Anda di halaman 1dari 29

Kota Surakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Koordinat: 7,5567545°LS 110,8213985°BT


Untuk kegunaan lain dari Solo atau Surakarta, lihat Solo (disambiguasi) atau Surakarta
(disambiguasi)

Kota Surakarta
ꦑꦸ ꦛꦯꦸ ꦫꦏꦂꦠ

Kota di Indonesia

Dari atas searah jarum jam: Pasar Gede Harjonagoro, Citywalk Ngarsopuro, Keraton
Surakarta Hadiningrat, Jalan Slamet Riyadi, Pura Mangkunegaran, Kampung Batik
Laweyan.
Lambang

Semboyan: Mulat sarira angrasa wani


ꦩꦸꦭ ꦠꦱꦫꦶꦫꦲꦁꦫ ꦱꦮꦤꦶ
Introspeksi diri, merasa berani
Slogan: Berseri
"Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah" (umum)
The Spirit of Java (pariwisata)

Peta lokasi Kota Surakarta

Kota Surakarta

Peta lokasi Kota Surakarta

Koordinat: 7°34′0″LU 110°49′0″BT


Negara Indonesia

Provinsi Jawa Tengah

Hari jadi 17 Februari 1745

Pemerintahan

• Wali Kota F.X. Hadi Rudyatmo

• Wakil Dr. H. Achmad Purnomo


Wali Kota

Area

• Total 44.03 km2 (17.00 sq mi)

Peringkat 79
luas

Ketinggian 93 - 98 m (−229 ft)

Populasi (2010)[1]

• Total 503,421

• Peringkat 27

• Kepadatan 11,000/km2 (30,000/sq mi)

• Peringkat 8

Demografi

• Suku Jawa, Tionghoa, Arab, Tamil.


bangsa

• Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kejawen.

• Bahasa Jawa, Indonesia


Zona waktu WIB (UTC+7)

Kode telepon 0271

Kecamatan 5

Kelurahan 51

Flora Sirih

Fauna Punai Manten

Situs web www.surakarta.go.id

Wikibuku memiliki buku


bertajuk

Wisata:Solo

Kota Surakarta (Hanacaraka: ꦑꦸ ꦛꦯꦸ ꦫꦏꦂꦠ [2]), juga disebut Solo atau Sala (ꦱꦭ ), adalah
wilayah otonom dengan status kota di bawah Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dengan penduduk
503.421 jiwa (2010)[1] dan kepadatan 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2, ini berbatasan
dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di
sebelah selatan.[3] Kota ini juga merupakan kota terbesar ketiga di pulau Jawa bagian selatan
setelah Bandung dan Malang menurut jumlah penduduk. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang
terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta,
Surakarta merupakan pewaris Kesultanan Mataram yang dipecah melalui Perjanjian Giyanti, pada
tahun
Geografi dan administrasi[sunting | sunting sumber]
Hidrogeologi[sunting | sunting sumber]

Aliran sungai Bengawan Solo.

Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m dpl, dengan
luas 44,1 km2 (0,14 % luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km timur laut Yogyakarta,
100 km tenggara Semarang dan 260 km barat daya Surabaya serta dikelilingi oleh Gunung
Merbabu (tinggi 3145 m) dan Merapi (tinggi 2930 m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 3265
m) di bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini
subur karena dikelilingi oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, serta dilewati oleh Kali
Anyar, Kali Pepe, dan Kali Jenes[8]. Mata air bersumber dari lereng gunung Merapi, yang
keseluruhannya berjumlah 19 lokasi, dengan kapasitas 3.404 l/detik. Ketinggian rata-rata mata air
adalah 800-1.200 m dpl. Pada tahun 1890 – 1827 hanya ada 12 sumur di Surakarta. Saat ini
pengambilan air bawah tanah berkisar sekitar 45 l/detik yang berlokasi di 23 titik. Pengambilan air
tanah dilakukan oleh industri dan masyarakat, umumnya ilegal dan tidak terkontrol.[9]
Sampai dengan Maret 2006, PDAM Surakarta memiliki kapasitas produksi sebesar 865,02
liter/detik. Air baku berasal dari sumber mata air Cokrotulung, Klaten (387 liter/detik) yang terletak
27 km dari kota Solo dengan elevasi 210,5 di atas permukaan laut dan yang berasal dari 26
buah sumur dalam, antara lain di Banjarsari, dengan total kapasitas 478,02 liter/detik. Selain itu total
kapasitas resevoir adalah sebesar 9.140 m3.Dengan kapasitas yang ada, PDAM Surakarta mampu
melayani 55,22% masyarakat Surakarta termasuk kawasan hinterland dengan pemakaian rata-rata
22,42 m3/bulan.[10]
Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas
vulkanik Merapi dan Lawu. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah,
menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan
industri, seperti tembakau dan tebu. Namun, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan
pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan
industri dan perumahan penduduk.

Iklim dan topografi[sunting | sunting sumber]


Menurut klasifikasi iklim Koppen, Surakarta memiliki iklim muson tropis. Sama seperti kota-kota lain
di Indonesia, musim hujan di Solo dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau bulan
April hingga September. Rata-rata curah hujan di Solo adalah 2.200 mm, dan bulan paling tinggi
curah hujannya adalah Desember, Januari, dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang
tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat Celsius,
sedangkan terenda adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS
dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat.[11]

[sembunyikan]Data iklim Surakarta


Tahu
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
n
Rata-rata
29 29 29 31 30 30 29 30 31 31 30 29 30
tertinggi °C
(84) (84) (85) (87) (86) (86) (85) (86) (87) (88) (86) (85) (86)
(°F)
Rata-rata
22 22 22 22 22 21 21 21 22 22 22 22 22
terendah °C
(72) (72) (72) (72) (72) (70) (69) (69) (71) (72) (72) (72) (71)
(°F)
350 330 210 210 120 80 40 20 30 90 220 340
Presipitasi 2.18
(13.7 (12.9 (8.2 (8.2 (4.7 (3.1 (1.5 (0.7 (1.1 (3.5 (8.6 (13.3
mm (inci) 0
8) 9) 7) 7) 2) 5) 7) 9) 8) 4) 6) 9)
Batas-batas administrasi[sunting | sunting sumber]

Cakrawala Surakarta pada siang hari.

Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang
Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara,
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten
Sukoharjo di sebelah selatan.[11] Di masing-masing batas kota terdapat Gapura Kasunanan yang
didirikan sekitar tahun 1931–1932 pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana Xdi Kasunanan
Surakarta. Gapura Kasunanan didirikan sebagai pembatas sekaligus pintu gerbang masuk ibu kota
kerajaan (Kota Surakarta) dengan wilayah sekitar. Gapura Kasunanan tidak hanya didirikan di jalan
penghubung, namun juga didirikan di pinggir sungai Bengawan Solo yang pada waktu itu menjadi
dermaga dan tempat penyeberangan (di Mojo/Silir).
Ukuran Gapura Kasunanan terdiri dari dua ukuran yaitu berukuran besar dan kecil. Gapura
Kasunanan ukuran besar didirikan di jalan besar. Gapura Kasunanan ukuran besar bisa dilihat di
Grogol (selatan), Jajar (barat), dan Jurug (timur). Sedangkan Gapura Kasunanan ukuran kecil bisa
dilihat di daerah RS Kandang Sapi (utara), jalan arah Baki di Solo Baru (selatan), Makamhaji (barat),
dan di Mojo/Silir. Gapura Kasunanan besar juga memiliki prasasti waktu pendirian gapura.[12]

Pembagian administratif[sunting | sunting sumber]

Balai kota Surakarta.

Kota Surakarta dan kabupaten-kabupaten di


sekelilingnya, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, secara kolektif masih
sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta. Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang
masing-masing dipimpin oleh seorang camat dan 51 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh
seorang lurah. Kelima kecamatan di Surakarta adalah:

 Kecamatan Pasar Kliwon (57110): 9 kelurahan


 Kecamatan Jebres (57120): 11 kelurahan
 Kecamatan Banjarsari (57130): 13 kelurahan
 Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan, 57140): 11 kelurahan
 Kecamatan Serengan (57150): 7 kelurahan
Kependudukan[sunting | sunting sumber]

Abdi dalem Keraton Surakartamengenakan busana Jawi Jangkep Sowan Keraton. Suku Jawa merupakan
etnis mayoritas di Kota Surakarta, dan Surakarta merupakan kota pusat pengembangan dan pelestarian
kebudayaan Jawa.

Salah satu sensus paling awal yang dilakukan di wilayah Karesidenan Surakarta (Residentie
Soerakarta) pada tahun 1885 mencatat terdapat 1.053.985 penduduk, termasuk 2.694 orang Eropa
dan 7.543 orang Tionghoa. Wilayah seluas 5.677 km² tersebut memiliki kepadatan 186
penduduk/km². Ibukota karesidenan tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki 124.041
penduduk.[17]
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2010 adalah 503.421 jiwa[1], terdiri dari 270.721 laki-
laki dan 281.821 wanita, yang tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan dengan
daerah seluas 44,1 km2. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita
terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Catatan dari tahun
1880 [18] memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan penduduk dalam kurung 10
tahun terakhir berkisar 0,565 % per tahun.[19] Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah
11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah
hanya 992 jiwa/km2).[20]
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa
Tengah[1] dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan populasi
terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.

Daftar kecamatan di Surakarta

Ko
Nama % % Laju
N Pet de Lu Pendu Kepad
kecam lua pendu pertumb
o. a Po as duk atan
atan s duk uhan
s

Banjarsar 5713 33,63 10.630/k


1 14,81 157.438 31,45% 0,25
i 0 % m2
Daftar kecamatan di Surakarta

Ko
Nama % % Laju
N Pet de Lu Pendu Kepad
kecam lua pendu pertumb
o. a Po as duk atan
atan s duk uhan
s

5712 28,57 11.019/k


2 Jebres 12,58 138.624 27,69% 0,88
0 % m2

5714 19,62 10.002/k


3 Laweyan 8,64 86.315 17,24% -0,21
0 % m2

Pasar Kli 5711 10,95 15.383/k


4 4,82 74.145 14,80% -0,07
won 0 % m2

5715 7,24 13.830/k


5 Serengan 3,19 44.120 8,81% -0,59
0 % m2

 Berdasarkan sensus 2010 [2]

Kecamatan terpadat di Surakarta adalah Pasar Kliwon, yang luasnya hanya sepersepuluh luas
keseluruhan Surakarta, sedangkan Laweyan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah.
Laju pertumbuhan penduduk Surakarta selama 2000-2010 adalah 0,25%, jauh di bawah laju
pertumbuhan penduduk Jawa Tengah sebesar 0,46%.
Jika wilayah penyangga Surakarta juga digabungkan secara keseluruhan (Solo Raya:
Surakarta, Kartasura, Colomadu, Ngemplak, Baki, Grogol, Palur), maka luasnya adalah 130 km².
Penduduknya lebih dari 800.000 jiwa.[butuh rujukan]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Universitas Sebelas Maret, salah satu perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia.
Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 68.153 siswa dan
869 sekolah di Surakarta, dengan perincian: 308 TK/RA, 292 SD/MI, 97 SMP/MTs, 56 SMA/MA, 46
SMK, 54 PT, dan 16 sekolah lain.[21] Di Surakarta terdapat dua universitas besar, yaitu Universitas
Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS),keduanya memiliki lebih dari 0
mahasiswa aktif dan termasuk katagori 50 universitas terbaik di Indonesia. Demikian pula
terdapat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta .
Selain itu terdapat 52 universitas swasta lainnya seperti Unisri ( Universitas Slamet Riyadi ),
Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi, STIKES Muhammadiyah, Universitas
Islam Batik, dll. Surakarta juga kini menjadi tempat tujuan studi para lulusan SMA dari seluruh
Indonesia [22]

Perekonomian dan perdagangan[sunting | sunting sumber]

Pusat perdagangan batik di Pusat Grosir Solo.

Industri batik menjadi salah satu industri khas Surakarta. Sentra kerajinan batik dan perdagangan
batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik tradisional lain
menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Surakarta berada di
bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan[23]
Selain Pasar Klewer, Surakarta juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar
Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain
menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam Bahasa
Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama
pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang antik yang
menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu/Windu Jenar (setiap Sabtu malam diubah menjadi Pasar
Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Keraton Surakarta.
Pusat bisnis kota Surakarta terletak di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat
perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di sepanjang jalan
protokol ini, termasuk Graha Soloraya, Loji Gandrung (rumah dinas wali kota). Pada hari minggu
pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup bagi kendaraan bermotor, untuk digunakan sebagai
ajang Solo Car Free Day, sebagai bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. Beberapa mal
modern di Surakarta antara lain Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), Solo Paragon, Solo Center
Point (SCP), Singosaren Plaza, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), Hartono
Mall Solo Baru, Pusat Perbelanjaan Luwes (Ratu Luwes, Sami Luwes, Luwes Sangkrah, Luwes
Gading, Luwes Nusukan, Luwes Mojosongo, Luwes Palur), dan Palur Plaza.
Sebagai salah satu kota yang maju, tentu saja di Surakarta juga telah berdiri usaha penginapan dari
mulai homestay, losmen, bintang kelas melati hingga hotel berbintang 4 (empat) dan 5 (lima)
diantaranya adalah Red Planet (hotel bintang 2, Mangkubumen), Amarelo Hotel (hotel bintang
3, Kemlayan), Grand Amira Hotel (hotel bintang 2, Pasar Kliwon), Amaris Hotel (hotel bintang
2, Sriwedari), Grand Orchid Hotel (hotel bintang 3, Timuran), The Sunan Hotel (hotel bintang
4, Kerten), Hotel Sahid Jaya (hotel bintang 5, Timuran), Simple In Solo (hotel bintang 1, Manahan),
Novotel (hotel bintang 4, Timuran)
Surakarta memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang besar
antara lain Sritex, Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak pabrik-pabrik lain di
zona industri Palur. Industri batik juga menjadi salah satu industri khas Surakarta.

Keberagaman[sunting | sunting sumber]

Masjid Agung Surakarta.

Klenteng Tien Kok Sie.

Bangunan ibadah bersejarah di Surakarta beragam, yang mencerminkan keberagaman


kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Surakarta, mulai dari masjid terbesar dan paling sakral
yang terletak di bagian barat Alun-alun Utara Keraton Kasunanan, Surakarta, yaitu Masjid Agung
Surakartayang dibangun sekitar tahun 1763 atas prakarsa dari Sunan Pakubuwana III, Masjid Al
Wustho Mangkunegaran, Masjid Laweyan yang merupakan masjid tertua di Surakarta[24], Gereja St.
Petrus di Jl. Slamet Riyadi, Gereja St. Antonius Purbayan, hingga Tempat Ibadah Tri Dharma Tien
Kok Sie, Vihara Am Po Kian, dan Sahasra Adhi Pura[25].
Selain dihuni oleh Suku Jawa, ada banyak pula penduduk beretnis Tionghoa, dan Arab yang tinggal
di Surakarta. Walaupun tidak ada data pasti berapa jumlah masing-masing kepercayaan maupun
etnis penduduk dalam sensus terakhir (2010), namun mereka banyak membaur di tengah-tengah
warga Surakarta pada umumnya.
Perkampungan Arab menempati tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar Kliwon, Semanggi
dan Kedung Lumbu di Kecamatan Pasar Kliwon[26] Penempatan kampung Arab secara berkelompok
tersebut sudah diatur sejak zaman dulu untuk mempermudah pengurusan bagi etnis asing di
Surakarta dan demi terwujudnya ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai datang di Pasar Kliwon
diperkirakan sejak abad ke-19. Terbentuknya perkampungan di Pasar Kliwon, selain disebabkan
oleh adanya politik permukiman pada masa kerajaan, juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah
kolonial. Warto dalam penelitiannya menyebutkan pada tahun 1984, jumlah keturunan Arab adalah
1.877 jiwa, sementara jumlah warga Tionghoa adalah 103 jiwa. Berdasarkan data monografi
kelurahan Pasar Kliwon tahun 2005, menyebutkan bahwa jumlah keturunan Arab adalah 1.775 jiwa,
sedangkan keturunan Tionghoa adalah 135 jiwa. Dari data tersebut dapat dilihat adanya penurunan
jumlah penduduk keturunan Arab di Pasar Kliwon. Hal ini disebabkan karena lahan di kelurahan
Pasar Kliwon semakin sempit sehingga terjadi perpindahan di daerah lain.[27]
Sementara itu perkampungan Tionghoa banyak terfokus di wilayah Balong, Coyudan, dan
Keprabon. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bangunan-bangunan kelenteng dan tempat ibadah,
seperti Kelenteng Tien Kok Sie[28].

Layanan publik[sunting | sunting sumber]

Pedestrian di sepanjang Jalan Slamet Riyadi.

Beberapa rumah sakit bersejarah antara lain RS Kadipolo dan Rumah Sakit Panti Kosala (Kandang
Sapi). Sementara rumah sakit lain dengan fasilitas UGD 24 jam antara lain RSUD Moewardi, RS
PKU Muhammadiyah, RS Islam Surakarta (Yarsis), RS Kustati, RS Kasih Ibu, RS Panti Waluyo, RS
Brayat Minulyo, dan RS Dr. Oen Solo Baru. RS Ortopedi Dr. Soeharso adalah salah satu pusat
ortopedi terkemuka di Indonesia yang pernah menjadi pusat rujukan tulang nasional.[butuh rujukan]
Surakarta juga memiliki beberapa taman, antara lain Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman
Sekartaji, Taman Sriwedari, yang juga merangkap sebagai tempat hiburan, tempat pagelaran
musik dangdut dan wayang orang, tepatnya di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Tempat ini
menyajikan seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita wayang berdasarkan
pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Pada kesempatan tertentu juga digelar cerita-cerita
wayang orang gabungan antara wayang orang sriwedari dengan wayang orang RRI Surakarta dan
bahkan dengan seniman-seniman wayang orang Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya.[29] Tempat
hiburan umum lainnya adalah Kebun Binatang Jurug (Taman Satwataru Jurug), yaitu salah satu dari
kebun binatang terbesar dan tertua di Indonesia.
Tempat pemakaman umum (TPU) di Surakarta antara lain adalah TPU Purwoloyo, TPU Utoroloyo,
TMP Kusuma Bakti, TPU Pucang Sawit, dan pemakaman Tionghoa yang terletak di kecamatan
Jebres, TPU Bonoloyo, Astana Utara Nayu, dan Astana Bibis Luhur yang terletak di kecamatan
Banjarsari, TPU Pracimoloyo maupun TPU Daksinoloyo di perbatasan Kabupaten
Sukoharjo.[30] Karena jumlah lahannya yang terbatas, saat ini banyak anggota masyarakat yang
memilih untuk menguburkan orang yang sudah meninggal di pemakaman-pemakaman yang terletak
di luar batas kota Surakarta, misalnya pemakaman Kristen di Jeruksawit, Karanganyar[31], kompleks
pemakaman Delingan di Karanganyar[32], dll. Khusus bagi raja-raja keraton Surakarta, bagi raja yang
meninggal akan dimakamkan di pemakaman hereditas di Makam Imogiri di puncak sebuah bukit
12 km di sebelah selatan Yogjakarta[33][34]
Kode area untuk kota Surakarta adalah 0271 (+6271). Telepon umum koin/kartu jarang dijumpai,
sebagai gantinya, beberapa wartel tersebar di berbagai sudut kota. Selain itu mereka juga biasanya
menjual pulsa prabayar. Warnet juga banyak dijumpai di berbagai tempat, sedangkan beberapa
tempat sudah mulai menyediakan fasilitas Wi-Fi untuk para pengunjungnya.
Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Rumah sakit[sunting | sunting sumber]
Kota Surakarta dan wilayah sekitarnya mempunyai beberapa rumah sakit, di antaranya:

 Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi (Rumah Sakit Jebres)


 Rumah Sakit Islam Kustati
 Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta
 Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta (Kandang Sapi)
 Rumah Sakit Ortopedi Dr. Soeharso
 Rumah Sakit Panti Waluyo
 Rumah Sakit Slamet Riyadi (DKT)
 Rumah Sakit AURI Adi Sumarmo
 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
 Rumah Sakit Kasih Ibu
 Rumah Sakit Brayat Minulyo
 Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru
 Rumah Sakit Jiwa Surakarta
 Rumah Sakit Jiwa Panti Rapih
 Rumah Sakit Bersalin Triharsi
 Rumah sakit Kadipolo
 Rumah Sakit Jiwa Surakarta
 Rumah Sakit Jiwa Syaraf Puri Waluyo
 Rumah Sakit Jiwa Dewantoro
Puskesmas[sunting | sunting sumber]
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di Surakarta antara lain:

 Puskesmas Pajang
 Puskesmas Penumping
 Puskesmas Purwosari
 Puskesmas Jayengan
 Puskesmas Kratonan
 Puskesmas Gajahan
 Puskesmas Sangkrah
 Puskesmas Purwodiningratan
 Puskesmas Ngoresan
 Puskesmas Sibela
 Puskesmas Pucangsawit
 Puskesmas Nusukan
 Puskesmas Manahan
 Puskesmas Gilingan
 Puskesmas Banyuanyar
 Puskesmas Setabelan
 Puskesmas Gambirsari
Olahraga[sunting | sunting sumber]

Stadion Manahan, stadion terbesar di Surakarta.

Kota Surakarta memiliki sejarah olahraga yang cukup lama. Tahun 1923 di Surakarta telah
terbentuk klub sepak bola, salah satu klub yang pertama di Indonesia yang kala itu masih bernama
Hindia Belanda, yang bernama Persis Solo. Persis Solo adalah raksasa sepak bola di Hindia
Belanda yang masih eksis hingga saat ini, Persis pernah menjuarai
kompetisi Perserikatan sebanyak 7 kali dan saat ini bermain di Divisi Utama Liga Indonesia. Selain
Persis Solo, tercatat beberapa klub sepak bola lain pernah hadir di Surakarta, antara lain Arseto
Solo, Pelita Solo, Persijatim Solo FC, dan terakhir adalah kontestan Liga Primer Indonesia, Solo
FC yang baru terbentuk pada tahun 2010. Kedua tim sepak bola yang masih eksis saat ini, yaitu
Persis Solo dan Solo FC, bermarkas di Stadion Manahan, sebuah stadion tipe Stadion Madya
Olimpiade kategori B+ dan salah satu stadion terbaik di Jawa Tengah yang pernah beberapa kali
menjadi tempat penyelenggaraan even olahraga tingkat nasional dan internasional. Di stadion yang
memiliki kapasitas 25.000 penonton ini antara lain pernah menjadi tempat pertandingan Liga
Champions AFC 2007 karena Persik tidak punya stadion kandang memadai, final Piala Indonesia
2010, pembukaan Liga Primer Indonesia musim pertama pada 15 Januari 2011[35], dan menjadi
penyelenggara ASEAN Paragames 2011. Jika awalnya Manahan merupakan tanah lapang tempat
olahraga memanah, stadion ini beberapa kali berubah fungsinya, mulai dari tempat balapan kuda
(dengan kandang-kandang kuda di kampung Kestalan dan Setabelan, serta di kompleks keraton),
hingga saat ini difungsikan sebagai lapangan sepak bola dan ketika malam hari dan hari Minggu
berubah menjadi kawasan sosial bagi warga kota Surakarta. Kebudayaan serta olahraga memanah
dan pacuan kuda sendiri saat ini sudah sangat jarang ditemukan di kota Surakarta.[36]
Pada tahun 1948, Surakarta juga dipercaya untuk menyelenggarakan pertama, yang tanggal
pembukaannya masih diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional. Pada kejuaraan itu, Surakarta
yang berlaga mewakili Karesidenan Surakartaberhasil merebut gelar juara umum.
Sedangkan hingga tahun 2009, Surakarta juga memiliki satu-satunya klub basket profesional di
Jawa Tengah, yaitu Bhinneka Solo. Beberapa gelanggang olahraga di kota Surakarta antara
lain Stadion Manahan dan Stadion Sriwedari untuk olahraga sepak bola dan GOR Bhinneka, yang
kini berganti nama menjadi Stadion Sritex.
Transportasi[sunting | sunting sumber]

Becak adalah salah satu moda transportasi paling umum di Surakarta.

Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang
menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur
selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Saat ini sebuah jalan tol – Jalan Tol Semarang-Solo – yang
menghubungkan ke Semarang sedang dalam proses pembangunan. Surakarta juga merupakan
kota yang terkurung daratan, sehingga tidak memiliki moda transportasi air.

Angkutan darat[sunting | sunting sumber]


Taksi[sunting | sunting sumber]
Taksi adalah salah satu moda transportasi yang sering dijumpai. Dari bandara, turis dapat memesan
tiket dengan menyebutkan tujuannya dan membayar ongkos taksi di muka. Beberapa jasa
pelayanan taksi antara lain Aravia (636468), Solo Central Taksi (728728), Kosti (664504,856300),
Mahkota Ratu (655666). Sementara itu beberapa persewaan mobil juga dapat ditemu di bandara.
Jasa transportasi tradisional yang terkenal lainnya adalah becak, yang dikayuh dengan tenaga
manusia. Angkutan umum dalam kota yang lain mencakup bus kota, angkot, dan andong.

Bus[sunting | sunting sumber]

Batik Solo Trans di Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo.

Terminal bus besar kota ini bernama Terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam karena merupakan
jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa
Timur(terutama Surabaya dan Banyuwangi) dan Jawa Barat (Bandung). Selain Tirtonadi, terdapat
pula dua terminal untuk angkutan lokal: Terminal Harjodaksino di sisi selatan kota (dulu merupakan
terminal bus antarkota) dan Terminal Tipes di sisi barat kota. Selain itu, dua terminal penunjang
terdapat pula di sekitar kota namun berada di luar pengelolaan pemerintah kota, yaitu Terminal
Kartasura di barat, yang terhubung ke Jakarta dan Surabaya, dan Terminal Palur di timur kota.
Selain itu pada tahun 2010 diluncurkan angkutan umum massal bus Batik Solo Trans. Saat ini bus
rapid transit Batik Solo Trans telah memiliki dua koridor.[37]
Kereta api[sunting | sunting sumber]

Stasiun Solo Balapan.

Stasiun kereta api utama bernama Stasiun Solo Balapan yang merupakan salah satu stasiun besar
tertua di Indonesia (dibangun 1873) yang menghubungkan Yogyakarta(barat), Semarang (utara),
dan Surabaya (timur), dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu hal yang jarang
dijumpai di Indonesia. Hubungan perjalanan dari setasiun ini cukup baik, mencakup semua kota
besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam semua kelas. Di Kota Surakarta juga terdapat tiga
stasiun kereta api lain. Stasiun Solo Jebres dipakai sebagai stasiun perhentian untuk kereta-kereta
api kelas ekonomi atau kereta api relasi Semarang-Madiun. Stasiun Solo-Kota(Sangkrah)
merupakan stasiun perhentian untuk jalur KA Purwosari-Wonogiri. Stasiun Purwosari di tepi barat
kota merupakan stasiun cabang menuju Wonogiri (selatan). Dulu Purwosari juga merupakan stasiun
pemberhentian untuk jurusan Boyolali (barat). Kereta api ekspres ke Jakarta memakan waktu
tempuh 10 jam, sementara kereta api ekspres ke Surabaya memakan waktu tempuh 5 jam. Kereta
api ekspres yang melalui Surakarta antara lain: Argo Lawu, Argo
Dwipangga, Bima dan Gajayana (dari/ke Jakarta, dengan AC), Argo Wilis dan Lodaya (dari/ke
Bandung), Argo Wilis dan Sancaka (dari/ke Surabaya). Kereta bisnis malam Senja Utama Solo juga
melayani transportasi dari/ke Jakarta.
Selain itu transportasi Surakarta juga memiliki keunikan tersendiri karena merupakan satu-satunya
kota di Indonesia yang memiliki rel kereta api yang paralel dengan jalan raya, tepatnya di sepanjang
jalan protokol Slamet Riyadi. Di jalur ini terdapat rel Railbus Batara Kresna dan juga difungsikan
sebagai jalur kereta api wisata Sepur Kluthuk Jaladara yang berhenti di Loji Gandrung (kantor wali
kota Surakarta) dan Kampung Batik Kauman.[38]

Becak, Delman dan Ojek[sunting | sunting sumber]


1. Becak adalah angkutan tradisional yang masih beroperasi di kota Surakarta. Becak
merupakan kendaraan angkut multi fungsi, dapat untuk mengangkut penumpang dan bisa
juga dikondisikan sebagai alat angkutan barang. Becak di kota Surakarta memiliki kekhasan
model lebih lebar dibandingkan dengan becak-becak tradisional di tempat-tempat lain
semisal becak Surabaya dan becak Makassar. Meskipun sudah banyak alat angkut
penumpang yang beroperasi, becak masih bisa eksis bertahan dan memiliki segmen pasar
tersendiri. Becak di kota Surakarta adalah becak dengan tenaga manual yang artinya becak
di kota Surakarta tidak dimodifikasi sebagaimana becak Medan dan bentor (becak motor) di
Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara).
2. Delman juga termasuk salah satu transportasi tradisional angkut multi fungsi yang masih
beroperasi di kota Surakarta. Pangkalan delman terbesar di kota Surakarta berada di dekat
lapangan Banjarsari dan Pasar Legi. Saat ini populasi transportasi ini sudah menyusut
cukup signifikan. Seringkali delman atau andong ini digunakan untuk memeriahkan acara
wisuda di beberapa universitas dan perguruan tinggi si seputar kota Surakarta. Selain itu
delman juga biasa digunakan untuk event-event pariwisata mengantarkan para turis
berkeliling kota Surakarta.
3. Ojek adalah transportasi alternatif yang biasanya menggunakan kendaraan bermotor roda
dua. Ojek ini bisa dibilang cukup besar pangsa pasarnya di kota Surakarta. Apalagi dengan
kondisi lalu-lintas kota Surakarta yang semakin ramai dan cenderung padat menyebabkan
banyak orang mulai melirik ojek sebagai alternatif kendaraan transportasi yang cepat murah
dan anti kemacetan. Tahun 2016 ini salah satu perusahaan ojek online sudah membuka
layanan di kota Surakarta.
Angkutan Udara[sunting | sunting sumber]
Pesawat terbang[sunting | sunting sumber]
Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo (kode SOC, dulu bernama "Panasan") terletak 14
kilometer di sebelah utara kota Surakarta. Secara administratif banda udara ini terletak di luar batas
kota Surakarta, tepatnya di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Bandara ini terhubung
ke Jakarta (8-penerbangan sehari), Surabaya, Bandung, Denpasar -
Bali, Batam, Balikpapan, Lombok, Banjarmasin, Pontianak, Palangkaraya, Makasar, Kupang, Tarak
an, Kuala Lumpur, Singapura& Bandar Seri Begawan, serta Arab Saudi (pada musim haji). Bandara
Adi Sumarmo saat ini menjadi salah satu hub atau bandara pengumpul maskapai Lion Air. Waktu
tempuh perjalanan udara dengan Jakarta berlangsung sekitar satu jam. Beberapa operator
penerbangan yang melayani rute dari/ke kota Surakarta antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya
Air, Lion Air, Air Asia, Malaysia Airlines, Singapore Airlines & Royal Brunei Airlines. Bandara Adi
Sumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan dan penerimaan haji dari Asrama Haji
Donohudan, Boyolali.

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Tratag Sasana Sewayana Siti Hinggil Lor di Keraton Surakarta. Siti Hinggil secara harafiah berarti "tanah
tinggi". Terletak di antara Kori Kamandungan Lor dan Pagelaran Sasana Sumewa.

Surakarta juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-
kota besar. Biasanya wisatawan yang berlibur ke Yogyakarta juga akan singgah di Surakarta, atau
sebaliknya. Tujuan wisata utama kota Surakarta adalah Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran,
dan kampung-kampung batik serta pasar-pasar tradisionalnya.
Di Surakarta terdapat beberapa citywalk yang ditujukan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda,
antara lain di koridor Ngarsopuro, di sepanjang Jalan Slamet Riyadi (sepanjang 6–7 km dan selebar
3 m), dan di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk
sebagai citywalk tidak boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.
Wisata alam[sunting | sunting sumber]
Wisata-wisata alam di sekitar Surakarta antara lain Kawasan Wisata Tawangmangu (berada
di Kabupaten Karanganyar), Kawasan Wisata Selo (berada di Kabupaten Boyolali), Agrowisata
Kebun Teh Kemuning, Air Terjun Jumog, Air Terjun Parang Ijo, Air Terjun Segoro Gunung, Grojogan
Sewu, dan lain-lain. Selain itu di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di lereng Gunung Lawu, terdapat
beberapa candi peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha, seperti Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi
Monyet, dan lain-lain.

Festival dan perayaan[sunting | sunting sumber]


Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta dan Pura
Mangkunegaran mengadakan berbagai macam perayaan yang menarik. Perayaan tersebut
pelaksanaannya berdasarkan pada penanggalan Jawa. Perayaan-perayaan tersebut antara lain:
Kirab Pusaka Malam 1 Sura[sunting | sunting sumber]
Acara ini diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran pada malam hari
menjelang tanggal 1 Sura. Acara ini ditujukan untuk merayakan Tahun Baru Jawa 1 Sura. Rute yang
ditempuh oleh kirab yang diselenggarakan oleh Keraton Surakarta kurang lebih sejauh 3 km yaitu
Keraton Surakarta - Alun-Alun Utara - Gladag - Jl. Mayor Kusmanto - Jl. Kapten Mulyadi - Jl.
Veteran - Jl. Yos Sudarso - Jl. Slamet Riyadi - Gladag kemudian kembali ke Keraton Surakarta lagi.
Pusaka-pusaka yang memiliki daya magis tersebut dibawa oleh para abdi dalem yang
berbusana Jawi Jangkep. Peserta kirab yang berada di barisan paling depan adalah sekelompok
kerbau albino (kebo bule) bernama keturunan kerbau pusaka Kyai Slamet, sedangkan barisan para
pembawa pusaka berada di belakangnya.
Sekaten[sunting | sunting sumber]

Suasana kirab gunungan saat Grebeg Mulud di Keraton Surakarta.

Sekaten diadakan setiap bulan Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada
tanggal 12 Mulud diselenggarakan Grebeg Mulud. Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua
minggu. Selama dua minggu ini pesta rakyat diadakan di Alun-Alun Utara. Pesta rakyat menyajikan
pasar malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan akrobat. Pada hari
terakhir sekaten, diadakan kembali acara grebeg di Alun-Alun Utara. Upacara sekaten diadakan
pertama kali pada masa pemerintahan Kesultanan Demak.[39]
Grebeg Sudiro[sunting | sunting sumber]
Grebeg Sudiro diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya
Tionghoa-Jawa. Festival yang dimulai sejak 2007 ini biasa dipusatkan di daerah Pasar Gedhe dan
Balong (di Kelurahan Sudiroprajan) dan Balai Kota Surakarta.[40]
Grebeg Mulud[sunting | sunting sumber]
Diadakan setiap tanggal 12 Mulud untuk memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Grebeg
Mulud merupakan bagian dari perayaan Sekaten. Dalam upacara ini para abdi dalem dengan
berbusana Jawi Jangkep Sowan Keratonmengarak gunungan (pareden) dari Keraton Surakarta
ke Masjid Agung Surakarta. Gunungan terbuat dari berbagai macam sayuran dan penganan
tradisional. Setelah didoakan oleh ngulamadalem (ulama keraton), satu buah gunungan kemudian
akan diperebutkan oleh masyarakat pengunjung dan satu buah lagi dibawa kembali ke keraton
untuk dibagikan kepada para abdi dalem.
Tinggalandalem Jumenengan[sunting | sunting sumber]

Tarian Sakral Bedhaya Ketawang.

Diadakan setiap tanggal 2 Ruwah untuk memperingati hari ulang tahun penobatan Sri Susuhunan
Surakarta. Dalam acara ini sang raja duduk di atas dampar (singgasana) di Pendapa Agung Sasana
Sewaka dengan dihadap oleh para abdi dalem dan bangsawan sambil menyaksikan tari sakral, Tari
Bedhaya Ketawang, yang ditarikan oleh sembilan remaja putri yang belum menikah. Para penari
terdiri dari para wayahdalem, sentanadalem, dan kerabat raja lainnya atau dapat juga penari umum
yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.
Grebeg Pasa[sunting | sunting sumber]
Grebeg ini diadakan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal. Acara ini berlangsung setelah
melakukan Salat Ied. Prosesi acaranya sama dengan Grebeg Mulud yaitu para abdi dalem
mengarak gunungan dari Keraton Surakarta ke Masjid Agung Surakarta untuk didoakan oleh ulama
keraton kemudian dibagikan kepada masyarakat pengunjung.
Syawalan[sunting | sunting sumber]
Syawalan mulai diadakan satu hari setelah Hari Raya Idul Fitri dan berlangsung di Taman Satwataru
Jurug di tepi Bengawan Solo. Pada puncak acara yaitu "Larung Gethek Jaka Tingkir" diadakan
pembagian ketupat pada masyarakat pengunjung. Pada acara syawalan juga diadakan berbagai
macam pertunjukan kesenian tradisional.
Grebeg Besar[sunting | sunting sumber]
Berlangsung pada hari Idul Adha (tanggal 10 Besar). Upacara sama dengan prosesi gunungan pada
Grebeg Pasa dan Grebeg Mulud.
Solo Batik Carnival[sunting | sunting sumber]

Suasana Solo Batik Carnival.

Karnaval Batik Solo atau Solo Batik Carnival adalah sebuah festival tahunan yang diadakan oleh
pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama pembuatan kostum.
Para peserta karnaval akan membuat kostum karnaval dengan tema-tema yang di tentukan. Para
peserta akan mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di Jalan
Slamet Riyadi. Karnaval ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni sejak tahun 2008.
Solo Batik Fashion[sunting | sunting sumber]
Demikian pula Solo Batik Fashion adalah sebuah peragaan busana batik tahunan yang
diselenggarakan oleh pemerintah di tempat-tempat terbuka supaya dapat dinikmati oleh segenap
warga Surakarta. Peragaan batik ini diadakan setiap tahun pada bulan Juli sejak tahun 2009.

Wisata kuliner[sunting | sunting sumber]

Deretan penjual makanan tradisional Surakarta di Galabo.

Solo atau Surakarta terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Beberapa makanan
khas Surakarta antara lain: Sate Kambing, Nasi Liwet, Timlo Solo, Nasi Gudeg, Gudeg
Ceker, pecelnDeso, Cabuk Rambak, Bestik Solo, selat Solo, Bakso Solo, Srabi
Solo, Intip, tengkleng, Roti Mandarin, Sosis Solo, Kambing Guling, Sate Buntel, Sate Kere, Sop
Manten, Bakmi Ketoprak, dll.[41]
Beberapa minuman khas Surakarta antara lain: wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi
ketan, wedang dawet gempol pleret(gempol terbuat dari sejenis tepung beras,
sedangkan pleret terbuat dari ketan dan gula merah), jamu beras kencur, yaitu jamu kesehatan yang
berbeda dari jamu yang lain karena rasanya yang manis, dll.[42] Sementara itu, koridor Gladag setiap
malam diubah menjadi pusat jajanan terbesar di Kota Surakarta dengan nama Galabo (Gladang
Langen Bogan)[43]
Arsitektur dan peninggalan sejarah[sunting | sunting sumber]

Suasana Pasar Klewer.

Karena sejarahnya, terdapat banyak bangunan bersejarah di Surakarta, mulai dari bangunan
ibadah, bangunan umum, keraton, hingga bangunan militer. Selain Keraton Surakarta (dibangun
1745) dan Pura Mangkunagaran (dibangun 1757), terdapat pula Benteng Vastenburg peninggalan
Belanda[44], dan Loji Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman Wali Kota Surakarta.
Sebelumnya, bangunan peninggalan Kolonial yang sampai saat ini masih utuh kondisinya ini selain
digunakan sebagi tempat kediaman pejabat pemerintah Belanda, juga sering digunakan untuk
dansa-dansi gaya Eropa dan bangsawan Jawa, sehingga disebut sebagai “Gandrung”.[45]
Pada tahun 1997 telah didata 70 peninggalan sejarah di Surakarta yang meliputi tempat bersejarah,
rumah tradisional, bangunan kolonial, tempat ibadah, pintu gerbang, monumen, furnitur jalan, dan
taman kota.[46]
Lansekap kota Surakarta juga dikenal tidak memiliki bangunan pencakar langit. Namun sejak 2010,
di Surakarta terdapat sebuah apartemen pencakar langit, yaitu Solo Paragon.

Museum dan perpustakaan[sunting | sunting sumber]

Museum Radya Pustaka, museum tertua di Indonesia.

Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu House of Danar Hadi, dan museum tertua di
Indonesia, yaitu Museum Radya Pustaka, terletak di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Museum
Radya Pustaka yang dibangun pada tanggal 28 Oktober1890 oleh KRA. Sosrodiningrat IV, pepatih
dalem pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana IX dan Sunan Pakubuwana X, museum ini
memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di kompleks Taman Wisata Budaya
Sriwedari.[47] Selain itu ada pula Museum Keraton Surakarta (termasuk perpustakaan Sasana
Pustaka), Museum Pura Mangkunegaran (termasuk perpustakaan Reksa Pustaka), Museum
Pers, Museum Sangiran (terletak di Kabupaten Sragen), dan Museum Lukis Dullah.
Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama Balai Sudjatmoko. Bangunan ini
adalah rumah Sudjatmoko yang di dalamnya masih bisa dilihat karya-karya dan peninggalan
Sudjatmoko baik dalam bentuk buku, kaca mata, toga, dan foto-foto asli dokumenter koleksi pribadi
keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya sebagai pusat apresiasi baik
pementasan, pertunjukan, pameran, bedah buku dan sarasehan. Para seniman juga diberi
kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai Sudjatmoko untuk melakukan apresiasi seni dalam
bentuk pameran baik pameran lukisan, patung, kriya sampai dengan pameran pendidikan. Di
samping itu, Balai ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non
seni.[48]

Budaya[sunting | sunting sumber]

Wayang orang yang ditampilkan di Gedung Wayang Orang Sriwedari.

Surakarta dikenal sebagai salah satu inti kebudayaan Jawa karena secara tradisional merupakan
salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19
mendorong berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa, tarian, seni boga, busana,
arsitektur, dan bermacam-macam ekspresi budaya lainnya. Orang mengetahui adanya "persaingan"
kultural antara Surakarta dan Yogyakarta, sehingga melahirkan apa yang dikenal sebagai "Gaya
Surakarta" dan "Gaya Yogyakarta" di bidang busana, gerak tarian, seni tatah kulit (wayang),
pengolahan batik, gamelan, dan sebagainya.

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Papan nama Jalan Slamet Riyadiditulis menggunakan aksara Jawa.


R. Ng. Ranggawarsita adalah pujangga besar sastra dan budaya Jawa yang lahir dan hidup di Surakarta. Ia
dianggap sebagai pujangga besar terakhir tanah Jawa.

Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah Bahasa Jawa Dialek Mataraman dengan varian
Surakarta. Dialek Mataraman juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Semarang, Madiun, hingga
sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus"
karena penggunaan kata-kata kramayang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada
yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar Bahasa
Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi,
seperti pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda dari beberapa
varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/), seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak
hal, varian Surakarta lebih mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan
lainnya.[butuh rujukan]
Walaupun dalam kesehariannya masyarakat Surakarta menggunakan bahasa nasional Bahasa
Indonesia, namun sejak kepemimpinan wali kota Joko Widodomaka Bahasa Jawa mulai digalakkan
kembali penggunaannya di tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan
nama-nama instansi pemerintahan dan bisnis swasta.
Surakarta juga berperan dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia.
Pada tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda,
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Surakarta. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan
budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof.
Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara.[49] Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa
keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain:

 mengganti Ejaan van Ophuysen,


 mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
 menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
Pernikahan adat[sunting | sunting sumber]
Pernikahan adat Surakarta juga memiliki ciri-ciri yang khusus, mulai dari lamaran, persiapan
pernikahan, hingga upacara siraman dan midodaren.
Tarian[sunting | sunting sumber]

Tiga orang penari sedang menari di Pura Mangkunegaran.

Surakarta memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang, Dorodasih, Sukoharjo, dll.)
dan Srimpi (Gandakusuma dan Sangupati). Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton
Surakarta dan Pura Mangkunegaran sebagai pusat pengembangan dan pelestarian kebudayaan
Jawa. Tarian seperti Bedhaya Ketawang misalnya, secara resmi hanya ditarikan sekali dalam
setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Surakarta sebagai pemimpin Kota Surakarta.[50]

Batik[sunting | sunting sumber]


Batik adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam khusus (wax)
yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat
dengan proses cetak. Surakarta memiliki banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan
Sidoluruh.[51] Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris, Batik Danarhadi, dan Batik Semar.
Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi pusat perdagangan batik di kota ini
berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo(PGS), Beteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik. Selain
itu di kecamatan Laweyan juga terdapat Kampung Batik Laweyan, yaitu kawasan sentra industri
batik yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajang tahun 1546.[52] Kampun batik lainnya yang
terkenal untuk para turis adalah Kampung Batik Kauman. Produk-produk batik Kampung Kauman
dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon.
Keunikan yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil melihat-lihat
rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya, pengunjung memiliki
kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan batik bahkan untuk
mencoba sendiri mempraktikkan kegiatan membatik.[53]
Batik Surakarta memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang
bebas warna, berbeda dari gaya Yogyakarta yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan
warna cenderung gelap, mengikuti kecenderungan batik pedalaman. Jenis bahan batik bermacam-
macam, mulai dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya pun beraneka macam, mulai
dari batik tulis hingga batik cap. Setiap tahunnya Surakarta juga mengadakan Karnaval Batik
Solo dan mulai tahun 2010 pemerintah kota Surakarta mengoperasikan bus yang bercorak batik
bernama Batik Solo Trans.

Surakarta dalam budaya populer[sunting | sunting sumber]


Sungai Bengawan Solo menjadi inspirasi dari lagu yang diciptakan oleh Gesang pada tahun 1940-
an. Lagu ini menjadi populer di negara-negara di Asia. Selain itu, sungai ini pun telah menjadi judul
tiga film, yaitu dua film berjudul "Bengawan Solo" tahun 1949 dan 1971, serta satu film berjudul Di
Tepi Bengawan Solo (1951). Film-film lain yang mengambil tema Surakarta antara lain adalah: Putri
Solo (1953) dan Bermalam di Solo (1962).
Media[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Media di Kota Surakarta
Ada beberapa surat kabar yang beroperasi di daerah Surakarta, antara lain Solo Pos, Radar Solo
(grup Jawapos), dan Joglosemar (surat kabar Jogja, Solo, Semarang). Selain itu ada pula
puluhan stasiun radio di Surakarta dan sebuah televisi lokal yang beroperasi di Surakarta, yaitu TA
TV (Terang Abadi Televisi).

Tokoh-tokoh dari Surakarta[sunting | sunting sumber]


Sunan Pakubuwana X (memerintah tahun 1893-1939), raja terbesar Kasunanan Surakarta dan salah
satu Pahlawan Nasional Indonesia.

Tokoh-tokoh dari Surakarta meliputi raja-raja Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran,
antara lain Mangkunegara I (Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa), Mangkunegara IV,
yang pada masa pemerintahannya membawa Mangkunegaran menuju puncak
kejayaan, Mangkunegara VII, serta Pakubuwana VI, yang mendukung perjuangan Pangeran
Diponegoro, dan Pakubuwana X, yang mendukung pergerakan Sarekat Islam dan Budi Utomo.
Pahlawan dari Surakarta antara lain: Albertus Soegijopranoto, Uskup Agung Semarang,
Dr. Muwardi, Kiai Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam, R. Maladi, Menteri Penerangan,
Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Ketua PSSI, Jenderal GPH. Djatikusumo, Kepala Staf TNI
Angkatan Darat yang pertama (1948-1949), Muljadi Djojomartono, Menteri Sosial dan tokoh
Muhammadiyah, Achmad Baiquni, ahli atom indonesia, Dr. Suharso, ahli ortopedi, lalu Dr. Supomo,
Menteri Hukum dan HAM dan salah satu arsitek UUD 1945, Ir. Sedyatmo, pencipta struktur cakar
ayam, Ir. Sutami, Menteri Pekerjaan Umum dan insinyur gedung DPR/MPR, dan Slamet Riyadi, dan
dalam pemerintahan, Presiden Joko Widodo juga berasal dari Surakarta.
Dari bidang politik terdapat antara lain mantan ketua MPR Amien Rais dan Wiranto, sedangkan dari
bidang seni dan sastra ada sederet tokoh, antara lain Basuki Abdullah, Gesang, Luluk
Purwanto, Radjiman Wedyodiningrat, Rangga Warsita, Rendra, Teguh Srimulat, Waljinah, Wahjoe
Sardono, Nunung, Yasadipura I, Yasadipura II, Didi Kempot, Setiawan Djodi, dan Mamiek Prakoso.
Dari bidang olahraga terdapat petenis Wynne Prakusya, pelari tercepat di Asia Tenggara, Suryo
Agung, pembalap Formula 1 Rio Haryanto, grandmaster Edhi Handoko, serta pebulu tangkis Icuk
Sugiarto, Rudy Gunawan, dan Bambang Suprianto.
Bagaimana dengan kualitas udara Kota Solo?
Pada tahun 2011, melalui program “Kota Langit Biru”, Solo
memiliki skor tertinggi untuk kategori Kota Terbersih,
menyisihkan 12 kota besar di Indonesia. Penilaian ini
dilakukan dengan mengukur tingkat emisi gas buang dan
sumber yang bergerak (kendaraan bermotor) di 12 titik di
jalan utama di Solo, serta menyediakan RTH untuk
menciptakan iklim mikro yang bersih.
Adapun program yang dijalankan, antara lain, program
Solo Car Free Day, Move People Nos
Cars, dan Unmotorized and Pedestrian
Orientedinformatika (Dishubkominfo). Solo Car Free
Day dilaksanakan setiap Minggu di Jln. Slamet Riyadi dan
Ir. Juanda dimulai pukul 05.00 sampai 09.00 WIB.
Solo Car Free Day dibagi menjadi empat area, yaitu area
olahraga (Purwosari-Sriwedari), area edukasi (Maladi
Stadium-Pasar Pon), area seni dan budaya (Pasar Pon-
Ngarsopuro-Nonongan), dan area hiburan (Nonongan-
Gladak).
Pengembangan angkutan umum massal, yaitu Batik Solo
Trans (BST) yang akan dikembangkan menjadi beberapa
koridor. BST akan terintegrasi dengan stasiun kereta api
maupun bandara Adi Sumarmo. Selain peremajaan
angkutan umum melalui BST, Dishubkominfo juga
menambah armada, yaitu bus tingkat wisata Jalan Dara
dan railbus Batara Kresna. Pemkot Surakarta juga
memiliki citywalk di sepanjang Jln. Slamet Riyadi di mana
pejalan kaki dapat beristirahat dan jogging.
Pencanangan Kota Surakarta sebagai Kota Bunga dan
Kota Pohon merupakan bagian tak terpisahkan dari visi
Solo Eco Cultural City. Saat ini Surakarta mempunyai 26
hutan kota yang tersebar di seluruh wilayah Surakarta.
Pengembangan RTH dan kawasan bantaran sungai yang
menjadi fokus Pemkot bertujuan untuk mempertahankan
kualitas lingkungan di sepanjang aliran Sungai Bengawan
Solo.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surakarta
membantu Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota
Surakarta dalam melakukan pengelolaan sampah terpadu,
khususnya sampah berbasis masyarakat tingkat RT/RW.
BLH mengadakan sosialisasi dan workshop di beberapa
lokasi, diantaranya : 9 perumahan, semua perkantoran, 1
pasar, 1 terminal, 8 sekolah, 1 hotel, semua rumah sakit
dan Puskesmas, serta warga masyarakat di 14 titik lokasi.
Kegiatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hampir di seluruh
kecamatan mempunyai kampung hijau percontohan yang
dapat mengelola sampah secara terpadu. Namun, ada
pula beberapa kelompok masyarakat yang tidak dapat
melanjutkan aktivitas pengelolaan sampah karena tidak
mampu menjual produk daur ulang sampah ke
masyarakat sekitarnya.
Dinas Pertanian Kota Surakarta juga melakukan
pengelolaan sampah yaitu dengan melakukan
pengelolaan kotoran ternak di tiga kecamatan yaitu :
Kecamatan Laweyan, dengan hasil produksi kompos
sebanyak 0,09 ton.
Kecamatan Banjarsari, dengan hasil produksi kompos
sebanyak 1 ton.
Kecamatan Jebres, dengan hasil produksi kompos
sebanyak 15 ton.
Bagaimana dengan konservasi sumber daya air?
Pada 2011, BLH membangun sumur resapan sebanyak
53 unit, sedangkan 2012 42 unit di seluruh wilayah
Surakarta. Pemkot bekerjasama dengan Balai Besar
Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo dan pengelolaan
bantaran Bengawan Solo sepanjang kurang lebih 5 km
dari Kelurahan Semanggi sampai Kelurahan Jebres.
Pemkot Surakarta mempunyai percontohan IPAL di
kawasan pemukiman, yaitu di Kampung Batik Laweyan
dan Kampung Biogas Tahu Mojosongo. Di kampung
tersebut sudah mampu mengelola produk limbah yang
menghasilkan air bersih. Nampaknya 2015, Solo sudah
menjadi Kota dalam Kebun.

Anda mungkin juga menyukai