Ipi299889 PDF
Ipi299889 PDF
Abstrak
Kata kunci
191
Pancaningtyas et al.
192
Studi perkecambahan benih kakao malalui metode perendaman benih
193
Pancaningtyas et al.
5
Y = 0.027X - 0.032
4 R2 = 0.975
3 Y = 0.159X + 0.124
R2 = 0.159
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
-01
Waktu perendaman (jam)/soaking time (hours)
Gambar 1. Pertambahan panjang radikula benih kakao (mm) dengan perlakuan perendaman selama
24 jam pertama
Figure 1. Increasing length of cocoa seed radicle (mm) in soaking method during the first 24 hours
194
Studi perkecambahan benih kakao malalui metode perendaman benih
Gambar 3. Panjang hipokotil (A) dan epikotil (B) pada metode perkecambahan perendaman dan karung goni
setelah 12, 24, dan 36 jam perlakuan
Figure 3. Length of hypocotyl (A) and epycotyl (B) on soaking and sowing on gunny sack germination
method after 12, 24, and 36 hours of treatment
36 jam perlakuan
Figure 4. Number of leaf on soaking and sowing on gunny sack germination method after 12,14, and 36
hours of treatment
195
Pancaningtyas et al.
ke dalam biji melalui kulit biji, kemudian tumbuh dengan cepat, sehingga pada
mengalami difusi masuk ke dalam jaringan. akhirnya akan mempengaruhi panjang
Dengan masuknya air ke dalam biji meng- hipokotil benih.
akibatkan sel menjadi bengkak dan kulit biji Keefektifan proses fotosintesis yang
bersifat permeabel bagi oksigen dan karbon
dialokasikan pada seluruh bagian tanaman
dioksida (Copeland & Mc. Donald, 1996).
sangat tergantung pada jumlah daun yang
Perendaman ini merupakan metode yang dihasilkan. Parameter ini selanjutnya dijadikan
efektif untuk meningkatkan kecepatan sebagai salah satu parameter keragaan bibit.
tumbuh kecambah tanpa mempengaruhi Jumlah daun pada metode perendaman 4,1
viabilitas dari kecambah kakao. helai, sedangkan metode pendederan dengan
menggunakan karung goni hanya 3,7 helai.
Bibit Pertumbuhan Awal
Bibit bermutu adalah bibit yang berasal KESIMPULAN
dari benih yang unggul dan memenuhi standar Metode perendaman benih cukup efektif
mutu fisik-fisiologis. Bibit yang bermutu akan untuk meningkatkan kecepatan tumbuh
dihasilkan dari benih unggul dan proses kecambah tanpa mempengaruhi viabilitas
pembibitannya ditangani dengan tepat dan kecambah kakao. Pada perlakuan perendaman
benar. Benih yang baik akan menghasilkan setelah 24 jam menghasilkan panjang radikula
bibit dan tanaman yang baik, sehingga akan sampai dengan 3,69 mm, sedangkan pada
memberikan hasil tanaman yang baik pula. perlakuan pendederan dengan karung goni
Oleh karena itu, pemilihan biji sebagai benih hanya 0,68 mm. Jumlah daun pada metode
harus memenuhi kaidah tertentu supaya perendaman menunjukkan nilai 4,1 helai,
diperoleh pertanaman yang memberikan hasil berbeda nyata dengan metode pendederan
baik. Hasil dari suatu varietas unggul pada karung goni hanya 3,7 helai.
sebelum digunakan sebagai benih harus diuji
terlebih dahulu sehingga memenuhi kaidah-
kaidah perbenihan. Kriteria bibit kakao DAFTAR PUSTAKA
dianggap siap dipindah ke kebun apabila Angadi, S.V. & M.H. Entz (2002). Water relations
sudah berumur 3–5 bulan, tinggi tanaman of standar height and dwarf sunflower
40–60 cm, jumlah daun minimal 12 lembar, cultivars. Crop Science, 42, 152-159.
diameter batang 0,7–1 cm, warna daun hijau Atkinson, C.J.; M.A. Else; L. Taylor & C.J. Dover
segar, ukuran lebar daun minimal 10 cm (2003). Root and stem hydraulic
dengan panjang daun minimal 30 cm dan conductivity as determinants of
daun sehat tanpa gejala sakit. growth potential in grafted trees of
apple (Malus pumila Mill.). Journal of
Kondisi awal bibit yang dihasilkan dari Experimental Botany, 54, 1221–1229.
dua metode perkecambahan baik cara
Bachmann, J.; S.A. Grant & P.R. van der
perendaman maupun cara pendederan Ploeg (2002). Temperature dependence
dengan karung goni tidak menunjukkan of water retention curves for wettable
beda nyata, kecuali panjang hipokotil pada and water reppellent soils. Soil Science
perendaman 36 jam yang panjangnya 9,15 cm Society of America Journal, 66, 44–52.
berbeda nyata dengan perlakuan karung goni Bewley, J.D. & M. Black (1985). Seed Physiology
yaitu 5,4 cm. Hal ini dimungkinkan karena of Development and Germination.
pada 36 jam perendaman radikula benih Plenum Press, New York.
196
Studi perkecambahan benih kakao malalui metode perendaman benih
Bewley, J.D. (1997). Seed germination and Matsushima, K.I. & J.I. Sakagami (2013).
dormancy. The Plant Cell, 9, 1055–1066. Effect of seed hydropriming on germination
and seedling vigor during emergence
Copeland, L.O & M.B. Mc Donald (1996).
of rice under different soil moisture
Principles of Seed Science and Tech-
nology. MacMillan Publishing Co. conditions. American Journal of Plant
Sciences, 4, 1584–1593.
Darmawan (2008). Pertumbuhan dan laju
Mugnisjah, W.Q. & A. Setiawan (1990).
fotosintesis bibit tanaman jarak pada
Pengantar Produksi Benih. Bogor,
tingkat perendaman air dan pemupukan
IPB Press.
nitrogen berbeda. Jurnal Agrivigor, 7,
293–299. Oberbauer, S.F.; B.R. Starin & N. Fletcher (2005).
Farooq, M; S.M.A. Basra; I. Afzal & A. Khaliq Effects of CO2 enrichment on seedling
physiology and growth of two tropical
(2006). Optimization of hydropriming
tree species. Physiologia Plantarum,
techniques for rice seed invigoration.
65, 352–356.
Seed Science and Technology, 34,
507–512. Prawoto, A.A.; W. Soerodikoesoemo;
S. Sastriowinoto & H. Hartiko (1990).
Farooq, M; S.M.A. Basra; A. Aahid & N. Ahmad
Kajian okulasi pada tanaman kakao
(2010). Changes in nutrient-homeostatis
(Theobroma cacao L.) V. Pengaruh
and reserves metabolism during rice
batang bawah terhadap daya hasil batang
priming: Consequences for seedling
atas. Pelita Perkebunan, 6, 13–20.
emergence and growth. Agricultural
Science in China, 9, 191-198. Saleh, S.M. (2004). Pematahan dormansi benih
aren secara fisik pada berbagai lama
Heydecker, W. (1973). Germination of an Idea:
ekstraksi buah. Agrosains, 6, 78–83.
The Priming of Seeds. School of
Agriculture Research, University of Susilo, A.W.; D. Sulastri; S. Djatiwaloejo (2005).
Nottingham, Nottingham. Seleksi dan pendugaan parameter
genetik beberapa sifat batang bawah
Kartasapoetra, A.G. (2003). Teknologi Benih.
kakao (Theobroma cacao L.) pada
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
semaian famili saudara tiri. Pelita
Kr i s h na mo o r t h y, H. N . ( 1 9 8 1 ) . P l a n t Perkebunan, 21, 147–158.
Growth Subtances. Tata Mc. Graw-
Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih. Raja
Hill Publishing Company Limited.
Grafindo Persada, Jakarta.
New Delhi.
Utomo, B. (2006). Ekologi Benih. USU Repository,
Kuswanto, H. (1996). Dasar-Dasar Teknologi,
Medan.
Produksi dan Sertifikasi Benih. Andi,
Yogyakarta. **0**
Lee, S.S. & J.H. Kim (1999). Morphological
change, sugar content and -amilase
activity of rice seeds under various
priming conditions. Korean Journal of
Crop Science, 44, 138–142.
197