Anda di halaman 1dari 25

TK3002 LABORATORIUM TEKNOLOGI PROSES

SEMESTER II – 2016/2017

MODUL DPP
DINAMIKA PERAMBATAN PANAS

Laporan Singkat

Oleh:
Kelompok B2.1617.K.25
Stephen Ariel Kristiandi (13014088)
Diondy Ramadhan (13014044)

Dosen Pembimbing:
Dr. Yogi Wibisono Budhi

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
ABSTRAK

Reaktor merupakan alat yang pasti ada dalam industri kimia


manapun. Reaktor merupakan tempat terjadinya suatu reaksi yang juga
menentukan konversi dan kinerja dari suatu proses. Agar proses lebih
optimum, reaktor banyak dikembangkan. Salah satu hasil
perkembangan reaktor ini adalah reaktor aliran bolak-balik (RABB).
RABB merupakan reaktor yang memiliki unggun diam di dalamnya dan
aliran pada reaktor diubah-ubah secara periodik. Percobaan dinamika
proses perambatan panas bertujuan untuk mengetahui kelakuan
dinamik dari proses perambatan panas di sepanjang unggun inert pada
RABB dan membuat model dinamik proses perambatan panas.
Percobaan ini dilakukan dengan suhu pemanas 150°C. Switching
time yang digunakan adalah 40 menit dan 75 menit serta laju alir yang
digunakan adalah 0,023 L/s dan 0,017 L/s. Sebelum percobaan utama,
orificemeter dikalibrasi menggunakan wet test meter. Permodelan yang
dilakukan menggunakan model monodimensional PDE dengan software
FlexPDE V.7.04/W64 Lite.
Hasil yang diperoleh dari percobaan dibandingkan dengan model
yang diperoleh dari simulasi untuk mengubah nilai UA hingga model
sesuai dengan hasil percobaan. Nilai UA rezdgdnchjkbuoyang diperoleh
dengan pendekatan model adalah 8,2 J/m 2s. Daerah operasi RABB
berupa dynamic regime karena pada waktu switching time belum
mencapai kondisi tunak
Kata kunci : dynamic regime, RABB, reaktor, switching time
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaktor merupakan peralatan yang selalu ada di indistri kimia
manapun dalam berbagai macam ukuran. Reaktor adalah alat yang
merupakan tempat terjadinya suatu reaksi. Selain menjadi tempat
terjadinya reaksi, reaktor juga menentukan konversi dan kinerja dari
suatu proses. Agar proses pada industri lebih optimum, reaktor banyak
dikembangkan. Salah satu hasil perkembangan reaktor adalah reaktor
aliran bolak-balik (RABB).
RABB adalah reaktor unggun diam yang arah alirannya diubah
secara periodik. Reaktor unggun diam pada umumnya dioperasikan
secara tunak maupun memiliki kelemahan berupa konsumsi energi yang
tinggi dan dapat mengakibatkan deaktivasi katalis. Salah satu cara
meminimalisasi kelemahan tersebut adalah melalui RABB yang
merupakan reaktor unggun diam tak tunak. RABB beroperasi dengan
memanfaatkan panas dari heater yang tersimpan di unggun diam
sehingga dapat berfungsi sebagai pre-heater.

1.2. Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini untuk menentukan perilaku dinamik dalam
proses perambatan panas di sepanjang unggun inert pada reaktor aliran
bolak-balik.

1.3. Sasaran Percobaan


Sasaran percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Mampu menggambar diagram alir reaktor aliran bolak balik
dan menjelaskan prinsip kerjanya.
2. Mampu menentukan daerah operasi dan distribusi
temperature berdasarkan karakteristik perambatan panas dan
reaktor aliran bolak-balik.
3. Mampu melakukan simulasi kelakuan dinamik dalam
permodelan reaktor.
4. Mampu menghitung energy saving pada penggunaan reaktor
aliran bolak-balik berdasarkan penurunan kebutuhan energi
pada umpan.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1. Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam percobaan modul DPP adalah:
- Reaktor pipa - Manometer
- Pemanas elektrik - Blower
- Termokopel - Orifice
- Valve aliran udara - Selang
- Wet-test meter - Laptop

Bahan yang digunakan dalam pervobaan modul DPP adalah:


- Udara - Dolomit
Spesifikasi alat yang digunakan dalam modul DPP dapat ditinjau pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Spesifikasi alat modul DPP


No
Alat Spesifikasi
.
1. Termokopel  Tipe J
 Jenis kawat
2. Wet-test meter  Kapasitas 10 liter
 Merek Karl-Kolb
3. Blower  Merek Chuan-Fan Electric
 Tipe RB-200AS
 Tekanan maksimum 500/700 mmAQ
 Laju 2800/3500 rpm
 Frekuensi 50/60 Hz
 Laju alir maksimum 0,6/0,8 m3
 Voltase 110-115/200-230 V
 Daya 0,18 kW
 Arus 2,4/1,2 A

2.2. Skema Alat


Skema alat yang digunakan dalam praktikum dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Skema alat percobaan modul DPP

2.3. Permodelan Suhu


Persamaan yang digunakan dalam percobaan modul DPP mengikuti persamaan yang
telah dirumuskan oleh Matros dkk. (1996). Persamaan yang dimaksud merupakan
persamaan yang mendefinisikan temperatur reaktor pada saat dan jarak tertentu.
Persamaan yang diberikan berbentuk monodimensional dan berupa PDE (partial
differextial equation) seperti yang dirumuskan pada persamaan R.1.

∂T ∂ ∂T ∂T
ρinert Cpinert =
∂t ∂x (
λ eff
∂x )
−u superfisial ροgas Cpgas
∂x
+Qheater +Qloss (R.1)

Karena reaktor aliran bolak-balik (RABB) dibagi menjadi 3 zona operasi, yakni zona
inert awal, zona katalis atau heater, dan zona inert akhir, maka RABB memiliki syarat
batas berupa:
1. Padat=0, T =T lingkungan (R.2)
{
1−κ (t)
x= x
Padal=0 2
2. (R.3)
∂ T 1+κ (t)
λ eff = usuperfisial ρgas Cp gas ( T −T 0 )
∂x 2

{
1+κ (t )
x= x
Padal=L 2
3. (R.4)
∂ T −1−κ (t )
λeff = u superfisial ρ gas Cp gas ( T −T 0 )
∂x 2

Keterangan:
ε gas = Fraksi gas dalam uggun diam
ρinert = Massa jenis zat padat
Cinert = Kapasitas panas zat padat
C gas = Kapasitas panas gas
ρ gas = Massa jenis gas
ρ°gas = Massa jenis gas kondisi normal
κ (t ) = Fungsi arah pengumpanan, ±1
usuperfisial = Kecepatan linear gas superfisial
T = Temperatur
T0 = Temperatur awal (sama dengan suhu lingkungan)
L = Panjang Reaktor
λef = Konduktivitas panas
Qloss = Kalor yang hilang
Qh = Kalor yang dihasilkan heater atau reaksi

2.4. Prosedur Percobaan


2.4.1. Kalibrasi Orifice
Kalibrasi dilakukan dengan menghubungkan keluaran reaktor dengan wet-test meter.
Valve pada blower diatur agar memberikan variasi perbadaan tekanan orifice. Setiap
perbedaan tekanan yang dihasilkan, wet-test meter digunakan untuk mencari tahu laju
alir. Setelah didapatkan data kalibrasi yang cukup (8 buah variasi bukaan valve blower),
maka dilakukan regresi linier antara nilai kecepatan udara yang didapatkan terhadap
akar dari perbedaan ketinggian manometer. Regresi tersebut ditarik pada intersep di titik
(0,0). Hasil regresi memberikan fungsi laju alir terhadap akar perbedaan ketinggian
manometer, sehingga perbedaan tekanan orifice yang diindikasikan dengan perbedaan
ketinggian manometer dapat digunakan untuk mengetahui laju alir volumetrik udara..
Gambar 2.2 Diagram alir proses kalibrasi orifice

2.4.2. Percobaan Utama


Percobaan diawali dengan memastikan valve 2 dan 2’ terbuka, sedangkan valve 3 dan 3’
tertutup (konfigurasi 1). Kemudian, heater dinyalakan dan waktu pencatatan temperatur
termokopel dimulai setiap 5 menit. Setelah waktu yang ditentukan dalam switching time
terlampaui, valve 3 dan 3’ dibuka sedangkan valve 2 dan 2’ ditutup secara bersamaan
(konfigurasi 2). Pencatatan data termokopel dan perubahan konfigurasi tetap dilakukan
hingga mencapai 280 atau 300 menit. Kemudian, heater diturunkan suhunya secara
perlahan hingga mendekati suhu ruangan sebelum dimatikan bersama dengan blower.
Gambar 2.3 Diagram alir proses percobaan uta,a

2.4.3. Penentuan Nilai UA


Nilai UA dicari melalui bantuan program FlexPDE V.7.04/W.64. Hal ini dilakukan
dengan mencocokkan profil temperatur yang dihasilkan terhadap hasil yang ditampilkan
simulasi dengan menebak nilai UA untuk kalor yang hilang melalui trial and error
hingga grafik yang dihasilkan mirip.

Gambar 2.4 Diagram alir proses penentuan nilai UA

2.5. Variabel Percobaan


2.5.1. Variabel Kontrol
 Beda ketinggian manometer (7 cm)
 Switching time (40 menit dan 75 menit)
 Temperatur pemanas (150°C)
 Letak termokopel
 Material inert (dolomit)
 Umpan (udara)
2.5.2. Variabel Bebas
 Tebakan Qloss

2.5.3. Variabel Terikat


 Temperatur deteksi termokopel
 Profil temperatur simulasi dan percobaan
 Nilai UA yang didapat
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kalibrasi Laju Alir Gas


Pada percobaan ini kalibrasi orificemeter dilakukan menggunakan alat
wet test meter. Data pada hari pertama terdapat satu data yang
merupakan data pencilan sehingga dihilangkan. Seluruh data
kemudian diplot dan diregresikan menghasilkan persamaan
y=0,0086x dengan y adalah laju alir gas dan x adalah Δh 0,5. Gambar
3.1 menunjukkan kurva regresi kalibrasi orificemeter pada hari
pertama.

Kurva kalibrasi orificemeter hari pertama


0.05
0.04
0.03 f(x) = 0.01x
R² = 0.97
0.02
0.01
0
3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2

Gambar 3.1. Kurva regresi linear laju alir gas terhadap Δh 0,5 hari
pertama

Pada hari kedua metode yang sama digunakan untuk melakukan


kalibrasi orificemeter untuk memperoleh persamaan regresi linear,
namun pada hari kedua tidak terdapat data pencilan. Regresi linear
tersebut menghasilkan persamaan y=0,0086x dengan y adalah laju
alir dan x adalah Δh0,5. Gambar 3.2 menunjukkan kurva regresi
kalibrasi orificemeter hari kedua.
Kurva kalibrasi orificemeter hari kedua
0.05
0.04
0.03 f(x) = 0.01x
R² = 0.97
0.02
0.01
0
3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2

Gambar 3.2. Kurva regresi linear laju alir terhadap Δh0,5 pada hari
kedua

3.2. Profil Temperatur RABB terhadap Waktu dan Penentuan Konstanta UA


Profil temperatur yang dihasilkan oleh RABB dibandingkan dengan hasil simulasi
menggunakan program FlexPDE V.7.04/W.64. Program FlexPDE V.7.04/W.64 dibuat
sesuai dengan model persamaan yang telah dijelaskan. Sintaks program FlexPDE
V.7.04/W.64 yang digunakan untuk simulasi dapat dilihat pada lampiran. Simulasi yang
dilaksanakan bertujuan agar dapat menebak nilai konstanta UA yang menentukan nilai
kalor yang hilang pada reaktor (Qloss). Hasil perbandingan temperatur yang tertera pada
termokopel selama percobaan dengan temperatur hasil simulasi dapat dilihat pada
Gambar 3.3 hingga Gambar 3.6 untuk switching time (ST) 40 menit dan pada Gambar
3.7 hingga 3.10 untuk switching time (ST) 75 menit. Hasil dari percobaan dengan
simulasi kemudian dicari perbedaannya dengan mencari nilai rata-rata temperatur yang
dihasilkan selama percobaan. Metode ini dilakukan karena adanya perbedaan jumlah
data yang didapat dari percobaan dan hasil simulasi. Analisis galat tersebut ditampilkan
pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 untuk ST 40 dan 75 menit berturut-turut.
Gambar 3.3 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T1 dan T2 untuk ST 40 menit.

Gambar 3.4 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T3, T4, dan T5 untuk ST 40 menit.
Gambar 3.5 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk Th dan T6 untuk ST 40 menit.

Gambar 3.6 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T7, T8, dan T9 untuk ST 40 menit.
Gambar 3.7 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T1 dan T2 untuk ST 75 menit.

Gambar 3.8 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T3, T4, dan T5 untuk ST 75 menit.
Gambar 3.9 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk Th dan T6 untuk ST 75 menit.
Gambar 3.10 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T7, T8, dan T9 untuk ST 75
menit.

Tabel 3.1 Penentuan galat dari nilai rata-rata temperatur untuk ST 40 menit.
Ttermokope T1 T2 T3 T4 T5
l
Ttermokopel 301,308 K 303,589 K 316,957 K 327,378 K 336,220 K
Tsimulasi 301,952 K 303,482 K 321,164 K 335,889 K 337,068 K
Galat (%) 0,213 0,035 1,310 2,534 0,251
Termokopel Th T6 T7 T8 T9
Ttermokopel 421,150 K 342,501 K 310,782 K 308,466 K 308,922 K
Tsimulasi 422,254 K 341,344 K 308,925 K 307,024 K 309,452 K
Galat 0,261 0,339 0,601 0,470 0,171

Tabel 3.2 Penentuan galat dari nilai rata-rata temperatur untuk ST 75 menit.
Ttermokope T1 T2 T3 T4 T5
l
Ttermokopel 301,019 K 304,248K 319,035 K 329,068 K 339,461 K
Tsimulasi 303,168 K 304,956 K 323,236 K 337,371 K 338,500 K
Galat (%) 0,709 0,232 1,300 2,461 0,284

Tabel R.2 Penentuan galat dari nilai rata-rata temperatur untuk ST 75 menit (lanjutan).
Termokopel Th T6 T7 T8 T9
Ttermokopel 421,380 K 341,691 K 310,101 K 307,232 K 306,314 K
Tsimulasi 422,424 K 343,512 K 310,838 K 308,816 K 311,395 K
Galat 0,247 0,530 0,237 0,513 1,632

Berdasarkan hasil yang didapat, galat yang dimiliki bernilai maksimal sekitar 2,5%
dengan nilai galat rata-rata 0,6185% untuk switching time 40 menit dan 0,8145% untuk
switching time 75 menit. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil yang didapat
pada simulasi menyerupai hasil percobaan. Perbedaan terbesar terjadi pada termokopel
T4. Hal ini diperkirakan terjadi karena perbedaan porositas searah dari packing material
inert sehingga porositas yang dihasilkan pada saat aliran bergerak dari x=0 ke x=L
berbeda ketika aliran bergerak dari x=L ke x=0. Hasil pada grafil memperlihatkan
rezim dynamic.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, didapatkan nilai konstanta UA sebesar 8,2
J/m2s untuk switching time 40 menit dan 7,7 J/m2s untuk switching time 75 menit.
Perbedaan tersebut mengindikasikan nilai konstanta UA rata-rata sebesar 7,95
J/m2s. Perbedaan nilai konstanta UA pada ST 40 menit dengan ST 75 menit
diperkirakan terjadi akibat dua hal utama, yaitu perbedaan porositas searah yang
menyebabkan intensitas jumlah interaksi permukaan yang terpapar dinding
berbeda sehingga membedakan hasil panas yang hilang dan lebih seringnya terjadi
switching pada ST 40 menit sehingga membuat panas yang terkandung lebih mudah
terdisipasi akibat kontak dengan temperatur yang tergolong rendah seperti
temperatur udara lingkungan umpan dan temperatur dinding yang kerap berubah

3.3. Profil Temperatur RABB terhadap Panjang


Profil temperatur juga dibandingkan terhadap panjang reaktor dalam seluruh panjang
reaktor (97 cm). Letak termokopel pada reaktor dapat diamati pada skema alat (Gambar
2.1). Nilai tersebut kemuadian dibandingkan terhadap hasil simulasi yang dihasilkan
melalui program FlexPDE V.7.04/W.64. Skrip sintaks program yang digunakan sama
dengan skrip untuk penentuan temperatur reaktor aliran bolak-balik terhadap waktu dan
penentuan nilai konstanta UA yang dapat diamati pada lampiran. Hasil perbandingan
profil temperatur terhadap panjang antara eksperimen dan simulasi pada kedua switching
time akhir dapat diamati pada Gambar 3.11 untu switching time 40 menit dan pada
Gambar 3.12 untuk switvhing time 75 menit. Selain itu, dilakukan pula perbandingan
galat yang dihasilkan dengan simulasi untuk setiap termokopel dan untuk kedua
switching time akhir pada setiap variasi switching time yang dilakukan.
Grafik Temperatur terhadap Panjang untuk ST 40 menit
435
415
395
Temperatur (K)

375
355
335
315
295
275
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Panjang reaktor (m)

240 min eks 280 min eks 240 min sim 280 min sim

Gambar 3.11 Grafik profil temperatur reaktor pada switching time 40 menit

Temperatur terhadap Panjang untuk ST 75 menit


435
415
395
Temperatur (K)

375
355
335
315
295
275
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Panjang reaktor (m)

225 min eks 300 min eks 225 min sim 300 min sim

Gambar 3.12 Grafik profil temperatur reaktor pada switching time 75 menit

Tabel 3.3 Penentuan galat termokopel terhadap panjang


ST/menit ke T1 T2 T3 T4 T5
40/240 0,850% 0,426% 0,648% 0,523% 1,258%
40/280 1,726% 0,530% 2,202% 3,812% 0,892%
75/225 2,219% 1,205% 5,155% 7,448% 4,482%
75/300 0,520% 0,415% 1,060% 0,001% 1,774%
Rata-rata 1,329% 0,644% 2,266% 2,946% 2,101%
ST/menit ke Th T6 T7 T8 T9
40/240 0,349% 1,701% 5,551% 2,276% 6,580%
40/280 0,039% 3,392% 0,304% 2,137% 2,746%
75/225 0,062% 3,382% 3,954% 0,754% 1,461%
75/300 0,204% 0,922% 7,149% 0,616% 5,411%
Rata-rata 0,163% 2,349% 4,239% 1,446% 4,049%

Tabel 3.4 Galat rata-rata switching time


ST/menit ke 40/240 40/280 75/225 75/300
Galat rata-rata 2,016% 1,778% 3,012% 1,807%

Berdasarkan pengamatan galat dan grafik, didapatkan bahwa profil yang dihasilkan
pada kedua switching time akhir dalam kedua variasi membentuk cermin. Hal ini
mengindikasikan kestabilan profil temperatur reaktor, namun belum dalam rezim
quasi steady-state. Selain itu, galat rata-rata yang dihasilkan tidak melampaui nilai
5%, sedangkan galat spesifiknya tidak melampaui nilai 10%, maka dapat dikatakan
bahwa hasil eksperimen menyerupai teori. Namun, terdapat sedikit asimetri pada
daerah panjang reaktor 0,3 hingga 0,4 cm. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
porositas searah. Hal tersebut pula yang menyebabkan nilai galat rata-rata pada
termokopel ke 7 dan 9 cukup tinggi dibandingkan termokopel lainnya. Nilai galat
pada menit ke-225 untuk switching time 75 menit lebih tinggi dibandingkan galat
rata-rata lainnya, sebab pada menit ke-225 dan switching time 75 menit, kondisi
aliran masih terjadi pada switching ketiga, nilai yang terendah dibandingkan
switching lainnya. Namun, tetap tervalidasi karena galatnya yang bernilai rendah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dinamika temperature pada pengoperasian RABB memiliki profil naik-turun
terhadap satuan waktu sesuai dengan switching time. Daerah operasi RABB dalam
percobaan berupa dynamic regime, karena switching time berupa 40 menit dan 75 menit
kurang dari waktu untuk mencapai kondisi steady state. Nilai UA yang didapat dari
pendekatan model monodimensional PDE dengan hasil percobaan adalah
7,95 J/m2s.

4.2. Saran
Sebaiknya laju alir yang digunakan lebih tinggi agar kalibrasi lebih mudah
dilakukan.
LAMPIRAN SINTAKS PROGRAM FLEXPDE

Program yang digunakan adalah FlexPDE V.7.04/W64 Lite

TITLE 'PROFIL TEMPERATUR RFR HARI 1'

COORDINATES cartesian2 { coordinate system, 1D,2D,3D, etc }

VARIABLES
Temp

SELECT
{ method controls }
ngrid = 1
errlim = 1e-3

DEFINITIONS { parameter definitions }


temp0 = 25 + 273.15 {suhu gas umpan, temperatur ruang}

{dimensi reaktor, L=kiri, R=kanan}


z1= 0.1 {L1}
z2= z1 + 0.15 {L2}
z3= z2 + 0.08 {L3}
z4= z3 + 0.03 {L4}
z5= z4 + 0.03 {L5}
z5a= z5 + 0.06 {HEATER KIRI}
z5b= z5a + 0.08 {HEATER KANAN}
z6= z5b + 0.06 {R1}
z7= z6 + 0.04 {R2}
z8= z7 + 0.09 {R3}
z9= z8 + 0.15 {R4}
z10= z9 + 0.10

d =0.1 {diameter reaktor 0.1 m}


Vr=1/4 *pi * 0.1^2 * z10 {volume total reaktor}

{data fisik udara}


rhog=0.7 {densitas udara, kg/m3}
Cpg=1000 {kapasitas panas udara, J/(kg.K)}

{data fisik dolomit}


rhos=2899.33 {densitas dolomit, kg/m3}
Cps=920 {kapasitas panas dolomit, J/(kg.K)}
ks=4.78 {konduktivitas panas dolomit, W/(m.K)}
keff=ks

{variasi percobaan}
u= 0.01*8 {laju linear pada hari pertama}
ST=40*60 {nilai switching time adalah 40 menit}
tbegin = 0
tend = 280*60
v2=sin(pi * (t-tbegin) / ST) {fungsi vektor}
v=swage(v2,1,-1,0.0000000001)
Us= u*v {laju yang sudah divektorkan}

{tuning parameter}
heat0=2600 {Daya kompresor, W}
heat= if (Temp>423.15) then 0 else heat0 {temperatur heater}
Qh=heat / Vr {panas yang diambil udara dari pemanas, J/(m3.s)}
Twall=25 + 273.15
UA=8.2 {tebak}
Ql=UA * (Temp - Twall) / Vr {panas yang hilang melalui dinding reaktor, J/(m3.s)}

INITIAL VALUES
Temp = temp0

EQUATIONS
Temp: (rhos*Cps)*dt(Temp) = dx(keff*dx(Temp)) - (Us*rhog*Cpg)*dx(Temp) + Qh -
Ql

BOUNDARIES
REGION 1 {zona inert kiri}
Qh = 0
START(0,0) NATURAL(temp) = 0 LINE TO (z5a,0)
NATURAL(temp) = 0 LINE TO (z5a,d/2)
NATURAL(temp) = 0 LINE TO (0,d/2)
NATURAL(temp) = ((1+v)/2 * rhog * Cpg * u * (Temp-temp0)) / keff LINE TO CLOSE

REGION 2 {zona heater}


UA = 0
START(z5a,0) NATURAL(Temp) = 0 LINE TO (z5b,0)
NATURAL(Temp) = 0 LINE TO (z5b,d/2)
NATURAL(Temp) = 0 LINE TO (z5a,d/2)
NATURAL(Temp) = 0 LINE TO CLOSE

REGION 3 {zona inert kanan}


Qh=0
START(z5b,0) NATURAL(Temp)= 0 LINE TO (z10,0)
NATURAL(Temp) = ((1-v)/2 * rhog * Cpg * u * (temp-temp0)) / keff LINE TO
(z10,d/2)
NATURAL(Temp) = 0 LINE TO (z5b,d/2)
NATURAL(Temp) = 0 LINE TO CLOSE

TIME
tbegin to tend

PLOTS
for time = endtime
elevation(Temp) from (0,d/2) to (z10,d/2)
export file='TransferTemp2.dat' format'#x#r #i'
for time = 240*60
elevation(Temp) from (0,d/2) to (z10,d/2)
export file='TransferTemp1.dat' format'#x#r #i'
for cycle = 1000
elevation(Temp) from (0,d/2) to (z10,d/2)

HISTORIES
history(Temp)
at(z1+0.14,d/2);(z2+0.01,d/2);(z3+0.02,d/2);(z4+0.022,d/2);(z5-0.006,d/2)
history(Temp)
at(z10/2,d/2);(z6-0.002,d/2);(z7+0.048,d/2);(z8-0.03,d/2);(z9-0.195,d/2)

export file='DPP K21 DAY 1.dat' format'#t#r #i'


END

Anda mungkin juga menyukai