HAK MEREK
Dosen Pengampu: Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH.
OLEH
KELOMPOK 12
MADE IRNA WIKANADI (1506305094 / 17)
NI MADE SRI PAWITRI (1506305097 / 24)
NI KADEK DWITA LESTARI (1506305132 / 31)
Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk dan rahmatnya, serta dukungan dari Dosen, orang tua, dan juga teman-
teman karena kami dapat menyelesaikan tulisan ini yang berupa paper dengan judul “Hak
Merek” untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar hukum bisnis, oleh dosen Dr. I Wayan
Wiryawan, SH., MH.
Dengan membaca paper ini kami berharap dapat membantu teman-teman serta
pembaca dalam memahami materi tentang hak merek sebagai ruang lingkup atas hak kekayaan
intelektual.
Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan paper ini terdapat kekurangan dan
kesalahan dari segi kata-kata, bahasa, atau penulisan dalam menyajikan materi. Saran dan kritik
sangat kami harapkan agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan pengaturan hak merek
1.3.2 Untuk mengetahui subjek dan objek hak merek
1.3.3 Untuk mengetahui cara pendaftaran hak merek
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Merek Kolektif
Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta
pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara
bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
4. Hak Atas Indikasi Geografis
Hak atas Indikasi Geografis adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemegang hak Indikasi Geografis yang terdaftar, selama reputasi, kualitas, dan
karakteristik yang menjadi dasar diberikannya pelindungan atas Indikasi Geografis tersebut
masih ada.
Selain batasan juridis di atas, beberapa sarjana juga memberikan pendapatnya tentang
merek, diantaranya:
1. H.M.N. Purwo Sutjipto, memberikan rumusan bahwa,
Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan ,
sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.
2. R. Soekardono memberikan rumusan bahwa,
Merek adalah suatu tanda (Jawa: cirri atau tengger) dengan mana dipribadikan
sebuah barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin
3
kualitetnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau
diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.
3. Harsono Adisumarto, merumuskan bahwa,
Merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik
orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada punggung
sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan yang luas. Cap seperti itu
memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang
bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya,untuk membedakan tanda atau
merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan.
4. Iur Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan meninjau merek dari aspek
fungsinya yaitu,
Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari
barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi merek
tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya.
5. Soeryatin, merumuskan bahwa,
Barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan pada
bungkusnya itu dibubuhi tanda tulisan dan/atau perkataan untuk membedakannya dari
barang-barang sejenis hasil pabrik pengusaha lain. Tanda itu disebut merek perusahaan.
6. OK. Saidin mengemukakan bahwa,
Merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-barang atau jasa
yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau
badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang
lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa.
Dengan diberlakukan UU Merek dan Indikasi Geografis ini terdapat beberapa hal
positif, yaitu diantaranya:
1. Biaya pendaftaran relatif murah karena tidak membatasi jumlah jenis barang/jasa dalam
satu kelas (Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia);
2. Jangka waktu proses permohonan relatif lebih singkat;
4
3. Memperluas objek jenis barang dan/atau jasa yang akan didaftar karena dapat
mendaftarkan merek-merek non konvensional.
5
2) Doktrin dilution tarnishment (pemudaran) merupakan akibat dari penggunaan
untuk mengencarkan, menodai, menurunkan karakter atau kualitas pembeda dari
merek terkenal, terutama penggunaan produk yang lebih rendah atau produk yang tidak
pantas. Contoh: Starbucks Coffee (merek kedai kopi yang sudah terkenal) → Pecel
Lele Lela.
3) Doktrin dilution cybersquatting yaitu mendaftarkan nama domain yang mirip atau
sama dengan sesuatu merek terkenal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
melalui lalu-lintas pengunjung yang mengunjungi alamat bersangkutan. Contoh:
www.celinedion.com → seperti diketahui Celine Dion adalah merupakan penyanyi
internasional yang sudah terkenal.
6
dalam hal ini adalah kuasa yang telah diberikan oleh pemohon atau pejabat kantor Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI).
7
BAB III
PENUTUP
2.4 Kesimpulan
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama,
kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi,
suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan
barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa. (Pasal 1 Ayat 1).
Hak Merek di Indonesia diatur awalnya dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001
tentang Merek, sebelumnya diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek
yang kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan
Terhadap UU No. 19 tahun 1992 tentang Merek. Sehingga sekarang dalam rangka menunjang
dan meningkatkan iklim usaha di Indonesia, Pemerintah dan DPR RI telah mengesahkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yang
diberlakukan pada tanggal 25 November 2016.
Subyek hak merek adalah pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merk
untuk jangka waktu tertentu menggunakan sendiri merk tersebut atau membuat izin kepada
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum. Pemilik merek dapat
terdiri satu orang, atau bersama-sama atau badan hukum.
Objek Hak Merek adalah merek Yang sudah terdaftar di daftar umum merek. Untuk
mengetahui merek yang sudah terdaftar dapat mengunjungi situs resmi Direktorat Jendaral
Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan HAM R.I.
Kini masyarakat dalam melakukan pengajuan permohonan atau pendaftaran sudah
tidak mengalami kesulitan karena Pemerintah melalui DITJEN HKI telah menunjukan tata cara
pendaftaran merek dengan jelas melalui situs resmi DITJEN HKI www.dgip.go.id.
2.5 Saran
Dengan adanya paper ini, disarankan kepada masyarakat agar mengetahui pentingnya
menghargai hak merek dalam kehidupan. Pemerintah harus memberikan sosialisasi kepada
semua masyarakat untuk tidak menggunakan merek orang/pihak lain. Pemerintah harus
bertindak tegas untuk menghukum pelaku yang terlibat dalam kasus pelanggaran hak merek di
Indonesia. Sehingga negara Indonesia ini dapat mencapai tujuannya untuk menjadi bangsa
yang lebih baik dari sebelumnya dalam segala bidang.
8
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Dirdjosisworo, Soedjono. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumber Internet:
http://www.dgip.go.id/
http://weloje.id/news-posts/poin-penting-uu-no-20-tahun-2016-tentang-merek-dan-indikasi-
geografis-dan-pengetahuan-tentang-merek-terkenal/#