Anda di halaman 1dari 8

Studi Perkecambahan Benih Kakao Melalui Metode Perendaman

Abstrak

Kata kunci

PELITA PERKEBUNAN, Volume 30, Number 3, December 2014 Edition


Studi perkecambahan benih kakao malalui metode perendaman benih

moreover length of radicle at 4 hours after soaking had significant difference


with gunny sack method. On 24 hours after soaking the radicle length was
3.69 mm compared 0.68 mm on wet gunny sack treatment. Except length of
hypocotyl there was not different condition between seedling that derived from
soaking and wet gunny sack methods. Length of hypocotyl on 36 hours after
soaking was 9.15 cm and significantly different compared with wet gunny sack
germination method that have 5.40 cm.

seed germination, soaking method, Theobroma cacao L., cocoa seedlings

PENDAHULUAN Dasar pemikiran perlakuan benih


sebelum ditanam adalah memobilisasi sumber
Keberhasilan program revitalisasi daya internal benih untuk memperbesar
perkebunan antara lain ditentukan oleh potensi genetik (Khan, 1992). Jumlah
ketersediaan bahan tanam unggul. Bahan kandungan metabolit seperti karbohidrat,
tanam kakao berupa benih masih sering protein, lemak, asam organik dan hormon
dilakukan, baik sebagai bahan tanam unggul akan sangat berpengaruh terhadap fase
maupun dimanfaatkan sebagai batang bawah. pertumbuhan karena memberikan bahan
Seperti dilaporkan bahwa peranan batang makanan dan energi potensial untuk embrio
bawah yang dihasilkan dari benih semaian yang sedang tumbuh. Kandungan
sangat menentukan keragaan tumbuh endosperma merupakan faktor internal biji
tanaman (Prawoto et al., 1990), prekositas yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pembungaan, laju fotosintesis, ketahanan perkecambahan biji, karena hal ini
terhadap cekaman lingkungan dan serangan berhubungan dengan kemampuan biji
hama dan penyakit (Atkinson et al., 2003). melakukan imbibisi dan ketersediaan sumber
Oleh karena itu ketersediaan batang bawah energi kimiawi potensial bagi biji. Pada awal
unggul kakao sangat diperlukan dalam upaya fase perkecambahan, biji membutuhkan air
mendukung optimasi keragaan tumbuh bahan untuk mulai berkecambah, hal ini dicukupi
tanam klonal (Susilo et al., 2005). dengan menyerap air secara imbibisi dari
Sasaran pengujian metode perkecambahan lingkungan sekitar biji. Setelah biji menyerap
benih kakao adalah untuk memperoleh air maka kulit biji akan melunak dan terjadilah
informasi tingkat kemampuan tumbuh hidrasi protoplasma, kemudian enzim-enzim
berdasarkan kecepatan kecambah, persentase mulai aktif, terutama enzim yang berfungsi
kecambah dan vigoritasnya. Informasi mengubah lemak menjadi energi melalui
tersebut diperlukan oleh produsen dan proses respirasi (Sutopo, 2002).
konsumen benih kakao. Waktu yang Menurut Matsushima & Sakagami (2013),
diperlukan benih untuk berkecambah sangat perendaman benih merupakan salah satu
dipengaruhi oleh faktor genetik dan metode invigorasi untuk mempercepat
lingkungan tumbuh. Metode-metode tumbuhnya kecambah dan menghasilkan bibit
perkecambahan selalu dikaji untuk yang vigor. Metode invigorasi melalui seed
memperoleh perkecambahan yang efektif, priming pada padi dapat meningkatkan
efisien, mudah dilaksanakan dengan biaya kecepatan dan daya kecambah serta kecepatan
murah dan memiliki vigor tumbuh yang pertumbuhan tunas (Farooq et al., 2006, 2010;
baik. Lee & Kim, 1999). Sebagai benih rekalsitran

PELITA PERKEBUNAN, Volume 30, Number 3, December 2014 Edition

191
Pancaningtyas et al.

pada dasarnya benih kakao tidak memerlukan BAHAN DAN METODE


perlakuan khusus untuk mempercepat proses
perkecambahannya karena secara alami benih Percobaan dilaksanakan dalam dua tahap
tidak mengalami masa dormansi. Perlakuan di Laboratorium Agronomi, Pusat Penelitian
benih dengan metode perendaman dilakukan Kopi dan Kakao Indonesia.
sebagai upaya untuk meningkatkan kecepatan Percobaan tahap I bertujuan untuk
perkecambahan melalui proses imbibisi. Proses mengetahui pengaruh perendaman terhadap
perkecambahan ini dapat terjadi jika kulit biji paramater viabilitas kecambah seperti
permeabel terhadap air dan tersedia cukup air kecepatan kecambah, daya kecambah dan
dengan tekanan osmosis tertentu. Akibat persentase benih yang abnormal hingga hari
terjadinya proses imbibisi, maka kulit biji akan ke-14. Penelitian menggunakan benih
menjadi lunak dan retak-retak. Bersamaan persarian terbuka klon ICS 60 yang telah
dengan proses imbibisi akan terjadi peningkatan diperlakukan penyimpanan selama tujuh hari.
laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim- Penelitian disusun dengan rancangan acak
enzim yang terdapat di dalamnya. Dalam lengkap terdiri dari dua faktor. Faktor pertama
aktivitas metabolisme, giberelin yang dihasilkan adalah metode perkecambahan benih berupa
oleh embrio ditranslokasikan ke lapisan aleu- metode perendaman dalam air dan metode
ron sehingga menghasilkan enzim -amilase. penggunaan karung goni. Faktor kedua
Selanjutnya enzim tersebut masuk ke dalam adalah lama perendaman, 1–24 jam.
cadangan makanan dan mengkatalis proses Pengamatan meliputi kecepatan kecambah,
perubahan cadangan makanan yang berupa pati daya kecambah dan persentase benih yang
menjadi gula sehingga dapat menghasilkan abnormal.
energi yang berguna untuk aktivitas sel dan
pertumbuhan (Bewley, 1997). Proses Percoba an ta hap II bertujuan
perombakan cadangan makanan (katabolisme) mengetahui pengaruh perendaman terhadap
yang akan menghasilkan energi dan unsur hara pertumbuhan vegetatif tanaman. Penelitian
akan diikuti oleh pembentukan senyawa protein. menggunakan benih persarian terbuka klon
Untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio ICS 60 yang telah dilakukan perlakuan
akan diikuti proses diferensiasi sel-sel sehingga penyimpanan selama tujuh hari. Benih
terbentuk plumula yang merupakan bakal batang disimpan dalam kardus berisi 4.800 benih.
dan daun serta radikula yang merupakan bakal Penelitian disusun menurut rancangan acak
akar. Kedua bagian ini akan bertambah besar lengkap yang terdiri dari dua faktor. Faktor
sehingga akhirnya benih akan berkecambah. pertama adalah metode perkecambahan
Hormon giberelin ini berperan sebagai katalisator benih berupa metode perendaman dalam air
dalam perubahan pati menjadi glukosa yang dan metode penggunaan karung goni.
oleh benih digunakan untuk pertumbuhan dan Faktor kedua adalah lama perendaman pada
perkembangan embrio menjadi kecambah taraf 12, 24, dan 36 jam. Penentuan taraf
(Krisnamoorthy, 1981). Oleh karena itu, lama pe rendaman berdasarkan hasil
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lama percobaan se be lumnya yang meng-
waktu perendaman yang paling efektif yang informasikan saat mulai munculnya radikula.
berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh Pengamatan percobaan kedua dilakukan
kecambah serta untuk mengetahui vigor bibit dengan cara mengukur panjang hipokotil,
hasil perlakuan. epikotil dan jumlah daun.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 30, Number 3, December 2014 Edition

192
Studi perkecambahan benih kakao malalui metode perendaman benih

HASIL DAN PEMBAHASAN perendaman menunjukkan nilai berbeda


nyata dengan metode pendederan dengan
Pertumbuhan Kecambah karung goni. Pada perlakuan perendaman
Pengamatan kecepatan pertumbuhan 24 jam menghasilkan panjang radikula sampai
kecambah merupakan tolok ukur viabilitas 3,69 mm, sedangkan pada perlakuan pendederan
benih yang menyatakan waktu yang diperlukan pada karung goni hanya menghasilkan
untuk munculnya radikula atau plumula panjang radikula 0,68 mm (Gambar 1).
(Mugnisjah & Setiawan, 1990). Vigor benih Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih
di dalam pertanaman akan tercermin dari (vigor dan kemampuan berkecambah),
pertumbuhan benih melalui kecepatan tumbuh perlakuan awal (pematahan dormansi), dan
benih dan keserempakan tumbuh benih. kondisi perkecambahan seperti suhu, air,
Kecepatan tumbuh benih adalah persentase media, ca haya, dan bebas dari OPT.
kecambah normal. Keserempakan tumbuh Cahaya, suhu dan kelembaban merupakan
benih adalah persentase kecambah normal kuat tiga faktor utama yang mempengaruhi
pada periode perkecambahan tertentu. perkecambahan selama pertumbuhan bibit,
Keduanya dilakukan dalam kondisi optimum kondisi media pertumbuhan seperti pH,
(Kartasapoetra, 2003). salinitas dan drainase menjadi penting
(Bewley & Black, 1985). Selama
Kakao mempunyai tipe perkecambahan perkecambahan dan tahap awal pertumbuhan
epigeal, sehingga waktu yang dibutuhkan benih dan bibit sangat rentan terhadap
untuk memunculkan radikula sangat tekanan fisiologis, infeksi dan kerusakan
berpengaruh terhadap kecepatan pengadaan mekanis, karenanya penyediaan kondisi
bibit siap salur. Proses perkecambahan benih lingkungan yang optimal adalah untuk
dipengaruhi oleh faktor genetik dan mempercepat perkecambahan hingga anakan
lingkungan. Perbaikan lingkungan eksternal dapat melalui tahapan ini dengan cepat
secara nyata akan mendorong munculnya
(Utomo, 2006). Perlakuan perendaman
radikula sebagai awal proses perkecambahan secara langsung merupakan teknik invigorasi
benih. Pemunculan kecambah di atas
benih melalui imbibisi air secara terkontrol.
permukaan tanah merupakan faktor yang Saat ini invigorasi merupakan salah satu
mencerminkan vigor suatu bibit. Untuk alternatif yang dapat digunakan untuk
mengetahui perlakuan yang dapat meningkat- mengatasi mutu benih kualitas rendah
kan vigor dilakukan pengamatan terhadap dengan cara memperlakukan benih sebelum
kecambah yang mampu muncul di atas ditanam dengan mengaktifkan kembali
permukaan tanah dari sejumlah benih yang metabolisme benih sehingga benih siap
dikecambahkan (Saleh, 2004). memasuki fase perkecambahan. Selain proses
Parameter perkecambahan benih yang invigorasi, proses perendaman mengakibatkan
diukur melalui kecepatan munculnya radikula keserempakan perkecambahan serta
berlaku pada metode perendaman dan mengurangi tekanan lingkungan. Keserempakan
pendederan dengan menggunakan karung munculnya radikula akan berpengaruh terhadap
goni. Panjang radikula pada metode keseragaman panjang hipokotil, parameter ini
perendaman menunjukkan nilai yang tinggi selanjutnya akan menunjukkan keragaan bibit
dan dimulai sejak dua jam setelah dalam kemampuan mengangkat kotiledon
perendaman, bahkan pada empat jam setelah (Heydecker, 1973).

PELITA PERKEBUNAN, Volume 30, Number 3, December 2014 Edition

193
Pancaningtyas et al.

Perendaman benih sebelum dikecambah- konsentrasi, yaitu dari konsentrasi tinggi ke


kan dimaksudkan untuk mengaktifkan proses konsentrasi rendah. Imbibisi pada tumbuhan
fisiologi yang berlangsung pada benih umumnya terjadi pada proses penyerapan
(Darmawan, 2008). Interval perendaman biji unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan
juga ditunjukkan untuk melihat pengaruh khususnya air. Bersamaan dengan proses
fisiologis benih. Pemberian air melalui imbibisi akan terjadi peningkatan laju respirasi
perendaman merupakan salah satu upaya yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang
yang dapat dilakukan untuk mempercepat terdapat di dalamnya sehingga terjadi proses
munculnya kecambah, namun perendaman perombakan cadangan makanan (katabolisme)
yang berlebihan akan berpengaruh kurang yang akan menghasilkan energi dan unsur hara
baik yakni dapat menyebabkan biji rusak dan yang diikuti oleh pembentukan protein untuk
busuk (Angadi & Entz, 2002; Bachmann pembentukan sel-sel baru pada embrio. Kedua
et al., 2002; Oberbauer et al., 2005). proses ini terjadi secara berurutan dan pada
Pertambahan panjang radikula pada tempat yang berbeda. Akibat terjadinya proses
metode perendaman mengikuti persamaan linier imbibisi kulit benih akan menjadi lunak dan
Y = 0.159x + 0.124 (R² = 0.959), sedangkan retak-retak. Pembentukan sel-sel baru pada
pada perkecambahan di karung goni adalah embrio akan diikuti proses diferensiasi sel-sel
Y = 0.027x - 0.032 (R² = 0.975). Dari sehingga terbentuk plumula yang merupakan
persamaan ini, waktu yang dibutuhkan untuk bakal batang dan daun serta radikula yang
munculnya radikula pada metode perendaman merupakan bakal akar. Kedua bagian ini akan
lebih cepat daripada perlakuan metode bertambah besar sehingga akhirnya benih akan
pendederan dengan media karung goni. Proses berkecambah (emergence) (Kuswanto, 1996).
awal perkecambahan adalah proses imbibisi, Harapannya waktu yang dibutuhkan
yaitu masuknya air ke dalam benih sehingga untuk mendapatkan kriteria bibit siap salur
kadar air di dalam benih itu mencapai persentase kakao dan kriteria pertumbuhan optimalnya
tertentu (antara 50–60%). Imbibisi merupakan dapat dipenuhi dengan waktu yang relatif
proses masuknya air karena adanya perbedaan lebih singkat. Pada proses imbibisi air masuk

5
Y = 0.027X - 0.032
4 R2 = 0.975

3 Y = 0.159X + 0.124
R2 = 0.159
2

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
-01
Waktu perendaman (jam)/soaking time (hours)

Metode perendaman (Soaking method)


Metode karung goni (Gunny sack method)

Gambar 1. Pertambahan panjang radikula benih kakao (mm) dengan perlakuan perendaman selama
24 jam pertama
Figure 1. Increasing length of cocoa seed radicle (mm) in soaking method during the first 24 hours

PELITA PERKEBUNAN, Volume 30, Number 3, December 2014 Edition

194
Studi perkecambahan benih kakao malalui metode perendaman benih

Gambar 3. Panjang hipokotil (A) dan epikotil (B) pada metode perkecambahan perendaman dan karung goni
setelah 12, 24, dan 36 jam perlakuan
Figure 3. Length of hypocotyl (A) and epycotyl (B) on soaking and sowing on gunny sack germination
method after 12, 24, and 36 hours of treatment

36 jam perlakuan
Figure 4. Number of leaf on soaking and sowing on gunny sack germination method after 12,14, and 36
hours of treatment

PELITA PERKEBUNAN, Volume 30, Number 3, December 2014 Edition

195
Pancaningtyas et al.

ke dalam biji melalui kulit biji, kemudian tumbuh dengan cepat, sehingga pada
mengalami difusi masuk ke dalam jaringan. akhirnya akan mempengaruhi panjang
Dengan masuknya air ke dalam biji meng- hipokotil benih.
akibatkan sel menjadi bengkak dan kulit biji Keefektifan proses fotosintesis yang
bersifat permeabel bagi oksigen dan karbon
dialokasikan pada seluruh bagian tanaman
dioksida (Copeland & Mc. Donald, 1996).
sangat tergantung pada jumlah daun yang
Perendaman ini merupakan metode yang dihasilkan. Parameter ini selanjutnya dijadikan
efektif untuk meningkatkan kecepatan sebagai salah satu parameter keragaan bibit.
tumbuh kecambah tanpa mempengaruhi Jumlah daun pada metode perendaman 4,1
viabilitas dari kecambah kakao. helai, sedangkan metode pendederan dengan
menggunakan karung goni hanya 3,7 helai.
Bibit Pertumbuhan Awal
Bibit bermutu adalah bibit yang berasal KESIMPULAN
dari benih yang unggul dan memenuhi standar Metode perendaman benih cukup efektif
mutu fisik-fisiologis. Bibit yang bermutu akan untuk meningkatkan kecepatan tumbuh
dihasilkan dari benih unggul dan proses kecambah tanpa mempengaruhi viabilitas
pembibitannya ditangani dengan tepat dan kecambah kakao. Pada perlakuan perendaman
benar. Benih yang baik akan menghasilkan setelah 24 jam menghasilkan panjang radikula
bibit dan tanaman yang baik, sehingga akan sampai dengan 3,69 mm, sedangkan pada
memberikan hasil tanaman yang baik pula. perlakuan pendederan dengan karung goni
Oleh karena itu, pemilihan biji sebagai benih hanya 0,68 mm. Jumlah daun pada metode
harus memenuhi kaidah tertentu supaya perendaman menunjukkan nilai 4,1 helai,
diperoleh pertanaman yang memberikan hasil berbeda nyata dengan metode pendederan
baik. Hasil dari suatu varietas unggul pada karung goni hanya 3,7 helai.
sebelum digunakan sebagai benih harus diuji
terlebih dahulu sehingga memenuhi kaidah-
kaidah perbenihan. Kriteria bibit kakao DAFTAR PUSTAKA
dianggap siap dipindah ke kebun apabila Angadi, S.V. & M.H. Entz (2002). Water relations
sudah berumur 3–5 bulan, tinggi tanaman of standar height and dwarf sunflower
40–60 cm, jumlah daun minimal 12 lembar, cultivars. Crop Science, 42, 152-159.
diameter batang 0,7–1 cm, warna daun hijau Atkinson, C.J.; M.A. Else; L. Taylor & C.J. Dover
segar, ukuran lebar daun minimal 10 cm (2003). Root and stem hydraulic
dengan panjang daun minimal 30 cm dan conductivity as determinants of
daun sehat tanpa gejala sakit. growth potential in grafted trees of
apple (Malus pumila Mill.). Journal of
Kondisi awal bibit yang dihasilkan dari Experimental Botany, 54, 1221–1229.
dua metode perkecambahan baik cara
Bachmann, J.; S.A. Grant & P.R. van der
perendaman maupun cara pendederan Ploeg (2002). Temperature dependence
dengan karung goni tidak menunjukkan of water retention curves for wettable
beda nyata, kecuali panjang hipokotil pada and water reppellent soils. Soil Science
perendaman 36 jam yang panjangnya 9,15 cm Society of America Journal, 66, 44–52.
berbeda nyata dengan perlakuan karung goni Bewley, J.D. & M. Black (1985). Seed Physiology
yaitu 5,4 cm. Hal ini dimungkinkan karena of Development and Germination.
pada 36 jam perendaman radikula benih Plenum Press, New York.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 30, Number 3, December 2014 Edition

196
Studi perkecambahan benih kakao malalui metode perendaman benih

Bewley, J.D. (1997). Seed germination and Matsushima, K.I. & J.I. Sakagami (2013).
dormancy. The Plant Cell, 9, 1055–1066. Effect of seed hydropriming on germination
and seedling vigor during emergence
Copeland, L.O & M.B. Mc Donald (1996).
of rice under different soil moisture
Principles of Seed Science and Tech-
nology. MacMillan Publishing Co. conditions. American Journal of Plant
Sciences, 4, 1584–1593.
Darmawan (2008). Pertumbuhan dan laju
Mugnisjah, W.Q. & A. Setiawan (1990).
fotosintesis bibit tanaman jarak pada
Pengantar Produksi Benih. Bogor,
tingkat perendaman air dan pemupukan
IPB Press.
nitrogen berbeda. Jurnal Agrivigor, 7,
293–299. Oberbauer, S.F.; B.R. Starin & N. Fletcher (2005).
Farooq, M; S.M.A. Basra; I. Afzal & A. Khaliq Effects of CO2 enrichment on seedling
physiology and growth of two tropical
(2006). Optimization of hydropriming
tree species. Physiologia Plantarum,
techniques for rice seed invigoration.
65, 352–356.
Seed Science and Technology, 34,
507–512. Prawoto, A.A.; W. Soerodikoesoemo;
S. Sastriowinoto & H. Hartiko (1990).
Farooq, M; S.M.A. Basra; A. Aahid & N. Ahmad
Kajian okulasi pada tanaman kakao
(2010). Changes in nutrient-homeostatis
(Theobroma cacao L.) V. Pengaruh
and reserves metabolism during rice
batang bawah terhadap daya hasil batang
priming: Consequences for seedling
atas. Pelita Perkebunan, 6, 13–20.
emergence and growth. Agricultural
Science in China, 9, 191-198. Saleh, S.M. (2004). Pematahan dormansi benih
aren secara fisik pada berbagai lama
Heydecker, W. (1973). Germination of an Idea:
ekstraksi buah. Agrosains, 6, 78–83.
The Priming of Seeds. School of
Agriculture Research, University of Susilo, A.W.; D. Sulastri; S. Djatiwaloejo (2005).
Nottingham, Nottingham. Seleksi dan pendugaan parameter
genetik beberapa sifat batang bawah
Kartasapoetra, A.G. (2003). Teknologi Benih.
kakao (Theobroma cacao L.) pada
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
semaian famili saudara tiri. Pelita
Kr i s h na mo o r t h y, H. N . ( 1 9 8 1 ) . P l a n t Perkebunan, 21, 147–158.
Growth Subtances. Tata Mc. Graw-
Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih. Raja
Hill Publishing Company Limited.
Grafindo Persada, Jakarta.
New Delhi.
Utomo, B. (2006). Ekologi Benih. USU Repository,
Kuswanto, H. (1996). Dasar-Dasar Teknologi,
Medan.
Produksi dan Sertifikasi Benih. Andi,
Yogyakarta. **0**
Lee, S.S. & J.H. Kim (1999). Morphological
change, sugar content and -amilase
activity of rice seeds under various
priming conditions. Korean Journal of
Crop Science, 44, 138–142.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 30, Number 3, December 2014 Edition

197

Anda mungkin juga menyukai