SEMESTER II – 2016/2017
Revisi Laporan
Oleh:
Kelompok B2.1617.K.25
Stephen Ariel Krisnadi (13014088)
Diondy Ramadhan (13014044)
Dosen Pembimbing:
Dr. Yogi Wibisono Budhi
Reaktor merupakan alat yang pasti ada dalam industri kimia manapun. Reaktor
merupakan tempat terjadinya suatu reaksi yang juga menentukan konversi dan kinerja dari
suatu proses. Agar proses lebih optimum, reaktor banyak dikembangkan. Salah satu hasil
perkembangan reaktor ini adalah reaktor aliran bolak-balik (RABB). RABB merupakan
reaktor yang memiliki unggun diam di dalamnya dan aliran pada reaktor diubah-ubah secara
periodik. Percobaan dinamika proses perambatan panas bertujuan untuk mengetahui
kelakuan dinamik dari proses perambatan panas di sepanjang unggun inert pada RABB dan
membuat model dinamik proses perambatan panas.
Percobaan ini dilakukan dengan suhu pemanas 150°C. Switching time yang
digunakan adalah 40 menit dan 75 menit serta laju alir yang digunakan adalah 0,023 L/s dan
0,017 L/s. Sebelum percobaan utama, orificemeter dikalibrasi menggunakan wet test meter.
Permodelan yang dilakukan menggunakan model monodimensional PDE dengan software
FlexPDE V.7.04/W64 Lite.
Hasil yang diperoleh dari percobaan dibandingkan dengan model yang diperoleh dari
simulasi untuk mengubah nilai UA hingga model sesuai dengan hasil percobaan. Nilai UA
yang diperoleh dengan pendekatan model adalah 8,2 J/m2s. Daerah operasi RABB berupa
dynamic regime karena pada waktu switching time belum mencapai kondisi tunak
Kata kunci : dynamic regime, RABB, reaktor, switching time
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reaktor merupakan peralatan yang selalu ada di indistri kimia manapun dalam berbagai
macam ukuran. Reaktor adalah alat yang merupakan tempat terjadinya suatu reaksi. Selain
menjadi tempat terjadinya reaksi, reaktor juga menentukan konversi dan kinerja dari suatu
proses. Agar proses pada industri lebih optimum, reaktor banyak dikembangkan. Salah satu
hasil perkembangan reaktor adalah reaktor aliran bolak-balik (RABB).
RABB adalah reaktor unggun diam yang arah alirannya diubah secara periodik. Reaktor
unggun diam pada umumnya dioperasikan secara tunak maupun memiliki kelemahan berupa
konsumsi energi yang tinggi dan dapat mengakibatkan deaktivasi katalis. Salah satu cara
meminimalisasi kelemahan tersebut adalah melalui RABB yang merupakan reaktor unggun
diam tak tunak. RABB beroperasi dengan memanfaatkan panas dari heater yang tersimpan
di unggun diam sehingga dapat berfungsi sebagai pre-heater.
Gambar 3.1. Kurva regresi linear laju alir gas terhadap Δh 0,5
hari pertama
Pada hari kedua metode yang sama digunakan untuk melakukan kalibrasi orificemeter
untuk memperoleh persamaan regresi linear, namun pada hari kedua tidak terdapat data
pencilan. Regresi linear tersebut menghasilkan persamaan y=0,0086x dengan y adalah laju
alir dan x adalah Δh0,5. Gambar 3.2 menunjukkan kurva regresi kalibrasi orificemeter hari
kedua.
4.1. Kesimpulan
Dinamika temperature pada pengoperasian RABB memiliki profil naik-turun terhadap
satuan waktu sesuai dengan switching time. Daerah operasi RABB dalam percobaan berupa
dynamic regime, karena switching time berupa 40 menit dan 75 menit kurang dari waktu
untuk mencapai kondisi steady state. Nilai UA yang didapat dari pendekatan model
monodimensional PDE dengan hasil percobaan adalah 8,2.
4.2. Saran
Sebaiknya laju alir yang digunakan lebih tinggi agar kalibrasi lebih mudah dilakukan.
Model Persamaan
Persamaan yang digunakan dalam percobaan modul DPP mengikuti persamaan yang telah
dirumuskan oleh Matros dkk. (1996). Persamaan yang dimaksud merupakan persamaan
yang mendefinisikan temperatur reaktor pada saat dan jarak tertentu. Persamaan yang
diberikan berbentuk monodimensional dan berupa PDE (partial differextial equation)
seperti yang dirumuskan pada persamaan R.1.
∂T ∂ ∂T ∂T
ρinert Cpinert = (k eff ) − 𝑢superfisial ρgas Cpgas + Qheater + Qloss (R.1)
∂t ∂x ∂x ∂x
Karena reaktor aliran bolak-balik (RABB) dibagi menjadi 3 zona operasi, yakni zona inert
awal, zona katalis atau heater, dan zona inert akhir, maka RABB memiliki syarat batas
berupa:
1. Pada t=0, nilai T=Tlingkungan.
2. Untuk zona inert awal:
Pada arah aliran menuju x=L, pada perbatasan dengan zona katalis atau
heater, temperatur mengikuti persamaan R.2.
Pada arah aliran menuju x=0, pada perbatasan dengan zona katalis atau
heater, temperatur mengikuti persamaan R.2.
Untuk zona katalis atau heater:
Pada arah aliran menuju x=L, pada perbatasan dengan zona inert akhir,
temperatur mengikuti persamaan R.2.
Pada arah aliran menuju x=0, pada perbatasan dengan zona inert akhir,
temperatur mengikuti persamaan R.2.
Untuk zona inert akhir:
Pada arah aliran menuju x=L, pada saat x=L, temperatur mengikuti
persamaan R.2.
Pada arah aliran menuju x=0, pada saat x=L, temperatur mengikuti
persamaan R.2.
3. Untuk zona inert awal:
Pada arah aliran menuju x=L, pada saat x=0, temperatur mengikuti
persamaan R.3.
Pada arah aliran menuju x=0, pada saat x=0, temperatur mengikuti
persamaan R.2.
Untuk zona katalis atau heater:
Pada arah aliran menuju x=L, pada perbatasan dengan zona inert awal,
temperatur mengikuti persamaan R.2.
Pada arah aliran menuju x=0, pada perbatasan dengan zona inert awal,
temperatur mengikuti persamaan R.3.
Untuk zona inert akhir:
Pada arah aliran menuju x=L, pada perbatasan dengan zona katalis atau
heater, temperatur mengikuti persamaan R.2.
Pada arah aliran menuju x=0, pada perbatasan dengan zona katalis atau
heater, temperatur mengikuti persamaan R.2.
𝜕𝑇
=0 (R.2)
𝜕𝑥
𝜕𝑇 𝑇 − 𝑇0
= 𝜌𝑔𝑎𝑠 𝐶𝑝𝑔𝑎𝑠 𝑢𝑠𝑢𝑝𝑒𝑟𝑓𝑖𝑠𝑖𝑎𝑙 (R.3)
𝜕𝑥 𝑘𝑒𝑓𝑓
Gambar R.2 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T3, T4, dan T5 untuk ST 40 menit.
Gambar R.3 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk Th dan T6 untuk ST 40 menit.
Gambar R.4 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T7, T8, dan T9 untuk ST 40 menit.
Gambar R.5 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T1 dan T2 untuk ST 75 menit.
Gambar R.6 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T3, T4, dan T5 untuk ST 75 menit.
Gambar R.7 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk Th dan T6 untuk ST 75 menit.
Gambar R.8 Grafik perbandingan hasil simulasi untuk T7, T8, dan T9 untuk ST 75 menit.
Tabel R.1 Penentuan galat dari nilai rata-rata temperatur untuk ST 40 menit.
Ttermokopel T1 T2 T3 T4 T5
Ttermokopel 301,308 K 303,589 K 316,957 K 327,378 K 336,220 K
Tsimulasi 301,952 K 303,482 K 321,164 K 335,889 K 337,068 K
Galat (%) 0,213 0,035 1,310 2,534 0,251
Termokopel Th T6 T7 T8 T9
Ttermokopel 421,150 K 342,501 K 310,782 K 308,466 K 308,922 K
Tsimulasi 422,254 K 341,344 K 308,925 K 307,024 K 309,452 K
Galat 0,261 0,339 0,601 0,470 0,171
Tabel R.2 Penentuan galat dari nilai rata-rata temperatur untuk ST 75 menit.
Ttermokopel T1 T2 T3 T4 T5
Ttermokopel 301,019 K 304,248K 319,035 K 329,068 K 339,461 K
Tsimulasi 303,168 K 304,956 K 323,236 K 337,371 K 338,500 K
Galat (%) 0,709 0,232 1,300 2,461 0,284
Termokopel Th T6 T7 T8 T9
Ttermokopel 421,380 K 341,691 K 310,101 K 307,232 K 306,314 K
Tsimulasi 422,424 K 343,512 K 310,838 K 308,816 K 311,395 K
Galat 0,247 0,530 0,237 0,513 1,632
Berdasarkan hasil yang didapat, galat yang dimiliki bernilai maksimal sekitar 2,5% dengan
nilai galat rata-rata 0,6185% untuk switching time 40 menit dan 0,8145% untuk switching
time 75 menit. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil yang didapat pada simulasi
menyerupai hasil percobaan. Perbedaan terbesar terjadi pada termokopel T4. Hal ini
diperkirakan terjadi karena perbedaan porositas searah dari packing material inert sehingga
porositas yang dihasilkan pada saat aliran bergerak dari x=0 ke x=L berbeda ketika
aliran bergerak dari x=L ke x=0.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, didapatkan nilai konstanta UA sebesar 8,2 J/m2s
untuk switching time 40 menit dan 7,7 J/m2s untuk switching time 75 menit. Perbedaan
tersebut mengindikasikan nilai konstanta UA rata-rata sebesar 7,95 J/m2s. Perbedaan
nilai konstanta UA pada ST 40 menit dengan ST 75 menit diperkirakan terjadi akibat
dua hal utama, yaitu perbedaan porositas searah yang menyebabkan intensitas jumlah
interaksi permukaan yang terpapar dinding berbeda sehingga membedakan hasil
panas yang hilang dan lebih seringnya terjadi switching pada ST 40 menit sehingga
membuat panas yang terkandung lebih mudah terdisipasi akibat kontak dengan
temperatur yang tergolong rendah seperti temperatur udara lingkungan umpan dan
temperatur dinding yang kerap berubah.
LAMPIRAN SINTAKS PROGRAM FLEXPDE
Program yang digunakan adalah FlexPDE V.7.04/W64 Lite
VARIABLES
Temp
SELECT
{ method controls }
ngrid = 1
errlim = 1e-3
{variasi percobaan}
u= 0.01*8 {laju linear pada hari pertama}
ST=40*60 {nilai switching time adalah 40 menit}
tbegin = 0
tend = 280*60
v2=sin(pi * (t-tbegin) / ST) {fungsi vektor}
v=swage(v2,1,-1,0.0000000001)
Us= u*v {laju yang sudah divektorkan}
{tuning parameter}
heat0=2600 {Daya kompresor, W}
heat= if (Temp>423.15) then 0 else heat0 {temperatur heater}
Qh=heat / Vr {panas yang diambil udara dari pemanas, J/(m3.s)}
Twall=25 + 273.15
UA=8.2 {tebak}
Ql=UA * (Temp - Twall) / Vr {panas yang hilang melalui dinding reaktor, J/(m3.s)}
INITIAL VALUES
Temp = temp0
EQUATIONS
Temp: (rhos*Cps)*dt(Temp) = dx(keff*dx(Temp)) - (Us*rhog*Cpg)*dx(Temp) + Qh - Ql
BOUNDARIES
REGION 1 {zona inert kiri}
Qh = 0
START(0,0) NATURAL(temp) = 0 LINE TO (z5a,0)
NATURAL(temp) = 0 LINE TO (z5a,d/2)
NATURAL(temp) = 0 LINE TO (0,d/2)
NATURAL(temp) = ((1+v)/2 * rhog * Cpg * u * (Temp-temp0)) / keff LINE TO CLOSE
TIME
tbegin to tend
PLOTS
for time=endtime
transfer(Temp) file='TransferTemp.dat'
for cycle= 1000
elevation(Temp) from (0,d/2) to (z10,d/2)
HISTORIES
history(Temp)
at(z1+0.14,d/2);(z2+0.01,d/2);(z3+0.02,d/2);(z4+0.022,d/2);(z5-0.006,d/2)
history(Temp)
at(z10/2,d/2);(z6-0.002,d/2);(z7+0.048,d/2);(z8-0.03,d/2);(z9-0.195,d/2)