Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI PELAKSANAAN PRAKERIN DALAM KAITANNYA DENGAN

PENDIDIKAN SISTEM GANDA


DI SMK NEGERI 1 BOKAT KABUPATEN BUOL
SULAWESI TENGAH

Andi Faisal Naharuddin

Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan, Program Pascasarjana


Universitas Negeri Yogyakarta
Yogyakarta, Indonesia

e-mail: afnaharuddin@gmail.com, andi.faisal2016@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang seberapa efektif
pelaksanaan Program Prakerin dalam kaitannya dengan Pendidikan Sistem Ganda
di SMK Negeri 1 Bokat Kabupaten Buol. Penelitian ini bersifat deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan model CIPP yang mencakup komponen context,
input, process, dan product. Variabel (1) konteks meliputi: tujuan program
prakerin, kerjasama DU/DI dengan sekolah berdasarkan MoU, pelaksanaan
prakerin sesuai dengan kurikulum implementatif, (2) input meliputi: kesiapan
peserta, keterserapan materi pembekalan dari sekolah dan DU/DI, realisasi
penerapan kurikulum implementatif, (3) proses meliputi: monitoring dan
pembimbingan, kerjasama siswa, dan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah, (4) produk meliputi: peningkatan dan penguasaan kompetensi, dan
sertifikasi siswa. Penelitian dilaksanakan di lingkungan SMK Negeri 1 Bokat dan
15 Industri yang berada di Kabupaten Buol, Kabupaten Tolitoli, dan Provinsi
Gorontalo dengan melibatkan 110 responden siswa, 1 orang Wakasek Hubdin, 12
orang Guru Pembimbing, dan 15 orang Pembimbing Industri. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan angket, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif
kualitatif dan data kuantitatif diperoleh dari variabel konteks, input, proses dan
produk dievaluasi serta dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan program SPSS
16.00 for windows .

Kata kunci: evaluasi, prakerin, CIPP


AN EVALUATION ON THE IMPLEMENTATION OF INDUSTRIAL ATTACHMENT
PROGRAMME (PRAKERIN) IN RELATION TO THE DUAL EDUCATION SYSTEM
AT SMK NEGERI 1 BOKAT REGENCY OF BUOL
CENTRAL SULAWESI

Andi Faisal Naharuddin

Vocational Education Technology Study Program, Graduate Program


Yogyakarta State University
Yogyakarta, Indonesia

e-mail: afnaharuddin@gmail.com, andi.faisal2016@student.uny.ac.id

Abstract
This study aims to provide an overview of how effective the implementation of
Prakerin Program in relation to Dual System Education in SMK Negeri 1 Bokat
Buol District. This research is descriptive quantitative by using CIPP model which
includes component of context, input, process, and product. Variables (1) context
include: prakerin program objectives, DU / DI collaboration with schools based
on MoU, prakerin implementation in accordance with the implementation
curriculum, (2) inputs include: participants' readiness, absorption of material from
schools and DU / DI, realization of implementative curriculum implementation ,
(3) the process includes: monitoring and coaching, student co-operation, and
students' ability to solve problems; (4) products include: competency
improvement and mastery, and student certification. The research was conducted
in the environment of SMK Negeri 1 Bokat and 15 industries located in Buol
District, Tolitoli District, and Gorontalo Province involving 110 students, 1
Wakasek Hubdin, 12 Supervisors and 15 Industrial Supervisors. Data collection
was done by using questionnaire, observation, interview and documentation. The
data of observation, interview, and documentation were analyzed descriptively
qualitative and quantitative data obtained from context, input, process and product
variables were evaluated and analyzed quantitatively with the help of SPSS 16.00
for windows program.

Keywords: evaluation, prakerin, CIPP


PENDAHULUAN sehingga dapat menyiapkan lulusan yang
Pendidikan merupakan sebuah wadah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja
untuk mengembangkan potensi diri nyata.
peserta didik sehingga dapat tercapainya Langkah yang dilakukan oleh SMK
tujuan pembangunan nasional pendidikan dalam menyiapkan tenaga kerja yang
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. kompeten dibidangnya diantaranya
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun dengan menerapkan beberapa program
2003 pasal 3 dijelaskan bahwa fungsi kegiatan antara lain yaitu teaching
pendidikan nasional adalah sebagai factory, Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
berikut: atau Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau
“Pendidikan nasional berfungsi juga diistilahkan dengan On The Job
mengembangkan kemampuan dan Training (OJT) dan sekarang dikenal
membentuk watak serta peradaban menjadi Praktik Kerja Industri (Prakerin),
bangsa yang bermartabat dalam pengelolaan kunjungan industri,
rangka mencerdaskan kehidupan rekruitmen tenaga kerja, penyuluhan serta
bangsa, bertujuan mengembangnya pembinaan dari stakeholder terkait
potensi peserta didik agar menjadi
dengan ketenagakerjaan.
manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Praktik Kerja Industri (Prakerin)
berakhlak mulia, sehat, berilmu, merupakan wujud nyata dari PSG dimana
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi merupakan salah satu bentuk
warga negara yang demokratis serta penyelenggaraan pendidikan dan
bertanggung jawab”. pelatihan kejuruan yang dilaksanakan di
Di Indonesia SMK merupakan salah SMK melalui kemitraan antara sekolah
satu jenis pendidikan pada jenjang dan dunia kerja. Prakerin dapat diartikan
menengah yang didasarkan pada sebagai proses belajar melalui bekerja
kebutuhan akan tenaga terampil dalam langsung di tempat kerja yang
dunia kerja di masa mendatang. SMK sesungguhnya.
merupakan sekolah menengah dengan Pengalaman kerja yang diperoleh
metode pendidikan yang mempersiapkan pada saat praktek di industri secara tidak
peserta belajar terutama untuk bekerja langsung akan mempercepat tercapainya
dalam bidang tertentu (UUSPN No. 22 kondisi transisi peserta didik dari sekolah
Tahun 2003). ke dunia industri. Oleh karena itu
Wagiran dan Nurhadiyanto, D keterlibatan DU/DI sangat diperlukan
(2004:55) menyatakan bahwa pendidikan untuk dapat menjembatani kesenjangan
tidak hanya berfungsi sebagai pemasok antara kompetensi yang dihasilkan
tenaga kerja, namun dituntut sekolah dengan tuntutan DU/DI. Dengan
menghasilkan lulusan yang memang demikian upaya peningkatan kualitas
benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat lulusan SMK tidak hanya menjadi
dan dunia kerja. Sejalan dengan teori tanggung jawab SMK sendiri, melainkan
Prosser yang menjelaskan bahwa juga menjadi tanggung jawab DUDI.
pendidikan kejuruan harus Pelaksanaan Prakerin yang
memperhatikan permintaan pasar, dilaksanakan oleh SMK Negeri 1 Bokat,
masih menemukan beberapa kendala dikuasai siswa selama mereka belajar di
dalam pelaksanaan prakerin antara lain tempat kerja.
ditemukan pada tahap awal pelaksanaan Mengingat pentingnya pelaksanaan
prakerin, yaitu pada proses penjaringan prakerin bagi peserta didik SMK, serta
dan pemetaan DU/DI yang akan dijadikan melihat kenyataan pada pelaksanaannya
sebagai tempat praktek siswa. Kurangnya memunculkan sebuah pertanyaan, apakah
ketersediaan institusi pasangan yang ada pelaksanaan prakerin selama ini benar-
di Kabupaten Buol yang relevan dengan benar mampu memenuhi harapan dan
kompetensi siswa mengharuskan sekolah tujuan sekolah kejuruan dalam
melakukan penjaringan dan pemetaan menyiapkan sumber daya manusia?
tempat prakerin di luar kabupaten Buol, Untuk menjawab hal tersebut, dibutuhkan
dengan harapan semua siswa dapat ter adanya evaluasi terhadap pelaksanaan
cover pada DU/DI yang bersedia sebagai program prakerin. Implementasi program
mitra sekolah dalam pelaksanaan prakerin prakerin senantiasa di evaluasi untuk
nantinya. Dari hasil observasi awal mengetahui sejauh mana program tersebut
melalui wawancara dengan koordinator telah berhasil mencapai maksud
prakerin dalam hal ini wakil kepala pelaksanaan program yang telah
sekolah bidang Hubungan Masyarakat ditetapkan sebelumnya. Evaluasi terhadap
dan Industri, terungkap bahwa adanya program prakerin dimaksudkan untuk
penempatan peserta prakerin di instansi mengetahui tingkat keberhasilan atau
atau DU/DI yang tidak sesuai dengan kegagalan suatu program. Hasil evaluasi
kompetensi keahlian yang dimiliki oleh tersebut dapat dijadikan sebagai suatu
siswa. informasi untuk menentukan tindak lanjut
Selain beberapa hal di atas ditemukan dari program yang sedang dilaksanakan.
juga permasalahan bahwa komunikasi
yang terjalin antara pembimbing sekolah KAJIAN PUSTAKA
dengan pembimbing di DU/DI hanya
Pendidikan Kejuruan
sebatas formalitas pada saat penempatan
siswa prakerin saja, komunikasi berlanjut Pendidikan kejuruan merupakan
pada saat pelaksanaan monitoring atau pendidikan menengah yang
ketika siswa melakukan pelanggaran. Hal mempersiapkan peserta didik untuk siap
ini menyebabkan DU/DI belum bekerja dalam bidang keahlian tertentu
memikirkan pentingnya mendesain (pasal 15 Undang-Undang nomor 20
kegiatan belajar siswa dalam prakerin, tahun 2003 tentang Sisdiknas). Defnisi ini
kurikulum yang sesuai dengan sistem mengandung pengertian bahwa
pembelajaran yang ada di SMK hampir pendidikan kejuruan merupakan
tidak pernah dipertanyakan oleh DU/DI pendidikan yang mempersiapkan
sehingga tidak terjalin kerja sama yang lulusannya supaya menjadi tenaga
mengarah kepada optimalisasi peranan terampil yang memiliki keterampilan
masing-masing pihak dalam sesuai dengan bidang keahliannya dan
mengidentifikasi kompetensi yang harus mampu untuk bekerja sesuai dengan
bidang keahliannya tersebut. Arti
pendidikan kejuruan dijabarkan lebih progress in employment on a usefuland
spesifk dalam peraturan pemerintah productive basis” (Thompson, 1973:111).
nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Pendidikan vokasi menurut AVA adalah
Menengah, yaitu “Pendidikan menengah pendidikan yang dirancang untuk
kejuruan adalah pendidikan pada jenjang mengembangkan keterampilan,
pendidikan menengah yang kemampuan, pemahaman, sikap,
mengutamakan pengembangan kebiasaan kerja, dan kesadaran dari
kemampuan siswa untuk pelaksanaan pekerja untuk menghargai pekerjaan dan
jenis tertentu”. membuat kemajuan yang berguna dan
Menurut Wardiman (1998:37), produktif. Pendidikan kejuruan penting
karakter pendidikan kejuruan adalah karena merupakan bagian dari pendidikan
sebagai (a) pendidikan kejuruan untuk pembangunanketenagakerjaanserta
diarahkan untuk mempersiapkan peserta berperan besar terhadap kedinamisan dan
didik memasuki lapangan kerja; (b) perubahan perkembangan dunia
pendidikan kejuruan didasarkan atas teknologi, pendidikan serta kerja.
“demand-driven”; (c) fokus isi Tujuan pendidikan kejuruan
pendidikan kejuruan ditekankan pada seperti yang dikemukakan oleh Winch
penguasaan pengetahuan, keterampilan, (2007:135) menunjukkan bahwa
sikap dan nilai – nilai yang dibutuhkan pendidikan kejuruan bertujuan untuk
oleh dunia kerja; (d) penilaian yang mempersiapkan individu dengan keahlian
sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa untuk memperoleh kehidupan sosial yang
harus pada “hands-on” atau performa baik dalam masyarakat serta untuk
dalam dunia kerja; (e) hubungan yang mempersiapkan kondisi yang sejahtera
erat dengan dunia kerja merupakan kunci dari segi ekonomi. Pendidikan kejuruan
sukses pendidikan kejuruan; (f) bertujuan menyiapkan seseorang untuk
pendidikan kejuruan yang baik adalah memperoleh pekerjaan yang tepatagar
responsif dan antisipatif terhadap dapat menjadi penopang hidupnya
kemajuan teknologi; (g) pendidikan sertamampu menjadikan kehidupannya
kejuruan lebih ditekankan pada “learning lebih baik dan sejahtera di masa depan.
by doing” dan “hands-on experience”; (h) Slamet, PH (2011:189-190)
pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
yang mutakhir untuk praktik; (i) vokasi mencakup empat dimensi utama,
pendidikan kejuruan memerlukan biaya yaitu: (1) mengembangkan kualitas dasar
investasi dan operasional yang lebih besar manusia yang meliputi kualitas daya
daripada pendidikan umum. pikir, daya qolbu, daya fisik; (2)
Asosiasi Vokasi America (AVA) mengembangkan kualitas
memberikan definisi tentang pendidikan instrumental/kualitas fungsional, yaitu
kejuruan sebagai berikut,“vocational penguasaan ilmu pengetahuan,teknologi,
education as education designedto seni, dan olah raga; (3) memperkuat jati
develop skills, abilities, understandings, diri sebagai bangsa Indonesia; dan (4)
attitudes, work habits, and appreciations menjaga kelangsungan hidup dan
needed by workers to enter and make perkembangan dunia.
Pendidikan Sistem Ganda yang memiliki pengetahuan,
Pendidikan sistem ganda sebagai keterampilan, dan sikap yang menjadi
alternatif pola pembelajaran di SMK bekal dasar pengembangan dirinya secara
ditetapkan melalui Keputusan Menteri berkelanjutan; (4) memberi pengakuan
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan penghargaan terhadap pengalaman
Nomor 232/U/1997 (pasal 1; ayat 1): kerja sebagai bagian dari proses
“Pendidikan sistem ganda selanjutnya pendidikan; (5) meningkatkan efisiensi
disebut Pendidikan Sistem Ganda penyelenggaraan pendidikan menengah
adalah suatu bentuk penyelenggaraan kejuruan melalui pendayagunaan sumber
pendidikan keahlian kejuruan yang
daya pendidikan yang ada di dunia kerja.
memadukan secara sistematik dan
sinkron program pendidikan di sekolah Praktek Kerja Industri
menengah kejuruan dengan program
Salah satu unsur penting dalam
penguasaan keahlian yang diperoleh
melalui bekerja langsung pada pendidikan SMK adalah sistem magang.
pekerjaan sesungguhnya di institusi Pada tahun 1993/1994, Departemen
pasangan, terarah untuk mencapai Pendidikan dan Kebudayaan
suatu tingkat keahlian profesional memperkenalkan kebijakan link and
tertentu”. Match (Wardiman, 1998). Kebijakan ini
Pola Pendidikan Sistem Ganda yang bertujuan untuk menyatukan atau
menjadi alternatif pelaksanaan menyamakan antara pendidikan di
pembelajaran di SMK adalah bentuk sekolah dengan dunia kerja. Kebijakan
penyelenggaraan pendidikan keahlian link and match pada dasarnya berlaku
kejuruan yang memadukan pembelajaran untuk seluruh jenis dan jenjang
di sekolah (SMK) dan prakerin (praktek pendidikan, dan khusus untuk pendidikan
kerja industri) di institusi kerja pasangan menengah kejuruan, kebijakan ini
(IP) yaitu di dunia kerja, terintegrasikan dioperasionalkan dalam bentuk
sebagai satu kesatuan pembelajaran, pelaksanaan program Pendidikan Sistem
bertujuan menghasilkan lulusan/ tenaga Ganda (PSG) (Wardiman, 1998).
kerja berkemampuan yang relevan dengan Dalam pedoman teknis
kebutuhan masyarakat, khususnya pelaksanaan PSG pada SMK disebutkan
institusi kerja. bahwa Praktik Kerja Industri adalah
Berdasarkan Kepmendikbud RI praktik keahlian produktif yang
Nomor 323/U/1997 tentang dilaksanakan di industri atau di perusahan
Penyelenggaraan Pendidikan Sistem yang berbentuk kegiatan mengajarkan
Ganda pada SMK pasal 2, pembelajaran pekerjaan produksi dan jasa
pola Pendidikan Sistem Ganda bertujuan; (Kepmendiknas, 1997). Praktik Kerja
(1) meningkatkan mutu dan relevansi Industri merupakan bagian dari program
pendidikan kejuruan melalui peran serta pembelajaran yang harus dilaksanakan
IP; (2) menghasilkan tamatan yang oleh setiap peserta didik di dunia kerja,
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sebagai wujud nyata dari pelaksanaan
etos kerja yang sesuai dengan tuntutan sistem pendidikan di SMK yaitu
lapanga kerja; (3) menghasilkan tamatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Praktik Kerja Industri (Prakerin) nyata akan siap secara mental dan
merupakan bagian dari pendidikan sistem terampil dalam bekerja. Dengan harapan
ganda merupakan inovasi pendidikan semua hambatan dan kesulitan-kesulitan
SMK yang mana siswa melakukan yang akan mereka hadapi ketika
magang (apprenticeship) di industri yang memasuki dunia kerja dapat
relevan dengan program keahliannya diminimalisir.
selama kurun waktu tertentu. Model Manfaat lainnya yang diperoleh
sistem ganda (dual system) merupakan dari pelaksanan prakerin adalah lahirnya
system yang cukup efektif untuk budaya kerja dikalangan siswa. Sinergi
mendidik dan menyiapkan seseorang dan simulasi yang baik antara sekolah dan
untuk memperdalam dan menguasai industri melalui pelaksanaan prakerin
keterampilan yang rumit yang tidak menumbuhkan budaya kerja di SMK.
mungkin atau tidak pernah dilakukan di Simulasi yang dilakukan di dunia industri
sekolah (Pardjono, 2011: 3-4). Dalam bertujuan agar para siswa SMK
proses pendidikannya sistem ganda ini mendapatkan pengetahuan tentang
peserta didik selain belajar secara formal budaya kerja, kondisi nyata di industri
dalam pekerjaan yang sebernarnya di serta penguasan teknologi.Budaya kerja
dunia usaha dan industri. Di Indonesia yang tumbuh seiring dengan
dimulai model pendidikan sistem ganda keikutsertaan siswa dalam program
sejak Tahun 1994, dilanjutkan dengan prakerin, melahirkanpara lulusan SMK
kurikulum SMK edisi 1999, dan diperkuat menjadi calon tenaga kerja siap pakai dan
melalui kurikulum SMK edisi 2004 mampu memenuhi harapan dari industri
hingga saat ini. yang membutuhkan tenaga dan
Program prakerin disusun bersama kompetensi yang dimiliki.
antara sekolah dan dunia kerja dalam Hal ini sejalan dengan hasil
rangka memenuhi kebutuhan peserta penelitian yang dilakukan oleh Soenarto,
didik dan sebagai kontribusi dunia kerja dkk (2014) tentang pengaruh lamanya
terhadap pengembangan program waktu tempuh pendidikan di SMK
pendidikan SMK (Depdiknas, 2008:1). terhadap penguasaan kompetensi dan
Tujuan dari pelaksanaan prakerin adalah kinerja kerja. Hasil penelitian ini
(a) pemenuhan kompetensi sesuai menunjukkan bahwa lulusan SMK 3
tuntutan Kurikulum; (b) pemenuhan tahun dan SMK 4 tahun memiliki
Implementasi Kompetensi ke dalam dunia perbedaan yang cukup signifikan dalam
kerja; (c) penumbuhan etos kerja/ penguasaan kompetensi dan kinerja kerja.
pengalaman kerja. Dari teori Prosser Peserta didik di SMK 4 (empat) tahun
tersebut menggambarkan bahwa dengan mengikuti kegiatan prakerin selama 1
pemberian pendidikan yang tepat melalui (satu) tahun di industri, hal ini tentu lebih
kegiatan prakerin, di harapkan para lama dengan pelaksanan prakerin pada
peserta didik akan memperoleh SMK umumnya yang melaksanakan
pengalaman yang cukup sehingga dapat program prakerin minimal 3 (tiga) bulan
tertanam budaya kerja pada siswa dan atau sampai dengan 6 (enam) bulan.
ketika mereka memasuki dunia kerja
Evaluasi Program bahwa program tersebut tidak ada
Dalam arti luas evaluasi adalah suatu manfaatnya; (2) merevisi program, karena
proses dalam merencanakan, memperoleh ada bagian-bagian yang kurang sesuai
, dan menyediakan informasi yang sangat dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi
diperlukan untuk membuat alternatif- hanya sedikit); (3) melanjutkan program,
alternatif keputusan. Menurut Wirawan karena terlaksananya menunjukkan bahwa
(2011:3), evaluasi berdasarkan objeknya segala sesuatu sudah berjalan sesuai
dapat dibagi menjadi 5 yaitu evaluasi dengan harapan dan memberikan hasil
kebijakan, evaluasi program, evaluasi yang bermanfaat; (4) menyebarluaskan
material, evaluasi proyek, evaluasi program (melaksanakan program di
sumber daya manusia. Dalam penelitian tempat-tempat lain atau mengulangi lagi
ini menyangkut tentang program program di lain waktu), karena program
pelaksanaan prakerin. Berdasarkan tersebut berhasil dengan baik maka sangat
objeknya penelitian ini merupakan baik jika dilaksanakan lagi di tempat dana
penelitian evaluasi program. Sedangkan waktu yang lain.
menurut Sugiyono (2014:742) evaluasi Dalam evaluasi pendidikan ada
program merupakan cara ilmiah (rasional, banyak model evaluasi yang dapat
empiris, dan sistematis) untuk digunakan , meskipun antara satu dengan
mendapatkan data dengan tujuan untuk lainnya berbeda, namun maksudnya sama
mengetahui efektifitas dan efisien proyek, yaitu melakukan kegiatan pengumpulan
kebijakan dan program. data atau informasi yang berkenan dengan
Anderson (dalam Arikunto.2004:1) obyek yang dievaluasi, yang bertujuan
memandang evaluasi sebagai sebuah untuk menyediakan bahan bagi
proses menentukan hasil yang telah pengambilan keputusan dalam
dicapai beberapa kegiatan yang menentukan tindak lanjut suatu program.
direncanakan untuk mendukung Menurut Kaufman dan Thomas
tercapainya tujuan. Sedangkan Tyler (Suharsimi & Cepi Safrudin, 2007:24)
(dalam Arikunto, 2004:5), mengatakan membedakan model evaluasi menjadi
bahwa evaluasi program adalah proses delapan model yaitu; (1) Goal Oriented
untuk mengetahui apakah tujuan sudah Evaluation Model yang dikembangkan
terealisasikan. Hal senada juga oleh Tyler; (2) Goal Free Evaluation
disampaikan oleh Arikunto (2004:18) Model yang dikembangkan oleh Sciven;
bahwa evaluasi program adalah upaya (3) Countenance Evaluation Model yang
untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan dikembangkan oleh Stake; (4) Formatif
suatu kebijakan secara cermat dengan Sumatif Evaluation Model yang
cara mengetahui efektifitas masing- dikembangkan oleh Michael Scriven; (5)
masing komponennya. Responsive Evaluation Model,
Ada empat kemungkinan kebijakan dikembangkan oleh Stake; (6) CSE-UCLA
yang dapat dilakukan berdasarkan hasil Evaluation Model; (7) Discrepancy Model
dalam pelaksanaan program keputusan yang dikembangkan oleh Provus; (8)
(Arikunto, 2014:22) yaitu: (1) CIPP Evaluation Model (Context, Input,
menghentikan program, karena dipandang
Process, Product) yang dikembangkan Evaluasi komponen konteks
oleh Stufflebeam. meliputi: (1) tujuan prakerin, kegiatan
prakerin membantu peserta didik
Evaluasi Model CIPP
menerapkan hasil belajar serta sebagai
Konsep evaluasi model CIPP
sarana bagi siswa untuk mendapatkan
(Context, Input, Process, dan Product)
pengalaman nyata bekerja sesuai dengan
dikembangkan oleh Stufflebeam pada
kondisi di DU/DI; (2) kerjasama DU/DI
1966 sebagai hasil usahanya
dengan sekolah berdasarkan MoU.
mengevaluasi ESEA (the Elementary and
Perjanjian kerjasama dengan DU/DI
Secondary Education Act). Menurut
dalam program prakerin yang disetujui
Stufflebeam (2002) evaluasi adalah proses
dan akan diperpanjang setelah masa MoU
menggambarkan, memperoleh,
habis; (3) harapan agar pelaksanaan
melaporkan dan menerapkan informasi
prakerin sesuai dengan kurikulum
dan menilai informasi tentang sejumlah
implementatif.
objek dan kelayakannya untuk memandu
Evaluasi komponen input
dalam mengambil keputusan, tanggung
meliputi: (1) kesiapan peserta prakerin.
jawab, cara yang efektif, dan
Kesiapan peserta prakerin sangat
meningkatkan pemahaman tentang
diperlukan agar tujuan penyelenggara
gejala-gejala yang terjadi.
prakerin dapat tercapai; (2) kurikulum
Model evaluasi CIPP digunakan
implementatif. Kurikulum implementatif
untuk mengevaluasi kebijakan, program
adalah kurikulum yang disusun oleh pihak
dan proyek, direktur, akreditasi para
DU/DI bersama dengan pihak sekolah
pejabat, pengawas sekolah, kepala
dengan maksud mensinkronkan
sekolah, guru, pengelola sekolah dan
pembelajaran disekolah dengan kegiatan
universitas, dokter, pimpinan militer, dan
kerja yang ada di DU/DI.
para ahli.Tujuan dari model evaluasi CIPP
Evaluasi komponen proses
adalah menyediakan informasi yang akan
diarahkan pada seberapa jauh kegiatan
membantu penyedia layanan secara
yang dilaksanakan dalam program
berkala menilai dan meningkatkan
tersebut sudah terlaksanan sesuai rencana.
layanan serta membuat penggunaan
Evaluasi komponen proses penelitian
sumber daya, waktu, dan teknologi secara
meliputi: (1) keterlibatan/ partisipasi
efektif dan efisien dalam merancang
siswa pada proses kerja di industri; (2)
program yang diperlukan untuk melayani
kerjasama siswa dengan karyawan di
kebutuhan masyarakat. Model CIPP ini
DU/DI; (3) pemanfaatan waktu selama
bertitik tolak pada pandangan bahwa
prakerin. Selama pelaksanaan prakerin
keberhasilan program pendidikan
berlangsung siswa melaksanakan kegiatan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
seperti layaknya karyawan di DU/DI; (4)
karakteristik peserta didik dan
kemampuan memecahkan masalah.
lingkungan, tujuan program dan peralatan
Evaluasi Produk merupakan tahap
yang digunakan, prosedur dan mekanisme
akhir evaluasi untuk mengetahui
pelaksanaan program itu sendiri.
ketercapaian tujuan, kesesuaian proses
dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan
tindakan yang diberikan, dan dampak dari SMK Negeri 1 Bokat Kabupaten Buol
program prakerin. Evaluasi komponen yang ditinjau dari Context, Input, Process
produk meliputi: (1) peningkatan dan Product.
kompetensi siswa, pelaksanaan prakerin Penelitian ini mengambil lokasi di
sebagai sarana siswa untuk latihan bekerja lingkungan SMK Negeri 1 Bokat
yang memenuhi standar sehingga mereka Kabupaten Buol Sulawesi Tengah serta
mampu bersaing secara kompetitif untuk beberapa Industri pasangan tempat siswa
memasuki dunia kerja kelak setelah melakukan prakerin diantaranya:
mereka lulus; (2) sertifikasi siswa, Kabupaten Buol, Kabupaten Tolitoli, dan
pelaksanaan prakerin diakhiri dengan Provinsi Gorontalo.
pemberian sertifikat atau surat keterangan
baik oleh pihak DU/DI maupun pihak Tabel 1. Daftar DU/DI
sekolah. Sertifikat atau surat keterangan
adalah bukti keikutsertaan siswa sebagai
peserta prakerin.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
memberikan gambaran hasil suatu
program dengan menerapkan konsep teori
yang dikembangkan terhadap hal-hal yang
dievaluasi. Dalam penelitian ini evaluasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
digunakan untuk mengetahui kelancaran
Wakil Kepala Sekolah bidang Hubdin
jalannya pelaksanaan praktik kerja
dalam hal ini sebagai Ketua Pokja
industri siswa SMK Negeri 1 Bokat. Data
Prakerin, Guru Pembimbing, Pembimbing
hasil observasi, wawancara dan
Industri, dan seluruh siswa program studi
dokumentasi dianalisis secara deskriptif
keahlian yang telah melaksanakan
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari
prakerin pada tahun 2017. Dalam
variabel konteks, input, proses dan produk
pengambilan sampel Wakasek bidang
dievaluasi. Data dari angket dianalisis
Hubin sebagai Ketua Pokja Prakerin,
secara deskriptif kuantitatif.
Guru Pembimbing, Pembimbing Industri
Pendekatan yang digunakan dalam
dilakukan dengan menggunakan teknik
evaluasi ini adalah model evaluasi yang
purposive sampling. Sedangkan untuk
dikemukakan oleh Stufflebeam yang
seluruh siswa yang melaksanakan
mencakup Context, Input, Process,
prakerin, pengambilan sampel dilakukan
Product (CIPP). Sukmadinata (2009:121)
dengan menggunakan teknik sampel
menyatakan “ penelitian evaluatif
sebanding dengan jumlah populasi
diperlukan untuk merancang,
(proportional random sampling).
menyempurnakan, dan menguji
Besarnya sampel dihitung menggunakan
pelaksanaan suatu praktik”. Dalam hal ini
rumus dari Issac dan Michael (1981: 192),
peneliti mengevaluasi program prakerin di
dengan tingkat kesalahan 5%.
Dengan populasi siswa yang komponen process; dan (4) Instrumen
berjumlah 161 siswa, maka jumlah untuk komponen product.
sampel berdasarkan tabel Issac dan Untuk menguji apakah angket/
Michael (198) dengan tingkat kesalahan kuesioner dapat digunakan sebagai
5% adalah 110 siswa. Berdasarkah hal instrumen maka dilakukan uji validitas
tersebut maka didapatkan sampel sebagai dan reabilitas untuk mengetahui angket/
berikut: kuesioner yang digunakan valid dan
reabel.
Tabel 2. Daftar sampel untuk Kriteria penetapan batas minimal
pembimbing koefisien relliabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mengacu
pendapat Kerlinger (2000:662) yaitu
koefisien reliabilitas sebesar 0,7 atau
lebih dinyatakan handal/ reliabel. Dengan
demikian batas minimal koefisien
reliabilitas adalah 0,7 dengan
menggunakan formula Alpha dari
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Cronbach dan dilakukan dengan bantuan
Penelitian komputer program SPSS versi 20.0 for
Windows.

DAFTAR RUJUKAN

Teknik pengumpulan data yang


digunakan untuk memperoleh data
penelitian ini terdiri dari empat macam
yaitu angket,observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Penyusunan angket instrumen
dilakukan dengan menggunakan teknik
yang dikembangkan oleh Rensis Likert
atau biasa disebut dengan skala Likert
dengan 4 items jawaban yaitu skor 4 =
sangat setuju, sko 3 = setuju, skor 2 =
kurang setuju, 1 = tidak setuju. Kuesioner
terdiri dari 4 (empat) perangkat
instrumen, yaitu: (1) Instrumen untuk
komponen context; (2) Instrumen untuk
komponen input; (3) Instrumen untuk

Anda mungkin juga menyukai