PENDAHULUAN
1
penyakit berdampak pada prokduktifitas dan kualitas standing stock yang ada.
Diantaranya adalah menurunkan rata-rata pertumbuhan, kualitas kayu,
menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang besar akan
mempengaruhi pada kenampakan estetika hutan. Dengan demikian perlu adanya
pembahasan mengenai hama dan penyakit tanaman kehutanan yang kemudian
dapat diambil solusi pengendaliannya. Juga sebagai salah satu usaha untuk
pengembangan peningkatan produktifitas hutan yang diharapkan memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dengan lingkungan yang tetap lestari dan
berkesinambungan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan transek ini adalah
1. Mengetahui hama dan penyakit hutan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang
tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus,
bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu
2
tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang
sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama
tanaman. Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan
jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan,
tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam
tubuh tumbuhan sehingga mematikan
tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit,
umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan
dapat menyebabkan kematian.
Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan
oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga
disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur
disebut fungsida. Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat
harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan
tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan
karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh
karena itu pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan
seminimal dan sebijak mungkin.
Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat
mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah
hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang
sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai
musuh yang memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah
populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang.
Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus
tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat
banyak dan menjadi hama pertanian. Agar diperoleh pengertian yang sama tentang
hama-penyakit hutan, maka terlebih dahulu
kita jabarkan apa yang disebut hama dan apa yang disebut penyakit.
2.1 pengertian hama tumbuhan
3
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan
sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang
tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat
a) Tikus
Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal
ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,
dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi
yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi
perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus
sangat aktif di malam hari.Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian
tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan
muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan
para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk
memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan
sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka
berarti sawah tersebut diserang tikus.
b) Wereng
c) Walang Sangit
d) Ulat
Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan
benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika
menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase
4
ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam
hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
e) tungau
Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk
mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada
daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan
daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar
5
Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak
jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh
mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat
disebabkan oleh virus
a) Jamur
b) bakteri
c) virus
Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat
terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena
6
dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang
sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang
disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak –
bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang
menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk.
Penularan melalui perantara serangga.
d) alga (ganggang)
7
b. Pemberantasan (control) artinya kita mengusahakan atau melakukan
tindakan-tindakan terhadap tanaman yang sudah terserang hama/penyakit,
dengan harapan agar tanaman itu akan sembuh dan normal kembali.
Hadi (1990) mengatakan bahwa konsepsi dasar perlindungan hutan dari
serangan hama dan penyakit sedikit berbeda dengan yang biasa digunakan untuk
perlindungan tanaman pertanian karena beberapa hal, antara lain :
a. Hasil utama yang dipanen dari hutan adalah kayu, meskipun ada beberapa
perkecualian seperti biji pada hutan tengkawang (Shorea stenoptera), dan
hasil hutan non-kayu seperti rotan, bahan obat-obatan yang terkandung
dalam rhizom, daun dan sebagainya.
b. Di dalam hutan, jenis-jenis pohon yang tumbuh tidak dikelola secara
intensif seperti pada pertanaman pertanian, walau di beberapa negara
pengelolaan hutan tanaman mulai dilakukan secara intensif, namun
demikian pada umumnya masih belum seintensif pada pertanaman
pertanian.
c. Bagian pohon yang dikeluarkan dari hutan adalah batangnya apabila hutan
tersebut adalah hutan produksi kayu pertukangan, dan batang beserta
seluruh percabangannya apabila untuk produksi serat dan energi.
d. Daur hutan dapat mencapai puluhan tahun kecuali untuk produksi serat
dan produksi energi, yang lebih pendek.
e. Hutan dapat mempunyai fungsi lain disamping untuk produksi, antara lain
untuk melindungi tanah dari penghanyutan oleh air hujan, tata air,
perlindungan marga satwa dan sebagainya.
f. Banyak hutan terletak di tempat-tempat yang terpencil, tidak mudah
dicapai, dan tidak banyak dihuni manusia yang dapat membatasi
kemungkinan untuk pengelolaannya secara intensif termasuk dalam upaya
perlindungannya terhadap gangguan hama dan penyakit.
g. Siklus hidup jenis-jenis pohon yang biasanya panjang, menyebabkan
pemuliaan dalam upaya untuk memperoleh varietas unggul yang resisten
terhadap hama/penyakit, menjadi lebih sulit dan memerlukan program
jangka panjang.
BAB III
METODOLOGI
8
3.1 Tempat dan Waktu
praktikum ini dilaksanakan di UPT hampangen tepatnya di desa UPT
hampangen yang di laksankan pada tanggal 24 april 2017.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
10
Hubungan antara manusia dan lingkugan alam bagi masyarakat pedesaan
sangatlah erat. Begitu pula dengan masyarakat Desa UPT hampangen , Mata
pencaharian mereka adalah mengolah alam, dan sumber daya alam akan sangat
menentukan keadaan mereka, misalnya pada jenis dan keadaan tanah,
ketersediaan air dan curah hujan. Rapatnya hubungan timbal balik antar
kehidupan masyarakat dan lingkungan menyebabkan perlu dipahami dalam
mengembangkan program bersama.
Dengan teknik penelusuran desa atau pembuatan transek desa dapat
diperoleh gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat Desa UPT hampangen
bersama masalah – masalahnya, serta perubahan – perubahan potensi desa yang
ada. Berdasarkan transek Desa UPT hampangen yang dibuat oleh kelompok
yang di tentukan berdasarkan penyuluhan atau penjelajahan yang di lakukan pada
11
desa UPT hampangen, dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya lahan yang
belum di manfaatkan secara optimal. Dan banyak pula tanaman yang
pemeliharaan dan proses produksinya belum dilakukan secara intensif. Seperti
banyaknya pohon karet,serta kelapa sawit,berserta tanaman kehutanan seperti
akisa dan gerunggang yang tidak diperhatiakan sanitasi lahannya, sehingga
serangan hama dan penyakit lebih mudah, produktivitas hasilnya pun tidak
maksimal. salah satu yang menjadi kendala masyarakat UPT hampangen adalah
air sehingga Kesuburan tanah yang mulai menurun serta pengetahuan dan sikap
petani yang masih mempertahankan kebiasaan, Menyebabkan sulitnya masyarakat
dalam menerapkan inovasi baru untuk memperbaiki kegiatan usaha tani di Desa
UPT hampangen. Selain itu juga kurangnya pemahaman masyarakat akan
pemanfaatan potensi desa, untuk dijadikan sebagai peluang usaha yang
menguntungkan, membuat angka pengangguran di Desa UPT hampangen
meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
12
2. dalam pengendalian hama dan penyakit hutan ini sangat di perlukan
terutama pengolah hutan yang intensif,apalagi terjadi kerusakan tumbuhan
hutan yang parah salah satu pengendaliannya adalah yang pencegahan
dengan pemberantasan, cara pencegahan dengan pemberantasan dapat
digunakan dengan pemberian pestisida ataupun bahan – bahan lain yang
dapat mencegah hama dan penyakit tumbuhan hutan.
5.2 Saran
dalam penyusunan praktikum ini dan yang kami pelajari sangat
diharapkan sedikit ada kebijakan dari masyarakat UPT hampangen termasuk
aparat pemerintahkannya yaitu kepala desa untuk mengajak,membujuk
masyarakat untuk melakukan pengolahan lahan dengan baik,baik itu melakukan
tanaman musiman ataupun tanaman tahunan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pracaya, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman: edisi revisi. Penerbit Swadaya,
Jakarta
Rahayu, S. 1999. Penyakit tanaman hutan di Indonesia (Gejala, penyebab, dan
teknik pengendaliannya). Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Semangun, H. 1996. Pengantar Penyakit tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Suharti,M. Ragil B. Irianto dan Sugeng S. 1994. Perilaku Hama Penggerek Batang
Sengon dan Teknik Pengendalian Secara Terpadu. Bull. Pen Hutan.No.558
Pusat Penelitian & Pengembangan Perum Perhutani. 2007. Prosiding Hasil
Penelitian dan Pengembangan. Puslitbang SDH Perhutani. Cepu
Pusat Penelitian & Pengembangan Perum Perhutani. 2008. Seri Informasi Teknik
Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Hutan (Jati, Pinus, Kayu Putih, Sengon).
Pusat Penelitian & Pengembangan Perum Perhutani. Cepu.
14
LAMPIRAN
15