BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………2
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………………4
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………21
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..22
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri, telah menimbulkan suatu
lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang disebut iklim kerja, yang
Temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk
menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang ekstrim.
Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada
mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
banyak faktor. Namun demikian secara umum kita dapat menentukan batas kemampuan
manusia untuk beradaptasi dengan temperatur lingkungan pada kondisi yang ekstrim dangan
perubahan suhu tubuh. Manusia dianggap mampu beradaptasi dengan perubahan temperatur
lingkugan bila perubahan suhu tubuh tidak terjadi atau perubahan suhu tubuh yang terjadi
masih pada rentang yang aman. Sebagaimana diketahui bahwa suhu tubuh harus berkisar 37o-
38o C.
Apabila suhu lingkungan tinggi (lebih tinggi daripada suhu tubuh normal), maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh karena tubuh menerima panas dari
lingkungan. Sedangkan hal yang sebaliknya terjadi, yaitu bila suhu lingkungan rendah, maka
panas tubuh akan keluar melalui evaporasi dan ekspirasi sehingga tubuh dapat mengalami
kehilangan panas.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.4 Alat apa saja yang digunakan untuk mengukur iklim kerja?
1.2.5 Metode apa saja yang digunakan unk menetapkan besarnya iklim kerja?
1.3.4 Untuk memperlajari alat yang digunakan untuk mengukur iklim kerja
1.3.5 Untuk memperlajari metode yang digunakan untuk menetapkan besarnya iklim
kerja
3
BAB 2
PEMBAHASAN
perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan
tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Iklim kerja
adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara , kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi di tempat kerja. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungakan dengan produksi
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem
pengatur suhu (thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan
antara panas yang dihasilkan dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dengan pertukaran
panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar. Produksi panas dalam tubuh tergantung dari
keadaan fisik tubuh, makanan yang telah atau sedang dikonsumsi, pengaruh panas tubuh
sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (pengupan keringat). Konduksi
ialah pertukaran panas antara tubuh dengan benda-benda sekitar melalui mekanisme sentuhan
atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh,apabila benda-benda
sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat menambah panas badan apabila suhunya lebih tinggi
dari tubuh. Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak
udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui
kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh. Tergantung
4
dari suhu udara dana kecepatan angin, konveksi memainkan besarnya peran dalam pertukaran
panas antara tubuh dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas
kepada tubuh. Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang panas.
Tergantung dari suhu benda sekitar , tubuh menerima atau kehilangan panas lewat
mekanisme radiasi panas. Selain itu, dan penting sekali manusia dapat berkeringat yang
dengan penguapan di permukaan kulit atau melalui paru-paru dan rongga mulut tubuh
Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri, telah menimbulkan suatu
lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang disebut iklim kerja, yang
Iklim kerja panas merupakan mikro meterologi dari lingkungan kerja. Iklim kerja ini
sangat erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi.
Dibawah ini beberapa contoh tempat kerja, dengan iklim kerja panas, yaitu:
b. Tempat kerja yang langsung sinar matahari (outdoor operation) seperti: bongkar
5
c. Tempat kerja dengan ventilasi udara yang kurang memadai.
dingin, misalnya di pabrik es, kamar pendingin, ruang komputer, ruang kantor dan
sebagainya.
Cold stress terjadi bila suhu inti <350 C. tantangan individu pekerja terhadap
pajanan suhu lingkungan yang terlalu dingin ditentukan dari tiga faktor penting,
antara lain: suhu lingkungan, gerak udara (kecepatan angin) dimana seseorang akan
merasa lebih dingin bila angin bertiup lebih kencang dan kelembaban (kebasahan)
dimana udara yang lembab mengonduksikan pengeluaran suhu tubuh 25 kali lebih
pencairan gas.
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau
kurangnya koordiansi otot. Sedangakan pengaruh suhu ruangan yang sangat rendah
terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan
berusaha mengganti kehilangan panas tubuh. Bila tubuh sudah tidak dapat lagi
mengganti kehilangan panas tubuh, suhu inti tubuh akan turun, keadaan ini disebut
hipotermia. Pada hipotermia ringan, suhu tubuh inti berkisar 350-360 C. rasa dingin
yang diikuti rasa nyeri pada bagian tubuh yang terpajan merupakan gejala dini
hipotermia. Biasanya tubuh mengigil untuk menambah panas tubuh, bila pajanan
dingin berlanjut, rasa dingin dan nyeri berkurang berubah menjadi rasa baal. Pada
hipotermia sedang, suhu inti tubuh berkisar antara 330-350 C. gejala yang timbul
mirip dengan hipotermia ringan, tetapi biasanya menggigil berkurang atau tidak
mengigil sama sekali, dan kesadaran mulai menurun. Pada hipotermia berat, suhu inti
tubuh berkisar antara 280-330 C. gejalanya, tidak mengigil sama sekali, kesadaran
mulai menurun, kulit bagian tubuh yang terpajan berwarna biru, kesadaran sangat
menurun, otot-otot menjadi kakum bicara tidak jelas lagi, dan timbuk gejala syok.
Pada hipotermia kritis, suhu inti tubuh <280C. Gejalanya tidak sadar, pernapasan
lemah,nadi sangat lembat, pupil dilatasi, dan tubuh kaku. Pertolongan pertama seperti
Untuk menilai hubungan iklim kerja dan efeknya terhadap perorangan atau kelompok
teanga kerja perlu diperatikan seluruh faktor yang meliputi lingkungan, faktor
7
Angin Kesegaran jasmani Beban fisik
Kemantapan emosi
Karakteristik emosi
Pada umumnya alat yang digunakan untuk pengukuran temperatur lingkungan kerja
dan pajanan panas personal bersifat langsung baca (direct reading instrument).
2. Suhu basah alami dan bola (Natural wet bulb temperature) – Tnwb
8
Pengukuran suhu basah alami dilakukan dengan menggunakan
berwarna hitam untuk menyerap radiasi infra merah. Jenis termometer untuk
mengukur suhu radian yang paling sering digunakan adalah Vernon Globe
menit. Sedangkan untuk alat ukur yang banyak menggunakan ukuran bola
9
Pengukuran kelembaban udara penting dilakukan karena merupakan
salah satu faktor kunci dari iklim yang memengaruhi proses perpindahan
adalah hygrometer atau psychrometer yang bersifat direct reading. Alat ini
mempunyai sensitivitas yang rendah khususnya pada suhu diatas 500C dan
5. Kecepatan angin
panas antara tubuh dan lingkungan khususnya melalui proses konveksi dan
evaporasi. Kecepatan angin umumnya dinyatakan dalam feet per minute (fpm)
10
Gambar 2. Anemometer
tingkat pajanan panas pada individu. Pengukutan pajanan personal perlu dilakukan
apabila pekerja yang beresiko terpajan panas bekerja berpindah-pindah atau pola
personal lebih memperlihatkan apakah perubahan suhu tubuh dan denyut nadi pekerja
yang terpajan panas, alat ukut pajanan panas personal biasanya dilengkapi dengan
sensor untuk mendeteksi perubahan suhu tubuh dan denyut nadi yang dipasang di
Penentuan sampel
Langkah pengukuran
Untuk menentukan apakah suatu area atau lokasi kerja merupakan titik
adalah:
a. Pada area yang dijadikan titik sampling diduga secara kualitatif atau
11
kemungkunan terjadinya tekanan panas karena adanya sumber panas atau
terpajan panas.
kerja.
Dari tiga alasan di atas adanya pekerja yang melaksanakan pekerjaan dan berpotensi
mengalami tekanan panas merupakan alasan yang penting untuk layak atau tidaknya suatu
area dijadikan sebagai titik pengukuran. Suatu lingkungan kerja yang mempunyai sumber
panas dan/atau terpajan panas bukan prioritas untuk diukut apabila di area tersebut tidak ada
Aspek lain yang harus diperhatikan adalah jumlah titik pengukuran. Tidak ada
formula yang baku untuk menentukan berapa jumlah titik pengukuran pada suatu area yang
mempunyai panas yang tinggi. Secara umum jumlah titik pengukuran dipengaruhi oleh
jumlah sumber panas dan luas area yang terpajan panas yang mana terdapat aktivitas pekerja
di area tersebut. Secara professional judgement kita boleh saja menetapkan setiap area
dengan luas 5 x 5 meter diwakili oleh satu titik pengukuran. Namun pendekatan yang umum
digunakan untuk menentukan suatu titik pengukuran adalah area yang panas yang merupakan
zona aktivitas dan pergerakan pekerja selama bekerja diarea tersebut. Selama kita yakin
bahwa semua area kerja yang mempunyai indikasi menyebabkan tekanan panas pada pekerja
sudah diukur, maka jumlah titik pengukuran yang diperoleh dianggap cukup.
2. Lama pengukuran
12
Berdasarkan SNI- 16-7061-2004 tentang pengukuran iklim kerja (panas)
dengan parameter indeks suhu basah dan bola tidak dijelaskan berapa pengukuran
bahwa pengukutan dilakukan sebanyak 3 kali selama 8 jam kerja, yaitu pada awal
dilakukan secara kontinyu (selama 8 jam kerja) atau hanya pada waktu-waktu
120 menit.
a) Tahap persiapan
Beberapa hal yang dilakukan ada tahap persiapan adalah sebagai berikut:
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain Questempo 34, tripod kamrea,
Pastikan alat dalam komdisi baik dan berfungsi dengan benar serta masih dalam
Periksa apakah daya baterao pada alat masih memadai. Lihat petunjuk pada buku
Lakukan kalibrasi internal dengan alat kalibrasi yang tersedia. Pastikan bahwa
perbedaan pembacaan dengan ukuran pada kalibrasi tidak lebih dari 0,5.
Kemudian lakukan pengaturan pada alat dengan mengikuti petunjuk pada buku
manual. Beberapa aspek yang diatur adalah : tanggal, waktu, bahsa, satuan
13
pengukuran, logging rate, heat index. Pastikan bahwa semua pengaturan sesuai
dengan ketentuan.
Pasang alat pada tripod kamera dan bawa alat ke lokasi atau titik pengukuran.
b) Tahap pengukuran
Letakkan alat pada titik pengukuran dan sesuaikan ketinggian sensor dengan
Buka tutup termometer suhu basah alami dan tutup ujung termometer dengan kain
aktun yang sudah disediakan. Basahi kain katun dengan aquadest secukupnya
sampai pada wadah tersedia cukup aquadest untuk menjamin agar termometer
Nyalakan alat dan biarkan alat selama beberapa menit untuk proses adaptasi
dengan kondisi titik pengukuran. Waktu untuk adaptasi terdapat pada manual.
Setelah melewati masa adaptasi, aktifkan tombol untuk logging atau proses
memori alat berdasarkan kelipatan waktu yang digunakan (logging rate). Waktu
diinginkan.
Bila telah selesai, non aktifkan fungsi logging dan kemudia alat bisa pindah ke
titik pengukuran yang lain atau data yang ada sudah bisa dipindahkan ke komputer
atau di cetak.
Bila pengukuran dilanjutkan ke titik pengukuran yang lain tanpa harus melakukan
14
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pengukuran di tempat
Peletakan alat harus pada posisi yang aman, waspadai alat jangan sampai bergetar,
Letakkan alat pada titik pengukuran yang tidak mengganngu aktivitas pekerja.
pengukuran. Bila diperlukan gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
Berkoordinasi dengan pekerja dan penaggung jawab area untuk kelancaran proses
pengukuran .
15
Setelah diperoleh hasil pengukuran temperatur lingkungan, maka langkah
dengan standar dan peraturan yang berlaku. Standar yang digunakan adalah
Tenaga Kerja, Nomor KEP. 51/MEN/1999, tanggal 16 April 1999. Selain itu juga
bisa mengacu pada TLV’s dan BEI dari ACGIH. Untuk bisa melakukan analisis
dari Acgih, maka selain data hasil pengukuran temperatur lingkungan, data lain
Pekerja yang menjadi sampel adalah pekerja yang berisiko yaitu yang
dalam proses kerjanya terpajan oleh panas yang tinggi. Bila terdapat beberapa
pekerja yang terpajan oleh panas yang tinggi di lingkungan kerja, maka sebaiknya
terdapat pekerja yang diukur pajanan panas personalnya untuk setiap jenis
pekerjaan. Tidak ada formula yang baku dlaam menentukan jumlah sampel yang
2. Langkah pengukuran
a. tahap persiapan
16
beberapa hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai
berikut:
Pastikan alat ukut yang digunakan berfungsi, dalam kondisi baik, dan
Pasang alat ukur pekerja sesuai dengan posisi dan cara pemasangan
pengukuran.
b. Tahap pengukuran
Setelah alat terpasang dengan benar, maka selanjutnya adalah sebagai berikut:
dilakukan.
Bila pengukuran telah selesai, matikan alat dan lepaskan alat dari
tubuh pekerja.
Intepretasi hasil pengukuran umumnya adalah dengan melihat perubahan suhu tubuh
dan kadang ada alat yang juga bia mengukur perubahan denyut nadi selama bekerja dan
terpajan panas. Berdasarkan TLVs dan BEI-ACGIH pekerja dikatakan mengalami tekanan
panas apabila:
a. secara konstan dalam beberapa menit denyut nadi melebihi 180 denyut per menit
dikurangi umur pekerja dalam tahun (180-umur) begi pekerja yang fungsi jantungnya normal.
b. suhu tubuh meningkat mencapai 38,50 C bagi pekerja yang sehat dan
c. Denyut nadi recovery pada satu menit setelah terpapar lebih dari 120 denyut per
menit.
Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas sebagai berikut:
1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami oleh
seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban
dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif ialah tidak
pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan panas radiasi, dibuat skala suhu
efektif yang dikoreksi. Namun tetap saja ada kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak
2. Indeks suhu basah dan bola (ISSB) dengan rumus-rumus sebagai berikut:
ISSB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering (untuk bekerja
3. Prediksi kecepatan keluar keringat selama 4 jam yaitu banyaknya prediksi keringat
keluar selama 4 jam sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran
udara serta panas radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan
4. Indeks Belding-Hacth, yaitu kemampuan berkeringat orang standar yaitu orang muda
dengan tinggi 170 cm dan berat badan 154 pon, dalam keadaan sehat dan memiliki
Standar pajanan temperatur di tempat kerja mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga
Nilai ambang batas ini dimaksudkan untuk meminimalisasi risiko terjadinya gangguan
kesehatan akibat suhu lingkungan kerja yang terlalu panas. Untuk mengetahui iklim kerja di
suatu tempat kerja dilakukan pengukuran besarnya tekanan panas (heat stress). Salah satunya
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISSB) yang
diperkenankan
19
Bekerja terus menerus - 30,0 26,7 25,0
(8jan/hari)
25% istirahat 30,6 28,0 25,9
75% kerja
50% istirahat 31,4 29,4 27,9
50% kerja
75% istirahat 32,2 31,1 30,0
25% kerja
batas iklim kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISSB) yang diperkenankan, adalah:
Tabel 3. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISSB) yang
diperkenankan
Catatan:
a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 kilo kalori per jam
b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar dari 200-350 kk/jam kilo kalori
per jam
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350-500 kilo kalori per jam
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi
dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya. Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara ,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi di tempat kerja. Kombinasi dari
keempat faktor ini dihubungakan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut
2. Iklim Kerja dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin
3. Faktor yang memengaruhi iklim kerja meliputi lingkungan, faktor manusiawi, dan
dan higrometer.
21
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Sugeng.2009. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Semarang : Universitas Dipenogoro
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : Sagung
Seto
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Permenakertrans No. PER/13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
22