Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu family

Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

tropis lainya di Amerika Tengah dan Amerika Selatan (soenaryo, et al 2005). Di

Indonesia Tanaman kakao didatangkan oleh bangsa Spayol sekitar abad XV. Pada

tahun 1938 mulai di tanaman secara intensif di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penggunaan kakao

semakin meningkat baik sebagai bahan makanan maupun sebagai bahan minuman

(Gunawan, 2007).

Kakao merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman yang mempunyai

peluang cukup besar bagi perdagangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada

tahun 2011, volume ekspor kakao Indonesia mencapai 436,9 ribu ton dengan nilai

ekspor US$ 1,410 milyar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012). Pada tahun

2013 produksi kakao Indonesia meningkat hingga 750 ribu ton, sehingga naik dari

peringkat tiga ke peringkat dua menggeser Ghana. Oleh karena itu kakao

merupakan salah satu komoditas andalan yang penting bagi perekonomian

nasional (Departemen Pertanian, 2013).

Di Indonesia tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan yang

memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan merupakan komoditi penting sebagai

bahan ekspor penghasil devisa Negara setelah gas dan minyak bumi. Tanaman

kakao ditanam dalam bentuk skala besar, baik perkebunan rakyat, pemerintah
maupun swasta. Meningkatnya usaha dibidang pembudidayaan kakao ini telah

dapat meningkatkan devisa bagi negara melalui ekspor, juga merupakan tempat

tersedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi petani

kakao, khususnya di daerah-daerah sentra produksi untuk mendorong dalam aspek

kehidupan sosial ekonomi. Pada tahun 1980 pemerintah memberikan perioritas

terhadap produksi kakao sebagai salah satu mata dagangan yang dikembangkan

secara cepat (Siregar dan Sarif, 2006).

Pada tahun 2014 pemerintah menggenjot produksi biji kakao menjadi

1juta ton, tumbuh 14,7 persen dari 712.000 ton yang diproduksi pada tahun 2013.

Daerah yang menyumbang paling banyak adalah seluruh provinsi di Pulau

Sulawesi yang menguasai 60% - 65% dari total jumlah itu. Sulawesi Selatan

menjadi juara dengan produksi 198.662 ton, disusul Sulawesi Tengah sejumlah

168.401 ton, dan Sulawesi Tenggara di angka 154.229 ton. Ditjen Perkebunan

Kementan mencatat pada 2013 tingkat produktivitas kakao di Indonesia masih

berada di posisi 820 kg per ha. Adapun luas areal tanaman kakao 1,7 juta hektare

yang tersebar nyaris di seluruh Indonesia (Ditjenbun, 2014).

Peningkatan produksi kakao dapat dilakukan dengan usaha intensifikasi

dan ekstensifikasi, yaitu dengan cara meningkatkan produksi kakao dengan

memperbaiki sistem budidaya tanaman kakao dan dilakukan dengan memperluas

lahan penanaman. Benih kakao bermutu merupakan salah satu faktor produksi

yang sangat menentukan keberhasilan dalam usaha perluasan areal penanaman.


Benih merupakan salah satu komponen utama dalam sistem produksi

pertanian. Saat ini benih telah menjadi komoditas pertanian yang mempunyai nilai

ekonomi, karena kualitas benih akan menentukan nilai ekonomi suatu produk

pertanian. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menjaga benih tetap berkualitas

pada saat penanaman dengan mencegah penurunan viabilitas benih serendah

mungkin (Sadjad, 1999).

Air memegang peran penting pada proses perkecambahan dimana pada

awal perkecambahan tersebut kebutuhan air meningkat. Peran air pada proses

kecambahan adalah untuk melunakkan kulit benih, untuk pelarut, sebagai

pereaksi, untuk kegiatan metabolisme, dan untuk transportasi (sutopu, 2004).

Air kepala merupakan salah satu zat pengatur tumbuh alami yang berupa

senyawa organik bukan nutrisi tanaman, yang aktif dalam konsentrasi rendah serta

dapat merangsang atau merubah pertumbuhan serta perkembangan tanaman.

Secara prinsip zat pengatur tumbuh bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan

tanaman. Air kelapa merupakan cairan endosperm dari buah kelapa yang

mengandung senyawa organik (Budiono, 2004).

Proses perkecambahan suatu benih diawali dengan imbibisi, bila cairan

yang diserap oleh benih pada waktu imbibisi mengandung unsur-unsur yang dapat

digunakan untuk pertumbuhan tanaman, maka kecambah yang muncul akan

memiliki viabilitas yang tinggi, karena kebutuhan unsur hara dalam proses

perkecambahan selain diperoleh dari benih juga diperoleh dari bahan yang

diberikan. Hormon yang terkandung dalam air kelapa sangat berperan dalam
proses perkecambahan, seperti giberellin, sitokinin, dan auksin. Pada proses

perkecambahan benih, ketiga hormon ini berperan dalam meningkatkan kerja

enzim dalam perombokan bahan makanan yang terkandung didalam biji (Fiona,

2009).

Penelitian budiono (2004) menunjukkan bahwa penggunaan air kelapa

sebagai ZPT dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai merah, air

kelapa ini juga mampu meningkatkan hasil kedelai hingga 64% kacang tanah

hingga 15% dan sayuran hingga 20%-30%, serta dengan kandungan unsur kalium

yang cukup tinggi, air kelapa dapat merangsang pembungaan pada anggrek seperti

dendrobium dan phalaenopsis. Surjarwati (2011) menambahkan bahwa pemberian

air kelapa mampu meningkatkan pertumbuhan bibit pada bibit palem putri.

Pertumbuhan bibit palem mulai meningkat pada penggunaan air kelapa dengan

konsentrasi 50%. Air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi

tanaman, panjang daun, panjang akar dan berat basah bibit palem putri. Hal ini

disebabkan air kelapa pada konsentrasi 50% mengakibatkan peningkatan jumlah

sitikinin yang optimal, sehingga merangsang pembelahan sel.

Bedasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Studi Tinggkat Kecepatan Perkecambahan Benih Beberapa Varietas

Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) Akibat Perendaman dengan air Kelapa”

diharapkan dengan adanya perlakuan benih tanaman kakao dengan air kelapa akan

dapat mempercepat proses perkecambahan, dan dapat meningkatkan viiabilitas

benih, juga dapat mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk pindah tanam.
1.2.Identifikasi Masalah

1. apakah perendaman dengan air kelapa dapat meningkatkan

perkecambahan benih tanaman kakao ?

2. perlakuan beberapa varietas dapat memberikan respon yang berbeda

terhadap perkecambahan benih tanaman kakao ?

3. Apakah terdapat interaksi anatara perendaman dengan air kelapa dan

perlakuan beberapa varietas dalam meningkatkan perkecambahan benih

tanaman kakao ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatan

perkecambahan benih beberapa varietas tanaman kakao akibat perendaman

dengan air kelapa.

1.4. Hipotesis

1. Perendaman dengan air kelapa dapat meningkatkan perkecambahan benih

tanaman kakao

2. Perlakuan beberapa varietas dapat memberikan respon yang berbeda

terhadap perkecambahan benih tanaman kakao

3. Terdapat interaksi antara perendaman dengan air kelapa dan perlakuan

beberapa varietas dalam meningkatkan perkecambahan benih tanaman

kakao.

Anda mungkin juga menyukai