Anda di halaman 1dari 8

KEMAS 9 (2) (2014) 183-190

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

IMPLIKASI MOBILITAS PENDUDUK DAN GAYA HIDUP SEKSUAL


TERHADAP PENULARAN HIV/AIDS

Dewi Rokhmah

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi modern mengakibatkan terjadinya
Diterima April 2013 revolusi mobilitas penduduk. Masalah penelitian adalah bagaimana implikasi dari
Disetujui Mei 2013 mobilitas penduduk dan gaya hidup seksual terhadap peyebaran HIV/AIDS di Kabupaten
Dipublikasikan Januari 2014
Jember. Tujuan penelitian untuk menganalisis implikasi dari mobilitas penduduk
Keywords: dan gaya hidup seksual terhadap peyebaran HIV/AIDS. Metode penelitian dengan
Mobility; mixmethod kuantitatif dan kualitatif, menggunakan sumber data sekunder dengan telaah
Life style; dokumen serta melalui indept interview pada petugas LSM yang bergerak di bidang
Sexual; penanggulangan HIV/AIDS di kabupaten Jember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
HIV/AIDS. saat ini banyak penduduk yang melakukan mobilitas vertikal dengan meninggalkan
pekerjaan sebagai petani untuk menjadi buruh pabrik atau pekerjaan lain di daerah
perkotaan. Hal ini memungkinkan penduduk laki-laki yang melakukan seks pra nikah
atau di luar nikah dengan wanita penjaja seks, sedangkan dari penduduk wanita yang
melakukan mobilisasi ke kota dihadapkan pada kondisi ”survival sex” karena tidak
memiliki ketrampilan dan pendidikan yang memadai. Saat ini di Kabupaten Jember
telah teridentifikasi lokalisasi ilegal yang berjumlah 15 titik dan jumlah penderita HIV/
AIDS meningkat setiap tahun. Simpulan penelitian, mobilitas penduduk dan gaya hidup
seksual berimplikasi terhadap peyebaran HIV/AIDS.

IMPLICATIONS OF POPULATION MOBILITY AND SEXUAL LIFESTYLE TO


HIV / AIDS TRANSMISSION

Abstract
The availability of modern transportation and communication caused revolution popu-
lation mobility. Research problem was how the implications of population mobility and
sexual lifestyles to HIV/AIDS transmission in Jember. Research purpose was to analyze
the implications of population mobility and sexual lifestyles to HIV/AIDS transmission.
Mixmethod research with quantitative and qualitative, using secondary data sources to
examine documents and through indept interview on NGO of HIV/AIDS field personnel
in Jember district. The results showed that many current residents who do vertical mobility
with change from farmers to factory worker or other work in urban areas. This allows the
men who have sex before marriage or have sex with female sex workers, while the women
who mobilized to the town faced with “survival sex “ because they do not have adequate
skills and education. Currently in Jember has identified illegal localization totaling 15
points and the number of people with HIV/AIDS is increasing every year. The conclusions,
population mobility and sexual lifestyle have implications with HIV/AIDS transmission.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: kemas.unnes@yahoo.com
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176

Pendahuluan 12,862, dan jumlah AIDS sebanyak 6,900 jiwa.


Untuk jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten
Peningkatan akses sarana transportasi Jember hingga bulan Desember Tahun 2012 se-
dan komunikasi mengakibatkan kemudahan banyak 822 kasus.
masyarakat untuk melakukan mobilisasi atau Data statistik dan hasil pemodelan
perpindahan baik secara vertikal dengan ber- matematik menunjukkan bahwa jalur utama
ganti profesi dari petani menjadi tenaga buruh penularan HIV di Indonesia dewasa ini dan ke
pabrik, buruh konstruksi serta secara hori- depan adalah melalui transmisi seksual. Menu-
sontal karena berpindah tempat tinggal dari rut Menteri Kesehatan Ibu Nafsiah Mboi dalam
desa ke kota. Hal ini menunjukkan terjadinya rangka Hari AIDS Sedunia 2012 di Jakarta, pola
revolusi mobilitas penduduk. Baik mobilitas penularan tertinggi yaitu, melalui transmisi
vertikal akibat perubahan status pekerjaan se- seksual sebesar 81,8 persen. Namun, temuan-
seorang maupun mobilitas horisontal akibat temuan terutama hasil Surveilens Terpadu
berpindahnya seseorang yang melintasi batas Biologis dan Perilaku (STBP) dari 2002, 2004
wilayah dan waktu tertentu. Kondisi ini juga sampai dengan 2007, menunjukkan belum sek-
berdampak pada pola gaya hidup seksual dari sual berisiko pada semua kelompok-kelompok
masyarakat yang mengarah pada risiko penu- populasi kunci.
laran HIV/AIDS (Mackellar, 2005; Jose, 2006; Memperhatikan kondisi yang disebutkan
Elisa, 2012). diatas, penting untuk memahami bagaimanakah
Mobilitas dapat membuat seseorang mobilitas penduduk berimplikasi pada gaya
masuk ke dalam situasi yang berisiko tinggi hidup seksual berisiko sehingga meningkatkan
(Skeldon, 2000). Dikarenakan jauh dari ke- penyebaran penyakit HIV/AIDS di masyarakat
luarga dan masyarakat mereka dimana nor- pada umumnya dan di Kabupaten Jember pada
ma-norma seksual dan sosial diterapkan dan khususnya.
dipatuhi pada tingkatan yang berbeda, kini
mereka harus beradaptasi dengan lingkungan Metode
yang baru (Hugo, 2001). Kondisi ini seperti
pada hasil penelitian komprehensif mengenai Penelitian bertujuan untuk menganali-
perpindahan penduduk dengan HIV/AIDS di sis implikasi dari mobilitas penduduk dan gaya
Kenya dengan menguji hipotesa yang menya- hidup seksual terhadap peyebaran HIV/AIDS
takan bahwa bila dibandingkan dengan mereka di Kabupaten Jember. Penelitian ini meng-
yang bukan pendatang, para pendatang laki- gunakan mixmethode antara kuantitatif dan
laki dan perempuan di daerah perkotaan dan kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan
pedesaan nampaknya lebih cenderung terlihat sumberdata sekunder dari Laporan Program
dalam kegiatan-kegiatan seksual yang dapat Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Jem-
meningkatkan risiko mereka terjangkit HIV ber oleh Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
dan akhirnya berujung pada AIDS (Theodore, (KPAD) dan Badan Kependudukan dan Cata-
2005; Martha, 2007; Susan, 2006). tan Sipil Kabupaten Jember dalam kurun waktu
Saat ini diperkirakan ada 30-50 juta 2010-2013. Metode kualitatif dilakukan melalui
orang pengidap HIV yang belum menunjukkan indept interview pada petugas LSM Laskar yang
gejala apapun, tetapi potensial sebagai sumber bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS
penularan. Jumlah kasus HIV/AIDS semakin di Kabupaten Jember.
tahun semakin bertambah. Jumlah kasus HIV/ Populasi adalah masyarakat Kabupaten
AIDS di dunia pada akhir tahun 2011 sebanyak Jember. Variabel dependen dalam penelitian
34 juta. Jumlah kasus di Asia Tenggara pada ini adalah mobilitas penduduk dan gaya hidup
akhir tahun 2011 sebanyak 4 juta kasus. Di seksual. Sedangkan variabel independen ada-
Indonesia secara kumulatif kasus HIV/AIDS lah kasus HIV/AIDS terutama yang ditularkan
mulai 1 April 1987 hingga 31 Desember 2012, melalui hubungan seksual secara heteroseksual,
jumlah HIV sebanyak 98,390, jumlah AIDS terjadi pada usia produktif dan aktif secara sek-
sebanyak 42,887. Jumlah HIV di provinsi Jawa sual serta berdasarkan jenis pekerjaan. Telaah
Timur sampai dengan Desember 2012 sebanyak dokumen dilakukan dalam rangka meningkat-

184
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176

kan ketajaman analisis. pendorong dan penarik bagi orang-orang un-


tuk melakukan migrasi, adanya desentralisasi
Hasil dan Pembahasan dalam pembangunan, di lain pihak komunikasi
dan transportasi semakin lancar.
(1) Mobilitas penduduk dan dampaknya ter- Melalui dari hasil pencatatan jumlah
hadap komposisi penduduk penduduk oleh Badan Kependudukan dan Pen-
Jumlah penduduk Kabupaten Jember Ta- catatan Sipil tahun 2009 di Kabupaten Jember
hun 2010 berdasarkan proyeksi penduduk sasa- kita dapat memperoleh gambaran Piramida
ran program kesehatan yang dikeluarkan oleh Penduduk pada Gambar 1.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur adalah Komposisi penduduk menurut kelom-
sebanyak 2.373.620 jiwa, mengalami pening- pok umur di suatu wilayah menunjukkan pada
katan sebesar 0,99% dibandingkan tahun 2008. perbedaan aspek sosial-ekonomi seperti ma-
Sedangkan jumlah penduduk riil Kabupaten salah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk
Jember tahun 2009 adalah sebesar 2.408.116 dan masalah pendidikan. Komposisi penduduk
jiwa. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi Kabupaten Jember menurut kelompok umur,
masih didominasi oleh kecamatan yang terle- menunjukkan bahwa penduduk yang berusia
tak di wilayah kota. Kecamatan yang memiliki muda (0-14 tahun) sebesar 22,23%, sedang-
kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecama- kan yang berusia produktif (15-64 tahun) se-
tan Kaliwates yaitu sebesar 4.029 jiwa per km2. besar 68,94%. Dengan demikian rasio beban
Kecamatan Sumbersari merupakan wilayah tanggungan (Dependency ratio) penduduk
dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi Kabupaten Jember pada tahun 2009 sebesar
kedua dengan kepadatan 3.002 jiwa per km2, 45%. Angka ini mengalami peningkatan di-
dan Kecamatan Patrang dengan tingkat kepa- bandingkan dengan angka pada tahun 2008
datan penduduk tertinggi ketiga sebesar 2.345 sebesar 27,8%. Kecamatan dengan angka rasio
jiwa per km2. Kepadatan Penduduk terendah di beban tanggungan tertinggi yaitu Kecamatan
Kecamatan Tempurejo, yaitu hanya 127 jiwa per Sukorambi sebesar 47,59%, dan Kecamatan
km2. Peninjauan migrasi secara regional sangat dengan rasio beban tanggungan terendah yaitu
penting untuk ditelaah secara khusus menging- Kecamatan Sumbersari sebesar 41,28%.
at adanya densitas (kepadatan) dan distribusi Beban tanggungan berarti adalah beban
penduduk yang tidak merata, adanya faktor yang harus diemban oleh kepala keluarga da-

Piramida Penduduk Kabupaten Jember Tahun 2009


75+
70 - 74 Perempuan
65 - 69 Laki-laki
60 - 64
55 - 59
50 - 54
Kelompok Umur

45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5- 9
0- 4

10 05 00 05 10
Persentase
Gambar 1. Piramida Penduduk Kabupaten Jember 2009

185
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176

lam mencukupi kebutuhan sehari-hari anggota untuk jangka waktu yang lama bila dibanding-
keluarga, termasuk di dalamnya biaya pendidi- kan dengan seluruh negara di dunia (Hugo,
kan dan kesehatannya. Dalam rangka meme- 2001).
nuhi kebutuhan hidupnya, tidak jarang kepala
keluarga harus mencari nafkah ke luar kota (2) Mobilitas penduduk dan gaya hidup sek-
atau luar pulau dalam beberapa waktu tertentu sual beresiko
(mobilisasi). Sementara pekerjaan sebagai pe- Sebagai buruh migran yang bekerja di
tani tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup, sektor industri, konstruksi atau transportasi
karena uang baru didapat setelah masa panen (sopir), para penduduk musiman ini memi-
dalam kurun waktu kurang lebih tiga bulan se- liki tingkat penghasilan yang lebih tinggi jika
kali. dibandingkan dengan mereka yang bertahan
Mobilisasi penduduk tidak hanya secara hidup di desa sebagai petani. Hal ini seperti
vertikal, tetapi juga secara horisontal, dengan diungkapkan oleh responden dari LSM pen-
meninggalkan pekerjaan sebagai petani untuk damping ODHA berikut ini :
menjadi buruh pabrik atau pekerjaan lain di
daerah perkotaan, bahkan sampai ke luar Pulau .....Orang-orang di desa sudah enggan
Jawa. Yang termasuk dalam mobilitas horizon- kerja di sawah. Mereka lebih memilih
tal adalah perpindahan penduduk secara teri- kerja di Kota sebagai buruh pabrik, kuli
torial, spasial atau geografis, sedangkan mobili- bangunan atau sopir, karena gajinga lebih
tas vertikal dikaitkan dengan perubahan status banyak dan didapat setiap seminggu seka-
sosial dengan melihat kedudukan generasi. Mo- li...Kalau bertani kan pegang uang kalau
bilisasi tidak hanya dilakukan oleh penduduk pas panen saja selama kurang lebih tiga
laki-laki tetapi juga oleh penduduk perempu- bulan sekali...(WK, 41 tahun )
an. Dengan bekal tingkat pendidikan yang ti-
dak memadai, maka alternatif pekerjaan seba- Gaji yang mereka dapatkan setiap minggu
gai buruh migran seperti buruh pabrik, kuli sebagian mereka gunakan untuk biaya hidup
bangunan, sopir, pramuniaga adalah pilihan serta sebagian ditabung untuk dikirimkan ke-
mereka. Bagi laki-laki, menjadi buruh migran pada keluarga di desa. Namun tidak semua bu-
memungkinkan mereka untuk mendapatkan ruh migran dapat konsisten mempertahankan
uang lebih mudah dari pada jadi petani. Karena kebiasaan ini. Karena hidup di kota perantauan
gaji mereka dapatkan setiap minggu, cukup un- jauh dari keluarga, yang berarti pula tidak ada
tuk mengirim sebagian uang kepada keluarga kontrol dari orang terdekat. Hal ini diperparah
di desa. Sedangkan bagi perempuan, kebutu- lagi dengan kemudahan akses tehnologi infor-
han di kota tidak dapat tercukupi dari gaji se- masi (internet dan handphone) serta transpor-
bagai buruh pabrik. Akibatnya mereka terjebak tasi yang ada di kota. Terutama para laki-laki,
pada kondisi “survival sex”. Yaitu memiliki pe- mereka cenderung untuk menggunakan uang
kerjaan sambilan menjadi perempuan pekerja gaji mereka untuk melakukan transaksi seks
seks untuk dapat bertahan hidup di Kota. dengan perempuan PSK (Pekerja Seks Komersial)
Sebagain besar penduduk Indonesia di tempat pelacuran. Ada indikasi di Kabupaten
merupakan pelaku migran. Mereka memilih Jember, tempat-tempat pelacuran ilegal (terse-
hidup berpisah dari keluarga dalam beberapa lubung) banyak ditemukan di daerah dekat
waktu tertentu untuk mencari nafkah atau be- pabrik atau tempat pemberhentian sementara
kerja di luar kota bahkan luar pulau. Kondisi ini truk atau bus antar kota. Hal ini seperti diung-
terjadi karena di desa atau di kota tempat me- kapkan oleh petugas dari LSM Laskar berikut
reka tinggal tidak dapat menyediakan lapangan ini :
pekerjaan dengan upah yang mereka inginkan. ...saat ini banyak kita temukan tem-
Rakyat Indonesia memiliki tingkat mobilitas pat prostitusi terselubung yang ada di
tinggi jika diukur dengan standar internasional warung-warung lesehan tempat sopir
dan kecenderungan ini terus meningkat. Indo- truk antar kota berhenti...mereka (PSK)
nesia memiliki jumlah buruh migran non per- tidak secara langsung menawarkan diri,
manen terbesar yang tinggal jauh dari keluarga tapi dari menemani minum kopi dulu...

186
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176

(NM, 37Tahun) Kabupaten Jember dapat dilihat pada Gam-


bar 2. Dari gambar peta diatas terlihat bahwa
Selain pihak laki-laki yang meiliki perilaku dengan penutupan lokalisasi legal di Puger,
berisiko pada saat dia menjadi penduduk mi- mengakibatkan munculnya lokalisasi ilegal
gran, pihak perempuan juga menghadapai yang tersebar di beberapa kecamatan di seki-
kondisi yang memprihatinkan. Dimana dengan tar Kecamatan Puger, baik di warung makan
bekal pendidikan yang rendah serta pengala- atau warung lesehan di pinggir jalan, maupun
man yang kurang ketika hidup di kota, maka di cafe atau tempat karaoke. Keadaan lokalisasi
mereka hanya dapat bekerja sebagai buruh yang tidak resmi atau ilegal dapat menjadi sum-
pabrik. Di sisi lain kehidupan di kota me- ber penularan penyakit HIV/AIDS, karena PSK
nyebabkan mereka dipaksa untuk mengikuti merupakan salah satu kelompok resiko tinggi
gaya hidup orang di kota, yang membutuh- penular penyakit HIV/AIDS (Kenderwis dan
kan biaya tinggi. Sehingga mereka dihadapkan Yustina, 2009). Pada Tahun 2006, Departemen
pada kondisi”survival sex”. Yaitu upaya yang Kesehatan memperkirakan bahwa sejumlah
dilakukan oleh penduduk migran perempuan 221.000 Penjaja Seks Perempuan (PSP) beroperasi
untuk dapat bertahan hidup di kota dengan diberbagai macam tempat, misalnya lokalisasi
menjajakan diri sebagai Wanita Pekerja Seks pelacuran, tempat hiburan, panti pijat dan di
(WPS). Walaupun migrasi sering diidentikan jalanan (KPAN, 2008).
dengan proses pemberdayaan perempuan na-
mun kenyataannya migrasi dapat melanggeng- (3) Dampak mobilisasi penduduk terhadap
kan ketidakberdayaan perempuan atau bahkan penyebaran HIV/AIDS
perpindahan membuat mereka semakin tidak Dengan adanya mobilisasi penduduk di
berbaya (Hugo, 2001) Kabupaten Jember, dari desa ke kota mengaki-
Kondisi seperti disebutkan di atas se- batkan adanya pola perilaku baru yang berbeda
makin diperparah dengan keluarnya SK Bupati dengan sebelumnya. Dimana kedupan di desa
Jember Nomor 188.45/ 39 /012/2007 Tentang selalu kental dengan nilai moral dan agama.
Penutupan Tempat Layanan Sosial Transisi Sehingga norma-norma yang mengatur per-
untuk Pekerja Seks Komersial dan Penutupan gaulan antara laki-laki dan perempuan sangat
Prostitusi Di Kabupaten Jember. Dampak dari dijaga. Nilai pernikahan menduduki posisi
adanya Surat Keputusan Bupati tentang pe- yang penting dalam kehidupan masyarakat di
nutupan tempat layanan sosial transisi untuk pedesaan. Berbeda dengan di kota, yang no-
pekerja seks komersial di Puger Kabupaten tabene banyak para pendatang yang berasal
Jember adalah tempat layanan sosial transisi dari desa dan hidup terpisah dengan keluarga,
untuk pekerja seks komersial ilegal bertambah mengakibatkan longgarnya norma pergaulan
dan menyebar di wilayah Kabupaten Jember. termasuk dalam hal seksualitas. Laki-laki yang
Hal ini diikuti dengan permasalahan sulitnya sudah berkeluarga, seringkali memanfaatkan
pembinaan layanan kesehatan dan upaya ko- sebagian uang yang diperoleh dari bekerja un-
munikasi perubahan perilaku terhadap PSK. tuk melakukan transaksi seks dengan pekerja
Dengan ditutupnya lokalisasi Puger, mengaki- seks perempuan di lokalisasi. Penduduk yang
batkan para PSK mencari alternatif tempat lain memiliki tingkat mobilitas tinggi atau memiliki
seperti di warung makan atau warung lesehan frekwensi berpindah tempat tinggal dengan part-
yang berlokasi di sekitar pemukiman warga. ner mereka memiliki risiko yang lebih tinggi
Kondisi ini seperti hasil penelitian oleh Kender- terhadap penularan HIV dan Penyakit Menu-
wis dan Yustina (2009), yang mengungkapkan lar Seksula (PMS) lainnya daripada penduduk
bahwa di Kabupaten Langkat terdapat banyak yang memiliki kondisi tempat tinggal yang sta-
rumah makan atau kafe yang berada di sepan- bil atau tetap (Lurie at al, 2003).
jang Jalan lintas Sumatra di mana tempat yang Saat ini keberadaan lokalisasi di Kabu-
dimaksud berfungsi sebagai lokalisasi transaksi paten Jember tidak dapat dideteksi secara pasti
seksual tidak resmi atau ilegal yang sangat ber- berkaitan dengan dikeluarkannya SK Bupati
potensi menjadi sumber penularan HIV/AIDS. Nomor Nomor 188.45/ 39 /012/2007 Tentang
Adapun penyebaran lokalisasi PSK di Penutupan Tempat Layanan Sosial Transisi

187
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176

Sumber : KPAD Kabupaten Jember 2013


Gambar 2. Peta penyebaran lokalisasi PSK di Kabupaten Jember

untuk Pekerja Seks Komersial dan Penutupan litan mencari klien terlihat lebih besar diban-
Prostitusi di Kabupaten Jember. Akibatnya ke- dingkan dengan WPS di lokalisasi sehingga
bermunculan lokalisasi ilegal baik di warung dapat disimpulkan bahwa posisi tawar mereka
lesehan pinggir jalan, di cafe atau diskotik, sangat rendah dengan klien (Lokollo, 2010) .
serta di hotel atau losmen. Kondisi ini di satu Hal ini diperkuat dengan perilaku penggu-
sisi lebih memudahkan para laki-laki hidung naan kondom dikalangan WPS yang rendah.
belang untuk melakukan transaksi seksual. Ka- Keberadaannya WPS sulit diidentifikasi se-
rena tempat prostitusi terselubung bebas dari mentara transaksi seks diantara mereka cukup
kontrol masyarakat. Berbeda apabila lokalisasi tinggi dan rawan terkena IMS dan HIV/AIDS
sudah legal, maka laki-laki yang memasuki (Widyastuti, 2007).
wilayah tersebut harus siap mendapat stigma Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari
dari masyarakat sebagai laki-laki yang tidak tiga juta laki-laki di Indonesia yang merupakan
bermoral. pelanggan penjaja seks perempuan (kisaran
Dampak dari banyaknya lokalisasi ilegal, 2.324.660-3.981.180) (Departemen Kesehatan
tidak adanya kontrol dari keluarga terdekat me- 2011). Meningkatnya risiko infeksi HIV sering
mungkinkan orang untuk melakukan transaksi dihubungkan dengan beberapa jenis mobilitas,
seksual dengan perempuan pekerja seks. Se- meskipun bukti temuan dari penelitian masih
hingga menyebabkan penyebaran dari penyakit sangat terbatas. Hal ini termasuk migrasi ke
HIV/AIDS semakin mudah. Pola pekerjaan kota, perputaran beberapa jenis pekerjaan seperti
WPS yang ilegal dianggap ilegal pula secara pengangkutan, perikanan dan kelautan (Hugo,
hukum sehingga ada rasa ketidaknyamanan dan 2001).
ketdakamanan ketika mereka bekerja, kesu- Kabupaten Jember adalah Kabupaten di

188
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176

Jawa Timur yang memberikan kontribusi jum- meningkat secara tajam. Data HIV/AIDS di Ka-
lah penderita HIV/AIDS yang cukup tinggi bupaten Jember mencapai 982 orang. Berdasar-
setelah Kota Surabaya dan Malang. Penularan kan faktor risiko, terdapat 84,11% yang ditular-
infeksi HIV melalui hubungan seksual meru- kan secara heteroseksual. Dari sisi umur, usia
pakan yang paling banyak terjadi (Adisasmito, 25-49 tahun 71,89%, usia 20-24 tahun 16,19%.
2010). Hal ini terjadi pada ibu rumah tangga Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan, ibu ru-
yang tidak bekerja sebagai PSK atau memi- mah tangga (IRT) menempati urutan pertama
liki aktifitas penggunan narkoba suntik, telah yaitu 23,42%, disusul oleh penjaja seks (WPS)
ditularkan oleh suami yang sering membeli dan wiraswasta yaitu masing-masing 15,58%.
seks pada PSK di lokalisasi ilegal. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Adisasmito (2010) yang Daftar Pustaka
mengungkapkan bahwa wanita usia subur bi-
asanya tertular HIV melalui hubungan heterosek- Adisasmito, W. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta : PT
sual. RajaGrafindo Persada
Data HIV/AIDS berdasarkan kelompok Elisa, Desak M.P., Iis S. 2012. Pengalaman Ibu yang
umur menunjukkan bahwa di Kabupaten Jem- Terdeteksi HIV Tentang Dukungan Keluarga
ber kasus HIV/AIDS didominasi oleh mereka Selama Persalinan. Jurnal Kemas, 8(1): 35-41
Hugo, G. 2001. Mobilitas penduduk dan HIV/AIDS
yang berusia produktif dan dalam usia seksual
di Indonesia. Bangkok : UNDP South East
aktif yaitu pada usia 20-49 tahun. Usia produk- Asia HIV and Development Project.
tif dan seksual aktif memungkinkan seseorang José, Ricardo. 2006. Vulnerability, Human Rights,
dapat menularkan HIV/AIDS secara lebih mu- and Comprehensive Health Care Needs
dah melalui hubungan seksual. of Young People Living With HIV/AIDS.
Dalam Strategi Nasional 2007-2010 (ba- American Journal of Public Health, 96(6):
gian 1,2,3) melaporkan bahwa HIV secara tidak 1001-1006
proporsional mempengaruhi kaum muda dan Kenderwis & Yustina I. 2009. Kemampuan Tawar
mereka yang berusia produktif (94 % dari kasus Pekerja Seks Komersial Dalam Penggunaan
HIV yang terjadi menimpa kelompok umur Kondom Untuk Mencegah Penularan HIV/
AIDS di Kabupaten langkat. Majalah Keseha-
produktif antara 19-49 tahun) sehingga epide-
tan Masyarakat Indonesia,34(3): 133-140
mi HIV/AIDS akan berpengaruh besar terha-
KPA Nasional, 2008. Strategi Komunikasi Penanggu-
dap ketersediaan dan produktifitas tenaga ker- langan HIV dan AIDS di Indonesia. Jakarta :
ja, juga berimbas kepada problem kemiskinan KPAN.
yang bertambah parah dan disparitas ekonomi Lokollo, F.Y. 2010. Perilaku Wanita Pekerja Seksual
yang disebabkan oleh imbas dari epidemi HIV Tidak Langsung Dalam Pencegahan IMS,
dan AIDS terhadap individu dan juda ekonomi HIV dan AIDS di Pub dan Karaoke, Cafe dan
negara (KPAN, 2008). Diskotik di Kota Semarang. Jurnal Promosi
Kresehatan Indonesia, 5(1)
Penutup Lurie, M.N et al. 2003. The Impact of Migration on
HIV-1 Transmission in South Africa : A Study
of Migrant and Non Migrant Men and Their
Adanya mobilitas oleh penduduk Kabu-
Partners. Sex. Transm. Dis. 30 (149-156)
paten Jember baik secara horisontal dan ver- MacKellar, Duncan A MA. 2005. Unrecognized
tikal, serta didukung dengan meningkatknya HIV Infection, Risk Behaviors, and Perceptions
penggunaan sarana transportasi dan teknologi of Risk Among Young Men Who Have Sex
komunikasi maka berdampak pada perubahan With Men: Opportunities for Advancing
gaya hidup seksual yang berisiko terhadap pe- HIV Prevention in the Third Decade of HIV/
nularan HIV/AIDS. Hal ini diperkuat dengan AIDS. JAIDS Journal of Acquired Immune
adanya penutupan lokalisasi Puger, sehingga Deficiency Syndromes, 38(5): 603-614
bermunculan 15 titik lokalisasi ilegal. Aki- Martha, Bedelu. 2007. Implementing Antiretroviral
batnya penularan HIV/AIDS terutama yang Therapy in Rural Communities: The Lusikisi-
ki Model of Decentralized HIV/AIDS Care. J
ditularkan melalui hubungan seksual tidak
Infect Dis., 196: S464-S468
aman melalui WPS ilegal yang memiliki daya Susan Reif, Kristin Lowe Geonnotti. 2006. HIV In-
tawar rendah dalam penggunaan kondom fection and AIDS in the Deep South. Ameri-

189
Dewi Rokhmah / KEMAS 9 (2) (2014) 169-176

can Journal of Public Health, 96(6): 970-973 Widyastuti. 2006. Perilaku Menggunakan Kon-
Theodore M. Hammett. 2005. HIV/AIDS and Other dom Pada Wanita Penjaja Seks Jalanan di
Infectious Diseases Among Correctional In- Jakarta Timur tahun 2006. Jurnal Kesehatan
mates: Transmission, Burden, and an Appro- Masyarakat Nasional Vol. 1 Nomor 4. Febru-
priate Response. American Journal of Public ari 2007 : 161-167
Health, 96(6): 974-978

190

Anda mungkin juga menyukai