Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI PERTANIAN

Materi: Isolasi, Purifikasi dan Identifikasi


Jamur Patogen Tanaman

Oleh:
Nama : Alfi Okta Pangestika
NIM : 155040207111158
Kelompok : D2 / Selasa, 07.00-08.40 WIB
Asisten : Jean Tambunan

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
Bab 3 Metodologi
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Bahan Isolasi
a. Alat
 Cutter : untuk memotong spesimen
 Pinset : untuk mengambil spesimen
 Cawan petri : untuk tempat sterilisasi dan tempat PDA
 Bunsen : untuk sterilisasi alat
 Plastik wrap : untuk menutup tepi bibir cawan petri
 Tisu steril : untuk meniriskan spesimen
 Kertas label : untuk melabeli cawan petri
 Kamera : untuk mendokumentasi pengamatan
b. Bahan
 Alkohol 70% : untuk sterilisasi spesimen
 Aquades steril : untuk sterilisasi spesimen
 Chlorox : untuk sterilisasi spesimen
 PDA (Potato Dextrose Agar) : sebagai media tanam
 Bagian tanaman yang akan diisolasi:
Alternaria porri : jamur patogen pada tanaman padi
Phytopthora infestans : jamur patogen pada tanaman
kentang
Fusarium oxysporum : jamur patogen pada tanaman tomat
Schlerotium rolfsii : jamur patogen pada tanaman
kedelai

3.1.2 Alat dan Bahan Purifikasi


a. Alat :
 Cawan Petri : sebagai tempat pemurnian spesimen
 Jarum ose : untuk mengambil koloni
 Plastik wrap : untuk membungkus cawan petri agar terhindar
dari kontaminasi
 Bunsen : untuk menciptakan kondisi aseptis
b. Bahan :
 Koloni bakteri hasil isolasi : sebagai bahan pengamatan
 Media PDA : sebagai media pemurnian
spesimen dan penyedia nutrisi
 Alkohol 70% : untuk mensterilkan bahan,
peralatan dan tempat isolasi
 Spiritus : sebagai bahan bakar bunsen
3.1.3 Alat dan Bahan Identifikasi
a. Alat
 Jarum ose : untuk mengambil hifa
 Kaca preparat : tempat meletakkan hifa untuk diamati pada
mikroskop
 Mikroskop : untuk identifikasi
 Bunsen : untuk sterilisasi alat
 Tisu steril : untuk meletakkan kaca preparat
 Cover glass : untuk menutup kaca preparat
b. Bahan
 Isolat hasil purifikasi : untuk diambil kemudian diletakkan pada
kaca preparat
 Alkohol 70% : untuk sterilisasi jarum ose
 Aquades steril : untuk membasahi tisu steril agar lembab
 Media PDA : sebagai media perkembangbiakan jamur.
3.2 Cara Kerja (Diagram alir + analisa)
3.2.1 Isolasi Jamur Patogen

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Mencuci tanaman yang bergejala dengan air mengalir

Mengambil bahan dan memotong dengan ukuran 1 cm


(setengah sakit, setengah sehat)

Masukkan kedalam alkohol 70%, chlorox, dan aquades


steril (2x) masing-masing direndam selama 1 menit

Meniriskan pada tissu dan mengambil bagian tanaman


dengan pinset untuk ditanamkan pada media PDA

Memutar cawan petri di sekitar bunsen dan


membungkusnya dengan plastik wrap

Melakukan inkubasi selama 7 hari dan melakukan


pengamatan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat


dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya, mencuci bagian tanaman
yang bergejala pada air mengalir, memotong bagian tanaman ½ sakit dan
½ sehat sebesar 1 cm. Kemudian merendam potongan tanaman tersebut
ke dalam larutan chlorox, alkohol, dan aquades steril (2x), masing-masing
perendaman selama 1 menit. Setelah itu, meniriskan pada tissu dan
mengambil potongan tanaman menggunakan pinset yang sebelumnya
telah di celupkan alkohol dan membakarnya pada bunsen untuk tetap
menciptakan kondisi aseptis, potongan tanaman tersebut untuk
selanjutnya ditanam pada media PDA dengan menyesuaikan letak antar
bagian potongan tanaman agar dapat tumbuh optimal. Apabila telah
ditanam, menutup tutup cawan petri dan membungkusnya dengan plastik
wrap sambil memutari bunsen. Hasil isolasi selanjutnya dilakukan
inkubasi selama 7 hari dan mengamatinya setiap hari.
3.2.2 Purifikasi Jamur Patogen

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Membakar jarum ose dan mengambil satu gores hifa dari


hasil isolasi patogen

Menanamkan goresan hifa pada media PDA yang baru

Memutar cawan petri di sekitar bunsen dan


membungkusnya dengan plastik wrap

Melakukan inkubasi selama 7 hari dan melakukan


pengamatan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat


dan bahan. Kemudian, membakar jarum ose pada bunsen dan
mengambil satu gores hifa hasil isolasi pathogen untuk ditanamkan pada
media PDA yang baru. Penanaman pada media hanya dilakukan pada
salah satu titik yaitu berada di tengah (titik tumbuh di tengah) agar jamur
dapat tumbuh menyebar mengitari cawan petri. Setelah itu tutup cawan
petri dan membungkusnya dengan plastik wrap sambil diputar di sekitar
bunsen. Langkah terakhir, melakukan inkubasi selama 7 hari dan
melakukan pengamatan setiap hari.
3.2.3 Identifikasi Jamur Patogen

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Mengambil PDA sedikit menggunakan jarum ose

Membakarnya hingga mencair pada bunsen

Meletakkan pada kaca preparat

Mengambil jamur sedikit dan diletakkan pada PDA yang


tadi telah dicairkan

Menutupnya menggunakan cover glass

Melakukan identifikasi menggunakan mikroskop

Identifikasi dilakukan dengan cara preparat kering. Preparat kering


dilakukan dengan mengambil PDA sedikit menggunakan jarum ose
kemudian dibakar hingga mencair pada bunsen. Setelah itu diletakan pada
kaca preparat. Kemudian jamur diambil sedikit lalu diletakkan pada PDA
yang telah cair tadi, selanjutnya ditutup menggunakan cover glass. Setelah
itu diidentifikasi menggunakan mikroskop.
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Isolasi Jamur Patogen
Nama
No. Patogen Gejala Hasil (Dokumentasi)
(Ilmiah)
Bercak melingkar seperti
cincin berwarna abu-abu
pada tepinya dan
keunguan pada bagian
tengahnya. Pada bagian
tanaman yang terserang
terlihat mengeriput dan
seperti mengering.
Sesuai dengan
Semangun (2000), gejala
pertama adalah
Gambar 1. Dokumentasi
terjadinya bercak kecil,
melekuk, berwarna Isolasi

putih sampai kelabu.


Alternaria
1. Jika membesar, bercak
porri
tampak bercincin-cincin,
dan warnanya agak
keunguan. Tepinya agak
kemerahan atau
keunguan dan dikeliingi
oleh zona yang berwarna
kuning, yang dapat Gambar 2. Gejala serangan

meluas agak jauh di atas Alternaria porri

atau di bawah bercak, (Marlitasari et al., 2016)

pada cuaca lembab


permukaan bercak
tertutup oleh konidiofor
dan konidium jamur
yang berwarna coklat
Nama
No. Patogen Gejala Hasil (Dokumentasi)
(Ilmiah)
sampai hitam. Ujungnya
daun yang sakit
mengering. Bercak
lebih banyak terdapat
pada daun tua.
Seluruh daun
menguning, mengering
dan seluruh tanaman
menjadi layu memucat
hingga terkulai seperti
kekurangan air. Menurut
Walker (1952), gejala
awal adalah tulang-
tulang daun memucat
dan tangkai merunduk.
Daun menguning,
Gambar 3. Dokumentasi
pertama kali muncul
Isolasi
pada daun tua, biasanya
Fusarium
2. daun sebelah bawah.
oxysporum
selanjutnya daun layu
dan mati, dan gejala
berlanjut ke daun muda.
Satu persatu cabang-
cabang mulai terinfeksi.
Dalam beberapa minggu
penyakit berkembang Gambar 4. Gejala serangan
cepat, pencoklatan pada Fusarium oxysporum
berkas pembuluh dapat (Minuto, 2017)
dilihat pada pangkal
batang. Keseluruhan
tanaman akhirnya
terinfeksi, dan biasanya
Nama
No. Patogen Gejala Hasil (Dokumentasi)
(Ilmiah)
kejadian ini menjadikan
layu keseluruhan pada
tanaman, hingga
akhirnya mati , dan
batang kering seperti
kayu.
Umbi kentang berwarna
coklat kehitaman dengan
muncul jamur berwarna
putih kecil-kecil pada
bagian permukaan, umbi
membusuk dengan
bagiannya yang terlihat
basah berair.
Gambar 5. Dokumentasi
Sependapat dengan
Isolasi
Susetyo (2017), jika
menyerang umbi, maka
Phytopthora warna kulit umbi akan
3.
infestans terlihat luntur tidak
beraturan, melekuk, dan
agak berair. Apabila
umbi dibelah, daging
umbi akan berwarna
coklat. Pada permukaan
umbi, terdapat bercak Gambar 6. Gejala serangan
yang dikelilingi massa Phytopthora infestans
sporangium berwarna (Schumann and D’Arcy,
putih dengan latar 2000).
belakang hijau kelabu.
Nama
No. Patogen Gejala Hasil (Dokumentasi)
(Ilmiah)
Tanaman yang sakit layu
dan menguning
perlahan-lahan pada
pangkal batang dan
permukaan tanah
didekatnya terdapat
miselium yang terdiri dari
benang- benang,
berwarna putih. Sesuai
dengan Sumartini
(2012), tanaman yang
Gambar 7. Dokumentasi
sakit layu dan
Isolasi
menguning perlahan-
lahan pada pangkal
Schlerotium
4. batang dan permukaan
rolfsii
tanah didekatnya
terdapat miselium yang
terdiri dari benang-
benang, berwarna putih
tersusun seperti bulu
atau kipas. Benang-
benang ini kemudian Gambar 8. Gejala serangan

membentuk Sclerotium, Schlerotium rolfsii

atau gumpalan benang, (Mullen, 2001)

yang mula-
mula bewarna putih,
akhirnya menjadi coklat
seperti biji sawit, dengan
garis tengah 1-1,5 mm.
4.1.2 Tabel Identifikasi
Hasil Identifikasi
Nama
Makroskopis (Dokumentasi + Mikroskopis (Dokumentasi +
Patogen
Literatur) Literatur)

Gambar 9. Dokumentasi Gambar 11. Dokumentasi


Purifikasi
Alternaria
porri

Gambar 10. Literatur


Gambar 12. Literatur
Purifikasi
(Marlitasari et al., 2016)
(Hanudin, 2006)

Fusarium
oxysporum
Gambar 13. Dokumentasi
Gambar 15. Dokumentasi
Purifikasi
Hasil Identifikasi
Nama
Makroskopis (Dokumentasi + Mikroskopis (Dokumentasi +
Patogen
Literatur) Literatur)

Gambar 14. Literatur Gambar 16. Literatur


Purifikasi (Nugraheni, 2010)
(Juniawan, 2015)

Gambar 17. Dokumentasi


Purifikasi
Phytopthora
infestans

Gambar 19. Literatur


(Yuta et al., 2013)

Gambar 18. Literatur


Purifikasi
(Purwantisari et al., 2009)

Schlerotium
rolfsii

Gambar 20. Dokumentasi Gambar 22. Dokumentasi


Hasil Identifikasi
Nama
Makroskopis (Dokumentasi + Mikroskopis (Dokumentasi +
Patogen
Literatur) Literatur)
Purifikasi

Gambar 23. Literatur


Gambar 21. Literatur (Sumartini, 2012)
Purifikasi
(Magenda et al., 2011)

4.2 Pembahasan
4.2.1 Isolasi Jamur Patogen
Isolasi jamur patogen Alternaria porri pada tanaman bawang
dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang sehat dan setengah
bagian tanaman sakit yang memiliki gejala pada daun yang terserang
terdapat bercak melingkar seperti cincin berwarna abu-abu pada tepinya
dan keunguan pada bagian tengahnya, tanaman terlihat mengeriput dan
mengering. Bagian tanaman yang diambil untuk isolasi yaitu daun
bawang merah. Berdasarkan isolasi, diperoleh hasil berupa tumbuhnya
hifa pada ketiga potongan daun bawang merah dengan ciri-ciri hifa
berwarna putih seperti kapas, tumbuh secara melingkar, permukaannya
cembung dengan tepi berbentuk tidak beraturan seperti tersusun atas
serat-serat tebal. Pada hasil isolasi ini, tidak ditemukan kontaminasi pada
jamur yang tumbuh ataupun bagian lain di sekitar jamur pada cawan petri.
Isolasi jamur patogen Fusarium oxysporum pada tanaman
tomat dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang sehat dan
setengah bagian tanaman sakit yang memiliki gejala pada seluruh daun
menguning, mengering dan seluruh tanaman menjadi layu memucat
hingga terkulai seperti kekurangan air. Bagian tanaman yang diambil
untuk isolasi yaitu pangkal batang dan akar tanaman. Hasil isolasi yang
diperoleh berupa tumbuhnya jamur pada ketiga potongan pangkal batang
dengan ciri-ciri hifa berwarna putih kekuningan pada bagian pinggirnya,
dan coklat kehitaman pada bagian tengahnya. Hifa tumbuh dengan
bentuk yang tidak beraturan terutama pada bagian pinggir terlihat
bercabang-cabang seperti akar yang menjalar. Pada hasil isolasi ini,
ditemukan kontaminasi pada jamur yang tumbuh ditandai dengan
perbedaan warna yang mencolok pada bagian tengahnya yaitu berwarna
coklat kehitaman, serta di sekitar cawan petri tumbuh dua jamur lain
berwarna putih pada bagian tepi dan kuning pada tengahnya, berbentuk
lingkaran, sedangkan pada satu jamur lainnya berbentuk melingkar
dengan titik pusat berada di tengah, hifa terlihat berwarna putih dengan
permukaan tipis sehingga dapat diterawang.
Isolasi jamur patogen Phytopthora infestans pada tanaman
kentang dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang sehat dan
setengah bagian tanaman sakit yang memiliki gejala berupa umbi kentang
berwarna coklat kehitaman dengan muncul jamur berwarna putih kecil-
kecil pada bagian permukaan, umbi membusuk dengan bagiannya yang
terlihat basah berair. Bagian tanaman yang diambil untuk isolasi yaitu
pada bagian umbi kentang. Hasil isolasi yang diperoleh yaitu berupa
tumbuhnya hifa pada ketiga potongan umbi kentang, pada salah satu
potongan kentang hifa tumbuh lebih lebar jika dibandingkan pada dua
potongan kentang lainnya, hifa berwarna putih, permukaan terlihat tipis
pada salah satu bagiannya dan lebih tebal pada setengah bagian lainnya,
hifa tumbuh teratur dengan bagian tepi yang rapi. Sedangkan pada
potongan lainnya, hifa tumbuh berukuran lebih kecil, berwarma putih dan
permukaan terlihat tipis. Pada isolasi ini, ditemukan kontaminasi yaitu
berupa tumbuhnya jamur lain pada salah satu potongan kentang yang
juga telah ditumbuhi jamur P.infenstans, jamur kontaminasi berwarna
hitam, berbentuk lingkaran.
Isolasi jamur patogen Schlerotium rolfsii pada tanaman
kedelai dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang sehat dan
setengah bagian tanaman sakit yang memiliki gejala berupa tanaman
yang sakit layu dan menguning perlahan-lahan pada pangkal batang dan
permukaan tanah didekatnya terdapat miselium yang terdiri dari benang-
benang, berwarnah putih. Bagian tanaman yang diambil untuk isolasi
adalah pada bagian daun, pangkal batang dan akar. Hasil isolasi yang
diperoleh berupa tumbuhnya jamur pada ketiga potongan pangkal batang
dan akar dengan ciri-ciri jamur putih, berserat seperti kapas dengan
susunan terlihat kasar, bentuknya tidak beraturan. Pada salah satu
potongan pangkal batang, jamur tumbuh lebih melebar daripada kedua
potongan pangkal batang lainnya, jamur tumbuh memenuhi cawan petri
dan menutupi potongan pangkal batang tersebut, sedangkan pada
potongan pangkal batang ke-2 jamur tumbuh dengan ukuran sedang,
menutupi potongan pangkal batang tersebut dan terdapat kontaminasi
pada sisi lainnya, serta pada bagian potongan pangkal batang ke-3 jamur
tumbuh sangat kecil dan potongan pangkal batang masih terlihat jelas.
Pada isolasi ini, ditemukan kontaminasi yaitu ditandai dengan tumbuhnya
jamur pada bagian potongan pangkal batang ke-2 berwarna keabu-abuan
berbentuk setengah lingkaran, serta tumbuh jamur lainnya berbentuk
lingkaran, berwarna putih pada bagian tepi dan berwarna hijau keabu-
abuan pada bagian tengahnya.
4.2.2 Purifikasi Jamur Patogen
Purifikasi jamur patogen Alternaria porri pada tanaman
bawang dilakukan dengan mengambil satu gores hifa dari hasil isolasi.
Hifa yang dipilih harus pada bagian yang jauh dari kontaminasi. Hasil
yang diperoleh pada hasil purifikasi A. porri berupa tumbuhnya hifa
berwarna kuning keunguan, berbentuk tidak beraturan dengan
permukaan tipis dan halus, selain itu ditemukan kontaminasi pada sekitar
cawan petri atau tepat disekeliling tumbuhnya jamur A. porri, jamur
kontaminasi berwarna abu-abu dengan permukaan atas seperti terdapat
taburan serbuk berwarna hitam. Menurut Hanudin (2006), bahwa setelah
beberapa hari koloni menebal seperti butiran tepung berwarna putih dan
pada tengah koloni muncul warna ungu. Koloni menyebar ke seluruh
permukaan cawan petri secara beraturan. Diameter koloni jamur
mencapai 9 cm pada inkubasi ke 14 hari setelah purifikasi. Terdapat
perbedaan dan persamaan yang ditemukan antara kenampakan
makroskopis hasil purifikasi dan hasil literatur. Perbedaan terletak pada
bentuk penyebaran hifa jamurnya, sedangkan persamaannya yaitu baik
hasil purifikasi maupun literatur diperoleh warna hifa sama-sama
keunguan.
Purifikasi jamur patogen Fusarium oxysporum pada tanaman
tomat dilakukan dengan mengambil satu gores hifa dari hasil isolasi. Hifa
yang dipilih harus pada bagian yang jauh dari kontaminasi. Hasil yang
diperoleh pada hasil purifikasi F. oxysporum berupa tumbuhnya jamur
dengan hifa berwarna putih bersih seperti kapas, hifa mengalami
penebalan pada bagian tengahnya dan terlihat cembung, berbentuk bulat
teratur, dengan bagian tepi terdapat serat-serat tipis yang tersusun rapi.
Menurut Sastrahidayat (1990), jamur yang ditumbuhkan pada medium
PDA mula – mula miselium berwarna putih, semakin tua warna menjadi
krem atau kuning pucat, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda
agak ungu dengan miselium bersekat dan membentuk percabangan.
Terdapat perbedaan dan persamaan hasil antara kenampakan
makroskopis hasil purifikasi dengan hasil literatur, yang mana persamaan
yang ditemukan berupa warna munculnya hifa berwarna putih, namun
perbedaan terletak pada literatur menjelaskan bahwa warna putih
tersebut lama-kelamaan akan berubah menjadi krem atau bahkan merah
muda, sedangkan pada hasil purifikasi yang dilakukan warna hifa tetap
sama yaitu putih bersih.
Purifikasi jamur patogen Phytopthora infestans pada tanaman
kentang dilakukan dengan mengambil satu gores hifa dari hasil isolasi.
Hifa yang dipilih harus pada bagian yang jauh dari kontaminasi. Hasil
yang diperoleh pada hasil purifikasi P. infestans berupa tumbuhnya hifa
berwarna putih dengan tekstur permukaan sangat halus sehingga serat
ataupun cabang – cabang sekat tidak terlihat, pada bagian tepi bentuknya
rapi dan berarturan. Namun pada hasil purifikasi ditemukan kontaminasi
yaitu berupa jamur lain berbentuk lingkaran, berwarna coklat kehitaman
sehingga keberadaannya terlihat agak menghalangi pertumbuhan
patogen P. infestans. Menurut Sunarmi (2010), Phytopthora infestans
memiliki ciri-ciri misellium yang tidak bersekat, berwarna putih, jika tua
agak coklat kekuningan, hifa berkembang sempurna, memiliki sporangium
berbentuk bulat telur. Hasil purifikasi ini telah sesuai dengan literatur yang
menjelaskan bahwa warna putih terlihat halus karena tidak adanya sekat
yang dimiliki serta bentuk permukaan dan tepi yang teratur dan
sempurna.
Purifikasi jamur patogen Schlerotium rolfsii pada tanaman
kedelai dilakukan dengan mengambil satu gores hifa dari hasil isolasi.
Hifa yang dipilih harus pada bagian yang jauh dari kontaminasi. Hasil
yang diperoleh pada hasil purifikasi S. rolfsii berupa tumbuhnya hifa atau
misellium berwarna putih dengan sekat-sekat yang sangat jelas terlihat
dan agak tebal, pada bagian tengah berwarna putih kekuningan sebagai
titik pusat pertumbuhan, hifa tumbuh melingkar dari titik pusat keluar
memenuhi cawan petri, pada bagian tepi hifa terlihat lebih tipis. Pada hasil
purifikasi ini, ditemukan kontaminasi berupa tumbuhnya jamur lain di
sebelah pinggir cawan petri dan mengenai langsung jamur S. rolfsii, jamur
kontaminasi berwarna coklat dengan bagian permukaan seperti terdapat
taburan serbuk berwarna hitam, berbentuk setengah lingkaran. Menurut
Magenda et al. (2011), S. rolfsii yang membentuk koloni dengan misellium
berwarna putih seperti kapas, kompak dan padat. Tipe perkecambahan
sklerotia berebentuk dispertif (hifa keluar dari semua sudut sklerotia)
dengan benang halus bercabang berbentuk seperti kapas berwarna putih.
Berdasarakan penjelasan – penjelasan diatas, dapat dipastikan bahwa
kenampakan makroskopis dari hasil purifikasi telah sesuai dengan
literatur.
4.2.3 Identifikasi
Identifikasi jamur patogen Alternaria porri dilakukan dengan
mengambil hifa dari hasil purifikasi untuk diamati pada mikroskop. Hasil
yang diperoleh berdasarkarkan kenampakan secara mikroskopis, bahwa
warna koloni dan bentuk konidia jamur seperti gada, bersekat, bercabang,
agak melengkung, pada bagian dekat ujung bentuknya tumpul
menggembung, pada ujungnya lancip dan konidiumnya berwarna coklat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Mayur and Borse (2015), pada hifa
muda merupakan hyaline slender dan bersepta kemudian membentuk
koloni dan menjadi berwarna coklat. Panjang konida adalah 100-300 μm,
dengan diamer 15-20 μm. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
(McKenzie, 2013) yang menyatakan konidiophores hidup sendiri atau
dalam kelompok kecil, berwarna pucat hingga agak kecoklatan,
panjangnya sampai 120 μm, tebal 5-10 μm. Pada konidia tunggal, lurus
atau sedikit melengkung, obclavate atau dengan tubuh conidium
ellipsoidal dan meruncing sampai paruh, panjang keseluruhan 100-300
μm, lebar 15-20 μm, pucat, halus atau minimal verruculose, 8-12 septa
transversal, 0-7. Paruhnya seringkali panjangnya sama dengan badan
conidium, kadang bercabang, berwarna pucat, tebal 2-4 μm, meruncing.
Identifikasi jamur patogen Fusarium oxysporum dilakukan
dengan mengambil hifa dari hasil purifikasi untuk diamati pada mikroskop.
Hasil yang diperoleh berdasarkarkan kenampakan secara mikroskopis,
bahwa bentuk konidia panjang dan tipis, ada yang bercabang dan tidak,
ada yang lurus maupun melengkung, warna konidia sedikit agak
kecoklatan namun terlihat transparan. Menurut Burgess et al. (1989),
perkembangan spora cendawan Fusarium oxysporum mampu
menghasilkan tiga tipe spora, yaitu mikrokonidia, makrokonidia, dan
klamidospora. Mikrokonidia spora diproduksi oleh cendawan ini di dalam
jaringan tanaman terserang, spora mikrokonidium bersel tunggal, tidak
bersekat, tidak berwarna, berdinding tipis, bentuknya bulat telur sampai
lurus. Sementara makrokonidia bentuknya lancip, ujungnya melengkung
seperti bulan sabit, bersekat 3–5,spora diproduksi dipermukaan tanaman
yang mati setelah terserang atau terinfeksi Sedangkan klamidospora
merupakan spora berwarna coklat muda, dindingnya tebal, dibentuk di
ujung terminal atau di tengah hifa. Makrokonidia terlihat panjang memiliki
bentuk seperti sabit dan memiliki tiga hingga empat septa sedangkan
mikrokonidia terliht pendek agak bulat dan ada yang memiliki satu septa
juga ada yang tidak memiliki septa, makrokonidia terlihat panjang
berbentuk seperti sabit dan biasanya memiliki tiga sampai empat septa.
Mikrokonidia terlihat pendek agak bulat atau meruncing, apikal berbentuk
sel pendek pada beberapa isolat.

Identifikasi jamur patogen Phytophtora infestans dilakukan


dengan mengambil hifa dari hasil purifikasi untuk diamati pada mikroskop.
Pada pengamatan ini tidak ditemukan hasil kenampakan mikroskopis, hal
ini kemungkinan dikarenakan karena tidak tumbuhnya P. infestans ketika
diletakkan pada object glass untuk dilakukan inkubasi. Menurut Yuta et al.
(2013), secara mikroskopis P. infestans tidak mengalami perubahan
morfologi baik hifa maupun miseliumnya. P. infestans merupakan jamur
yang dalam perkembangbiakannya secara aseksual dan seksual.
Miselium P. infestans tidak bersekat, konidiofor berkumpul 1 – 5 buah,
dengan percabangan simpodial dan memiliki mempunyai bengkakan –
bengkakan khas. Sporangia berbentuk buah per panjang rata – rata
sekitar 19,71 μm dan lebar rata – rata 16,91 μm. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Semangun (2007), yang menyatakan bahwa penyakit daun
kentang disebabkan oleh jamur P. infestans yang semula disebut Botrytis
infestans. Miselium interseluler, tidak bersekat, mempunyai banyak
haustorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit, berkumpul 1 – 5 buah,
dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan – bengkakan
khas. Konidium berbentuk buah per, dengan ukuran 22 – 32 x 16 – 24
μm, berinti banyak, 7 – 32 buah. Konidium berkecambah secara langsung
dengan membentuk hifa (benang) baru, atau secara tidak langsung
dengan membentuk spora kembara (zoospora).

Identifikasi jamur patogen Schlerotium rolfsii dilakukan dengan


mengambil hifa dari hasil purifikasi untuk diamati pada mikroskop. Hasil
yang diperoleh berdasarkarkan kenampakan secara mikroskopis, bahwa
konidia bercabang-cabang lurus memanjang, pada ujungnya agak
membengkok. Menurut Ningsih (2016), pada pengamatan mikroskopis S.
rolfsii memiliki hifa yang hialin, percabangan hifa membentuk sudut 90°,
bersepta dan mempunyai clamp connection. Jamur S. rolfsii tidak
mempunyai spora, pemencarannya dilakukan dengan membentuk jumlah
sklerotia yang semula berwarna putih seperti gumpalan-gumpalan benang
halus kemudian berubah menjadi coklat muda dan coklat tua. Sklerotia
berbentuk bulat dengan ukuran diameter 0,5 – 2,0 mm. Semua isolat
mutan S. rolfsii tidak mengalami perubahan morfologi mikroskopis baik
hifa maupun miseliumnya. Perkembangbiakannya tidak membentuk spora
tetapi dilakukan secara seksual dengan bantuan miselium dan hifa aktif
yang terdapat di bagian dalam sklerotia, untuk menjaga struktur
pelindung, sklerotia terdiri dari hifa yang aktif dan menjadi inokulum
pertama untuk perkembangan penyakit.
Bab 5 Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada isolasi, purifikasi, dan
identifikasi secara makroskopis maupun mikroskopis dapat disimpulkan
bahwa jamur yang ditumbuhkan tidak semuanya sesuai dengan literatur. Hal
ini dapat disebabkan karena jamur patogen yang diharapkan kurang dapat
beradaptasi terhadap media buatan yang sifatnya berbeda dengan tanaman
inangnya, selain itu karena pengaruh dari tumbuhnya jamur yang tidak
sesuai atau tidak diinginkan keberadaannya, maupaun tumbuhnya jamur di
sekitar cawan petri yang menjadi salah satu penyebab utama kontaminasi
sehingga jamur patogen yang diinginkan tumbuh kurang optimal. Pada jamur
patogen Phytopthora infestans tidak ditemukan kenampakan mikroskopis
dikarenakan kemungkinan jamur tidak tumbuh saat dilakukan inkubasi pada
object glass. Sehingga untuk memperoleh hasil identifikasi yang sesuai,
maka perlu dilakukan isolasi, purifikasi dan identifikasi sesuai dengan SOP
yang berlaku untuk meminimalkan kegagalan.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan cukup baik, namun praktikan masih
merasa kesulitan membedakan antara kenampakan makroskopis dan
mikroskopis yang sesuai karena kurangnya penjelasan yang diberikan
asisten, selama ini penjelasan hanya lebih ditekankan pada prosedur isolasi
dan purifikasinya bukan cara identifikasinya yang tepat.
Daftar Pustaka

Hanudin, 2006. Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Makasar: Universitas


Hasanuddin.
Jumjunidang, Afriyeni, Y., dan Nasir, N. 2013. Jenis-jenis Jamur pada
Pembusukan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Sumatera Barat.
Padang: FMIPA Jurusan Biologi Universitas Andalas.
Juniawan. 2015. Mengenal Jamur Fusarium oxysporum.
https://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/mengenal-jamur-
fusarium-oxysporum. Diakses pada 8 April 2018.
Magenda, S., Kandou, F.E.F., dan Umboh, S.D. 2011. Karakteristik Isolat Jamur
Schlerotium rolfsii dari Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea
Linn.). Manado: Universitas Sam Ratulangi. J. Bioslogos 1(1).
Marlitasari, E., Sulistyowati, L. Dan Kusuma, R.R. 2016. Hubungan Ketebalan
Lapisan Epidermis Daun Terhadap Infeksi Jamur Alternaria porri
Penyebab Penyakit Bercak Ungu pada Empat Varietas Bawang
Merah. Malang: FP Universitas Brawijaya. J. HPT. 4(1).
Mayur, D. and Borse, K.N. 2015. Common Fungal Leaf Spot Diseases of Allium
cepa L. and Allium sativum L. India: Crop from Maharashtra State.
Vol. 4(11): 34-37.
McKenzie. 2013. Alternaria porii. http://www.padil.gov.au/maf-
border/pest/main/142989/www.landcareresearch.co.nz# . Diakses
pada 10 April 2018.
Minuto, A. 2017. Fusarium oxsporum f. sp. basilici.
https://gd.eppo.int/taxon/FUSABS/photos. Diakses pada 8 April 2018.
Mullen, J. 2001. Southern Blight, Southern Stem Blight, White Mold. The Plant
Health Instructor.
https://www.apsnet.org/edcenter/intropp/lessons/fungi/Basidiomycetes/
Pages/SouthernBlight.aspx. Diakses pada 8 April 2018.
Nugraheni, E.S. 2010. Karakterisasi Biologi Isolat-isolat Fusarium sp. pada
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) Asal Boyolali. Surakarta:
Skripsi. Jurusan Agronomi FP Universitas Sebelas Maret.
Purwantisari, S. dan Hastuti, R.B. 2009. Uji Antagonis Jamur Patogen
Pyhtopthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi
Tanaman Kentang dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat
Lokal. Semarang: FMIPA Universitas Diponegoro. J. Bioma 11(1): 24-
32.
Sastrahidayat IR. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Surabaya: Usaha Nasional.
Schumann, G.L. and C. J. D’Arcy. 2000. Late Blight of Potato and Tomato. The
Plant Health Instructor.
https://www.apsnet.org/edcenter/intropp/lessons/fungi/Oomycetes/Pag
es/LateBlight.aspx . Diakses pada 8 April 2018.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 23-27.
Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 845.
Sumartini. 2012. Penyakit Tular Tanah (Schlerotium rolfsii dan Rhizoctonia
solani) pada Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian serta Cara
Pengendaliannya. Malang: Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian. J. Litbang Pertanian 31(1).
Sunarmi, N. 2010. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman
Kentang sebagai Anti Jamur (Fusarium sp, Phytopthora infestans) dan
Anti Bakteri (Ralstonia solanacearum). Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Susetyo, H.P. 2017. Penyakit Busuk Daun Kentang. Jakarta: Direktorat Jenderal
Hortikultura – Kementerian Pertanian.
Walker, J.C. 1952. Diseases of Vegetable Crops. First Edition. McGraw-Hill Book
Company, Inc., New York, Toronto, London.
Yuta, S.A., Pinem, M.I., dan Lubis, L. 2013. Pertumbuhan Isolat Phytopthora
infestans (Mont.) de Bary Tanaman Kentang dan Tomat pada Berbeda
Media di Laboratorium. Medan: FP Universitas Sumatera Utara. J.
Online Agroekoteknologi 2(1): 380-392.

Anda mungkin juga menyukai