Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep
1. Definisi Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis

internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri

kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis

eksternus (Mansjoer, 2000).

Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati

dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut

(Nettina, 2001).

Hernia inguinalis adalah suatu penonjolan yang terjadi pada kanalis

inguinalis akibat masuknya viscara (organ internal abdonan) abdomen melalui

kanalis inguinalis lateral (Syamsuhidajat, 2004).

Menurut (Nada, 2007) Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi

organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dindingrongga yang

bersangkutan atau lubang abnormal.

Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas hernia inguinalis lateralis

adalah penonjolan organ infra abdomen melalui lubang anulus inguinalis

dextra, karena bagian dinding rongga abdomen sebelah kanan yang terjadi

karena didapat atau jugs congenital.


2. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi Hernia

Gambar 2.1 gambar hernia inguinalis

Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari

peritonium, isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang

berisi organ ekstraperitoneal seperti ovarium, appendiks divertikel dan buli-

buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang

dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ-organ lain misalnya paru

dan sebagainya (Martini, H, 2001).

2. Fisiologi Menurut preace (2002).

a. Krista illika berfungsi sebagai penopang seikum dan sebelah depan

menyentuh kolon desendes.

b. Mukulus obliges externus abdominus fungsinya adalah mengencangkan

dan melindunngi organ intra abdomen.


c. Saluran ingunialis atau lingkaran ingunialis berfungsi sbagai tempat

berjalan tali mani (funukulus spermatikus) pada pria dan ligamen bundar

dari uterus pada wanita dan juga beberapa urat saraf dan pembuluh darah.

d. Liena alba atau garis putih berfungsi memisahkan otot relatus

abdominus.

e. Tembuk lubang dalam atau internal berfungsi sebagai tempat pada fosia

otot tranfersal dimana tali mani masuk melintasi salura ingunial, tembuk

lubang tepi atau external adalah tempat di dalam abdominal oblik

external dimana tali mani muncul atau turun ke lipat paha atau masuk

skrotum.

f. Vena safena magma yang panjang fungsinya untuk mengalirkan darah

kotor dari seluruh tubuh ke jantung.

3. Macam - macam hernia

1. Hernia Inguinalis / Congenital

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena

sebab yang didapat. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Faktor

yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang

terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut (karena kehamilan,

batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat

defekasi dan miksi misalnya akibat hipertropi prostat) dan kelemahan otot

dinding perut karena usia. Adanya prosesus vaginalis yang paten bukan

merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktorlain

seperti anulus ingu inalis yang cukup besar. Tekanan intra abdominal yang
meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi

dan ansietas sering disertai hernia inguinalis.

Secara patofisiologi hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke

dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh

kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia

inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstraksi suplai

darah ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-

gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus,

tidak ada feces, muntah)

Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan

nilioinguinalis dan niliofemoralis setelah apendiktomi. Processus vaginalis

peritoneum persisten Testis tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap

Terbuka Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga

processus belum sempat menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap

terbuka predileksi tempat: sisi kanan karena testis kanan mengalami

desensus setelah kiri terlebih dahulu. Dapat timbul pada masa bayi atau

sesudah dewasa. Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan

criptocismus dan hidrocele.

2. Hernia Femoralis

Umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4

kali laki-laki. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Secara

patofisiologis peninggian tekanan intra abdominal akan mendorong lemak

pre peritoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan
terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara,

obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Ada factor

predisposisi Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa Pada

orang tua karena degenerasi/atropi Tekanan intra abdomen meningkat

Pekerjaan mengangkat benda-benda berat Batuk kronik Gangguan BAB,

missal struktur ani, feses keras Gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis

Sering melahirkan: hernia femoralis (karisyogya, 2011).

4. Etiologi

Menurut (Sachdeva, 2000) Hernia Inguinalis / Congenital Hernia

inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang

didapat. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Faktor yang

dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,

peninggian tekanan di dalam rongga perut (karena kehamilan, batuk kronis,

pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan miksi

misalnya akibat hipertropi prostat) dan kelemahan otot dinding perut karena

usia. Adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab

tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis

yang cukup besar. Tekanan intraabdominal yang meninggi secara kronik seperti

batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi dan ansietas sering disertai hernia

inguinalis. Secara patofisiologi hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus

ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh

kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia

inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai
darah ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala

obstruksi usus, yaitu perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus,

tidak ada feces, muntah.

Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:

a. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa

dan prosesus vaginalis.

b. Kerja otot yang terlalu kuat.

c. Mengangkat beban yang berat.

d. Batuk kronik.

e. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.

f. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen

(TIA) seperti: obesitas dan kehamilan.

Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal

ini dikarenakan penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada

herniaumbilikalis pada anak sebelum usia dua tahun dan pada hernia

ventralis. Tindakan operasi dilakukan pada hernia yang telah

mengalami stadium lanjut yaitu;

1) Mengisi kantong scrotum

2) Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.

3) Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.

Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan

bedah karena ditakutkan terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah


terjadi strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin

sebelum terjadinya nekrosis usus(Sachdeva,1998 dan Mansjoer,2000).

Menurut Natadidjaja (2002) , penyebab hernia inguinalis adalah :

1) Tempat lemah pada dinding abdomen (kongenital, pada tempat-

tempat penetrasi anatomik atau tempat-tempat insisi).

2) Tekanan intraabdominal meningkat (batuk, mengedan, obstruksi)

3) Kelemahan otot-otot akibat obesitas dan lain-lain

4) Menurut Black and janis dkk (2002), penyebab hernia inguinalis

adalah:

a. Kelemahan otot dinding abdomen.

1) Kelemahan jaringan.

2) Adanya daerah yang luas diligamen inguinal.

3) Trauma.

b. Peningkatan tekanan intra abdominal

1) Obesitas.

2) Mengangkat benda berat

3) Konstipasi, dari faktor mengejan pada saat proses buang air

besar.

4) Kehamilan

5) Batuk kronik

6) Hipertropi prostate

c. Faktor resiko: kelainan congenital


5. Tanda dan Gejala

Menurut Natadidjaja (2002), tanda dan gejala hernia adalah :

1. Penonjolan di daerah inguinal

2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.

3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram

dan distensi abdomen.

4. Terdengar bising usus pada benjolan

5. Kembung

6. Perubahan pola eliminasi BAB

7. Gelisah

8. Dehidrasi

9. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien

berdiri atau mendorong.

Menurut Mansjoer, A (2000) pada umumnya pasien mengatakan turun

berok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di

selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang

pada waktu tidur, bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau

bila posisi pasien berdiridapat timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi

dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan

tidak nampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam

keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang

sudah tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat

dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk


mengurangi tekanan intra abdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan.

Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga perlu di periksa.

Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke internus. Pada keadaan normal

jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah

ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung

jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi

jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis.

6. Klasifikasi Hernia

Menurut Syamsuhidjayat dan Jong (2004) klasifikasi hernia adalah sebagai

berikut :

a. Macam-macam hernia menurut terlihat atau tidaknya

1. Hernia internal

Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui lubang dalam rongga perut

(tidak terlihat dari luar).

2. Hernia eksternal

Tonjolan menonjol keluar dari rongga abdomen melalui dinding

abdomen (terlihat dari luar).

b. Macam-macam hernia menurut penyebabnya

1) Hernia kongenital

Hernia yang disebabkan karena kelemahan dinding otot abdomen

yang bersumber dari lahir atau bawaan.

2) Hernia traumatik atau didapat


Hernia yang disebabkan karena adanya trauma seperti peningkatan

tekanan intra abdominal (batuk kronis, sering mengejan dan

mengangkat benda berat).

3) Hernia insisionalis

Hernia yang disebabkan karena dinding abdomen lemah akibat

sayatan atau pembedahan sebelumnya, seperti post laparatomi dan

prostatektomi.

c. Macam-macam hernia menurut sifatnya

1) Hernia responibilis

Bila isi hernia dapat keluar masuk usus keluar jika berdiri atau

mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau duduk masuk tidak

ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

2) Hernia Irreponibilis

Bila isi hernia berada didalam kantong hernia dan terjepit cincin

hernia sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga

abdomen.

3) Hernia incarserata atau strangula

Bila isi hernia berada didalam kantong hernia dan terjepit cincin

hernia sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga

abdomen, dapat disertai gangren pasase akibat peredaran darah

terganggu.

d. Macam-macam hernia menurut lokasinya

1) Hernia opigastrika
Hernia yang keluar defek di linea alba umbilikus dan procesus

xipoideus.

2) Hernia umbilikalis

Hernia keluar melalui umbilikus akibat peningkatan tekanan

intraabdomen.

3) Hernia inguinalis

Penonjolan organ intraabdomen melalui lubang amulus inguinalis,

karena bagian lemah dari dinding rongga abdomen yang terjadi

karena didapat atau juga kongenital.

4) Hernia skrotalis

Hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum.

5) Hernia femoralis

Batang usus masuk melalui cincin femoral ke dalam kanalis

femoralis.

7. Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan

tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat

buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus

kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu

tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding

abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana

kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,

pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang


sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-

organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung

dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan

mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan

kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika

suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren

(Oswari, E. 2000).

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang

didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena

meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan

penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,

bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan

intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila

otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan

anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam

kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi

karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang

disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

Menurut Mansjoer, A (2000) kanalis inguinalis adalah kanal yang normal

pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal

tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum

sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis

peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.

Namun beberapa hal, seringkali kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun

terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila

kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan

normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus

terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis

lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun

karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka

kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Keadaan yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk

kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan

mengejan pada saat miksi misalnya hipertrofi prostat.

8. Pemeriksaan penunjang

Menurut Mansjoer, A (2000) pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :

1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam

usus/obstruksi usus.

2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan

hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih

(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

9. Komplikasi

Menurut Mansjoer, A (2000) komplikasi pada hernia adalah :


1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia

sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut

hernia inguinalis irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan

penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan

irreponibilis adalh omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia

dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar

lebih sering menyebabkan irreponibilis daripada usus halus.

2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus

yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti

dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia

inguinalis strangulata.Pada keadaan strangulata akan timbul gejala illeus,

yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang

timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien

menjadi gelisah.

10. Penatalaksanaan umum

a. Menurut Mansjoer, A, (2000) penatalaksanaan medis pada hernia yaitu :

1. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang.

2. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,

kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.


3. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan

menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus

internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.

b. Sedangkan penatalaksanaan Keperawatan yaitu :

1. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan

secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat

penyokong.

2. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres

hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.

3. Celana penyangga

4. Istirahat baring

5. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja

untuk mencegah sembelit.

6. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian

makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat

sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,

minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.


11. Pathway

Riwayat pembedahan

Keterbatasan gerak

Sumber : Mansjoer( 2000 ), Sjamsuhidajat & de jong (1997) Wilkinson (2002)


B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Analisa Data
3. Diagnosis Keperawatan
4. Perencanaan
5. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai