Anda di halaman 1dari 3

PENYALAHGUNAAN UU ITE

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa undang undang dibuat untuk mengatur segala
tindakan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Sama halnya dengan UU ITE, Undang-
undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU
ITE adalah UU yang mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi
informasi secara umum. UU ITE atau yang bisa juga disebut UU yang mengatur dunia maya sama
pentingnya dengan UU yang mengatur kegiatan di dunia nyata. Setiap perilaku masyarakat yang
tidak tepat dapat dikontrol. Perilaku yang tidak tepat ini seperti menyebarkan isu sara, kebencian,
berita palsu, pencemaran nama baik, penyebaran konten yang tidak seharusnya seperti perjudian,
terorisme, propaganda, narkoba dan pornografi.

Saya sendiri setuju dengan adanya UU ITE ini. Sebab dengan adanya UU ini, dapat
mengontrol kegiatan masyarakat dalam dunia maya. Dengan adanya UU ITE membuat masyarakat
lebih berpikir dalam bertindak di dunia maya. Namun terdapat satu ayat dalam UU ITE ini yang
menurut saya kurang tepat, yaitu pasal 27 ayat 3 yang mengatur tentang pencemaran nama baik.
Melalui ayat ini, pihak yang melakukan pencemaran nama baik akan dipenjara maksimal 4 tahun
atau denda sebesar 1 milyar. Menurut saya, ayat ini secara tidak langsung membatasi kebebasan
berpendapat sesorang terlebih hukumannya yang sangat berat. Banyak kasus terjadi yang
mengatasnamakan pencemaran nama baik seperti kasus Prita Mulyasari.

Secara singkat, Prita dijerat kasus pencemaran nama baik terhadap rumah sakit Omni.
Dalam pesan elektronik yang disampaikan kepada teman-temannya, ia menceritakan pengalaman
buruk yang dirasakannya saat berobat di RS Omni. Namun, pesan tersebut tersebar keluar sehingga
diketahui secara umum. Ia dijerat karena dianggap melakukan perusakan nama baik. Hal ini dilihat
dari judul surat elektroniknya “Penipuan OMNI Internasional Hospital Alam Sutera Tangerang”
padahal isi suratnya hanya berupa cerita pengalamannya. Dilihat secara hukum, benar ini adalah
penuduhan karena judul suratnya. Seandainya judul suratnya adalah “Perlakuan buruk OMNI
Internasional Hospital Alam Sutera Tangerang” mungkin ia tidak akan dijerat pasal tersebut.

Namun yang menjadi masalah disini adalah penerapan hukumannya. Jika diasumsikan,
Prita adalah orang yang “kurang” dalam penggunaan dan penerapan bahasa, tentu ia tidak tahu
bahwa kesalahan penulisan judul dapat membawanya ke meja hijau. Selain itu, Prita langsung
ditahan pada saat ia belum sepenuhnya terbukti melanggar UU ITE. Becermin dari kasus Prita,
saya berpedapat bahwa ayat tentang pencemaran nama baik ini kurang spesifik. Sangat susah
dibedakan antara opini dan fakta, saat kita berkicau di media sosial tentang seseorang atau pihak.
Pihak yang merasa tersinggung akan segera melapor dengan dasar pelanggaran UU ITE tanpa
berpikir panjang. Hal ini sangat banyak terjadi, sehingga menyebabkan banyaknya pelaporan kasus
pencemaran nama baik.

Akibat dari UU pencemaran nama baik, beberapa pihak memanfaatkannya sebagai benteng
perlindungan diri dari kritik. Contoh salah satunya dapat dirasakan dalam kehidupan
pemerintahan. Dimana wakil rakyat menjadi kebal kritik. Hal ini membuat sebagian netizen lebih
memilih diam dan mematikan kehidupan demokrasi melalui media sosial. Padahal media sosial
adalah salah satu sarana demokrasi yang mudah diakses. Bagaimana dengan kehidupan di luar
pemerintahan? Ya. Orang-orang tertentu juga memanfaatkan hal yang sama. Semua hal sepele
dianggap sebagai pencemaran nama baik. Kasus pertengkaran saling menghina di media sosial
dilapor sebagai kasus pencemaran nama baik. Yang benar saja!? Ini seperti anak kecil yang
berkelahi dan mengadu kepada orang tuanya.

Jadi, menurut saya UU ITE itu penting dan sangat berguna. Semua pasal dan ayat sudah
dapat diterapkan dengan seharusnya kecuali pasal 27 ayat 3. Hal mengenai pencemaran nama baik,
perlu dibuat lebih spesifik. Semua aspek harus diperhatikan sebelum menganggap opini sebagai
fakta yang bersifat menuduh dan merusak nama baik. Setiap penggugat wajib diperiksa terlebih
dahulu dengan lebih spesifik, agar tidak selalu melaporkan hal sepele yang seharusnya tidak perlu
dikasuskan.
Daftar Pustaka

Anonimus. 2017. Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik https://id.wikipedia.org

/wiki/Undang-undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik. (diakses tanggal 8 April

pukul 23.56 WIB)

Indonesia, PR. 2008. UU ITE. https://www.batan.go.id/prod_hukum/extern/uu-ite-11-2008.pdf.

(diakses tanggal 8 April pukul 23.48 WIB)

Kompas. 2009. Pakar Komunikasi: Kasus Prita Bukan Salahnya UU ITE. https://nasional.

kompas.com/read/2009/06/03/17254074/pakar.komunikasi.kasus.prita.bukan.

salahnya.uu.ite. (diakses tanggal 8 April pukul 23.59 WIB)

Sitepu, Mehulika. 2016. Revisi UU ITE Membatasi Kebebasan Berekspresi?. http://www.bbc.

com/indonesia/indonesia-38124294. (diakses tanggal 9 April pukul 00.12 WIB)

Sitompul, Joshua. 2013. Pencemaran Nama Baik di Media Sosial, Delik Biasa atau Aduan? .

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt520aa5d4cedab/pencemaran-nama-baik-

di-media-sosial--delik-biasa-atau-aduan. (diakses tanggal 9 April pukul 00.23 WIB)

Anda mungkin juga menyukai