Anda di halaman 1dari 10

Padi gogo dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu

mempengaruhi pertumbuhan padi gogo. Sedangkan yang lebih berpengaruh pada


pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain
kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan keseimbangan
perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air,
dan25% bagian udara. Struktur tanah yang cocok pada tanaman padi gogo dalah struktur
tanah yang remah. Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus,
berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak.

Padi gogo pada umumnya diusahakan pada lahan kering yang penanamannya
dilakukan pada awal musim hujan. Kebutuhan air padi gogo tergantung pada ketersediaan air
hujan atau air tanah tanpa genangan (Noor, 1996). Padi gogo dibudidayakan di tanah tegalan
secara tetap sehingga beradaptasi dengan kondisi lahan kering yang biasa mengalami
berbagai tekanan (stress) yang di karenakan oleh kekeringan, kekurangan unsur hara, erosi
dan gangguan gulma.
Pupuk yang digunakan dalam bercocok tanam pada padi gogo sebaiknya di
kombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik (pupuk
kandang atau kompos), dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Sedangkan
pemberian pupuk anorganik yang dapat menyediakan hara dalam waktu cepat, pada dosis
yang sesuai kebutuhan tanaman akan memberikan pertumbuhan yang positif dan dapat
meberikan hasil optimal.

Di dalam pemupukan padi gogo, ada dua hal utama yang perlu dilakukan, yaitu jenis
pupuk dan dosis serta waktu pemupukan, yang dimana dua komponen tersebut dapat
memberikan hasil produktif.
1. Jenis pupuk dan dosis
Jenis pupuk yang diberikan adalah urea, TSP atau SP36, dan KCl. Dosis yang digunakan
untuk setiap hektar adalah urea 150 kg, TSP atau SP36 135 kg. Pemberian pupuk sebenarnya
berbeda-beda untuk tiap daerah, tergantung pada kesuburan tanah setempat. Namun, secara
umum dosis di atas dapat di jadikan patokan untuk bertanam padi gogo secara monokultur.
2. Waktu pemupukan
Pupuk TSP atau SP36 diberikan sekaligus pada saat penugalan benih atau awal penanaman.
Demikian pula dengan pupuk KCl. Jumlah yang diberikan adalah keseluruhan dosis. Cara
pemberian dengan memasukkan pupuk pada lubang yang dibuat dekat dengan lubang
tanaman dan kemudian ditutup dengan tanah. Pada pupuk urea diberikan sebanyak 3 kali
yang masing-masingnya sepertiga dosis, yaitu 10,35 dan 55 hari setelah tanam. Cara
pemberian pupuk susulan ini dapat dengan disebarkan merata atau ditebarkan pada alur-alur
yang dibuat di antara baris-baris tanaman dan ditutup dengan tanah kembali. Jika pemupukan
dilakukan dengan cara disebar sebaiknya pupuk segera diaduk ke dalam tanah dan
diusahakan tidak mengenai daun karena dapat terbakar. Hal ini untuk menghindari
kehilangan unsur nirogen ke udara. Demikian juga pada pupuk yang telah dimasukkan ke
dalam alur-alur sebaiknya segera ditutup dengan tanah.
Pupuk organik biasanya diaplikasikan pada saat penyiapan lahan. Pupuk tersebut
dipakai untuk meningkatkan kandungan C-organik tanah dan meningkatkan kehidupan
mikroorganisme tanah. Dosis pupuk pada pertanaman padi gogo harus disesuaikan dengan
tingkat kesuburan tanahnya. Jenis pupuk anorganik yang diberikan biasanya berupa 150-200
kg/ha urea, 75 kg/ha TSP, dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan pada saat tanam,
sedangkan pupuk urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam. Pupuk urea, TSP,
maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau ditugal kemudian ditutup kembali dengan
tanah untuk mencegah kehilangan unsur.
Selain itu, sebelum melakukan pemupukan ada hal yang perlu diperhatikan seperti:
pula keadaan cuaca, karena jika melakukan pemupukan di saat hujan turun maka akan terjadi
pencuncian unsur hara, sehingga unsur hara yang di serap oleh akar tanaman akan diperoleh
sedikit, dan juga kadar dosis untuk pemupukan tanaman per hektar perlu diperhatikan agar
dapat mengurangi perkembangbiakan organisme pengganggu tanaman (OPT), serta
memahami sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain tingkat kesburannya,
agar pertumbuhan tanaman padi gogo bisa memberikan hasil yang produktif.
1. Keadaan cuaca

2. Juga kadar dosis untuk pemupukan tanaman

3. Serta memahami sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain tingkat
kesuburannya

Teknik Tepat Budi Daya Padi Gogo


Padi gogo adalah jenis padi yang masih satu genus (marga) dengan saudaranya, padi sri.
Berbeda dengan padi sri yang ditanam di lahan sawah yang tergenang air, padi gogo ditanam
di lahan kering.

Varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih diminati oleh petani
karena daya adaptifnya yang baik antara lain: varietas Buyung, Cantik, Katumping, Sabai dan
Sasak Jalan. Demikian pula di Sumatera varietas lokal seperti Arias, Simaritik, Napa,
Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam, dll.
Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur panjang, potensi hasilnya rendah sekitar 2
ton GKG/ha. Namun kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan
etnis daerah setempat.

Selain itu varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap
beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah,
serta pemeliharaan mudah dan sederhana.

2. Pemupukan

Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi gogo sebaiknya dikombinasikan antara pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik (pupuk kandang atau kompos),
dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.

Sedangkan pemberian pupuk anorganik yang dapat menyediakan hara dalam waktu cepat,
pada dosis yang sesuai kebutuhan tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
hasil.

Pupuk organik diaplikasikan pada saat penyiapan lahan. Pupuk ini dipakai untuk
meningkatkan kandungan C organik tanah dan meningkatkan kehidupan mikroorganisme
tanah. Dosis pupuk pada pertanaman padi gogo harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan
tanahnya.

Jenis pupuk anorganik yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50
kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8
minggu setelah tanam. Pupuk urea, TSP maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau
ditugal kemudian ditutup kembali dengan tanah untuk mencegah kehilangan unsurnya.

Tabel: waktu dan cara pemberian pupuk anorganik pada pertanaman padi gogo

Keterangan:

Bag = bagian dari dosis yang digunakan

Hst = hari setelah tanam

Panen
Umur panen padi gogo bervariasi tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Panen
sebaiknya dilakukan pada fase masak panen yang dicirikan dengan kenampakkan >90%
gabah sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat
sedikit gabah hijau dan kadar air gabah 21-26 %.

Panen yang dilakukan pada fase masak lewat panen, yaitu pada saat jerami mulai mengering,
pangkal mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah yang rontok saat dipanen.

Sebelum pemanenan, dilakukan pengeringan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit
tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang
dialasi.

Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder panen
dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar, sedangkan dengan Reaper harvester
panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar. Perontokan hasil panen menggunakan
pedal thresher.

Perontokan dengan pengebotan (memukul-mukul batang padi pada papan) sebaiknya


dihindari karena kehilangan hasilnya cukup besar, bisa mencapai 3,4%. Kegiatan yang
dilakukan pasca panen seperti berikut:

1. Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (sekitar 60 jam
orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (sekitar 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan
dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat.
Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar
hasil panen.

2. Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual.
Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.

3. Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14%. Secara
tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah
lebih terjamin daripada dijemur di halaman.

4. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena
dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).

Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi memerlukan hara N sebanyak 17,5 kg
(setara 39 kg Urea), P sebanyak 3 kg (setara 9 kg SP-36) dan K sebanyak 17 kg (setara 34 kg
KCl). Dengan demikian bila petani menginginkan hasil gabah yang tinggi tentu diperlukan
pupuk yang lebih banyak. Pada dasarnya pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Terdapat
2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk pabrik) dan pupuk organik.

Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan tetap mempertahankan kesuburan tanah,
maka perlu dilakukan kombinasi pemupukan antara pupuk anorganik dengan pupuk organik.
Keuntungan dari applikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah kekurangan sifat
pupuk organik dipenuhi oleh pupuk anorganik, sebaliknya kekurangan dari pupuk anorganik
dipenuhi oleh pupuk organik.
Tanaman padi memerlukan banyak hara N dibanding hara P ataupun K. Hara N berfungsi
sebagai sumber bahan untuk pertumbuhan tanaman, pembentukan anakan, pembentukan
klorofil yang penting untuk proses asimilasi, yang pada akhirnya memproduksi pati untuk
pertumbuhan dan pembentukan gabah. Hara P berfungsi sebagai sumber tenaga untuk
memenuhi kualitas hidup tanaman seperti keserempakan tumbuh dan pematangan. Sementara
itu hara K berfungsi sebagai komponen pendukung berlangsungnya reaksi ensim dalam
tanaman. Selain itu berfungsi juga memperbaiki rendemen gabah, ketahanan terhadap
kekeringan, ketahanan terhadap penyakit tanaman, dan kualitas gabah. Dengan demikian
untuk mendapatkan gabah dengan kuantitas tinggi dan kualitas yang baik maka tanaman
perlu diberi hara yang lengkap.

Pemberian hara dalam bentuk pupuk dapat dilakukan berdasarkan fase pertumbuhan
tanaman, ataupun dengan melihat penampilan tanaman di lapangan. Salah satu cara
pemberian pupuk Urea pada tanaman padi adalah dengan mengawasi perubahan warna daun
dengan bantuan alat yang dinamakan bagan warna daun (BWD). Bagan warna daun berupa
alat berbentuk “kartu” yang memiliki warna dari hijau muda sampai hijau tua, dengan skala 1
– 4 atau 1 – 6. Untuk menentukan saat pemupukan N, pada hamparan tanaman padi, diambil
secara acak sebanyak 15 – 20 rumpun contoh, kemudian cocokan warna daunnya dengan
warna hijau pada alat BWD. Bila rata-rata pengamatan warna hijau daun berada di skala
warna 3 atau lebih rendah lagi (pada BWD 4 skala) atau di skala 4 atau lebih rendah lagi
(pada BWD 6 skala) maka tanaman segera dipupuk N (Urea dan sejenisnya) karena tanaman
telah mengalami lapar hara N. Namun bila pada monitoring BWD diperoleh rata-rata lebih
dari skala 3 (pada BWD 4 skala) atau lebih dari skala 4 (pada BWD 6 skala), maka tanaman
tidak perlu diberi pupuk N (Urea) karena tanaman masih mampu memperoleh hara N dari
tanah. Monitoring pemberian pupuk dengan alat BWD dilakukan sejak 14 HST sampai fase
berbunga (63 HST) setiap 7 hari sekali. Banyaknya penambahan Urea, bila terjadi
kekurangan hara N adalah 70 kg Urea/ha. Berdasar pengalaman cara pemberian Urea seperti
itu dapat dihemat rata-rata 100 kg/ha tanpa menurunkan hasil gabah.

Bila pemberian pupuk dilakukan secara terjadwal berdasarkan fase pertumbuhan tanaman,
maka pemberian pupuk untuk padi hibrida sebaiknya pada umur 7 – 10 hari setelah tanam
(HST), 21 HST dan 42 HST, masing-masing sebanyak 75 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg
KCl per hektar; 150 kg Urea per hektar, serta 75 kg Urea dan 50 kg KCl per hektar. Pupuk
Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih efisien terserap
oleh tanaman padi hibrida. Sedangkan pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali, agar proses
pengisian gabah menjadi lebih baik dibanding dengan satu kali pemberian bersamaan dengan
pupuk Urea pertama.

Pemberian hara P dan K dapat ditentukan berdasar hasil analisis tanah atau melihat status
hara P dan K dari peta status hara. Secara umum hara P dan K tidak perlu diberikan setiap
musim. Hara P dapat diberikan tiap 4 musim sekali sedangkan hara K dapat tiap 6 musim
sekali. Hal ini disebabkan pupuk P yang diberikan ke tanah, hanya ± 20 % nya terserap
tanaman sedang sisanya terakumulasi dalam tanah, sementara itu pupuk K yang diberikan ke
dalam tanah, hanya terserap tanaman ± 30 % dan sisanya terakumulasi dalam tanah.
Sementara itu sumbangan hara K dari air irigasi juga cukup tinggi ± 23 kg K2O/ha/musim
atau setara dengan 38 kg KCl/ha/musim. Sumbangan hara berasal dari tanah juga cukup
potensial. Besar sumbangan N, P dan K berasal dari tanah dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan hara, sumbangan hara dari tanah dan defisit hara..

Target Hasil Kebutuhan Hara Sumbangan Hara dari Defisit Hara


(t/ha) (kg/ha) Tanah (kg/ha) Tanaman (kg/ha)
5 ton/ha N : 90 kg N : 40 – 65 kg N : 25 – 50 kg
P : 16 kg K : 12 – 19 kg P : 0 – 4 kg
K : 90 kg K : 60 – 100 kg K : 0 – 30 kg

Suplai hara dari tanah tergantung pada kesuburan tanahnya. Kriteria tanah subur/tidak subur
antara lain dapat dilihat pada Tabel 2. Bila para petani bersedia mengembalikan semua jerami
ke dalam tanah sawah, maka tidak perlu lagi menambahkan pupuk KCl, karena sebanyak 80
% hara K yang diserap oleh tanaman padi terakumulasi dalam jerami. Kenyataan yang
terjadi kebanyakan para petani lebih senang membakar jerami atau mengeluarkan jerami dari
sawahnya untuk media jamur merang atau dibuang begitu saja. Pada pembakaran jerami
maka semua N serta sebagian P dan K yang ada dalam jerami hilang. Dampak negatif
lainnya dari pembakaran jerami antara lain mikro organisme tanah terganggu, tanah menjadi
padat, kesuburan tanah menurun karena bahan organik tanah ikut terbakar, serta terjadi polusi
udara.

Tabel 2. Kriteria tanah subur, sedang dan kurang subur

Sifat Kimia Tidak Subur Subur Sangat Subur


Tanah
BO tanah rendah (C-org < 1%) Sedang – tinggi (C-
Sedang (C-org 1-1,5 %
org 1,5 – 2,5%)
KTK tanah Rendah (< 10 me/100 g) Sedang (10 – 20 me/100 Tinggi ( > 20 me/100
g) g)
Hara tersedia Rendah (P-olsen < 5 ppm), Sedang (P-olsen 5-10 Tinggi (P-olsen > 10
K-dd < 0,15 me/100 g ppm), K-dd 0,15 – 0,30 ppm), K-dd > 0,3o
me/100 g me/100g
Hasil gabah tanpa 2,5 t/ha 4,0 t/ha > 4,0 t/ha
pupuk
Sifat Kimia Tidak Subur Subur Sangat Subur
Tanah
Sumbangan N 30 kg/ha 50 kg/ha 70 kg/ha
dari tanah
Sumbangan P 10 kg/ha 15 kg/ha 25 kg/ha
dari tanah
Sumbangan K 50 kg/ha 75 kg/ha 100 kg/ha
dari tanah

Sebagai pengganti pupuk anorganik bila terjadi kelangkaan pupuk, ataupun harga pupuk
pabrik yang mahal, dapat digunakan pupuk organik dalam bentuk Azolla, Sesbania,
Gliricidia, orok-orok dan petai cina. Kelebihan pupuk hijau tersebut adalah mampu
menambat N berasal dari udara dalam jumlah yang cukup besar serta tumbuh dengan cepat.
Sebagai gambaran, tanaman Azolla mampu menambat N dari udara sebanyak 60 kg N/ha,
Sesbania : 267 kg N/ha, Gliricidia : 42 kg N/ha, Orok-orok : 110 kg N/ha dan petai cina : 200
kg N/ha. Secara umum dikatakan bahwa pupuk hijau mampu memenuhi kebutuhan hara N
sebanyak 80 % kebutuhan N tanaman. Pemberian pupuk hijau dapat dilakukan dengan cara
membenamkan daun-daunnya ke dalam tanah pada waktu pengolahan tanah.

Kombinasi pemberian pupuk organik dan anorganik untuk padi hibrida sangat dianjurkan.
Pupuk organik yang dianjurkan berupa pupuk kandang atau kompos jerami sebanyak 2 ton
per hektar setiap musim, sedangkan pupuk anorganik yang diperlukan adalah Urea, SP-36
dan KCl masing-masing sebanyak 300 kg, 100 kg dan 100 kg per hektar.

Rekomendasi pemupukan pada padi gogo


Jenis pupuk anorganik yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan
50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8
minggu setelah tanam. Pupuk urea , TSP maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau
ditugal kemudian ditutup kembali dengan tanah untuk mencegah kehilangan unsurnya.
Tabel : waktu dan cara pemberian pupuk anorganik pada pertanaman padi gogo
Jenis
Pupuk Waktu pemupukan Cara Pemupukan
14 42
0 hst hst hst 55 hst
1/6 1/2
Urea – bag bag 1/3 bag Ditugal/alur
TSP 1 bag – – – Dalam alur/ sebar
Dalam alur/sebar
KCl 1 bag – – – campur tanah
Keterangan :
Bag = bagian dari dosis yang digunakan
Hst = haris setelah tanam
2. Klasifikasi Pupuk
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan
asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang
dikandungnya.
a. Berdasarkan asalnya dibedakan :
Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa
proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk
batuan P.
Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP, urea, rustika dan
nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui
proses fisika dan/atau kimia.
b. Berdasarkan senyawanya dibedakan :
Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam
tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk alam yang tidak termasuk
pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit
[Ca3(PO4)2].
Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik. Hampir
semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.

c. Berdasarkan fasa-nya dibedakan :


Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah larut
dalam air sampai yang sukar larut.
Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air,
Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun. Karena mengandung banyak hara, baik makro
maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair yang
kadar N nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat diinjeksikan lewat tanah.

d. Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan:


Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan
pada permukaan daun.
Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah disekitar
akar agar diserap oleh akar tanaman.

e. Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan:


Pupuk masam mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk tersebut
diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam (pH menjadi lebih
rendah). Misalnya: Za dan Urea.
Pupuk basis mempunyai reaksi fisiologis alkalisatau basis, ialah pupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya: pupuk chili
salpeter, calnitro, kalsium sianida.

f. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan:


Pupuk tunggal hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya: urea hanya
mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (meskipun juga mengandung Ca).
Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman.
Contoh: NPK, amophoska, dan nitrophoska.

g. Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan:


Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK, dan
nitrophoska.
Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya:
mikrovet, mikroplek, metalik.
Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering juga ke
dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur tumbuh (hormon
tumbuh).
Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui
tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan
tanaman, terutama daun.b

Padi gogo adalah tanaman pertanian yang diusahankan di lahan kering pada di daerah yang bercurah
hujan rendah atau pada bagian teratas dari suatu daerah berlereng yang tidak/kurang mampu
menampung air relatif lama. Dalam siklus hidupnya, padi gogo yang dikembangkan petani saat ini
berumur sekitar empat bulan. Artinya semenjak benih padi gogo ini disemai, kemudian dipanen,
masa hidupnya selama empat bulan. Lantaran itu, padi gogo termasuk jenis tanaman semusim.
Biasanya tanaman ini diusahan petani hanya ketika musim penghujan. Jadi dalam setahun petani
hanya melakukan penanaman padi jenis ini hanya sekali. Setelah itu lahan ditami jagung atau jenis
tanaman lain.

Tidak jarang setelah panen, lahan tersebut dibiarkan saja tanpa ditanami budidaya apapun (bahasa
Jawa; bero). Dalam praktiknya, sistem yang dikembangkan petani dalam penanaman tumbuhan
makanan pokok ini adalah sistem tumpangsari. Misalnya antara padi gogo dengan ketela pohon
(seperti nampak dalam gambar) atau dengan jenis tanaman lainnya.
Gambar tersebut di atas merupakan lahan pertanian padi gogo yang bisa dijumpai di daerah Malang
Selatan. Perkiraan umur padi tersebut sekitar dua bulan. Padi gogo banyak pula dikembangkan di
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memang dikenal sebagai daerah
yang bercurah hujan rendah. Rata-rata musim penghujan di kedua daerah tersebut hanya
berlangsung selama tiga bulan. Sistem yang terkenal dalam pengembangan padi gogo di NTB adalah
Gogo Rancah (GoRa).

Padi gogo ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Padi tersebut ditumbuk atau digiling yang
kemudian menghasilkan beras. Beras merupakan makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia.
Untuk menjadi makanan pokok, beras ini harus diolah/dimasak menjadi nasi.

Anda mungkin juga menyukai