Anda di halaman 1dari 15

PENGENDALIAN VEKTOR

NAMA KETUA : MARIA W. DIAN SALOMBRE


NAMA ANGGOTA : 1. DANIEL NDARA BOMBO
2. MARIA DORCE ANDRIANI
3. MARSELINA GEWE
4. MELISA MARDIANTI
5. MERY YANI DEREK SUIDALE
6. SHAFIRA AURA RAMADHANI
7. PRIMA D. ANOIT
8. TARI NOVIA HUAN
9. RIZKY JULIANDRO BAKO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
A. PENGERTIAN
Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu “infectious
agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentang (susceptible host).
Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan
populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang ditularkan vektor
atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor.
Menurut Kusnoputranto dalam Simanjuntak yang dimaksud dengan pengendalian vektor
adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan populasi vektor pada
tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Jadi Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan,
mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya sehigga
tidak membahayakan kehidupan manusia.

B. TUJUAN
 Untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan
bagi kesehatan masyarakat.
 Menghindari kontak antara vektor dan manusia.

C. SIKLUS HIDUP VEKTOR


Umumnya cara reproduksi serangga adalah seksual di mana sel telur dan sperma bersatu. Sel
telur yang telah di buahi akan berkembang menjadi embrio melalui tahapan-tahapan yang
mirip dengan hewan lain. Selanjutnya serangga yang baru terbentuk ini dapat keluar melalui
cara oviparitas, ovoviviparitas, atau viviparitas.
Setelah embrio terbentuk, akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan pasca embrio.
Beberapa peristiwa unik dan kompleks yang terjadi adalah ectosin yaitu peristiwa larva
meninggalkan telur; molting yaitu lepasnya kulit lama yang merupakan hasil
ketidakmampuan kulit serangga untuk membesar; dan metamorphosis yaitu proses
perkembangan mulai ectosin sampai menjadi serangga dewasa. Beberapa istilah penting
dalam bidang entomologi adalah generation, brood, stage, stadium, dan instar.
Serangga dewasa yang terbentuk akan dapat bereproduksi setelah sistem reproduksinya
matang. Mencari pasangan adalah perilaku yang penting yang kemudian dilanjutkan dengan
kopulasi inseminasi, dan oviposisi. Hal-hal tersebut seringkali merupakan spesies spesifik
dan berbeda antara serangga-serangga lainnya.
 Tipe-Tipe Siklus Hidup
Setelah telur menetas, serangga pra dewasa mengalami beberapa serangkai perubahan sampai
mencapai bentuk dan ukuran serangga dewasa (imago) yang dinamakan metamorfosis.
Dalam metamorphosis melibatkan proses ganti kulit yang disebut ekdisis yang terjadi secara
berkala. Pada proses ini eksoskleton ditanggalkan dan diganti dengan kulit yang baru,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan serangga. Eksoskeleton yang
ditanggalkan disebut eksuvium.
Adanya metamorphosis serangga secara ekologis diperoleh beberapa keuntungan, seperti :
1. Adanya perbedaan habitat, beberapa larva serangga mempunyai habitat yangberbeda
dengan habitat imagonya.
2. Adanya perbedaan makanan utnuk larva dan imagonya.
Metamorfosis serangga dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe, yaitu :
1. Hemimetabola (Metamorfosis tidak sempurna)
Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva/nimfa. Tapi pada
metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase pertama yang disebut
larva/nimfa. Pada hemimetabolisme, perkembangan nimfa berlangsung pada fase
pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Hemimetabola
adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak sempurna, dimana Insecta muda yang menetas
mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum muncul, misalnya sayap. Sayap itu
akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut. Insecta muda disebut nimfa.
Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa (imago). Contoh Insecta ini
adalah belalang, kecoa (periplaneta americana), jangkrik (gryllus sp.), dan walang sangit
(leptocorisa acuta).
Tahapan perkembangannya sebagai berikut:
 Telur, telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan telurnya
secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain menempelkan telur
pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok. Jenis-jenis Vrysopidae (Neuroptera)
meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang panjang; telur terdapat di ujung
tangkai. Berbagai jenis serangga (belalang lapangan, belalang sembah, lipas)
meletakkan telur dalam paket, disebut ooteka atau paket telur; dalam satu paket
terdapat banyak telur. Bahan untuk melekatkan telur atau untuk pembuatan paket
berasal dari kelenjar penyerta (accessory glands).
 Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan
dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit (ekdisis). Tiap
tahapan diantara pergantian kulit disebut instar. Tergantung dari spesiesnya, bisa
terdapat 8-17 instar. Nimfa bisa memerlukan waktu dari mulai 4 minggu sampai
dengan beberapa tahun untuk terus berkembang sampai cukup besar untuk berubah
menjadi dewasa.
 Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh
dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.

2. Holometabola (metamorfosa sempurna)


Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan perubahan
wujud yang sanagt berbeda (sempurna). Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva –
pupa – dewasa. Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa kali.
Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk membentuk pupa.
Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi, dan
organ lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa.
Selanjutnya, Insecta dewasa keluar dari pupa. Sementara di dalam pupa, serangga akan
mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian
sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari
hancuran tubuh larva. Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk.
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya
tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa
hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17
tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna.
Tahapan dari metamorfosis sempurna adalah:
 Telur, telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan telurnya
secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain menempelkan telur
pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok. Jenis-jenis Vrysopidae (Neuroptera)
meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang panjang; telur terdapat di ujung
tangkai. Berbagai jenis serangga (belalang lapangan, belalang sembah, lipas)
meletakkan telur dalam paket, disebut ooteka atau paket telur; dalam satu paket
terdapat banyak telur. Bahan untuk melekatkan telur atau untuk pembuatan paket
berasal dari kelenjar penyerta (accessory glands).
 Larva, serangga muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Larva
merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang
dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyususunan kembali alat-alat tubuh
bagian dalam dan luar.
 Pupa, atau chrysalis, pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak
melakukan kegiatan apa-apa. Di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan
pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja.
Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari
hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi
disebut histogenesis.
 Imago, fase dewasa atau fase perkembangbiakan.

3. Tanpa metamorfosis / ametamorfosis (ametabola).


Perubahan struktur tubuh pada serangga ini hampir tidak kelihatan, sehingga seringkali
disebut juga tidak mengalami metamorfosis. Contohnya serangga ametabola adalah
Collembola, Thysanura dan Diplura. Bentuk pradewasa ametabola disebut nimfa.
Segera setelah menetas lahir serangga muda yang mirip dengan induknya. Kemudian setelah
tumbuh membesar dan mengalami pergantian kulit baru menjadi serangga dewasa tanpa
terjadi perubahan bentuk, hanya mengalami pertambahan besar ukuran saja.

4. Metamorfosis bertahap (paurometabola)


Perkembangan serangga ini berubah secara bertahap dalam bentuk luarnya dari telur sampai
bentuk dewasa. Bentuk pradewasa disebut nimfa, mempunyai kebiasaan serupa dengan yang
dewasa. Kelompok serangga ini disebut juga Paurometabola.
Contohnya antara lain, kutu (Phthiraptera), kepik (Hemiptera), rayap (Isoptera), belalang
(Orthoptera), lipas (Dictyoptera). Selain itu ada pula serangga yang termasuk di dalam
kelompok metamorfosis sederhana tetapi stadium pradewasanya hidup di air, contohnya ialah
capung (Odonata). Bentuk pradewasa disebut naiad atau tempayak. Kelompok serangga ini
disebut juga Hemimetabola.
Serangga mengalami perubahan bentuk secara bertahap, selama siklus hidupnya mengalami
tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa, dan imago.
 Contoh-Contoh Siklus Hidup Serangga Vektor Penyakit
1. SIKLUS HIDUP NYAMUK
Nyamuktermasukserangga yang mengalamimetamorfosissempurna (holometabola)
karenamengalamiempattahapdalammasapertumbuhandan perkembangan. Tahapan yang
dialamiolehnyamukyaitutahaptelur, larva, pupa dandewasa.
 Tahap Telur
Telur Aedes aegypti kecil seperti beras warna hitam tetapi ukurannya panjang hana 0,5
mm,biasanya telur Aedes aegypti diletakkan di dinding container (kamar mandi,gentong dll)
tepat diatas permukaan air.
Kalau gentong terisi air lagi, maka telur Aedes aegypti akan menetas, namun kalau air tidak
terisi lagi maka telur ini akan tetap bertahan selama 3 bulan.
Karena telur ini menempel pada permukaan dinding bak mandi atau dinding gentong, maka
hukumnya wajib untuk menguras dan menggosok/membersihkan dengan sikat agar telor
lepas dan digelontor dengan air.
 Larva/Jentik jentik
Telur menetas menjadi Larva atau Jentik Jentik, jentik akan berganti kulit sebanyak 3 kali ( 4
instar), umur jentik sekitar 7 hari itulah mengapa pengurasan bak mandi/gentong disarankan
“minimal” 7 hari sekali, kalau 10 hari sekali maka Jentik sudah berubah jadi nyamuk.Abate
adalah larvasida yang fungsinya menghambat proses pergantian kulit (instar) larva tersebut,
utnuk itu lebih baik kalau habis dikuras bak mandi/gentong diberi abate.
 Kepompong/Pupa
Kepompong atau Pupa adalah Fase Tidak Makan dari nyamuk, Umur kepompong 2 – 3 hari
dan tidak makan selama periode tersebut. Kepompong benafas dengan siphon.
 Imago/Dewasa Nyamuk
Nyamuk dapat bertahan selama 1 bulan, nyamuk betina akan memerlukan darah untuk
perkembangan telurnya,sedang nyamuk jantan tidak memerlukan darah cukup hidup
dari sari bunga = nectar.
Selama hidupnya nyamuk betina dapat bertelur 4 – 5 kali, dan bila dia mengisap darah
penderita demam berdarah akan terhisap dan virus berkembang di tubuh nyamuk. Bila dia
menghisap darah lagi maka virus akan ditularkan ke orang lain.
Nyamukbiasanyameletakkantelur di tempat yang berair, padatempat yang
keberadaannyakeringtelurakanrusakdanmati. Kebiasaanmeletakkantelurdarinyamukberbeda –
bedatergantungdarijenisnya.
 NyamukAedesmeletakkantelurdanmenempelpada yang terapungdiatas air
ataumenempelpadapermukaanbenda yang merupakantempat air padabataspermukaan air
dantempatnya.
 Nyamukanopelesakanmeletakkantelurnyadipermukaan air
satupersatuataubergerombolantetapisaling lepas, teluranopelesmempunyaialatpengapung.
 Nyamukculexakanmeletakkantelurdiataspermukaan air
secarabergerombolandanbersatuberbentukrakitsehinggamampuuntukmengapung,
sedangkanjentiknya menggantung di air.

2. SIKLUS HIDUP LALAT


Untuk mengatasi perkembangan lalat, maka kit perlu mengetahui siklus hidup lalat. Siklus
hidup lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva atau tempayak,
pupa atau kepompong dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22
hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina telah dapat menghasilkan
telur pada usia 4-8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75-150 butir dalam sekali bertelur.
Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 5-6 kali.
Berikut masing-masing stadium dalam perkembangannya lalat menurut Wijayantono :
 Stadium Pertama (Stadium Telur)
Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan
berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur dapat dihasilkan oleh lalat betina sebanyak 150-
200 butir. Lamanya stadium ini dapat dipengaruhi oleh faktor panas dan kelembaban, tempat
bertelur dimana semakin panas semakin cepat menetas dan berlaku sebaliknya. Telur
diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab seperti sampah, kotoran binatang, kotoran
manusia atau bahan-bahan lain yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk.
 Stadium Kedua (Stadium Larva atau Tempayak)
Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu:
1. Tingkat I — Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm,
berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan,
setelah 1-4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.
2. Tingkat II — Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah beberapa hari maka kulit
akan mengelupas dan keluar instar III dan banyak bergerak.
3. Tingkat III — Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3-9
hari, larva tidak banyak bergerak, larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk
untuk berubah menjadi kepompong.
 Stadium Ketiga (Stadium Pupa atau Kepompong)
Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa, stadium ini
berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu setempat yang disenangi lebih kurang 35°C. Pupa
ini berwarna coklat hitam dan berbentuk lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi
dewasa, kurang bergerak (tak bergerak sama sekali). Setelah stadium ini selesai maka melalui
celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda.
 Stadium Keempat (Stadium Lalat Dewasa)
Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Untuk menjadi
lalat dewasa yang matang dan siap untuk melakukan perkawinan memerlukan waktu kurang
lebih dari 15 jam. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Perlu kita ketahui faktor
suhu setempat, kelembaban udara dan makanan yang tersedia berpengaruh terhadap
pertumbuhan lalat baik dari telur hingga menjadi lalat dewasa.

3. SIKLUS HIDUP PINJAL


Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan baik
anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik
hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu
diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang
parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu. Pinjal yang biasa dikenal kutu
loncat fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan kucing namun di lapangan lebih
sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada
anjing.
Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat. Biasanya berwarna
gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing). Pinjal merupakan serangga bersayap
dengan bagian-bagian mulut seperti tabung yang digunakan untuk menghisap darah host
mereka. Kaki pinjal berukuran panjang, sepasang kaki belakangnya digunakan untuk
melompat (secara vertikal sampai 7 inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)). Pinjal
merupakan kutu pelompat terbaik diantara kelompoknya. Tubuh pinjal bersifat lateral
dikompresi yang memudahkan mereka untuk bergerak di antara rambut-rambut atau bulu di
tubuh inang. Kulit tubuhnya keras, ditutupi oleh banyak bulu dan duri pendek yang mengarah
ke belakang, dimana bulu dan duri ini memudahkan pergerakan mereka pada
4. SIKLUS HIDUP TUNGAU
Ciri Morfologi dari tungau penyebab skabies antara lain berukuran 0.2-0.5mm, berbentuk
oval, cembung dan datar pada sisi perut menurut Chowsidow. Ukuranya, yang betina berkisar
antara 330-450 mikron × 250-350 mikron, sedankan yang jantan lebih kecil yakni 200-240
mikron × 150-200 mikron. Tungau dewasa mempunyai empat pasang tungkai yang
terletakpada toraks. Toraks dan abdomen menyatu membentuk idiosoma, segmen abdomen
tidak ada atau tidak jelas.
Siklus hidup tungau yaitu dimulai saat setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit,
yang jantan akan mati tetapi kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungai betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40-50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk,yaitu
jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai telursampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-13 hari.
Menurut CDC tahun 2008, tungau Sarcoptes scabiei melalui 4 tahap pertumbuhan dalam
siklus hidupnya yaitu telur, larva nimfa dan dewasa.
1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur berbentukoval dan
mempunyai panjang 0,10-0,15 mm. menetas dalam 3-4 hari.
2. Setelah menetas, larva bermigarasi ke permukaan kuliatluar dan bersembunyi di
dalamlapisan stratum korneum. Dalian kecil dikenal dengan sebutan “ kantong
perubahan kulit”. Stadium larva, yang muncul dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki
dan bertahan sekitar3-4 hari.
3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki. Perubahan
bentuk ini sedikit lebih besar disbanding dengan stadium larva sebelum nantinya akan
berubah kebentuk dewasa. Larva dan nimfa sering ditemukan di kantung-kantung
kulit (molthing pouches) atau dalam folikel rambut yang kelihatannya sama dengan
bentuk dewasa namun ukurannya lebih kecil.
4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-0,45 mm dan
lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih dari setangah ukuran betina.
Perkawinan terjadi, tungau jantan secara aktif masuk keterowongan yang telah dibuat
oleh tungau betina. Setelah terjadi kopolasi,tungau jantan mati atau dapat bertahan
hidup beberapa hari dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan
mencari tempat yang cocok untuk membuat terowongan baru untuk meletakkan telur-
telurnya. Siklus hidup dari telur sampai berubah menjadi dewasa berlangsung kurang
lebih satu bulan

D. PENYAKIT AKIBAT VEKTOR


Vektor dan binatang pengganggu pada dasarnya dapat mempengaruhi kehidupan manusia
dengan berbagai cara. Berikut ini adalah penyakit yang ditimbulkan berdasarkan jumlah
faktor kehidupan yang terlibat.
1. Penyakit –penyakit dengan dua faktor dua kehidupan (manusia-Antrhopoda).
2. Penyakit dengan tiga faktor kehidupan (manusia – Antrhopoda-vektor-kuman).
3. Penyakit –penyakit dengan empat faktor dua kehidupan (manusia-Antrhopodav vektor-
kuman-reservoir).
Menurut sumbernya penyakit akibat vektor dibagi dua yaitu:
1. Penyakit Bawaan Vektor
Perpindahan penyakit melalui organisme hidup, seperti nyamuk, lalat, atau kutu.
Penularannya dapat berlangsung secara mekanis, melalui bagian mulut yang terkontaminasi
atau kaki vector, atau secara biologis, yang melibatkan perubahan multiplikasi atau
perkembangan agens dalam vector sebelum penularan berlangsung. Pada penularan mekanis,
penggandaan dan perkembangan organisme penyakit biasanya tidak terjadi. Contoh,
organisme penyebab disentri, kolera, dan demam tifoid telah diisolasi dari serangga seperti
kecoak dan lalat rumah dan diperkirakan tersimpan pada makanan yang disiapkan untuk
konsumsi manusia. Contoh lain, vector penyakit dan penyakit yang disebarkannya mencakup
nyamuk (malaria, filariasis).
2. Penularan biologis
Perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan agens penyakit berlangsung dalam vector
sebelum penularan terjadi. Contoh vector biologis antara lain nyamuk, pinjal, kutu, tungau,
lalat. Nyamuk sampai saat ini merupakan vector paling penting dalam penyakit manusia.
Nyamuk menularkan virus yang menyebabkan yellow fever dan demam berdarah dengue,
sekaligus menularkan 200 virus lainnya. Tungau, vector penting lainnya, menularkan Rocky
Mountain spotted fever, demam berulang dal Lyme Disease. Vektor serangga lainnya adalah
lalat (African sleeping sickness), pinjal (pes), kutu (tifus epidemic dan trench fever).
Berikut ini ada 3 jenis cara penularan Antrophoda disease:
1. Kontak langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang
lain melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan pedikulus
2. Transmisi secara mekanis
Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara
karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang
berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.
3. Transmisi secara biologis
Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh
arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis yaitu:
a. Propagative, agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi
didalam tubuh vector. Contoh: plague bacilli pada pinjal tikus.
b. Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi
didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasit malaria pada nyamuk anopheles.
c. Cyclo-developmental, agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak
bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasil filarial pada nyamuk culex, dan
cacing pita pada Cyclops.
 Penyakit Yang Disebabkan Oleh Vektor Adalah :
1. Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yaitu plasmodium. Di Indonesia
dikenal ada empat plasmodium (P) yaitu P. falciparum, P. vivax, P. ovale dan P.
malariae.penyakit ini ditularkan melalui nyamuk Anopheles sp.
Tanda dan gejala : Penyakit malaria ditandai dengan demam, menggigil, berkeringat,
sakit kepala, mual atau muntah dan gejala khas tertentu (misalnya diare pada balita,
dan sakit otot pada orang dewasa).

2. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau demam berdarah haemorrhagic fever


(DHF).
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypti. Ada pun ciri dari nyamuk aedes aegypti yaitu, pertama, berwarna hitam
dengan gelang-gelang (loreng) putih pada tubuhnya dengan bercak-bercak putih di
sayap dan di kakinya. Kedua, berkembang biak di tempat penampungan air bersih dan
yang tidak beralaskan tanah, seperti: bak mandi/wc, drum dan kaleng bekas, tempat
minum burung dan pot tanaman hias. Kadang ditemukan juga di pelepah daun, lubang
pagar/bambu, lubang tiang bendera, dll. Ketiga, biasanya menggigit pada siang hari
dan mempunyai kemampuan terbang hingga radius 100 m.
Tanda dan gejala : Penyakit ini ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7
hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, nyeri ulu hati yang disertai tanda
pendarahan di kulit berupa bintik pendarahan (petechiae), lebam (eccymosis) atau
ruam (purpura). Kadang-kadang juga disertai mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun dan shock.

3. Filariasis (kaki gajah)


Penyakit malaria disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh
nyamuk Culex fatigans melalui gigitannya. Di Indonesia dikenal tiga spesies parasit
filariasis yaitu Wuchereria (W) bancrofti, Brugia timori dan Brugia malayi.
Tanda dan gejala : Pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin, baik pada laki-laki
maupun perempuan. Penderita yang sudah cacat sangat sulit disembuhkan seumur
hidupnya.

3. Japanese Encephalitis (JE)


Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak yang disebabkan oleh
flavivirus yang disebut Japanese Encephalitis (JE) dan ditularkan oleh nyamuk Culex
melalui gigitan nyamuk Culex. Manusia dapat tertular secara kebetulan bila densitas
Culex sangat padat. Tidak semua manusia yang digigit Culex yang terinfeksi
menunjukkan gejala klinis ensefalitis. Nyamuk ini banyak terdapat diasia.

5. Chikungunya atau CHIK


Penyakit ini disebabkan oleh virus chikungunya dan juga ditularkan melalui
gigitan nyamuk. Nyamuk yang dicurigai sebagai vektor penyakit ini adalah Aedes spp
(Ae. aegypti, Ae. albopictus dan Ae. arficanus) dan Mansonia sp. Chikungunya
banyak ditemukan di Africa, Asia Tenggara, termasuk kepulauan Phillipina dan
Indonesia. Chikungunya dapat menyerang manusia dan hewan seperti kera, binatang
mamalia lainnya dan bahkan burung.
Tanda dan gejala umum : demam tinggi yang disertai ngilu pada persendian seperti
lutut dan engkel kaki, disertai pembengkakan yang sangat menyakitkan bila disentuh.
Tanda lain yang muncul adalah rash (kemerahan) pada kulit, serta kadang mual dan
muntah. Juga pendarahan, walaupun jarang bisa juga muncul terutama pada anak-
anak.

6. Pest pubo
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri pasterurella pestis. Penyakit ini
ditularkan melalui kutu tikus Xenopsylla cheopis.

7. Trypanasmasis Afrika ( penyakit tidur )


Penyakit ini disebabkan oleh Trypanasoma gambiense yang ditularkan melalui
lalat yang menggigit pada manusia,menyebabkan penderitanya mengalami malayse
dan merasa selalu ingin tidur.

8. Penyakit saluran pencernaan makanan


a. Cholera
Cholera merupakan penyakit pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh
vibrio cholera yang ditularkan melalui makanan dengan perantaraan lalat.
Tanda dan gejala : adapun gejala penyakitnya adalah nausea,muntah,diare dan
kejang perut.
b. Dysentri
Dysentri adalah penyakit pencernaan yang disebabkan oleh Shigella
dysentriae. Penyebaran penyakit ini ditularkan melalui makanan dengan
perantaraan lalat.
Tanda dan gejala : demam,sakit perut bagian bawah,diare dengan feses
cair,bercampur lendir dan darah.
c. Epidemik thipus
Epidemik thipus disebabkan oleh Rickettsia prowazeki yang ditularkan oleh
Pediculus humanus( kutu manusia) melalui gigitan kutu manusia.
Tanda dan gejala : demam,sakit kepala,sakit punggung,anorexia,dan malaise.
Ruam dikulit juga terjadi pada hari ketiga sampai hari ketujuh.

E. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit vektor merupakan salah satu di
mana mikroorganisme patogen ditransmisikan dari individu yang terinfeksi kepada individu
lain oleh agen arthropoda atau lainnya, kadang-kadang dengan hewan lainnya yang melayani
sebagai tuan rumah perantara. Transmisi tergantung pada atribut dan persyaratan paling
sedikit tiga organisme hidup yang berbeda: agen patologis, baik virus, protozoa, bakteri, atau
cacing (cacing), vektor, yang umumnya arthropoda seperti kutu atau nyamuk; dan manusia
host.
Tujuan pengendalian vektor itu sendiri adalah untuk menurunkan kepadatan populasi vektor
pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat dan menghindari kontak
antara vektor dan manusia.
Umumnya cara reproduksi serangga adalah seksual di mana sel telur dan sperma bersatu. Sel
telur yang telah di buahi akan berkembang menjadi embrio melalui tahapan-tahapan yang
mirip dengan hewan lain. Selanjutnya serangga yang baru terbentuk ini dapat keluar melalui
cara oviparitas, ovoviviparitas, atau viviparitas.
Penyakit yang disebabkan oleh vektor adalah penyakit yang tertular kepada manusia atau
hewan lain oleh serangga atau arthropoda lainnya.
Adapun penyakit yang disebabkan oleh vektor adalah :
1. Malaria
2. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau demam berdarah haemorrhagic fever
(DHF).
3. Filariasis (kaki gajah)
4. Japanese Encephalitis (JE)
5. Chikungunya atau CHIK
6. Pest pubo
7. Trypanasmasis Afrika ( penyakit tidur )
8. Penyakit saluran pencernaan makanan
a) Cholera
b) Dysentri
c) Epidemik thipus
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Chandra. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kedokteran EGC.


McKenzi, James F. Robert R. Pinger. dan Jerome E. Kotecki. 2007. Kesehatan Masyarakat
Suatu Pengantar Edisi 4. Jakarta : Kedokteran EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul. 2009. ILmu Kesehatan Masyrakat : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Soemirat, Slamet Juli. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
University.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php./blb/article.com
http://elpansyaputra.blogspot.com/2015/09/makalah-pengendalian-vektor.html
http://piahtoraya.blogspot.com/2015/06/pengendalian-vektor-dan-binatang_14.html

Anda mungkin juga menyukai