PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setengah abad terakhir telah terjadi perubahan-perubahan besar dalam
aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, moralitas, intelektualitas, keagamaan,
dan lain-lain diseluruh dunia. Bersaman dengan perubahan-perubahan itu, berlangsung juga
revolusi biomedis, yaitu kemajuan-kemajuan luar biasa dalam ilmu-ilmu biologi, ilmu dan
teknologi kedoteran, teknologi alat-alat medis, bioteknologi medis, dan penerapan semua itu
dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Samsi Jacobalis, 2005:201).
Bioetika merupakan istilah yang masih asing bagi banyak orang. Istilah bioetika
pertama kali dipakai pada tahun 1971 oleh ahli kanker Amerika, Van Rensselaer Potter, dalam
bukunya Bioethics: Bridge to the Future. Tanggung jawab para ahli biologi dalam menjamin
hidup di bumi ini dan dalam menciptakan syarat-syarat untuk meningkatkan kualitas kehidupan.
Beberapa institusi merasa tergugah untuk mengikut sertakan etika dalam menilai masalah-
masalah yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi khususnya bidang kedokteran dan biologi.
Institusi yang pertama kali didirikan oleh filsuf Amerika, Daniel Callahan, bersama seorang
psikeater, Willard Gaying, pada tahun 1969 dengan nama Institute of Society, Ethics and the Life
Sciences(.
F. Abel mengusulkan defenisi dari bioetika adalah studi interdispliner tentang
problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran
yang berdampak kepada msayarakat luas kini dan di masa yang akan datang (terjemahan
Bertens). Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prestasi terbesar yang dihasilkan manusia
sepanjang sejarah. Yang menjadi pertanyaan, apakah setiap hal yang bisa dilakukan manusia
(berkat kemajuan teknologi) pada kenyataan boleh dilakukan juga. Apakah kita boleh
mempraktekkan fertilisasi in vitro (atau, popupernya, bayi tabung), melakukan transpalasi organ
tubuh dan seterusnya.
Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan manfaat bagi
kemanusiaan. Satu contoh lagi di bidang kedokteran adalah: dengan teknik biologi molekuler,
telah dikembangkan analisis genetik untuk mendeteksi dini penyakit-penyakit kelainan gen,
sehingga dapat dilakukan pengobatan lebih awal; ini merupakan perkembangan yang
menjanjikan di bidang kedokteran/kesehatanKemajuan ilmu pengetahuan menuntut diadakan
eksperimen-eksperimen baru. Tetapi apakah batas-batas etis untuk eksperimen semacam itu?
Sampai di mana hak-hak manusia yang terlibat dalam eksperimen harus dilindungi? Sampai
batas mana boleh diadakan eksperimen dengan embrio manusia atau dengan sperma dan sel telur
manusia? Problem-problem lebih besar lagi muncul berkaitan dengan rekayasa genetik. Gen-gen
dapat dimanipulasi, pada tahap tumbuhan, binatang, maupun manusia. Bagaimana pun ilmu
pengetahuan sebagai ciptaan manusia yang tidak akan lepas dari tanggung jawab manusia itu
sendiri (Samsi Jacobalis, 2005:199) .
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun Tujuan penulis makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kulia Filsafat dan Bioetika Pembelajaran Biologi.
2. Memahami Ruang lingkup Bioetika.
5. Euthanasia
Eutanasia dapat juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri hidup seorang
individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai
bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya
(Parikesit, 2007). Pada saat ini banyak sekali pertentangan terhadap praktek eutanasia. Ada
pihak-pihak yang kontra terutama dari kalangan pemuka agama yang menganggap bahwa
tindakan eutanasia merupakan upaya pembunuhan baik yang dilakukan secara terencana
ataupun tidak dan juga dipandang menyalahi aturan agama karena mendahului kehendak
Allah SWT. Tetapi tidak sedikit juga yang menjadi kelompok yang pro akan tindakan
eutanasia ini yang umumnya di anut terutama oleh kebanyakan pasien atau orang yang
memiliki penyakit atau penderitaan yang tak berkesudahan dan kesempatan untuk sembuhnya
tipis.
6. Hak pasien
Berkembangnya etika pelayanan kesehatan sebagai suatu bidang khusus dan
pencarian berbagai hak melalui pengadilan telah membantu untuk menetapkan banyak hak dalam
konteks pelayanan kesehatan. Hak-hak pasien diantaranya; hak atas informasi, hak untuk
menolak pengobatan, hak atas privasi, catatan medis di Rumah Sakit dan lain-lain.
2.6 Kaidah-Kaidah Bioetika
Menghormati martabat manusia (respect for patient’s decision/autonomy).
Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai
manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap
manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan (Agus
Purwadianto, 2004). Kaidah-kaidah dasar bioetika diantanya:
1. Tindakan berbuat baik
Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip “tidak merugikan. Kewajiban
berbuat baik menuntut bahwa kita harus membantu orang lain dalam memajukan kepentingan
mereka, jika kita melakukannya tanpa resiko bagi diri kita sendiri. Berbuat baik adalah cara
untuk menjamin sikap timbale balik dalam hubungan kita satu sama lain dan menyampaikan
kepada orang lain apa yang kita terima di masa lampau (T.Beauchamp and J. Childress,
op.cit:135).
Proses dalam berbuat baik ada empat langkah. Pertama, orang yang harus kita bantu
mengalami bahaya besar atau resiko kehilangan sesuatu yang penting. Kedua, saya sanggup
melakukan sesuatu yang secara langsung menyumbang untuk mencegah terjadinya kerugian atau
kehilangan sesuatu. Ketiga, perbuatan agaknya mencegah terjadinya kerugian. Keempat, manfaat
yang diterima orang sebagai akibat perbuatan saya (a) melampaui kerugian saya sendiri dan (b)
membawa resiko minimal bagi diri saya ( Ibid:140). Sikap yang dapat dilakukan dalam berbuat
baik (Agus Purwadianto, 2004) :
Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
Kewajiban menolong pasien gawat darurat
Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
Memberikan obat berkhasiat namun murah
2. Tidak merugikan
Tidak merugikan merupakan suatu cara teknis untuk menyatakan bahwa kita
berkewajiban tidak mencelakakan orang lain, salah satu prinsip paling tradisional dari etika
kedokteran. Kewajiban untuk tidak merugikan seseorang dengan sengaja atau secara langsung.
Kewajiban untuk tidak merugikan akan melarang mengebut di jalan ( Ibid:97). Sikap yang dapat
dilakukan dalam tidak merugikan (Agus Purwadianto, 2004) :
Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Memberikan semangat hidup
Melindungi pasien dari serangan
3. Keadilan
Keadilan adalah pembagian manfaat dan beban, serta pembagian barang dan jasa
menurut standar yang adil. Akan tetapi, menentukan standar adil itu telah merepotkan dan
membingungkan orang sepanjang masa (Ibid:169). Keadilan non-komparatif menentukan
pembagian barang atau sumber dengan memakai standar yang tak tergantung dari tuntutan orang
lain. Disini terdapat suatu prinsip pembagian atau perlakuan, bukan evaluasi terhadap keadaan
khusus sebuah kasus atau kebutuhan individu. Prinsip formal keadilan bersifat non-komparatif,
sejauh iya menetapkan suatu aturan untuk mengukur pembagian. Prinsip material keadilan
memfokuskan suatu cirri yang relevan atau suatu criteria yang bisa menjadi dasar untuk
mengadakan pembagian. Dengan demikian prinsip material keadilan bersifat komparatif, sejauh
menyangkut kebutuhan khusus dan atas dasar itu menentukan apa yang harus dilakukan
(Thomas.S :26-27).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode pada tugas
manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau menerjemahkan nilai-nilai itu ke dalam norma-
norma (etika dasar) dan menerapkan nya pada situasi kehidupan konkret (Prof.Dr.Guido
Maertens,1990).
Teknologi telah berkembang yang memmunculkan berbagai problem etika. Institusi-
institusi telah membahas masalah bioetika seperti transpalasi organ tubuh, pembuahan in vitro,
jantung buatan, abortus, penguasaan kelahiran, alokasi sumber daya, rekayasa genetik,
pengubahan perilaku, dan problem-problem yang berkaitan dengan kematian. Karena bioetika
menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi, sejauh
diterapkan pada kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya luas sekali.
3.2 Saran
Dalam pengambilan keputusan melakukan percobaan untuk mengadopsi temuan yang
dapat dianggap paling bermanfaat dari beberapa aspek harus memikirkan dampak negative dan
positif disekitarnya. Rekomendasi Etika dan Bioetika yaitu: Mulai dari diri sendiri dan
lingkungan keluarga, saling mengingatkan, kembangkan etika profesi, hindari Plagiat (khusus
Peneliti).
DAFTAR PUSTAKA
Beauchamp T, James F. (1977). Childress, Principles of Biomedical Ethics: Oxford University Press.
Darmadipura Sajid. (2005). Kajian Biotik. Surabaya: Air Langga University Pers.
http://bioetika.edublogs.org/artikel/bioetika-islam-dalam-transplantasi-organ-eutanasia/ (diakses 28
September 2012).
Jacobalis, S. (2005). Pengantar tentang Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis, dan Bioetika.
Jakarta:Sagung Seto.
Johansen, C.K. and Harris, D.E. 2000. Teaching the Ethics of Biology. The American
Biology Teacher, 62 (5) : 352-358.
Koesnandar, Is Helianti. 2008. Isu Bioetika dalam Riset dan Industrialisasi Sumber Daya Genetik Mikroba.
Seminar Bioetika Nasional 29 Mei 2008.BPPT Bogor.
Lewins, F. (1996). Biothics For Health Professionals. Melbourne MachMillan Education Australia Pty Ltd.
Maertens G, Wacher M, Bone E, Betens K. (1990). Bioetika Refleksi Atas Masalah Etika Biomedis. Jakarta:
Gramedia.
Magnis-Suseno,F. (1995). Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.edisi kedua, Cetakan
keenam. Yogyakarta: Gramedia Pustaka.
Shannon, Thomas . (1995). Pengantar Bioetika (diterkemahkan oleh K. Bertens). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Soflari, E. (2001). Tinjauan Etika dan Agama Tentang Pemanfaatan Hasil Rekayasa Genetika. Disampaikan
pada Seminar nasional” Rekayasa Genetika” Tantangan dan Harapan”. Bandung. 22-23 Mei
2001.