LuciaDestri Natalia1, Dina Rahayuning P, STP, M.Gizi2, dr. Siti Fatimah, M.Kes2
1.
Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 2.Staf Pengajar Peminatan Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Kekurangan gizi yang menjadi masalah kesehatan umumnya terjadi pada balita
karena merupakan kelompok rentan gizi. Status gizi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya tingkat kecukupan zat gizi dan ketahanan pangan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui analisis hubungan ketahanan pangan tingkat
keluarga dan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi batita di Desa
Gondang Winangun, Temanggung. Jenis penelitian ini bersifat Explanatory
Research dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 57
orang diambil dengan metode purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Hasil analisis uji statistik Rank Spearman menunjukkan tidak ada
hubungan ketahanan pangan tingkat keluarga dengan tingkat kecukupan energi
(p=0,826), ada hubungan ketahanan pangan tingkat keluarga dengan tingkat
kecukupan protein (p=0,016), tidak ada hubungan tingkat kecukupan energi
dengan status gizi batita (p=0,720), ada hubungan tingkat kecukupan protein
dengan status gizi batita (p=0,004) dan ada hubungan ketahanan pangan tingkat
keluarga dengan status gizi batita (p=0,001). Saran bagi masyarakat diharapkan
ikut aktif dalam kegiatan posyandu agar dapat memantau status gizi batita dalam
keluarga.
Kata kunci : ketahanan pangan, tingkat kecukupan zat gizi, status gizi
Kepustakaan : 46, 1989-2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
makanan. Nilai yang sangat penting Winangun adalah 86,55% AKG. Hal
dari bahan makanan atau zat makanan tersebut sama artinya dengan rata-rata
adalah bagi pertumbuhan dan tingkat kecukupan protein sampel baik.
perkembangan fisik serta perolehan Nilai maksimal yang diperoleh adalah
energi untuk melakukan kegiatan 101,6% AKG dan nilai minimal yaitu
viii
sehari-hari. 71,88% AKG. Informasi tentang
Penelitian tentang pola konsumsi distribusi tingkat kecukupan protein
pangan yang dilakukan oleh Wora di sampel pada penelitian dapat dilihat
Timor Tengah juga menunjukkan pada tabel 3..
adanya tingkat kecukupan energi Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat
kurang pada balita sebanyak 13,3%. Kecukupan Protein pada Batita di
Bahkan ada 50% diantaranya Desa Gondang Wiangun, Kabupaten
tergolong defisit energi. Tingkat Temanggung.
kecukupan energi pada kategori defisit Tingkat
dikarenakan kurangnya pengetahuan Kecukupan N %
dari masyarakat khususnya para ibu Protein
tentang kecukupan gizi. Penyediaan Kurang 10 16,7
makanan dalam keluarga dilakukan Baik 49 81,7
oleh seorang ibu. Apabila pengetahuan Lebih 1 1,7
ibu tentang kecukupan gizi kurang, Total 60 100,0
maka banyak diantara
Berdasarkan tabel 3. diketahui
mereka yang tidak dapat bahwa tingkat kecukupan protein
memanfaatkan bahan makanan yang
sampel sebagian besar (81,7%)
bergizi yang berakibat timbulnya
adalah baik (80-100% AKG). Sampel
gangguan gizi. Selain itu, rendahnya
dengan tingkat kecukupan protein
pendapatan dan banyaknya anggota
lebih (>100% AKG) sebanyak 1,7%
keluarga juga menjadi pemicu
dan 16,7% mengkonsumsi protein
kurangnya penyediaan makan bagi
kurang dari angka kecukupan gizi
anggota keluarga yang mempengaruhi
(<80% AKG).
tingkat konsumsi energi.ix
D. Status Gizi Batita
C. Tingkat Kecukupan Protein
Gambaran distribusi frekuensi sampel
Dari hasil penelitian diketahui berdasarkan status gizi batita dapat
bahwa rata-rata tingkat kecukupan dilihat dalan tabel 4.
protein batita di Desa Gondang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Data dalam tabel 4. diketahui bahwa suatu penyakit juga menjadi salah satu
sebanyak (61,7%) sampel memiliki penyebab batita tersebut mengalami
status gizi baik. Persentase terendah gizi kurang. Kemungkinan adalah
(6,7%) menunjukkan sampel dengan adanya batita yang mengalami
status gizi lebih (>+2 SD), sedangkan kecacingan, sehingga meskipun dipicu
sampel yang status gizinya kurang, dengan tingkat kecukupan zat gizi
yaitu antara <-2 SD s/d -3 SD diketahui yang baik tetapi belum mampu
sebesar (31,7%). meningkatkan status gizinya.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Status gizi merupakan indikator dalam
Gizi Batita di Desa Gondang menentukan derajat kesehatan anak.
Winangun, Kabupaten Temanggung. Status gizi yang baik dapat membantu
Status proses pertumbuhan dan
Gizi n % perkembangan yang optimal. Gizi yang
Batita cukup dapat memperbaiki ketahanan
Buruk 0 0 tubuh, sehingga tubuh akan terhindar
Kurang 19 31,7 dari berbagi penyakit. Status gizi dapat
ketahanan pangan keluarga maka protein.viii Hal ini senada pula dengan
tingkat konsumsi protein juga akan kerangka pikir UNICEF, bahwa tingkat
membaik. Keluarga tahan pangan konsumsi individu dipengaruhi oleh
tentunya mampu menyediakan ketahanan pangan dalam keluarga.
makanan bagi setiap anggota Efektifitas penyerapan makanan
keluarganya. Maka bila persediaan tergantung dari pangan yang tersedia
makan cukup, keluarga juga mampu dalam keluarga.
memenuhi kebutuhan gizinya. Hal ini G. Hubungan Tingkat Kecukupan
didukung dengan data bahwa 83,7% Energi dengan Status Gizi Batita
keluarga yang tahan pangan memiliki Berdasarkan hasil uji statistik
batita dengan tingkat kecukupan menggunakan Korelasi Rank
protein yang baik. Spearman pada, didapatkan nilai p =
Adanya responden yang memelihara 0,720 (p > 0,05). Hal ini berarti Ho
ternak selain untuk memperoleh diterima dan Ha ditolak. Sehingga
sumber protein keluarga juga dapat dapat ditaril kesimpulan bahwa tidak
meningkatkan status gizi batita. ada hubungan yang bermakna antara
Karena pemeliharaan ternak untuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
tingkat kecukupan energi dengan memiliki status gizi yang baik. Hasil
status gizi batita. penelitian menunjukkan sebanyak
Tabel 7. Crostabs Tingkat Kecukupan 73,7% batita dengan tingkat
Energi dengan Status Gizi Batita kecukupan energi baik memiliki status
Kategori Kategori status gizi batita gizi kurang dan 10,5% batita dengan
tingkat kecukupan energi lebih masih memiliki
kecukupan kurang Baik lebih status gizi kurang. Hal ini dapat
energi disebabkan adanya infeksi atau
3 9 kecacingan pada batita. Sehingga
Sedang 0 (0%)
(15,8%) (24,3%) asupan energi dan gizi tidak dapat
14 22 diserap secara optimal oleh tubuh,
Baik 3 (75%)
(73,7%) (59,5%) maka belum mampu meningkatkan
2 6 status gizi.
Lebih 1 (25%)
(10,5%) (16,2%) Energi diukur dalam satuan kilo
19 37(100% 4 kalori. Energi yang berasal dari protein
Total
(100%) ) (100%) menghasilkan 4 kkal/gram, lemak 9
Tabel 7. menunjukkan bahwa 3 kkal/gram dan karbohidrat 4
(15,8%) batita yang memiliki tingkat kkal/gram.iv Tidak adanya hubungan
kecukupan energi sedang tetapi antara kedua variabel tersebut dapat
memiliki status gizi kurang dan 6 pula disebabkan oleh bias ketika
(16,2%) batita yang tingkat kecukupan melakukan recall konsumsi makanan.
energinya lebih memiliki status gizi Keterbatasan responden dalam
yang baik. Ini disebabkan adanya mengingat makanan yang dikonsumsi
infeksi atau kecacingan pada batita menyebabkan bias dalam tingkat
sehingga konsumsi energi dalam kecukupan energi. Faktor yang
jumlah cukup maupun lebih belum mempengaruhi status gizi secara
mampu meningkatkan status gizi batita langsung selain tingkat kecukupan gizi
tersebut. adalah pola asuh terhadap batita.
Berdasarkan hasil penelitian Kegiatan yang dilakukan oleh batita
diketahui tidak ada korelasi juga menjadi faktor dalam menentukan
(hubungan) antara tingkat konsumsi status gizi batita. Batita yang aktiv
energi dengan status gizi batita. Tidak tentu saja memiliki kebutuhan energi
ada kecenderungan batita yang yang berbeda dengan batita yang tidak
mengkonsumsi energi tinggi akan banyak melakukan kegiatan. Energi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
dapat meningkatkan status gizi batita makan. Bila kedua hal tersebut
tersebut. terpenuhi maka dapat dipastikan
Berdasarkan penelitian yang bahwa status gizinya pun akan baik.
dilakukan diketahui adanya hubungan Banyaknya responden yang
antara ketahanan pangan tingkat bermata pencaharian sebagai petani
keluarga dengan status gizi batita yang tentunya mempermudah keluarga
dibuktikan dengan hasil uji statistik. Uji untuk meyediakan makanan dari hasil
statistik tersebut menunjukkan produksi sendiri. Produksi pertanian
hubungan atau korelasi positif, yang yang biasa dipanen antara lain beras,
artinya ketahanan pangan dan status jagung, singkong, dan berbagai jenis
gizi berjalan beriringan. Bila ketahanan sayuran. Produksi pertanian ini
pangan meningkat maka status gizi tentunya meningkatkan ketahanan
batita pun akan meningkat, begitu pula pangan dalam keluarga, karena
sebaliknya. Hasil penelitian mempermudah akses keluarga dalam
menunjukkan sebanyak 89,2% menyediakan pangan bagi anggota
keluarga yang tahan pangan memiliki keluarga. Pemeliharaan hewan ternak
batita dengan status gizi baik. Kondisi untuk dikonsumsi seperti ayam, itik
ketahanan pangan keluarga yang atau kambing juga mempermudah
tercermin dari ketersediaan pangan keluarga dalam memperoleh makanan
yang dapat mencukupi kebutuhan sumber protein.
anggota keluarganya berpengaruh Kemudahan keluarga dalam
positif terhadap tingkat konsumsi dan memperoleh sumber pangan ini akan
secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tingkat kecukupan gizi
berpengaruh terhadap status gizi. Bila keluarga. Bila pola makan keluarga
ketahanan pangan keluarga baik, yang baik artinya tidak ada pengurangan
artinya ketersediaan pangan mampu frekuensi dan ukuran makan, variasi
mencukupi kebutuhan anggota makanan juga beragam dan tidak
keluarga terutama batita maka tingkat menderita penyakit atau infeksi maka
konsumsi pun juga akan baik. Tingkat dapat dipastikan tingkat kecukupan gizi
konsumsi dikatakan baik apabila keluarga juga baik. keluarga yang
memenui kebutuhan sesuai angka sehat atau tidak menderita penyakit
kecukupan dan tidak ada perubahan atau infeksi dengan tingkat kecukupan
konsumsi pangan yang mengarah gizi yang baik akan dapat memperbaiki
pada penurunan frekuensi dan ukuran
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2010. Departemen Kesehatan RI; 2011 Soekirman. Masalah Pangan dan Gizi,
dalam Baliwati, khomsan dkk. Pengantar
pangan dan gizi . Jakarta; Penebar swadaya hlm 19-28. 2000
Santoso, R. Info Pangan. Jakarta; Departemen Pertanian. 2005
Dewan Ketahanan Pangan. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.
Jakarta; Dewan Ketahanan Pangan. 2011
Djogo, A.P.Y. Diversifikasi Komoditi Pangan dari Sudut
Pandang Agroekosistem. Jakarta; Puslitbang bulog. 1994
Soblia, T.E. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga, kondisi Lingkungan,
Morbiditas dan hubunganya dengan status gizi anak balita di Banjarnegara
(skripsi). Bogor; IPB. 2009
Wora, Vianex. M. Studi Pola Konsumsi dan Status Gizi Masyarakat
Kabupaten Timor Tengah Utara. Timor Tengah; FKM Undana. 2011
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm