus (air lebih
banyak dibandingkan elektrolit).
53
plasma terhadap eritrosit daripada jumlah perdarahan. Kesulitan
penaksiran akan bertambah bila pada luka operasi digunakan cairan
pembilas (irigasi) dan banyaknya darah yang mengenai kain penutup, meja
operasi dan lantai kamar bedah.
54