Anda di halaman 1dari 16

Water Treatment PT.

Krakatau Steel

Unit Utilitas (offsite plant) merupakan unit pendukung yang bertugas


mempersiapkan kebutuhan operasional suatu pabrik dan untuk keperluan perumahan,
khususnya yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku dan bahan pembantu. Unit
utilitas juga menerima buangan atau sisa dari pabrik untuk diolah kembali sehingga
dapat dimanfaatkan lagi atau dibuang agar tidak menganggu lingkungan.
Water treatment adalah salah satu bagian dari unit utilitas yang sangat vital.
Water treatment merupakan unit yang berfungsi dalam pengolahan air yang
digunakan untuk mendukung kegiatan dari produksi itu sendiri. Salah satu contoh
pabrik industry yang memiliki unit utilitas berupa unit pengolahan air bersih (water
treatment) yaitu PT. Krakatau Steel ( PT.Krakatau Tirta Industri ).
PT Krakatau Tirta Industri yang didirikan pada tanggal 28 Februari 1996,
adalah anak perusahaan yang sahamnya 99,99 % dimiliki oleh PT. Krakatau Steel dan
0,01 % dimiliki oleh PT.Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT.KIEC).
Perusahaan ini sebelumnya merupakan unit penunjang kegiatan operasional
PT. Krakatau Steel dalam bidang penyediaan air yang telah beroperasi sejak Oktober
1979. Bisnis utamanya adalah pengolahan air, sebagian besar didistribusikan untuk
kebutuhan industri di daerah Banten Cilegon dan sebagian untuk kebutuhan dalam
negeri kota Cilegon.
Baku air yang diambil dari sungai Cidanau yang merupakan rilis saluran dari
alam rawa "Rawa Dano" dengan air baku m 3/detik debit antara 1,2 - 28,1, air baku
dipompa melalui pipa berdiameter 1,4 m sepanjang 28 km ± untuk diolah menjadi Air
Unit pengolahan, yang terdiri dari tahapan dan menjaga proses sedimentasi termasuk
flokulasi, filtrasi, diikuti oleh Netralisasi dan Disinfeksi.
Unit pengolahan air kapasitas terpasang sebesar 2.000 lt/dt, dengan kapasitas
saat ini utiliasasi 56 %. Pada kuartal pertama PT. KTI akan meningkatkan cadangaan
dengan memperpanjang reservoir air baku dengan kapasitas 25 juta M3, sebelum
tahun 2015 dan meningkatkan kapasitas distribusi air ke 3000 lt/dt.
Tujuan Perusahaan ini adalah untuk terlibat dalam air industri dan air industri,
khususnya air minum. Kompetensi Inti Organisasi / Perusahaan dan keterkaitan
dengan Misi: "Water Treatment dan Distribusi Air Bersih".
Untuk menjaga kualitas air besih agar memenuhi standar air bersih sesuai
Peraturan Mentri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, PT.Krakatau Tirta
Industri dilengkapi dengan laboratorium yang berfungsi antara lain untuk ;
 Memonitor kualitas air baku dan air bersih.
 Melakukan uji coba/riset terhadap bahan-bahan kimia pembantu.
 Sarana analisa air bersih masyarakat umum.
 Pembangunan Instalasi Recycle backwash.
 Dalam rangka meningkatkan efisiensi khususnya dalam penggunaan air baku dan
pemakaian listtrik PT KTI membangun instalasi Recycle backwash (Air buangan
filter) dengan kapasitas 50 lt/detik dimana sebelumnya air buangan ini tidak
dimanfaatkan.
 Instalasi yang dibangun dapat menampung air backwash sebanyak 4.200 m3,
dilengkapi dengan 2 unit pompa submersible dan pipa diameter 300 mm sebagai
media sirkulasi.
 Instalasi ini didisain dan disupervisi secara swakelola, dibangun pada akhir tahun
2006 dan diresmikan pada 28 Februari 2006 oleh Direktur Utama PT.Krakatau
Steel.
SARANA/UTILITAS KAWASAN INDUSTRI KRAKATAU
Di dalam Kawasan Industri Krakatau juga tersedia sarana utilitas sebagai berikut :
 Air Industri
Di dalam Kawasan Industri Krakatau telah tersedia jaringan pipa air bersih yang
dikelola oleh PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), yang airnya dapat dipakai oleh
perusahaan industri. Perusahaan industri tidak diperkenankan membuat sumur bor
dalam untuk mensuplaikebutuhan airnya selama kebutuhannya masih bisa disuplai PT
KTI. Perusahaan industry tidak dibenarkan memasang pompa air langsung dari
jaringan /sistem distribusi air.
Tata Cara pemanfaatannya adalah sebagai berikut :
a. Cara penyambungan
1. Perusahaan industri yang membutuhkan air industri harus mengajukan
permohonan tertulis langsung kepada PT KTI atau melalui PT KIEC, dengan
menyebutkan kebutuhannya.
2. Berdasarkan permohonan tersebut, PT KTI akan melakukan survey dan
analisa teknis untuk menentukan besarnya biaya penyambungan yang harus
dibayar oleh perusahaan industry
3. Penyambungan akan dilaksanakan setelah perusahaan industri membayar
Biaya Penyambungan (BP) dan Uang Jaminan Langganan (UJL) kepada PT
KTI, serta menandatangani kontrak jual beli, dan memenuhi persyaratan
lainnya.
b. Biaya Pemakaian Air Industri
Perusahaan industri (pelanggan air industri) harus membayar biaya pemakaian
air setiap bulan sesuai dengan volume pemakaiannya, yang dihitung berdasarkan
pembacaan meter air.
c. Pemasangan, Pengelolaan dan Pemeliharaan jaringan
Pemasangan, pengelolaan dan pemeliharaan jaringan pipa air industri sampai
dengan titik meter pengukur di dalam Kawasan Industri Krakatau diatur tersendiri
dalam perjanjian antara perusahaan industri/investor dengan PT KTI.
Unit pengolahan, yang terdiri dari tahapan dan menjaga proses sedimentasi
termasuk flokulasi, filtrasi, diikuti oleh Netralisasi dan Disinfeksi.
1. Flokulasi
Flokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel
untuk dijadikan partikel yang lebih besar. Gaya antar molekul yang diperoleh dari
agitasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap laju terbentuknya
partikel flok.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses flokulasi
adalah pengadukan, dimana dikenal tiga macam cara pengadukan yaitu mekanis,
pneumatis dan hidrolis. Pengadukan dengan cara mekanis adalah yang paling banyak
digunakan dalam pengolahan air minum, namun memerlukan peralatan yang rumit
dan pasok enerji yang cukup besar.
2. Filtrasi
Suatu proses pemisahan zat padat dari fluida ( cair maupun gas ) yang
membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk
menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Pada
pengolahan air minum, Filtrasi digunakan untuk menyaring air hasil dari proses
koagulasi – flokulasi – sedimentasi sehingga di hasilkan air minum dengan kualitas
tinggi. Di samping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi
kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan mangan.
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, dimana zat padat itu
tertahan. Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari penyaringan
sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa
cairan atau gas; aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau
keduanya.
Suatu saat justru limbah padat nyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair
sebelum dibuang.Sering kali umpan dimodifikasi melalui beberapa pengolahan awal
untuk meningkatkan laju filtrasi, misal dengan pemanasan,kristalisasi,atau memasang
peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah diatomae.Oleh karena
varietas dari material yang harus disaring beragam dan kondisi proses yang berbeda,
banyak jenis penyaring telah dikembangkan.
3. Netralisasi
Netralisasi adalah penambahan Basa (alkali) pada limbah yang bersifat asam
(pH 7).Pemilihan bahan/reagen untuk proses netralisasi banyak ditentukan oleh
harga/biaya dan praktis-nya,
Bahan (reagen) yang biasa digunakan tersebut adalah :
Asam :
-Sulfuric acid ( H2SO4 )
-Hydrochloric acid ( HCI )
-Carbon dioxide ( CCG2 )
-Sulfur dioxide
-Nitric acid
Basa :
-Caustic soda (NaOH) Ammonia
-Soda Ash (Na2CO3) Limestone (CaCO3)

4. Disinfeksi
Disinfeksi atau menghilangkan kuman dari air minum sangat penting
dilakukan sebelum air tersebut diminum atau dikonsumsi oleh kita. Air yang kita
peroleh dari sumur, hasil penyaringan sederhana, ataupun sumber yang lain mungkin
akan terlihat bening, tidak berasa dan tidak berbau, tetapi hal itu tidak menandakan
bahwa air tersebut bersih dari kuman penyakit.
Adapun alat yang digunakan pada water treatment PT.Krakatau Steel ( PT. Krakatau
Tirta Industri ) :
1. By Pass dan Sump Pump
By Pass adalah terusan dari bangunan sand trap yang langsung menuju sump
pump, sedangkan sump pump berfungsi sebagai penyedia air dan penyeimbang level
air yang dipompakan.
2. Surge Tank
Berfungsi untuk menghindari terjadinya water hammer pada saat pompa
dihidupkan dan dimatikan.
3. Rumah Pompa Cidanau
Rumah pompa cidanau memliki fasilitas 4 buah pompa jenis centrifugal
horisontal, dengan 3 buah pompa yang mampu bekerja secara paralel dan 1 buah
pompa cadangan, kapasitas 1000-3500 m3/jam dengan daya listrik 420-1000 Kw.
a. Rumah Pompa I -Cidanau (PUMP STATION I )
Rumah Pompa I Cidanau memiliki fasilitas 4 buah pompa jenis Centrifugal
horisontal dengan 3 buah pompa yang mampu bekerja secara pararel & 1 buah pompa
cadangan kapasitas 1000-3,500 m3/jam dengan daya listrik 420-1000 Kw.
b. Waduk Krenceng (PUMP STATION II)
Berfungsi sebagai cadangan air baku, luas waduk + 1 Km2, Kapasitas
penyimpanan efektif 3,0 juta m3, dengan fasilitas 5 buah pompa Centrifugal vertikal
dengan kapasitas pompa masing-masing 1,850 m3/jam.
c. Rumah Pompa III (PUMP STATION III )
Dengan fasilitas 5 buah pompa jenis centrifugal horisontal, memliki fasilitas 3
buah pompa digunakan untuk megalirkan air ke tower dengan kapasitas debit air 900
m3/jam dan daya 200 KW, sedangkan untuk 2 pompa digunakan untuk mengalirkan
air ke PS V SEPS dengan kapasitas debit air 810 m3/jam dan daya 34,6 KW.
4. Santrap – SAnd Trap
Bertujuan untuk menyisihkan padatan tersuspensi berukuran > 70 µm, seperti
pasir dan lempung, dengan metode grafitasi tanpa menggunakan koagulan. Terdiri
dari 2 unit bak yang dioperasikan secara bergantian.
5. Pipa Transmisi
Pipa transmisi Air baku dengan diameter 1.400mm dan ketebalan pipa
14,2mm terbuat dari baja spiral dilapisi dengan coaltar enamel sepanjang + 27,2 Km
dari rumah pompa Cidanau sampai dengan unit pengolahan air bersih dan waduk air
baku di kerenceng dengan kemampuan 2,500 l/detik.
6. Rumah Venting
Berfungsi untuk membuang gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam
pipa.
7. Intake Air Baku
Fasilitas Intake meliputi bendung dan fasilitas pemompaan dengan kapasitas
sebesar 3,5 m3/detik, terletak 600 mtr dari pantai.
8. Lime Saturator
Adalah ractor yang digunakan untuk membuat larutan jernih lime (lime
saturated). Prinsip kerjanya adalah larutan kapur (lime slurry) dilarutkan dengan air
(water dilution) untuk didapatkan larutan kapur jenuh, dengan teknologi pengadukan
menggunakan Mixer.
9. Fasilitas Terameter
Alat untuk kalibrasi meter air dari diameter 2 inc sampai 16 inc.

Proses Pengolahan Air


Peralatan yang menggunakan aplikasi water treatment plant yaitu Clarifier, Sand
Filter, Carbon Filter dan Ion exchange.
1. Clarifier
Clarifier terbuat dari beton yang berdiameter dan dilengkapi dengan
pengaduk. Pada clarifier air terdiri dari flocculator dipisahkan floc-floc nya dengan
cara pengendapan yang disertai dengan pengadukan berputaran rendah. Hal ini
berfungsi untuk membentuk floc (gumpalan) dari partikel yang berukuran kecil.
Selama proses clarification, dihilangkan juga water hardness ( air keras) yaitu
garam kalsium dan magnesium yang larut dalam air. Hardness dapat dikurangi
dengan jalan mereaksikan zat- zat kimia yang akan mengendapkan hardness tersebut.
Air bersih hasil pengendapan dipisahkan melalui over flow di bibir clarifier dan
endapannya dibuang ( blowdown) melalui bagian bawah clarifier. Kualitas air pada
clarifier dapat dikontrol di outlet clarifier dengan parameter pH antara 5,5 s.d 6,2
kadar chlorine 0,3 s.d 1,5 ppm dan turbidity kurang dari 5 ppm.
Pemisahan liquid-solid akan efektif bila salah satu dari kedua zat yang akan
dipisahkan berbeda densitasnya. Pemisahan liquid-solid ini menggunakan bantuan
gaya gravitasi atau sentrifugal. Penggunaan gaya grafitasi atau sentrifugal atau
penyaringan sangat bergantung pada bentuk dan ukuran partikel.. teknik
pemisahannya juga bergantung pada :
 Konsentrasi solid
 Kecepatan umpan masuk
 Ukuran partikel solid
 Bentuk partikel solid
Salah satu teknologi yang umum digunakan pada proses pemisahan liquid-
solid adalah dengan menggunakan metoda klarifikasi dengan menggunakan clarifier.
Jadi dapat kita ketahui bahwa fungsi dan prinsip kerja Clarifier, yaitu untuk
memisahkan sejumlah kecil partikel-partikel halus yang menghasilkan liquid yang
jernih yang bebas partikel-partikel solid atau suspensi. Teknologi pemisahan liquid-
solid umumnya dipakai pada proses pengolahan air bersih. Dengan kata lain clarifier
berfungsi untuk menjernihkan air dengan mengikat floc-floc agar nilai turbidity
menjadi kecil.
Di dalam Clarifier terjadi proses yang kita sebut dengan proses klarifikasi
yang mana proses ini berfungsi menghilangkan suspended solid. Suspended solid
merupakan bagian dari kotoran (impurities) yang menyebabkan air menjadi keruh.
Secara umum klarifikasi dapat diartikan sebagai proses penghilangan suspended solid
melalui mekanisme koagulsai, flokulasi, dan sedimentasi.
Air yang mengandung bahan kimia serta floc mengalir ke Clarifier melalui
pipa vertical ditengah clarifier, untuk dipisahkan floc-flocnya dengan cara
pengendapan gravitasi. Clarifier pada umumnya berbentuk tanki silinder dari beton
dengan diameter 26 meter dan tinggi 3,65 meter.
Selama clarification, dihilangkan juga water hardness, yaitu garam-garam
calcium dan magnesium yang larut dalam air, dengan jalan mereaksikannya dengan
zat-zat kimia yang akan mengendapkan hardness tersebut. Garam Ca dan Mg dalam
bentuk bikarbonat akan lebih mudah larut.
Untuk pengendapan yang efesien, perlu pengadukan sehingga zat pengendap
akan terbagi dalam air sebelum pengendapan untuk membentuk gumpalan yang lebih
besar, hal ini dapat dicapai dengan pengadukan lambat. Jika dosis pengendapan
terlalu tinggi, lapisan lumpur akan naik sampai batas yang telah ditentukan dan
terbawa arus keluar. Untuk mengetahui kualitas air, clarifier dilakukan kontrol di
outlet clarifier dengan parameter pH, Cl2 (1,5 – 4,0 ppm) dan turbidity maksimum 5
ppm. Air yang bersih dipisahkan melalui overlow di bibir clarifier dan endapan yang
terbentuk dibuang melalui bagian bawah clarifier.

Gambar Horizontal Clarifier (old tech) Gambar Clarifier yang dilengkapi dengan Baffle

Disinilah akan kita lihat fungsi baffle seperti pada gambar-gambar diatas,
dimana oleh karena suatu industri ingin suatu proses yang efisien baik dari segi
pekerja maupun segi waktu, maka dicari solusi agar proses pengendapan suspended
solid dapat berjalan lebih cepat.
Clarifier dilengkapi dengan alat pengaduk (mixer) yang mana sangat
membantu sekali dalam proses pencampuran yang berlangsung dengan homogen.
Mixer ini bekerja dengan prinsip dasar dari proses Agitasi. Proses agitasi ini
merupakan dasar dalam pengadukkan air yang mana dengan adanya baffle hasil dari
proses agitasi ini dapat mengurangi terjadinya vorteks.
2. Clear well
Clear well terbuat dari baja yang berdiameter dan mempunyai tinggi tertentu.
Air yang keluar dari clarifier dikirim ke clear well yang berfungsi sebagai penampung
air dalam jumlah banyak sebelum di pompakan ke unit sand filter. Di clear well air
dijaga pH nya dengan menyuntikkan NaOH (caustic soda).
3. Sand Filter
Dari clear well, air disaring di sand filter yang bertujuan memisahkan kotoran
halus yang terdapat dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat ataupun nitrit yang
tidak terendapkan pada flocculator. Untuk melihat indikasi sand filter telah menurun
dapat dimonitoring dengan pressure drop. Untuk mengeluarkan kotoran yang tertahan
pada saat operasi maka dilakukan backwash. Air yang keluar dari sand filter
diharapkan mempunyai turbidity maksimum 1 ppm.
Secara umum fungsi dari Sand Filter sama dengan fungsi dari clarifier yaitu
sebagai proses penjernihan air dengan mengikat floc-floc agar nilai turbidity manjadi
kecil. Tradisional Sand Filter umumnya menggunakan pasir silica biasa digunakan
sebagai media fltrasi. Karena butir-butir pasir mempunyai berat jenis yang hampir
sama, maka butiran besar akan terletak pada bagian dasar filter-bed, sedangkan
butiran halus terletak pada permukaan, sebagai akibatnya, filtrasi terjadi hanya
beberapa centimeter pada permukaan media filter bed yaitu pada butiran halus.
Multimedia Sand Filter atau Depth Filter memiliki filter media yang terdiri
dari empat lapisan, Setiap lapisan memiliki ukuran dan berat jenis yang berbeda.
Pasir yang kasar dan ringan terletak pada permukaan filter Bed semakin
kebawah .lapisan media, senakin halus ukuran pasir dan semakin tinggi pula
densitanya.
Partikel-partkel besar dihilangkan pada lapisan atas filter, sedangkan partikel
pada lapisan bawah. Ini berarti partikel-partikel pengeruh air akan “ditangkap”
sepanjang media filter bed, bukan hanya pada media filter lapisan atas. Hal ini
mebuat Multimedia Filter memiliki waktu untuk broperasi lebih lama dan
menggunakan air yang lebih sedikit untuk pembersihan media filter dibandingkan
dengan tradisional sand filter.
Umumnya mekanisme filtrasi pada sand filter seperti filter pasir, air
umpannya masuk dan menyusup di antara butir-butir pasir berukuran tertentu,
biasanya kurang dari 0,35 mm. Air ini melewati lapisan porus yang disebut parasitas
(perviousness). Teoretisnya, luas permukaan butiran media filter ini sangat besar.
Tipikal parasitas satu meter kubik volume filter pasir dianggap 0,40 dengan nominal
diameter 0,50 mm.
Apabila diasumsikan semua pasirnya berbentuk bola maka jumlah pasir per
m3 ialah 9,17 x 103 dan luas permukaan pasirnya 7,2 x 103 m2/m3. Hanya saja, luas
permukaan efektifnya kurang dari nilai di atas karena pasirnya saling bersentuhan
sehingga saling menutupi. Asumsi luas efektif yang biasa diambil adalah 1% dari luas
tersebut.
Secara hidrolis, air umpan biasanya masuk dari atas filter (downflow)
menerobos ruang antarbutir lalu dikumpulkan di bawah filter yang disebut sistem
underdrain (kolektor). Laju filtrasinya sangat rendah seperti tampak pada tabel 1.
Laju yang nilainya variatif ini bergantung pada gradasi media filter dan kualitas air
bakunya. Ada juga Fipal yang didesain beraliran ke atas (upflow) tetapi dalam modus
ini relatif sulit untuk menumbuhkan dan mempertahankan material biologis
schmutzdecke di permukaan pasir. Padahal ciri khas Fipal adalah mekanisme
biofisika dalam menyisihkan kekeruhan, bakteri, dan protozoa, termasuk reduksi besi
dan mangan yang dapat terjadi dengan mekanisme biokimia dan biofisika. Dengan
kata lain, mekanisme biofisikokimia dapat terjadi di unit Fipal konvensional.
Umumnya Fipal (juga Fipal) terdiri atas tangki, lapisan pasir, kerikil (gravel)
sebagai penopang pasir, sistem underdrain untuk mengoleksi filtrat, dan pengatur
aliran atau laju filtrasi. Salah satu keunggulan Fipal dibandingkan dengan Fipat ialah
tak perlu zat kimia (koagulan) dalam pengolahannya.
Klorinasi pun hakikatnya tak diperlukan lagi. Walau demikian, agar ada upaya
preventif maka Fipal biasanya dilengkapi dengan unit klorinasi. Itu sebabnya, unit ini
termasuk murah biaya operasi-rawatnya, tidak ada kebutuhan energi untuk pompa
dan kompresor sebagai mekanisme pencucian filter (scouring dan backwashing).
Selain pasir, karbon aktif butir pun (granular activated carbon) dapat dijadikan
media sebagai penambah kemampuan Fipal untuk menyerap zat organik sehingga
mayoritas pestisida, organik karbon, prekursor THM (trihalometan) dapat disisihkan.
Media ganda ini mempertinggi kualitas air olahan.
Sebelum dioperasikan atau pada tahap awal operasinya, Fipal butuh
beberapa minggu sampai pertumbuhan mikroba di biolapisnya dalam kondisi
stabil. Di biolapis inilah banyak disisihkan koloid, SS, protozoa, dan bakteri,
termasuk besi dan mangan. Setelah beberapa bulan beroperasi, headloss-nya
mulai meningkat karena lapisan atasnya mulai kotor sehingga harus dibersihkan
dengan cara disekop (scraped ofj). Yang disekop atau dibuang hanya lapisan
atasnya sehingga biolapisnya masih ada yang tersisa dan ini akan cepat dapat
memulihkan kinerjanya. Siklus ini terus berulang sampai pada kedalaman
minimum media yang diizinkan. Semua media sekopan tadi lantas dicuci di bak
cuci pasir (sand washing place) dan setelah bersih dikembalikan lagi ke unit
Fipal.
Mekanisme cuci pasir itu pun menjadi salah satu pembedanya dengan
Fipal. Telah disebut di atas, penyisihan SS, koloid, protozoa, dan bakteri hanya
terjadi di lapisan atas Fipal sedangkan di Fipal dapat terjadi di sebagian besar
lapisan medianya. Karena laju filtrasinya lebih besar pada Fipal maka lebih besar
pula headloss-nya dan makin dalam pula penetrasi koloid dan SS-nya. Pada taraf
tertentu dari penetrasinya, media Fipal perlu dibersihkan dengan aliran ke atas.
Pada cuci-balik ini media filter diekspansi atau diangkat dengan mekanisme
scouring oleh gaya hidrolis dan abrasive scouring oleh gaya gesek antarpartikel.

4. Filtered Water Storage Tank


Air hasil proses di sand filter ditampung di filtered water storage tank
kualitas yang diharapkan ada pada air hasil pengolahan.
5. Carbon Filter
Filter water mengalir lewat atas dan melewati lapisan carbon di dalam
tanki dan keluar lewat bawah. Fungsi carbon filter untuk mengikat zat-zat organik
dan sisa klorin dari filter water, karena zat-zat tersebut dapat merusak resin di unit
berikutnya. Adanya steaming (pemanasan) untuk mengaktifkan karbon aktif. Salah
satu indikasi kehilangan daya serap adalah kehilangan tekanan differensial yang
tinggi (tekanan melampaui 8 – 10 psig diatas tekanan operasi normal). Sehingga
harus dibersihkan dengan cara back wash, yaitu dengan cara membalikkan arah aliran
air. Tekanan inlet carbon filter adalah 6 kg / cm2. Tujuan dari back wash untuk
merenggangkan atau memuaikan media filter dan melepaskan serta membuang
kotoran tanki yang tertahan. Bila media carbon filter ini sudah tidak mampu lagi
menyerap klor atau zat-zat organik maka harus diganti.
Fungsi dari Carbon filter sama halnya dengan fungsi clarifier dan sand filter h
Air Limbah
Air Limbah adalah semua air bekas proses produksi (industrial waste water)
maupun kegiatan hidup manusia (grey dan black water/domestic waste).
anya saja biasanya proses carbon filter digunakan sebagai drinking water.
Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang
bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum
dibuang kebadan air maupun sebelum limbah masuk pada proses pengolahan, baik
pengolahan secara biologic maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa
dilakukan sebelum atau sesudah proses equalisasi.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada pengolahan
secara biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH 6,5 – 8,5, karena sebagian
besar microb aktif atau hidup pada kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan
flokulasi juga akan lebih efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral.
Perkembangan pertumbuhan industri di Indonesia dewasa ini cenderung selalu
meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan semakin berkembangnya industri
tersebut. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya permasalahan pencemaran
lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun udara. Untuk ini perlu diupayakan
pelestarian lingkungan secara berkesinambungan, salah satu diantaranya adalah
mengadakan pengolahan limbah yang baik.
Sebagaimana diketahui bahwa industri-industri baja dapat menghasilkan air
limbah yang berwarna dan mengandung unsur-unsur logam. Jika limbah ini dibuang
di badan air penerima tanpa pengolahan terlebih dahulu maka akan mengakibatkan
pencemaran terhadap lingkungan dan dapat membahayakan mahkluk hidup yang ada
di dalamnya.
Penanganan pengurangan kandungan logam dalam air dapat dilakukan dengan
proses pemisahan sebagai berikut :
1. Pengendapan dan penambahan bahan kimia
2. Pemakaian bahan exchanger
Pada proses pemisahan yang pertama banyak memerlukan bahan kimia
(koagulan) dan waktu pengendapan yang lama, sedangkan kandungan logam yang
terendapkan relatif tidak banyak mengalami perubahan. Sedangkan pada proses
pemisahan yang kedua memerlukan waktu yang relatif cepat dan hasilnya baik akan
tetapi proses memerlukan peralatan kation exchanger yang mahal.
Cara-cara pengolahan logam berat Cr banyak memerlukan proses yang rumit
dengan penambahan bahan-bahan kimia tertentu. Hal ini membuat pengolahan logam
berat Cr selain membutuhkan biaya pengolahan yang tinggi, juga dapat menimbulkan
limbah baru akibat penambahan bahan-bahan kimia tertentu didalam pengolahan
tersebut.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka perlu dikembangkan suatu teknik
pengolahan sederhana untuk menurunkan kadar logam berat yang diterapkan pada
industri-industri yang limbahnya mengandung logam berat. Salah satunya adalah
dengan prinsip elektrolisa. Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh suatu
gambaran tentang kemungkinan digunakannya prinsip elektrolisa sebagai salah satu
alternatif pemecahan dalam menangani permasalahan air buangan yang mengandung
logam berat.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah fasilitas pengolahan air
limbah untuk mengolah air limbah industri yang dibuat oleh perusahaan industri
sehingga kualitas air limbah yang di buang ke Badan Air Penerima sesuai dengan
Baku Mutu Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah/ Pemerintah Daerah.
Limbah yang diolah di PT. Krakatau Steel (Lumpur Aktif Tipe A) yaitu
Limbah dari proses greasing.
Pengolahan Limbah Nitrat (NO3-) dan Phosfat (PO4) pada Buangan Air
Boiler PT. Krakatau Steel.
PT. Krakatau Steel telah menggunakan Aerobic biotreatment dan aerasi akan
tetapi kandungan Nitrat dan Phosfat masih tinggi. Kemudian menambahkan dengan
menggunakan Activated Sludge untuk menurunkan kadar Nitrat dan Fosfat dengan
modifikasi chamber berliku dan gravitasi.
Secara teoritis permasalahan tersebut dapat di atasi dengan 2 cara yaitu
dengan cara striping dan dengan teknologi biologi treatment yang dikenal dengan
tahapan proses Nitrifikasi dan denitrifikasi.
Kondisi ini sangat ideal untuk system pengolahan limbah yang memakai
tecnologi yang namanya Sequencing Batch Reactor (SBR) karena tahapan proses ini
sudah memenuhi kondisi untuk terjadinya peristiwa Nitrifikasi dan denitrifikasi.
Pengolahan Limbah Cair
Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pengolahan Awal/ Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada
pada instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan,
penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat
pengolahan air limbaH, seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
2. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-
artikel padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi.
Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan
minyak akan berada di atas/ permukaan (disebut grease).
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk
menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah.
Tiga buah pendekatan yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended
film dan lagoon system.
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan
organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menambahkan khlorin ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet
5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai
dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun
amonia dari air limbah.

Anda mungkin juga menyukai