Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KMB 1

“ILEUS”

DI SUSUN OLEH :
IBNU HBIB MUSTOFA

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
JL.Ciptomangunkusumo No.82 A Ponorogo
Tahun Ajaran 2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan dengan judul
”Makalah KMB 1 ileus”
Pembuatan makalah ini kami ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah, namun dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kata sempurna untuk itu kami memohon kepada pembaca makalah ini sudi kiranya
untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif demi perbaikan
pembuatan makalah selanjutnya .

Ponorogo, 08 Juli 2017

Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I.................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................
2.1 Definisi...................................................................................................................
2.2 Etiologi........................................................................................................
2.3 Manifestasi masalah...................................................................................................
2.4 Patofisiologi................................................................................................................
BAB III................................................................................................................................
3.1 Pengkajian..................................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................................
3.3 Rencana Intervensi.....................................................................................................
3.4 Evaluasi......................................................................................................................
BAB IV................................................................................................................................
4.1 Simpulan....................................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ileus obstruksi adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal. Obstruksi usus dapat akut atau kronis, parsial atau total (komplit),
keperahannya tergantung pada usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat
dan khususnya derajar dimana sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu.
Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan,
flatus, dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional. Ileus obstruktif adalah
kerusakan parsial atau komplit ke arah depan dari isi usus. Obstruksi pada ileus
sering terjadi karena mempunyai segmen yang paling sempit. Ileus obstruksi adalah
keadaan dimana usus terjadi sumbatan mencegah aliran normal dari susu melalui
saluran usus yang dapat bersifat parsial atau komplit. Abstrak Ileus obstruktif
merupakan gangguan pasase usus oleh sebab adanya sumbatan atau obstruksi dan
sebab lain yang menyebabkan menyempitnya atau tersumbatnya lumen usus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ileus obstruksi?
2. Apa saja patofisiologi ileus obstruksi ?
3. Apa saja cara penanganan pada pasien obstruksi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang ileus obstruksi
2. Agar mahasiswa tahu dan mengerti patofisiologi ileus obstruksi
3. Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang cara penanganan terhadap pasien
dengan penyakit ileus obstruksi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Illeus adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk
sementara waktu berhenti.
Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus
jarang menyebabkan perforasi.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut
yang segera memerlukan pertolongan dokter. Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus
halus daripada usus besar. Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan
tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian,
sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan
menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.

Macam – macam illeus adalah :


1. Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik.
2. Ileus Paralitik adalah ileus yang disebabkan gerakan (peristaltik) usus yang
menghilang, disini tidak ada sumbatan
Klasifikasi Illeus :
1. Illeus Mekanik
Disebabkan karena gangguan mekanik berupa sumbatan sehingga terjadi obstruksi.
Ada 3 stadium dalam illeus mekanik :
 Partial Ileus : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan masih bisa lewat, dapat flatus/
defekasi sedikit.
 Simple Ileus : terjadi sumbatan total tapi belum terjadi gangguan vaskularisasi dinding
usus.
 Ileus Strangulasi : ileus disertai distensi usus dibagian proksimal sumbatan dan
vaskularisasi dinding usus terjepit (strangulasi)
2. Ileus Neurogenik
Gangguan pada saraf parasimpatis S2-S4. ada 2 :
 Adinamik/Ileus paralitik (proses radang kelelahan)
 Dinamik/Ileus Spastika : karena kontraksi yang terlalu kuat dan terjadi secara bersamaan.
Penyebabnya : rangsangan saraf yang berlebihan, keracunan, neurasteni, histeri.
3. Ileus Vaskuler
Ileus ini berhubungan dengan penyakit jantung sehingga vaskularisasi dari jantung menurun
dan didaerah arteri mesenterica superior ada sumbatan sehingga bagian distal arteri
mesenterika tersebut terjadi iskemik.
Karena adanya thrombus/embolus pada vasa sehingga timbul iskemik, gangrene, nekrosis,
bisa juga perforasi.

2.2 Etiologi
Illeus secara umum disebabkan oleh :
 Cedera pada pembuluh darah usus
 Kelainan diluar usus , seperti gagal ginjal atau kadar elektrolit darah yang abnormal
(misalnya rendah kalium, tinggi kalsium)
 Obat-obat tertentu.
 Kelenjar tiroid yang kurang aktif
 Suatu infeksi atau bekuan darah didalam perut
 Aterosklerosis yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke usus
Secara khusus penyebab ileus ada 2 :
a) Ileus Obstruktif etiologinya adalah :
Disebabkan karena gangguan mekanik berupa sumbatan sehingga terjadi obstruksi.
 Hernia Incaserata
 Non Hernia Incaserata :
a. Penyempitan lumen usus
Scibala, fekalith, keganasan, radang, tumor mesenterium
b. Adhesi
Radang, trauma, post laparatomi
c. Invaginasi
Hiperperistaltik usus yang menyebabkan bagian oral lebih mobil sehingga masuk ke yang
anal. Bagian anal berkontraksi sehingga terjadi oedema kemudian perlengketan dan
kahirnya terjadi invaginasi.
Ciri kahasnya : ada lendir darah peranus
Causanya : hiperperistaltik akibat obat-obatan, lesi organ (polipoid tumor Ca colon),
factor mobilitas (bagian proximal mobil dan distal terfixir).
Gejalanya : perut kembung, flatus (-), defekasi (-), muntah-muntah, lendir darah, pada
RT teraba portio Geruis.
d. Volvulus
Faktor terjadinya : segmen usus yang bergerak leluasa dan ada titik fiksasi pada segmen
usus sebagai focus volvulus.
Causa : alat penggantung usus terlalu panjang, terlalu banyak divertikulum,
peradangan / trauma, makanan tinggi selulose, orang tua dengan retardasi mental.
e. Malformasi usus
Pada waktu perputaran usus (minggu ke 10) terjadi pemuntiran sehingga terjadi
penjepitan yang akan menyebabkan terjadinya ileus mekanik.

b) Ileus Paralitik etiologinya adalah :


a. Pembedahan Abdomen
b. Trauma abdomen
c. Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis
d. Pneumonia
e. Sepsis
f. Serangan Jantung
g. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium
h. Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot
i. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi
j. Mesenteric ischemia

2.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala ileus secara umum adalah
 Kembung
 Muntah
 Sembelit yang berat
 Kram Perut
Secara Khusus tanda dan gejala ileus :
1. Ileus Obstruktif, tanda dan gejalanya adalah :
a. Nyeri perut yang bersifat kolik
b. Mual dan muntah
c. Perut kembung ( distensi ) disertai konstipasi
d. Ditemukan darm kontur (gambaran usus) dan darm steifung (gambaran peristaltik
usus)
e. Bising usus meningkat
f. Pada pemeriksaan foto : ditemukan gambaran Harring bone appearance atau step
leader fenomena

2. Ileus Paralitik, tanda dan gejalanya adalah :


a. Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri ( kolik )
b. Mual dan mutah
c. Tak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya 24 – 48 jam
d. Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler
e. Bising usus menghilang
f. Gambaran radiologis : semua usus menggembung berisi udara

2.4 Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan,
sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten,
dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari
gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air
dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam
saluran cerna setiap hari,tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan
intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai
merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini
adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan
curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang
terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan
sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam
rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. Pengaruh
sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya
ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga
dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata, usus
menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang
hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup
panjang. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah
yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal
kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus
menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus
menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan
meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian.

Penanganan Ileus
1. Konservatif
 Penderita dirawat di rumah sakit.
 Penderita dipuasakan
 Kontrol status airway, breathing and circulation.
 Dekompresi dengan nasogastric tube.
 Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan
 Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.

2. Farmakologis
 Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
 Analgesik apabila nyeri

3. Operatif
 Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.
 Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis
obstruksi kolon.
 Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah
sepsis sekunder atau rupture usus.
 Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.
Komplikasi Ileus

 Nekrosis usus
 Perforasi usus
 Sepsis
 Syok-dehidrasi
 Abses
 Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
 Pneumonia aspirasi dari proses muntah
 Gangguan elektrolit
 Meninggal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku/Bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Diagnosa medis :
Penanggung jawab :

b. Keluhan utama pasien


Kaji keluhan utama yang di alami pasien
c. Riwayat penyakit sekarang (sesuai pola PQRST)
diagnostik penyakt sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan juga riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan fisik pada pasien ileus obstruksi


1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakupkehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomenharus dilihat adanya
distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen.
Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus yang biasbekorelasi dengan
mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.Penderita tampak gelisah
dan menggeliat sewaktu serangan kolik.
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneumapapun atau
nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunteratau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal.
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodicgemerincing
logam bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masatenang. Tetapi setelah
beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan ususdi atas telah berdilatasi, maka
aktivitas peristaltik (sehingga juga bisingusus) bisa tidak ada atau menurun
parah. Tidak adanya nyeri usus biasjuga ditemukan dalam ileus paralitikus atau
ileus obstruksi strangulata
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectumdan
pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidakadanya
feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usushalus. Jika
darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalamrektum, maka
sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesiintrinsik di dalam
usus.
3.2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya
mual, muntah, demam dan diaforesis.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitasusus.
e. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

3,3. Perencanaan Keperawatan


a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya
mual, muntah, demam dan diaforesis.
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan hidrasi adekuat dengan
bukti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-
tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
pasien.

2. Observasi tanda-tanda vital: N, TD, P,2. Perubahan yang drastis pada


S tanda-tanda vital merupakan
indikasi kekurangan cairan.
3. kekurangan cairan dan elektrolit
3. Observasi tingkat kesadaran dan dapat mempengaruhi tingkat
tanda-tanda syok kesadaran dan mengakibatkan
syok.

4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2


4. Menilai fungsi usus
jam
5. Menilai keseimbangan cairan
5. Monitor intake dan output secara ketat
6. Menilai keseimbangan cairan dan
6. Pantau hasil laboratorium serum
elektrolit
elektrolit, hematokrit
7. Meningkatkan pengetahuan
7. Beri penjelasan kepada pasien dan
pasien dan keluarga serta
keluarga tentang tindakan yang
kerjasama antara perawat-pasien-
dilakukan: pemasangan NGT dan
keluarga.
puasa.
8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
8. Kolaborasi dengan medik untuk
elektrolit pasien.
pemberian terapi intravena
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
Tujuan :
Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual1. Mempengaruhi pilihan
yang mempengaruhi intervensi.
kemampuan untuk mencerna
makanan, mis: status puasa,
mual, ileus paralitik setelah
selang dilepas.
2. Auskultasi bising
usus;
2. Menentukan kembalinya
palpasi abdomen; catat pasase
peristaltik ( biasanya dalam 2-4
flatus.
hari ).
3. Identifikasi kesukaan /
3. Meningkatkan kerjasama
ketidaksukaan diet dari pasien.
pasien dengan aturan diet.
Anjurkan pilihan makanan
Protein/vitamin C adalah
tinggi protein dan vitamin C.
kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan. Malnutrisi adalah
fator dalam menurunkan
pertahanan terhadap infeksi.
Intervensi Rasional
4. Observasi terhadap terjadinya
diare; makanan bau busuk dan4. Sindrom malabsorbsi dapat
berminyak. terjadi setelah pembedahan usus
halus, memerlukan evaluasi
lanjut dan perubahan diet, mis:
5. Kolaborasidalam pemberian diet rendah serat.
obat-obatan sesuai indikasi:5. Mencegah muntah.
Antimetik, mis: proklorperazin Menetralkan atau menurunkan
(Compazine). Antasida dan pembentukan asam untuk
inhibitor histamin, mis: mencegah erosi mukosa dan
simetidin (tagamet). kemungkinan ulserasi.

c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan :
pola nafas menjadi efektif
ntervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
mempengaruhi peningkatan hasil TTV.

2. Kaji status pernafasan: pola,2. Adanya distensi pada abdomendapat


frekuensi, kedalaman menyebabkan perubahan pola nafas.
ntervensi Rasional
3. Kaji bising usus pasien
3. Berkurangnya/hilangnya bising usus
menyebabkan terjadi distensi abdomen
sehingga mempengaruhi pola nafas.
4. Tinggikan kepala tempat tidur
40-60 derajat 4. Mengurangi penekanan pada paru akibat
5. Observasi adanya tanda-tanda distensi abdomen.
hipoksia jaringan perifer:5. Perubahan pola nafas akibat adanya
cianosis distensi abdomen dapat menyebabkan
oksigenasi perifer terganggu yang
dimanifestasikan dengan adanya cianosis.

6. Monitor hasil AGD 6. Mendeteksi adanya asidosis respiratorik.


7. Meningkatkan pengetahuan dan
7. Berikan penjelasan kepada
kerjasama dengan keluarga pasien.
keluarga pasien tentang
8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien
penyebab terjadinya distensi
abdomen yang dialami oleh
pasien
8. Laksanakan program medic
pemberian terapi oksigen

d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas


usus.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola eliminasi kembali normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna 1. Mengetahui ada atau tidaknya
dan konsistensi feces kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
Intervensi Rasional
2. Auskultasi bising usus 2. Mengetahui normal atau
tidaknya pergerakan usus.

3. Kaji adanya flatus 3. Adanya flatus menunjukan


perbaikan fungsi usus.
4. Kaji adanya distensi abdomen 4. Gangguan motilitas usus dapat
menyebabkan akumulasi gas di
dalam lumen usus sehingga
terjadi distensi abdomen.
5. Berikan penjelasan kepada
5. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga penyebab
pasien dan keluarga serta untuk
terjadinya gangguan dalam BAB
meningkatkan kerjasana antara
perawat-pasien dan keluarga.
6. Kolaborasi dalam pemberian
6. Membantu dalam pemenuhan
terapi pencahar (Laxatif)
kebutuhan eliminasi

e. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan :
rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR,1. Nyeri hebat yang dirasakan
P tiap shif pasien akibat adanya distensi
abdomen dapat menyebabkan
peningkatan hasih TTV.
2. Kaji keluhan nyeri,2. Mengetahui kekuatan nyeri
karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pasien dan
yang dirasakan pesien menentukan tindakan
sehubungan dengan adanya selanjutnya guna mengatasi
distensi abdomen nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman:3. Posisi yang nyaman dapat
Intervensi Rasional
posisi semi fowler mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik4. Relaksasi dapat mengurangi
relaksasi tarik nafas dalam saat rasa nyeri
merasa nyeri
5. Anjurkan pasien untuk5. Mengurangi nyeri yang
menggunakan tehnik pengalihan dirasakan pasien.
saat merasa nyeri hebat.
6. Kolaborasi dengan medic6. Analgetik dapat mengurangi
untuk terapi analgetik rasa nyeri

f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Tujuan:
Kecemasan teratasi.
Intervensi Rasional
1. Observasi adanya1. Rasa cemas yang dirasakan
peningkatan kecemasan: wajah pasien dapat terlihat dalam ekspresi
tegang, gelisah wajah dan tingkah laku.
2. Mengetahui tingkat kecemasan
2. Kaji adanya rasa cemas yang pasien.
dirasakan pasien 3. Dengan mengetahui tindakan
3. Berikan penjelasan kepada yang akan dilakukan akan
pasien dan keluarga tentang mengurangi tingkat kecemasan
tindakan yang akan dilakukan pasien dan meningkatkan
sehubungan dengan keadaan kerjasama
penyakit pasien

4. Berikan kesempatan pada4. Dengan mengungkapkan


pasien untuk mengungkapkan kecemasan akan mengurangi rasa
rasa takut atau kecemasan yang takut/cemas pasien
Intervensi Rasional
dirasakan
5. Pertahankan lingkungan yang
tenang dan tanpa stres. 5. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat mengurangi stress
pasien berhadapan dengan
6. Dorong dukungan keluarga penyakitnya
dan orang terdekat untuk6. Support system dapat mengurani
memberikan support kepada rasa cemas dan menguatkan pasien
pasien dalam memerima keadaan
sakitnya.

3.4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan sesuai diagnose keperawatan
1. Tidak ada atau nyeri abdomen berkurang
2.Menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan elektrolit
3. Membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketetapan
jumlah dan konsistensi
4. Mendapat nutrisi yang optimal
5. Tidak adanya depresi pernafasan
6. Tidur/istirahat tidak ada gangguan
7.Tidak mengalami komplikasi dengan suhu batas normal
8. Menunjukkan rileks dan tidak cemas
9. Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran

normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi non-mekanis atau ileus adinamik

sering terjadi setelah pembedahan abdomen karena adanya adanya refleks

penghambatan pristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Refleks

penghambatan pristaltik ini sering disebut sebagai ileus paralatik, walaupun paralisis

peristaltik ini tidak terjadi seara total. Keadaan lain yang sering menyebapkan

terjadinya ileus adinamik adalah peritonitis. Obstruksi paralitik (ileus paralitik) yaitu

Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang

mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Obstruksi mekanik yaitu terdapat

obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanik

digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (hanya terdapat satu tempat

obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi).


DAFTAR PUSTAKA

Pusdiknakes. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Edisi I. jilid II. Hal II 32 – 36. Jakarta. 1990.
www.medicastrore.com
Harrisons. Principles of Internal Medicine. Edisi 9. Gangguan Saluran Pencernaan. Seri
Ilmu Penyakit Dalam. Hal 167 – 170. Jakarta.

Price A. silvia &Wilson M` lorraine , (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1. Jakarta: EGC.
Price A. silvia &Wilson M` lorraine , (2007). Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Edisi 2, Volume1. Jakarta: EGC.

Author :Nova Faradilla, S. Ked Files of DrsMed – FK UNRI, ileus

obstruksi.http://www.Files-of-DrsMed.tk. (Diakses 30 Maret 2015)

Brunner & Suddarth, (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahAlih

bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai