Bab 1 Penelitian
Bab 1 Penelitian
PENDAHULUAN
Indonesia Tanaman kakao didatangkan oleh bangsa Spayol sekitar abad XV. Pada
tahun 1938 mulai di tanaman secara intensif di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
semakin meningkat baik sebagai bahan makanan maupun sebagai bahan minuman
(Gunawan, 2007).
Kakao merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman yang mempunyai
peluang cukup besar bagi perdagangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada
tahun 2011, volume ekspor kakao Indonesia mencapai 436,9 ribu ton dengan nilai
ekspor US$ 1,410 milyar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012). Pada tahun
2013 produksi kakao Indonesia meningkat hingga 750 ribu ton, sehingga naik dari
peringkat tiga ke peringkat dua menggeser Ghana. Oleh karena itu kakao
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan merupakan komoditi penting sebagai
bahan ekspor penghasil devisa Negara setelah gas dan minyak bumi. Tanaman
kakao ditanam dalam bentuk skala besar, baik perkebunan rakyat, pemerintah
maupun swasta. Meningkatnya usaha dibidang pembudidayaan kakao ini telah
dapat meningkatkan devisa bagi negara melalui ekspor, juga merupakan tempat
tersedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi petani
terhadap produksi kakao sebagai salah satu mata dagangan yang dikembangkan
1juta ton, tumbuh 14,7 persen dari 712.000 ton yang diproduksi pada tahun 2013.
Sulawesi yang menguasai 60% - 65% dari total jumlah itu. Sulawesi Selatan
menjadi juara dengan produksi 198.662 ton, disusul Sulawesi Tengah sejumlah
168.401 ton, dan Sulawesi Tenggara di angka 154.229 ton. Ditjen Perkebunan
berada di posisi 820 kg per ha. Adapun luas areal tanaman kakao 1,7 juta hektare
lahan penanaman. Benih kakao bermutu merupakan salah satu faktor produksi
pertanian. Saat ini benih telah menjadi komoditas pertanian yang mempunyai nilai
ekonomi, karena kualitas benih akan menentukan nilai ekonomi suatu produk
pertanian. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menjaga benih tetap berkualitas
awal perkecambahan tersebut kebutuhan air meningkat. Peran air pada proses
Air kepala merupakan salah satu zat pengatur tumbuh alami yang berupa
senyawa organik bukan nutrisi tanaman, yang aktif dalam konsentrasi rendah serta
tanaman. Air kelapa merupakan cairan endosperm dari buah kelapa yang
yang diserap oleh benih pada waktu imbibisi mengandung unsur-unsur yang dapat
memiliki viabilitas yang tinggi, karena kebutuhan unsur hara dalam proses
perkecambahan selain diperoleh dari benih juga diperoleh dari bahan yang
diberikan. Hormon yang terkandung dalam air kelapa sangat berperan dalam
proses perkecambahan, seperti giberellin, sitokinin, dan auksin. Pada proses
enzim dalam perombokan bahan makanan yang terkandung didalam biji (Fiona,
2009).
sebagai ZPT dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai merah, air
kelapa ini juga mampu meningkatkan hasil kedelai hingga 64% kacang tanah
hingga 15% dan sayuran hingga 20%-30%, serta dengan kandungan unsur kalium
yang cukup tinggi, air kelapa dapat merangsang pembungaan pada anggrek seperti
air kelapa mampu meningkatkan pertumbuhan bibit pada bibit palem putri.
Pertumbuhan bibit palem mulai meningkat pada penggunaan air kelapa dengan
tanaman, panjang daun, panjang akar dan berat basah bibit palem putri. Hal ini
diharapkan dengan adanya perlakuan benih tanaman kakao dengan air kelapa akan
benih, juga dapat mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk pindah tanam.
1.2.Identifikasi Masalah
tanaman kakao ?
1.4. Hipotesis
tanaman kakao
kakao.