Legal Case

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PEMIDANAAN TERHADAP PT.

IM2
DALAM KASUS KORUPSI KERJASAMA PT.INDOSAT DENGAN PT.IM2

OLEH :

ANDRY BHAKTI PERDANA

(160710101267)

DOSEN PENGAMPU :

NUZULIAH KUMALA SARI, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSTIAS JEMBER
2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha kuasa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Batik”. Kami juga
bersyukur atas berkat rezeki dan kesehtan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
mengumpulkn bahan - bahan materi makalah ini dari internet. kami telah berusaha
semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang batik.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
daris e m p u r n a , k a r e n a i t u k a m i m e n g h a r a p k a n s a r a n d a n kritik
y a n g membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh
karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.
D e m i k i a n l a h m a k a l a h i n i k a m i b u a t , a d a k e s a l a h a n dalam penulisan, kami
mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. ii

PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………… 1

B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………....
7

PEMBAHASAN………………………………………………………………………… 8

PENUTUP………………………………………………………………………………. 16

A. KESIMPULAN………………………………………………………….......
16
B. SARAN………………………………………………………………………
17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 18

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kasus hukum menjerat PT. Indosat Mega Media (IM2) adalah salah satu kasus korupsi
yang menarik untuk dibahas dalam kajian akademis. Kasus ini berawal setelah PT.IM2 selaku
penyelenggara jasa akses internet (Internet Service Provider) melakukan kerja sama dengan
PT. Indosat terkait dengan Akses Internet Broadband melalui jaringan 3G/HSDPA Indosat.
Kerjasama itu ditandatangani pada 24 November 2006 dengan Nomor Indosat: 224/E00-
EA.A/MKT/06 dan Nomor IM2: 0996/DU/IMM/XI/06 yang ditandatangani oleh Indar
Atmanto selaku Direktur Utama IM2 dan Kaizad B Heerjee selaku Wakil Direktur Indosat.

Sebelum melakukan kerjasama, PT Indosat Mega Media (IM2) telah diberi izin oleh
Dirjen Pos dan Telekomunikasi sebagai penyelenggara jasa akses interner (ISP) melalui
keputusan No. 229/DIRJEN/2006 tanggal 22 Juni 2006.

Pada 2011, Denny AK Ketua LSM Konsumen Telekomunikasi Indonesia (KTI) membuat
laporan kepada Isnur, S.H. seorang Jaksa yang bertugas di Kejaksaan Negeri Karawang Jawa
barat. Dalam laporannya Denny AK menyebutkan akibat perjanjian kerjasama PT. Indosat
dengan IM2 terkait dengan Akses Internet Broadband Melalui jaringan 3G telah
mengakibatkan kerugian kepada negara sebesar Rp. 3.834.009.736.400 (tiga triliun delapan
ratus tiga puluh empat milyar Sembilan juta). Atas laporan Denny AK, tanggal 17 Oktober
2011 Kejaksaan Tinggi Jawa Barat mengirimkan surat panggilan kepada Indar Atmanto atas
nama Direktur Utama PT IM2 untuk dimintai keterangan. Sejumlah orang juga dimintai
keterangan termasuk pejabat Kemenkominfo dan anggota Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia (BRTI). Dari serangkaian pemeriksaan di Kejati Jawa barat, maka pada tanggal 13

4
Januari 2012, dikeluarkan surat bahwa tidak ada kasus pidana korupsi sebagaimana yang
dilaporkan oleh Denny AK.1

Tiba-tiba tanggal 18 Januri 2012, Kejaksaan Agung memerintahkan penyidikan atas


dugaan tindak pidana korupsi dalam penyalahgunaan frekuensi radio 2,1 GHz oleh IM2
dengan tersangka Indar Atmanto Direktur Utama IM2. Penyidikan tersebut dilakukan atas
dasar adanya laporan mengenai dugaan penyalahgunaan jaringan 3G milik Indosat oleh
IM2 yang mengakibatkan kerugian negara. Proses penyidikan oleh Kejaksaan Agung ini
dilakukan dengan alasan bahwa kasus ini berskala nasional.

Perbuatan Indar Atmanto yang dipersoalkan adalah tindakan membuat Perjanjian Kerja
Sama (PKS) antara PT. Indosat, Tbk dengan PT. Indosat Mega Media (“IM2”) tentang Akses
Internet Broadband melalui Jaringan 3G/HSDPA Indosat No. Indosat: 224/E00-EAA/MKT/06
dan No. IM2: 0996/DU/IMM/XI/06 ditandatangani tanggal 24 November 2006. Perjanjian
Kerja Sama ini adalah berkaitan dengan pemanfaatan jaringan seluler Indosat sebagai
koneksi akses layanan internet (broadband) yang layananannya disediakan oleh PT IM2 yang
dikenal masyarakat sebagai ISP (Internet Service Provider).2

Menurut Penuntut Umum PT. IM2 selaku penyelenggara Jasa dalam melaksanakan
kegiatannya hanya dapat menggunakan jaringan tetap tertutup sebagai mana diatur dalam
Pasal 33 ayat (1) Keputusan Mentri Perhubunungan No. 20 Tahun 2001 Tentang
penyelengaraan jaringan tetap tertutup diwajibkan membangun jaringan untuk disewakan.

Karena adanya kerjasama antara Terdakwa selaku Direktur PT. IM2 dengan Johnny
Swandy Sjam dan Herri Sasongko masing-masing selaku Direktur Utama PT. Indosat dalam
menggunakan frekuensi 2.1 GHz milik PT. Indosat, maka selanjutnya Terdakwa
mendapatkan fasilitas untuk menggunakan voucher isi ulang milik PT. Indosat untuk layanan
internet prabaray IM2 pada penyediaan jasa akses internet broadband yang diselenggarakan
oleh IM2.

1http://mencari-keadilan.com/kronologi-kasus-im2-vs-jaksa-agung/ diakses pada tanggal 21 April 2015

2http://nasional.kontan.co.id/news/ini-kronologi-dugaan-korupsi-indosat-dan-im2 diakses pada 21 April 2015


5
Menurut Penuntut Umum, Terdakwa selaku Direktur Utama IM2 telah menggunakan
frekuensi 2.1 GHz yang merupakan frekuensi primair dan ekslusif, akan tetapi dalam
penggunakan frekuensi 2,1 GHz tanpa melalui proses lelang yang bertentangan dengan
Pasal 2 ayat (2) Peraturan Mentri Komunikasi danInformatikan No. 7 Tahun 2006 Tentang
Penggunaan Pita Frekuensi radio 2,1 GHz untuk penyelenggaraan jaringan begerak selular
yang menyatakan “Penetapan sprektrum frekuensi radio pada pita frekuensi radio 2.1 GHz
kepada peserta seleksi penyelenggara jaringan bergerak selular IMT-2000 dilaksanakan
melalui mekanisme pelelangan.” Dan dianggap bertentangan pula dengan Pasal 25 ayat (1)
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Sprektrum Frekuensi Radio
dan Orbit satelit yang menyatakan bahwa pemegang alokasi frekuensi radio tidak dapat
mengalihkan alokasi frekuensi radio yang telah diperolehnya kepada pihak lain.

Selanjutnya, Penuntut Umum menyatakan Terdakwa Indar Atmanto menggunakan pita


frekuensi 2.1 GHz tidak memenuhi kewajiban yang ditentukan dan bertentangan dengan
ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan (2) Peraturan Mentri Komunikasi dan Informatika No. 7 Tahun
2006 Tentang Penggunaan Pita Frekuensi 2.1 GHz Untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak
Selular yang menyatakan “Penggunaan jaringan bergerak suleluar dikenakan tarif izin
penggunaan pita spektrum frekuensi radio sebagai berikut:

ayat (1) “penggunaan pita frekuensi radio 2.1 GHz Moda FDD untuk penyelenggaraan
jaringan bergerak seluar dikenakan tarif izin penggunaan pita spektrum frekuensi sebagai
berikut:
a. Biaya nilai awal (up front free)
1) Bagi penyelenggara yang ditetapkan melalui mekanisme pelelangan, biaya nilai
awal (up front fee) sebesar 2 x nilai penawaran akhir dari setiap pemenang lelang
2) Bagi penyelenggara jaringan bergerak selular pada pita frekuensi radio 2.1 GHz
yang memiliki izin penyelenggara jaringan bergerak selular, biaya awal (up front
free) sebesar 2 x nilai penawaran terendah diantara pemenang lelang

6
b. BHP pita sprektrum frekuensi radio tahunan sebesar nilai penawaran terendah
diantara pemenang lelang, dengan skema pembayaran untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sebagaimana tercantum dalam peraturan ini.”

Ayat (2) “Selain kewajiban membayar tarif izin penggunaan pita spektrum frekuensi radio
sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), penyelenggara jaringan bergerak seluler
pada frekuensi 2.1 GHz moda FDD, juga dikenakan kewajiban sebagai berikut:
a. Membayar biaya hak penyelenggara (BHP) Telekomunikasi
b. Membayar Biaya Kontribusi kewajiban pelayanan universal (Universal Service
Obligation)”

Dalam dakwaannya, Indar Atmanto juga disebutkan menggunakan frekuensi 2.1 GHz milik
Indosat untuk mengoperasionalkan jasa akses internet sehingga PT IM2 bersama dengan PT
Indosat telah menggunakan pita frekuensi 2.1GHz milik PT Indosat yang bertentangan dengan
Pasal 30 PP No. 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Radio dan Orbit Satelitnya yang
menyatakan “Biaya hak penggunaan sprektrum frekuensi radio bagi penggunaan bersama pita
frekuensi radio dan atau kanal frekuensi radio dibebankan secara penuh kepada masing-masing
pengguna.”

Indar Atmanto didakwa dengan dakwaan primer Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18 ayat (1), (3) UU
PTPK Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana; dan dakwaan subsider Pasal 3 Jo Pasal 18 ayat (1),
(3) UU PTPK Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana 3. Berdasarkan pemeriksaan persidangan,
Penuntut Umum menyatakan dakwaan primer terbukti dan menuntut: (1). Terdakwa Indar
Atmanto bersalah melakukan tindak pidana dalam Pasal perbuatan terdakwa diancam dengan
Dakwaan Primer; (2). Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa berupa pidana penjara selama 10
tahun, dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahan, dan membebankan Terdakwa untuk
membayar denda sebesar Rp. 500.000.000,-, subsider 6 bulan kurungan dan dengan perintah
Terdakwa segera ditahan di rutan; dan (3). Uang pengganti sebesar Rp. Rp. 1.358.343.346.674
dibebankan kepada PT. Indosat dan PT IM2 yang penuntutannya dilakukan secara terpisah.

3 Lebih lanjut baca dalam Surat dakwaan penuntut umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, No. Reg. Perk:
PDS-23/JKT-SL/12/2012
7
Begitupun Majelis Hakim Pengadilan Tipikor pada pengadilan Negeri Jakarta selatan
menyatakan Indar Atmanto bersalah dan terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana
dakwaan primer, menghukum Indar Atmanto dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun,
dan Menghukum PT. IM2 membayar uang pengganti sebesar Rp. 1.358.343.346.674 paling lama
dalam waktu satu tahun setelah putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.4

Pada tanggal 12 Desember 2013, Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada
Pengadilan Tinggi Jakarta membacakan Putusan Tingkat banding yang intinya menyatakan
mengubah putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
01/Pid.Sus/TPK/2013/PN.JKT.PST tanggal 8 Juli 2013, sehingga amarnya berbunyi; (1).
Menyatakan Terdakwa Indar Atmanto terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “Korupsi dilakukan secara bersama-sama”; dan (2). Menjatuhkan pidana terhadap
Terdakwa dengan Pidana Penjara selama 8 Tahun dan menjatuhkan pidana denda sebesar Rp.
200.000.000,- dan bila denda tersebut tidak dibayar diganti pidana kurungan selama 3 (tiga)
bulan.

Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menyatakan bahwa PT. IM2 tidak dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa membayar ganti rugi, karena PT.IM2 tidak pernah didakwa.
Pada 10 Juli 2014 Majelis Kasasi Tingkat Mahkamah Agung memutuskan Permintaan Kasasi dari
Penuntut Umum dan Penasihat Hukum Indar Atmanto, dan menyatakan Terdakwa Indar
Atmanto terbukti bersalah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “korupsi
dilakukan secara bersama-sama” sebagai mana dakwaan primer, menjatuhkan pidana terhadap
Terdakwa dengan Pidana Penjara selama 8 Tahun dan menjatuhkan pidana denda sebesar Rp.
300.000.000,- dan bila denda tersebut tidak dibayar diganti pidana kurungan selama 6 (enam)
bulan dan menghukum PT. IM2 membayar uang pengganti sebesar Rp. 1.358.343.346.674
dengan ketentuan apabila PT. IM2 tidak membayar uang pengganti tersebut paling lambang 1
(satu) bulan sesudah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka harta benda PT.IM2
disita oleh Jaksa dan dilelang untuk membayar uang pengganti tersebut.

4 Lebih lanjut baca dalam Putusan No. 01/Pid.Sus/TPK/2013/PN.PST


8
Masalah Indar Atmanto dan PT.IM2 tidak selesai sampai putusan kasasi di atas, karena
pada saat proses persidangan kasus korupsi, Indar Atmanto mengajukan gugatan ke Pengadilan
Tata Usaha Negara terhadap BPKP, dengan objek gugatan Objek adalah surat Deputi Kepala
Badan Pengawasan dan Pembanguna (BPKP) bidang Investigasi No. SR-1024/D6/01/2012
Tanggal 9 November 2012 perihal laporan hasil audit dalam rangka penghitungan kerugian
negara atas kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam penggunaan jaringan Frekwensi Radio
2,1 GHz oleh PT. Indosat dan PT Indosat Mega Media (IM2) beserta lampiran yang berupa
laporan hasil penghitungan kerugian negara tanggal 31 Oktober 2012 yang dibuat oleh tim
BPKP.
Pengadilan PTUN, PTTUN dan Putusan Kasasi Mahkamah Agung menyatakan tidak sah
surat Deputi Kepala BPKP bidang Investigasi No. SR-1024/D6/01/2012 Tanggal 9 November
2012 perihal laporan hasil audit dalam rangka penghitungan kerugian negara atas kasus
dugaan tindak pidana korupsi dalam penggunaan jaringan Frekwensi Radio 2,1 GHz oleh PT.
Indosat dan PT Indosat Mega Media (IM2) beserta lampiran yang berupa laporan hasil
penghitungan kerugian negara tanggal 31 Oktober 2012 yang dibuat oleh tim BPKP. Dan
Memerintahkan tergugat 1 untuk mencabut surat Deputi Kepala BPKP bidang Investigasi No.
SR-1024/D6/01/2012 Tanggal 9 November 2012 perihal laporan hasil audit dalam rangka
penghitungan kerugian negara atas kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam penggunaan
jaringan Frekwensi Radio 2,1 GHz oleh PT. Indosat dan PT Indosat Mega Media (IM2) beserta
lampiran yang berupa laporan hasil penghitungan kerugian negara tanggal 31 Oktober 2012
yang dibuat oleh tim BPKP. 5
Hasil Audit PBKP adalah salah satu alat bukti penting yang digunakan oleh Penuntut
Umum dan Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi untuk membuktikan perbuatan
Terdakwa yang dianggap merugikan negara, dan hasil audit tersebut berdasarkan putusan
PTUN dinyatakan tidak sah.
Munculnya putusan PTUN yang sudah berkekuatan hukum tetap ini menjadi babak
baru dalam kasus yang menjerat Indar Atmanto dan IM2 dalam perkara tindak pidana korupsi

5 Lebih lanjut baca Putusan No. 263/K/TUN/2014 Gugatan PTUN Indar Atmanto, PT.IM2 dan PT. Indosat Vs Deputi
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Bidang Investigasi dan Tim Penerbit Laporan Hasil
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) Tanggal 31 Oktober 2012
9
yang didakwakan oleh Penuntut Umum. Putusan ini tentu memimbulkan masalah hukum
yang perlu untuk dipecahkan lebih lanjut, terkait dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik
untuk membahas persoalan tersebut dengan judul “ TERJERAT KORUPSI PADA JARINGAN 3G:
Analisis Terhadap Putusan Pemidanaan Terhadap PT. IM2 dalam Kasus Korupsi Kerjasama

PT.Indosat dengan PT.IM2”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
makalah ini:

1. Apakah pemidanaan Indar Atmanto dan PT IM2 sudah tepat terkait dengan
perjanjian Kerja Sama antara Indosat dengan IM2?
2. Apakah tepat menerapkan Undang-undang Korupsi dalam Administrative Penal
Law?

10
PEMBAHASAN

PEMIDANAAN INDAR ATMANTO DAN PT IM2 ATAS ALASAN KERUGIAN NEGARA AKIBAT
PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA INDOSAT DENGAN IM2

Setelah Kasus Perjanjian Kerjasama PT. Indosat dan PT. IM2 bergulir di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor), kasus ini semakin menjadi jelas. Ahli yang dihadirkan di dalam
persidangan memberikan penjelasan lebih objektif terkait dengan kasus tersebut. Sebagaimana
diketahui oleh publik, Kejaksaan Agung menegaskan telah terjadi perbuatan melawan hukum
atas kerjasama yang dilakukan oleh PT. Indosat Tbk dengan PT IM2 terkait dengan penggunaan
frekuensi 2,1 Ghz. Menurut Kejagung, kerja sama tersebut telah melanggar minimal dua
peraturan, yaitu: Pertama, melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Mentri Komunikasi
dan Informatika No. 7 Tahun 2006 yang menyatakan “Frekuensi 2.1 GHz tidak boleh digunakan
oleh pihak lain selain penenang lelang”. Kedua, melanggar Pasal 25 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2000 yang pada intinya menyatakan Frekuensi primer tidak boleh dialihkan. 6

Menurut Heru dalam artikelnya di Suara Karya menyebutkan sepintas dakwaan tersebut
tampaknya ditujukan untuk menyelamatkan industri telekomunikasi, namun kita harus melihat
dasar hukum yang dipakai dan kondisi telekomunikasi nasional yang sesungguhnya. Perlu
dicermati bahwa sedari awal Kementrian Telekomunikasi dan Informasi (Kominfo) selaku
regulator industri telekomunikasi sudah menyatakan kalau tidak ada peraturan yang dilanggar
oleh Indosat dan IM2 dalam kerja sama keduanya.

Bahkan, pihak Kominfo sudah mengirimkan surat resmi kepada Kejagung tepatnya pada
13 Nopember 2012, yang menjelaskan penggunaan Jasa Akses Internet (Internet Service
Provider) PT Indosat Mega Media (IM2) telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7Bagi

6 Heru Sutadi, Melihat Kasus Indosat-IM2 secara Proporsional, Artikel Suara Karya, 20 Mei 2013
7 Berikut beberapa poin dari surat Menkominfi No. T-684 /M.KOMINFO/KU.04.01/11/2012,

1. Kerja sama PT IM2 dan PT INDOSAT merupakan bentuk kerja sama antara Penyelenggara Jasa
Telekomunikasi (dalam kasus ini adalah PT IM2) dengan Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (dalam kasus
ini adalah PT INDOSAT). Bentuk kerja sama ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
yaitu Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi jo. Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan .Telekomunikasi jo. Pasal 5 Keputusan Menteri
11
Penyedia Jasa Layanan Internet atau Internet Service Provider (ISP) merupakan hal yang lazim
untuk melaksanakan amanatUU No. 36 Tahun 1999 yaitu melakukan kerja sama dengan
Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi. Begitu pula IM2 yang memiliki kerja sama dengan
berbagai Penyedia Jaringan Telekomunikasi adalah hal yang biasa untuk menjangkau masyarakat
yang dilayaninya sesuai dengan geografis di mana pelanggan tersebut berada.

Sebagai contoh untuk melayani masyarakat di Kalimantan, IM2 bekerjasama dengan


INDOSAT untuk menyediakan layanan internetnya melalui Jaringan Satelit dengan menyediakan
perangkat VSAT (Very Small Apparture Terminal) bagi pelanggannya di Kalimantan. Juga bekerja
sama dengan PT TELKOM untuk penyediaan layanan internet DIAL-UP yang sampai sekarang
masih banyak diminati oleh masyarakat meskipun berbagai akses internet alternatif kecepatan
tinggi sudah tersedia. Sekali lagi, kerja sama ini merupakan amanat UU No.36 Tahun 1999,

Perhubungan Nomor KM. 21/2001 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi. Bentuk kerja sama seperti
ini juga dilakukan oleh ratusan Penyelenggara Jasa Telekomunikasi lainnya, namun dalam penyelenggaraan
kerja sama antara PT IM2 dan PT INDOSAT, oleh aparat penegak hukum Kejaksaan Agung diduga telah
melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan
Orbit Satelit, sehingga diduga telah merugikan keuangan negara.
2. Terkait dengan hal tersebut di atas, perlu kami tegaskan bahwa:
a. Penggunaan spektrum frekuensi radio wajib mendapatkan izin dari Menteri Komunikasi dan
Informatika, dan juga wajib membayar BHP frekuensi radio. Dengan kata lain, bahwa pungutan BHP
frekuensi radio yang merupakan PNBP berdasarkan izin yang diberikan olehMenteri Komunikasi dan
Informatika. Selain itu, dalam hal penggunaan bersama (sharing)pita frekuensi radio, masing-masing
penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib mendapatkan izin dan membayar BHP.
b. Penggunaan bersama pada pita frekuensi radio teknologi 3G, sebagai berikut:
1) sehubungan dengan hanya ada Base Transceiver Station (BTS, perangkat radio untuk mengirim
dan menerima sinyal seluler) yang dimiliki dan/atau dioperasikan oleh satu penyelenggara jaringan,
yaitu PT INDOSAT pada pita frekuensi Indosat, maka tidak ada penggunaan bersama pita frekuensi
radio. PT IM2 adalah penyelenggara jasa telekomunikasi yang dengan demikian tidak memiliki
dan/atau mengoperasikan BTS miliknya sendiri.
2) dengan demikian Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan
Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit tidak dapat diterapkan karena tidak terdapat penggunaan
bersama pita frekuensi radio di frekuensi tersebut.
3) Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mencermati penggunaan pita frekuensi radio
pada teknologi 3G (pita frekuensi radio 2,1-GHz). Pemegang izin pengguna frekuensi radio berhak
menggunakan pita frekuensi radio tersebut selama izinnya masih berlaku, dan Kementerian
Komunikasi dan Informatika hanya memberikan izin tersebut kepada 5 (lima) penyelenggara jaringan
telekomunikasi untuk teknologi 3G, yaitu PT Telkomsel, PT Indosat, PT Excelcomindo, PT. Hutchison
CP Telecommunications, dan PT Natrindo Telepon Seluler.

Dari penjelasan tersebut di atas, terdapat perbedaan yang jelas antara penggunaan bersama pita frekuensi radio
oleh dua atau lebih penyelenggara jaringan telekomunikasi, dengan sewa jaringan telekomunikasi milik
penyelenggara jaringan telekomunikasi oleh penyelenggara jasa telekomunikasi, maka dalam hal ini kerja sama
antara PT IM2 dengan PT INDOSAT sudah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
12
seperti termaktub pada Pasal 12 PP 52/2000 dan penjelasannya yang mewajibkan
Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi membuka Jaringannya untuk digunakan/disewa oleh
Penyelenggara Jasa Telekomunikasi8.

Sebagaimana diketahui, Perjanjian kerjasama PT. Indosat dengan PT.IM2 tunduk kepada
Pasal 9 ayat 2 UU Telekomunikasi No 36 Tahun 1999 yang maknanya dapat dibaca dari
penjelasan pasal tersebut adalah “Penyelenggara Jasa dapat menggunakan jaringan milik
Penyelenggara Jaringan. Dalam hal Penyelenggara Jasa ingin menyewakan jaringan tersebut
kepada pihak lain, maka Penyelenggara Jasa tersebut harus memiliki izin sebagai
Penyelenggara Jaringan”. Dari penjelasan diatas maka IM2 dalam melayani pelanggannya
adalah menggunakan jaringan Indosat untuk keperluan sendiri, bukan untuk disewakan kepada
pihak lain. Dengan demikian IM2 tidak perlu mengajukan izin sebagai Penyelenggara Jaringan.

Negara mewajibkan pembayaran Up Front Fee dan BHP Frekuensi untuk pita frekuensi
2,1GHz hanya kepada Penyelenggara Jaringan yang menggunakan frekuensi yang dalam hal ini
adalah Indosat. Dan, Indosat sebagai pengguna frekuensi telah melunasi kewajiban tersebut.
Nilai Rp 1,3 Trilyun adalah kewajiban yang telah dibayar oleh Indosat untuk masa tahun 2006-
2011. Sedangkan IM2 sebagai pengguna jaringan 3G milik Indosat (bukan menggunakan
frekuensi 3G) cukup melakukan kerjasama tertulis dengan Indosat.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap telekomunukasi,


maka perbuatan Indar Atmanto sebagai direktur utama dapat dikatakan memiliki kedudukan
hukum yang cukup kuat tidak memiliki unsur niat jahat (faith) untuk melakukan tindak pidana
korupsi karena perbuatan tersebut pada saat dilakukan bukan merupakan suatu hal yang
disebut sebuat perbuatan melawan hukum sebagaimana suatu kegiatan bisnis telekomunikasi
yang tidak merupakan kegiatan yang sama dengan penyelenggara penguna frekuensi saluran
seluler yang memiliki kewajiban untuk membayar biaya penggunaan pita frekuensi.

8 Onno W. Purno, dalam Indar Atmanto, 2013, Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia, Jakarta, Penerbit
Independent Society, hal. 39 - 42
13
PT. IM2 yang merupakan penyedia jasa internet bekerja sama dengan penyelenggara
jaringan seluler Indosat telah ditetapkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melakukan
perbuatan tindak pidana korupsi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Pasal 2 UU Tindak
Pidana Korupsi No. 20 Tahun 2001 tetang Perubahan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dimana Pak Indar sebagai
direktur utama sebagai terdakwa, sedangkan PT. IM2 tidak ditetapkan sebagai terdakwa.
Pengadilan Negeri Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berdasarkan tuntutan
Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 8 Juli 2013, Putusan No. 001/Pid.Sus/TPK/2013/
PN.JKT.PST, telah memutuskan, Sdr. Indar Atmanto terbukti telah melakukan tindak pidan
Korupsi dan di jatuhi pidana penjara 4 tahun, sedangkan PT. IM2 dikenakan kewajiban
membayar uang penggati sebesar Rp. 1.358.343.346.674,- (sekitar Rp. 1,35 Triliun). Atas
putusan ini telah diajukan banding oleh Kuasa Hukum Terpidana dan juga oleh Kejaksanaan.
Berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No. 33/PID/TPK/2013/PT. DKI, memutuskan
bahwa Pak Indar ditambah hukuman pidana penjara menjadi 8 Tahun, tetapi PT. IM2 tidak
dipidana uang pengganti karena tidak ikut didakwakan, hal ini karena pidana uang pengganti
adalah pidana tambahan yang dibebakan kepada subyek hukum yang dikenakan pidana pokok,
sehingga tidak dibenarkan membebani pidana tambahan bagi subyek hukum yang berbeda. 9

Atas putusan Pengadilan Tinggi DKI ini diajukan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum dan
Juga Pak Indar yang mana Putusan Kasasi MA memutuskan bahwa Pak Indar dihukum tetap
dipidana penjara selama 8 Tahun dan PT. IM2 dikenakan denda sebagaimana disebutkan dalam
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

IM2 selaku Penyelenggara jasa tidak diperbolehkan mengelola atau memiliki jaringan.
Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi melakukan
perjanjian komersial dengan para penyelenggara jaringan sehingga layanan telekomunikasi
kepada publik dapat terlaksana.

9 Jamin Ginting, Anotasi Putusan Perkara PT. IM2, Disampaikan dalam rangka eksaminasi Putusan Terhadap PT. IM2
di Jakarta pada Bulan Maret dan April 2015

14
Dari catatan Heru Sutadi, terdapat lebih dari 280 penyelenggara jasa internet (ISP) di
Indonesia, di mana mereka pada prinsipnya tidak memiliki jaringan sehingga melakukan kerja
sama dengan para penyedia jaringan. Bentuk kerja sama yang dilakukan oleh Indosat dan IM2
merupakan kerja sama yang wajar dilakukan dalam industri telekomunikasi nasional, bahkan
dianjurkan oleh Kominfo. Lebih lanjut, Indosat, sebagai salah satu pemenang lelang frekuensi
2,1 Ghz tahun 2006, sebenarnya tidak mengalihkan alokasi frekuensi 2,1 Ghz namun
menyewakan jaringan seluler yang bekerja pada pita frekuensi 2,1 GHz dan pita frekuensi
lainnya kepada IM2 dalam sebuah perjanjian kerja sama komersil.

Kerja sama yang dilakukan oleh Indosat dengan IM2 sudah sesuai dengan ketentuan
Pasal 9 Ayat (2) UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi. Sementara tuduhan telah
terjadinya potensi kerugian negara sebesar Rp 1,3 triliun dari kerja sama tersebut sudah
dipatahkan oleh Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). PTUN memutuskan kalau audit
yang dilakukan BPKP cacat hukum sehingga tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti utama di
dalam persidangan.

Di sisi lain Kuasa Hukum PT. IM2 mengajukan gugatan ke PTUN DKI Jakarta sehubungan
dengan hasil kerugian yang diperiksa oleh BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan Pemberintah) yang
tidak memiliki dasar hukum. Majelis hakim PTUN dalam putusannya menyebutkan audit BPKP
tidak mengikuti prosedur yang ada, yaitu tidak diawali dengan permintaan dari Kominfo, tidak
ditemukannya penggunaan frekuensi bersama Indosat-IM2 sesuai fakta persidangan dan BPKP
tidak pernah melakukan pemeriksaan terhadap objek audit, yakni PT Indosat Tbk dan IM2. Oleh
karenanya, PTUN menganggap audit BPKP melanggar Undang-Undang No. 20 Tahun 1997
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Hal ini mengakibatkan terdapat 2 (dua) Putusan Pengadilan yang berbeda yaitu Putusan
MA Kasasi dalam kasus Tindak Pidana Korupsi dan Putusan MA Kasasi Tata Usaha Negara yang
memiliki keterkaitan yang dapat membatalkan putusan yang lainnya. Hal inilah yang menjadi
dasar pertimbangan bagi pihak PT. IM2 untuk mengajukan Peninjauan Kembali (PK) sebagai
dasar permohonan novum ke Mahkamah Agung.

15
Dalam tuntutannya, Penuntut Umum dan Majelis Hakim berpendapat bahwa PT. IM2
harus terlibat untuk mempertanggung jawabkan perbuatan Indar Atmanto, dengan alasan
bahwa pada saat kejadian, Indar Atmanto adalah Direktur Utama PT. IM2 dan PT.IM2 dianggap
telah menikmati keuntungan. Namun didalam dakwaan, PT. IM2 tidak pernah dijadikan sebagai
Terdakwa, termasuk juga Pengurus PT. IM2 juga tidak pernah dijadikan terdakwa, sehingga
kepada mereka yang bukan terdakwa tentu tidak bisa dimintakan pertanggungjawaban.

Hal ini jelas bertentangan dengan Pasal 28 I UUD 1945 dan Pasal 183 KUHAP serta Pasal
17 dan Pasal 18 UU 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak PIdana Korupsi. Oleh karena
Uang Pengganti adalah merupakan pidana maka pidana tambahan harus selalu mengikuti
pidana pokok yaitu kepada siapa pidana tersebut dikenakan, sehingga tidak wajar jika PT. IM2
tidak didakwakan tetapi diwajibkan untuk membayar pidana tambahan atas pidana pokok yang
dilakukan oleh subyek hukum lain.

Pernyataan di atas juga dipertegas oleh Prof Komariah yang menyatakan jika korporasi
juga hendak dimintai pertanggungjawaban karena diduga melakukan tindak pidana seharusnya
korporasi dijadikan Terdakwa secara terpisah dengan Terdakwa perorangan (Yurisprudensi MA
dalam perkara Pasar Modern Kota Banjarmasin Putusan No. 04/Pid-Sus/2011/PT.Bjm)10

MENERAPKAN UNDANG-UNDANG KORUPSI DALAM ADMINISTRATIVE PENAL LAW


Undang-undang Telekomunikasi Nomor 36 Tahun 1999, dan Undang-undang Nomor 20
Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan Administrative Penal Law, dan
berlaku asas “ Lex Specialist Systimatische“ sehingga menurut pasal 14 Undang-undang Nomor
31 tahun 1999 Jo. Undang-undang Nomor: 20 tahun 2001 tidak dapat didakwakan dan atau
dituntut atas pelanggaran aturan tersebut.
Tidak semua perbuatan pidana yang mengakibatkan timbulnya kerugian Negara apa lagi
jika Undang-undangnya sendiri tidak mengatur bahwa dapat diajukan sebagai perkara korupsi,
maka sebagai konskwensinya tidak dapat diajukan sebagai perkara korupsi

10 Komariah Emong Sapardjaja, Affadavit atas putusan MARI No. 787K/Pid.Sus/2014 Tanggal 10 Juli 2014 dengan
Terdakwa Indar Atmanto
16
Didalam uraian surat dakwaan selain disebutkan Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar
1945, kemudian pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor: 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi dikaitkan lagi dengan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor: 53 Tahun 2000,
dikaitkan lagi dengan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor: 52 Tahun 2000, yang pada intinya
kemudian menurut Pasal 25 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor: 53 tahun 2000, tentang
Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit, pemegang alokasi frekuensi radio tidak
dapat mengalihkan alokasi frekuensi radio yang telah diperolehnya kepada pihak lain.
PT Indosat Mega Media berdasarkan perjanjian kerjasama Nomor Indosat: 224/E00-
EA.A/MKT /06 dan Nomor IM2: 0996/DU/IMM/XI/XI/06, tanggal: 24 Nopember 2006, beserta
amandemennya, tentang “aksess Internet Broad band melalui jaringan 3 G/HSDPA INDOSAT”.
Apabila persepsi dari Jaksa Penuntut Umum itu benar bahwa ketentuan Pasal 34 ayat (1)
Undang-undang Nomor: 36 Tahun 1999, dikaitkan dengan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor:
53 Tahun 2000 Jo Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor: 52 Peraturan Pemerintah Nomor: 52
Tahun 2000, maka akibatnya menimbulkan hak Negara berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) secara kumulasi berjumlah Rp.1.483.991.195.970,00.
Penerimaan Negara bukan pajak, diatur didalam Undang-undang Nomor: 20 Tahun
1997, tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, Jo. Peraturan Pemerintah Nomor: 22 Tahun
1997 yang berdasarkan pasal 19, 20 dan pasal 21 telah diatur tentang proses penagihan dan
sanksi baik berupa sanksi administrasi maupun pidana ganti rugi perdata. Undang-undang
telekomunikasi berserta seluruh peraturan pelaksanaanya termasuk kategori Undang-undang
administrasi penal (sekalipun Jaksa Penuntut Umum, dengan sengaja tidak dijunctokan dengan
dakwaan korupsi). Dengan merujuk pasal.143 KUHAP, maka susunan dakwaan serupa itu
sepatutnya dinyatakan batal demi hukum karena tidak mencantumkan pasal-pasal dari Undang-
undang secara tepat dan benar.
Pelanggaran terhadap perundang-undangan administrasi yang bersanksi (Administrative
penal law) tidak selalu dapat diabsorsi atau diartikan sebagai ”korupsi” karena berdasarkan
asas: administrative penal law atau perundang-undangan administrative yang bersanksi pidana
sudah barang tentu menjadi wilayah atau area tindak pidana pada perundang-undangan
administrative. Oleh karena itu, sangat tidak tepat jika dipersepsikan sebagai tindak pidana
korupsi, karena berdasarkan “asas systematiche specialiteit“ atau kekhususan yang sistimatis.

17
Hal mana sangat penting agar penerapan asas legalitas menjadi jelas dan menghindari
adanya pelanggaran terhadap asas concursus. Lagi pula tidak semua perbuatan pidana yang
mengakibatkan timbulnya kerugian Negara apa lagi jika Undang-undangnya sendiri tidak
mengatur bahwa dapat diajukan sebagai perkara korupsi, konsekwensinya tidak dapat diajukan
sebagai perkara korupsi.

PENUTUP

18
A. KESIMPULAN

1. IM2 tidak membangun jaringan seluler (BTS), sehingga tidak dapat dikatakan
telah menggunakan frekuensi sendiri. Bekerja sama dengan Indosat, IM2 adalah posisi
sebagai penyewa jaringan seluler Indosat mobile (melalui BTS Indosat). Hal ini dapat
dibuktikan dengan kartu sim yang digunakan untuk mengakses internet yang dikeluarkan
oleh Indosat IM2. Bagi mereka yang wajib membayar Biaya Penggunaan (BHP) pita
frekuensi adalah Indosat sebagai BTS Pemilik, sedangkan IM2 sebagai penyewa hanya
perlu membayar sewa ke Indosat. Dan BHP telah dibayar oleh Indosat kepada negara
Rp.1.3 Triliun. Jadi tidak ada kerugian di semua negara. Bahkan, jika IM2 membayar BHP
akan ada dua pembayaran untuk hal yang sama.

2. Perbuatan Indar Atmanto sebagai direktur utama dapat dikatakan memiliki


kedudukan hukum yang cukup kuat tidak memiliki unsur niat jahat (faith) untuk
melakukan tindak pidana korupsi karena perbuatan tersebut pada saat dilakukan bukan
merupakan suatu hal yang disebut sebuat perbuatan melawan hukum sebagaimana
suatu kegiatan bisnis telekomunikasi yang tidak merupakan kegiatan yang sama dengan
penyelenggara penguna frekuensi saluran seluler yang memiliki kewajiban untuk
membayar biaya penggunaan pita frekuensi.

3. PT.IM2 sebagi Korporasi dan merupakan subyek hukum pidana tidak dapat
dimintakan pertanggungjawaban pidana apabila tidak diikutsertakan sebagai terdakwa
dalam surat dakwaan yang bisa didakwaan bersamaan atau terpisah dengan orang
(naturalijk person)

4. UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi adalah Administratif Penal Law,


yang apabila terjadi pelanggaran atas perundang-undangan tersebut, maka ada
mekanisme administratif yang harus dilalui, selain itu jika terjadi pelanggaran pidana,
maka harus dituntut berdasarkan ketentuan yang ada di dalam UU tersebut.
19
B. SARAN

Patut diduga telah terjadi kekeliruan dalam menjatuhkan vonis kepada Indar Atmanto dan
PT. IM2 atas dasar bahwa PT.IM2 tidak pernah membayar Up Front Fee dan PBH setiap
tahun selama perjanjian berjalan. Karena PT. IM2 hanyalah penyelenggara Jasa, yang
berkewajiban membayar Up Front Fee dan PBH adalah PT. Indosat sebagai pemenang lelang
penyelenggara Jaringan, dan PT. Indosat telah melaksanan kewajiban tersebut. Selain itu
hasil audit Investigatif yang dilakukan oleh PBKP yang dijadikan bukti dalam perkara tersebut
telah dinyatakan tidak sah oleh PTUN dan telah pula berkekuatan hukum tetap. Setidaknya
dalam perkara tersebut terdapat novum yang dapat dijadikan bukti untuk mengajukan
Peninjauan Kembali

Daftar Pustaka

 http://mencari-keadilan.com/kronologi-kasus-im2-vs-jaksa-agung/ diakses pada


tanggal 21 April 2015

20
 http://nasional.kontan.co.id/news/ini-kronologi-dugaan-korupsi-indosat-dan-im2
diakses pada 21 April 2015
 Surat dakwaan penuntut umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, No. Reg.
Perk: PDS-23/JKT-SL/12/2012

 Putusan No. 01/Pid.Sus/TPK/2013/PN.PST

 Putusan No. 263/K/TUN/2014 Gugatan PTUN Indar Atmanto, PT.IM2 dan PT.
Indosat Vs Deputi Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Bidang Investigasi dan Tim Penerbit Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Keuangan
Negara (LHPKKN) Tanggal 31 Oktober 2012

 Heru Sutadi, Melihat Kasus Indosat-IM2 secara Proporsional, Artikel Suara


Karya, 20 Mei 2013

 Surat Menkominfi No. T-684 /M.KOMINFO/KU.04.01/11/2012,

 Ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi jo. Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor
52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan .Telekomunikasi jo. Pasal 5 Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor

 UU No 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan .Telekomunikasi jo. Pasal 5


Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 21/2001 tentang Penyelenggaraan Jasa
Telekomunikasi
 Onno W. Purno, dalam Indar Atmanto, 2013, Kerikil Tajam Telekomunikasi
Broadband Indonesia, Jakarta, Penerbit Independent Society, hal. 39 - 42

 Jamin Ginting, Anotasi Putusan Perkara PT. IM2, Disampaikan dalam rangka
eksaminasi Putusan Terhadap PT. IM2 di Jakarta pada Bulan Maret dan April 2015

 Komariah Emong Sapardjaja, Affadavit atas putusan MARI No.


787K/Pid.Sus/2014 Tanggal 10 Juli 2014 dengan Terdakwa Indar Atmanto

21

Anda mungkin juga menyukai