Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori-teori yang menjadi landasan dalam
penelitian. Landasan teori tersebut menyangkut keempat variabel yang digunakan dalam
penelitian yaitu gaya kepemimpinan transformasional, kompensasi, lingkungan kerja dan
kepuasan kerja, selain itu pada bab ini juga akan menjelaskan mengenai, dimensi dan indikator
serta kerangka pemikiran dan hal-hal penting yang berhubungan antar variabel.
2.2 Kepemimpinan
Bagian ini akan berbicara tentang pengertian kepemimpinan serta gaya kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam suatu organisasi atau perusahaan, jika
perusahaan tidak memperhatikan kepemimpinan yang ada di perusahaan, maka hal tersebut akan
mempengaruhi kepuasan karyawan dan tentunya akan menghambat laju perjalanan perusahaan
tersebut.
Menurut Jeff Madura (2001) dalam Edison, et al (2016; 89) kepemimpinan adalah proses
untuk mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan orang lain demi mencapai sasaran bersama.
Menurut Edison, et al. (2016; 93) gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin bertindak
dan/atau bagaimana ia mempengaruhi anggotanya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Northouse (2013; 96) gaya kepemimpinan mengandung pola perilaku dari
seseorang yang mencoba untuk memengaruhi orang lain.
Menurut Sedarmayanti (2009; 131) gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari
tindakan seorang pemimpin, yang tampak dan yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya
kepemimpinan yang paling tepat adalah gaya yang dapat memaksimalkan produktivitas,
kepuasan kerja, pertumbuhanan dan mudah menyelesaikannya dalam segala situasi.
Dapat disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan adalah cara dari pemimpin untuk
mempengaruhi orang lain, bawahan atau anggota. Dimana gaya kepemimpinan itu sendiri dapat
mengarahkan tingkah laku untuk mencapai tujuan organisasi atau anggota.
2.2.3 Kepemimpinan Transformasional
Menurut Northouse (2013; 176) kepemimpinan transformasional merupakan proses di
mana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan hubungan yang meningkatkan
motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut.
Selain itu menurut Yukl (2009) dalam Edison, et al. (2016; 98), dengan kepemimpinan
transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan
penghormatan terhadap pemimpin, serta mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada
yang di harapkan mereka.
2.2.4 Dimensi Kepemimpinan Transformasional
Menurut Northouse (2013; 181) ada empat dimensi dalam kepemimpinan
transformasional, yaitu:
1. Pengaruh Ideal
Faktor satu ini disebut sebagai karisma atau pengaruh ideal, ini adalah komponen
emosional dari kepemipinan. Pengaruh ideal ini mendeskripsikan pemimpin yang bertindak
sebagai teladan yang kuat bagi pengikut. Pengikut menghubungkan dirinya dengan
pemimpin ini dan sangat tinggi akan moral dan perilaku yang etis, serta bisa diandalkan
untuk melakukan hal yang benar. Mereka sangat dihargai oleh pengikut yang biasanya sangat
percaya kepada mereka. Mereka memberi pengikut visi dan pemahaman akan misi.
3. Rangsangan Intelektual
Faktor tiga ini adalah rangsangan intelektual. Hal itu mencakup kepemimpinan yang
merangsang pengikut untuk bersikap kreatif dan inovatif serta merangsang keyakinan dan
nilai mereka, seperti juga nilai dan keyakinan pemimpim serta organisasi. Jenis
kepemimpinan ini mendukung pengikut ketika mencoba pendekatan baru dan
mengembangkan cara inovatif untuk menghadapi masalah organisasi. Hal itu mendorong
karyawan untuk memikirkan hal – hal secara mandiri dan terlibat dalam pengambilan
keputusan yang hati – hati.
2.3 Kompensasi
Kompensasi merupakan masalah lain yang dihadapi oleh perusahaan. Hal ini tercermin
dalam pemaparan yang ada di dalam bab satu. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
kompensasi maka dibawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian kompensasi menurut para
ahli, dimensi serta indikator.
Menurut Mondy (2008; 268) berpendapat bahwa kompensasi adalah total balas jasa yang
diterima karyawan atas jasa mereka.
Menurut Martoyo (2007) dalam Priansa (2016; 319) menyatakan bahwa kompensasi
adalah pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa bagi employees, baik yang langsung berupa
uang (finansial) maupun yang tidak langsung berupa uang (nonfinansial).
Menurut Werther dan Davis (1996) dalam Priansa (2016; 319) menyatakan bahwa
kompensasi merupakan sesuatu yang diterima pegawai sebagai penukar atas kontribusi jasa
mereka bagi organisasi.
Menurut Cardoso (1999) dalam Sunyoto (2015; 154) kompensasi adalah segala sesuatu
yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa atas kerja mereka.
Menurut Rivai dan Sagala (2011) dalam Sinambela (2016; 219) mendefinisikan
kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka
pada perusahaan.
2.3.2 Dimensi Kompensasi
Dimensi kompensasi menurut Mondy (2008; 7) terdiri dari dua macam yaitu, kompensasi
langsung dan tidak langsung :
1 Kompensasi Langsung.
• Gaji Pokok.
• Tunjangan.
• Bonus.
2 Kompensasi Tidak Langsung.
• Liburan.
• Cuti.
• Asuransi.
Dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah bentuk pembayaran (langsung atau tidak
langsung) Kompensasi dalam bentuk langsung (finansial) seperti: Gaji Pokok, Tunjangan, dan
Bonus. Kompensasi dalam bentuk tidak langsung seperti, Liburan, Cuti, dan Asuransi, dimana
jika sistem kompensasi di perusahaan baik maka hal tersebut dapat mempengaruhi kepuasan
kerja karyawan.
Menurut Nitisemito (2008:24) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar
para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan.
Menurut Sutrisno (2010:118), lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana
kerja yang ada di sekitar pegawai yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi
pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja, fasilitas dana alat bantu
pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara orang-
orang yang ada di tempat tersebut.
Dapat disimpulkan dari beberapa definisi diatas bahwa, lingkungan kerja merupakan
segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja berupa suasana perusahaan, fasilitas perusahaan,
dan atmosfer di perusahaan. Lingkungan kerja juga berdampak secara langsung terhadap
kepuasan kerja karyawan.
Menurut Sinambela (2016; 302) kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang
yang relatif.
Menurut Davis dan Newstrom (1998) dalam Sinambela (2016; 302) berpendapat bahwa
kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidak nya
pekerjaan mereka.
Wexley dan Yukl, (2005) dalam Edison (2016; 213) berependapat kepuasan kerja adalah
cara seorang pekerja merasakan pekerjannya.
Menurut Gibson, et al. (1993) dalam Edison (2016; 213) menyebutkan bahwa kepuasan
kerja ialah sikap seorang terhadap pekerjaan mereka, sikap ini berasal dari persepsi mereka
tentang pekerjannya.
Kesimpulan dari definisi diatas adalah bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan suatu
perasaan dari individu senang atau tidaknya atas pekerjaan yang mereka lakukan.
2.5.2 Pengaruh dari Karyawan yang Tidak Puas dan Puas di Tempat Kerja.
Menurut Robbins dan Judge (2009; 112) pengaruh dari karyawan yang tidak puas dan
puas di tempat kerja, diantaranya:
a. Keluar (Exit): Perilaku yang ditunjukan untuk meninggalkan organisasi, termasuk mencari
posisi baru dan mengundurkam diri.
b. Suara (Voice): Secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi, termasuk
menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan beberapa bentuk
aktivitas serikat kerja.
c. Kesetiaan (Loyalty): Secara pasif tetapi optimis menunggu membaiknya kondisi. Termasuk
membela organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan mempercayai
organisasi dan manajemennya untuk melakukan hal yang benar.
d. Pengabaian (Neglect): Secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk, termasuk
ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus-menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya
angka kesalahan.
Hal-hal diatas dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 2.1 Response to Job Dissatisfaction
Sumber : Robbins dan Judge (2008; 115)
2.5.3 Dimensi Kepuasan Kerja
Menurut Gibson, et al. (1993) dalam Edison (2016; 216) ada lima dimensi dari
kepuasan kerja yaitu:
1. Upah.
Jumlah upah yang diterima dan dianggap upah yang wajar.
2. Pekerjaan.
Keadaan di mana tugas pekerjaan dianggap menarik, memberikan kesempatan untuk
belajar dan bertanggung jawab.
3. Kesempatan Promosi.
Tersedia kesempatan untuk maju.
4. Penyelia.
Kemampuan penyelia untuk menunjukan minat dan perhatian terhadap karyawan.
5. Rekan Sekerja.
Keadaan di mana rekan sekerja menunjukan sikap bersahabat dan mendorong.
Gaya Kepemimpinan
Transformasional.
(X1)
H1
Kepuasan Kerja.
Kompensasi.
H2 (Y)
(X2)
H3
Lingkungan Kerja.
H4
(X3)
Keterangan: