Anda di halaman 1dari 2

Iuran Sebagai Sumber Kekuatan Gerakan Buruh

Maju mundurnya gerakan buruh salah satunya ditentukan oleh kelancaran iuran
anggotanya. Demikian pentingnya iuran itu hingga Semaun dalam tulisannya “Penuntun
Kaum Buruh” (1920) mengatakan bahwa berani membayar iuran yang besar berarti berani
untuk memerdekakan kaum buruh atau serikat buruh, dan berani menentang kaum majikan.
Meski sederhana dan jumlahnya tidak seberapa, namun sekedar membayar iuran merupakan
suatu tindakan yang progresif.
Jika diibaratkan, iuran anggota layaknya darah yang membawa oksigen (ide, kegiatan,
instruksi, atau tuntutan) tersebar ke seluruh tubuh (organisasi serikat). Sementara itu,
kedisiplinan anggota merupakan jantung yang menentukan kelancaran aliran darah itu.
Ketika jantung melemah, maka aliran darah akan tersendat membuat tubuh tidak
mendapatkan suplai oksigen. Tubuh akan lemas dan kemudian akan mati.
Sejarah telah menunjukan bagaimana kebesaran serikat buruh ditentukan oleh
seberapa disiplin anggotanya membayar iuran. SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia), sebagai serikat buruh terbesar selama keberadaannya (1946 – 1966) memberikan
pelajaran tentang itu. Pada Februari 1958, SOBSI seminar tentang buruh perempuan yang
pertama ada secara nasional. Seminar itu juga berhasil meningkatkan kapasitas
kepemimpinan dan juga memperluas keanggotaan buruh perempuan. Seminar dengan skala
nasional itu dapat diselenggarakan berkat dana organisasi yang 90% berasal dari iuran
anggota (Wieringa, 1999).
Ketentuan tentang iuran dan besarannya biasanya diatur dalam AD/ART atau
konstitusi organisasi buruh. Meskipun secara formal ada aturannya, namun iuran tidak dapat
dipahami sekedar sebagai ketentuan formal atau sebatas ‘kewajiban’ anggota. Lebih dari itu,
membayar iuran merupakan bentuk tindakan yang progresif dan membangun kekuatan
gerakan buruh.
Mengapa iuran menjadi sangat penting bagi gerakan buruh? Pertama, iuran
merupakan sumber utama pendanaan gerakan buruh. Tentunya dalam setiap kegiatan serikat
buruh, baik itu rapat rutin. advokasi, aksi, atau menyewa kontrakan untuk sekretariat
membutuhkan biaya. Mulai dari membeli gorengan rapat, fotokopi salinan keputusan
pengadilan, ongkos transportasi dan bensin, hingga sekedar membeli minum untuk
pendamping kasus.
Kedua, iuran merupakan bentuk solidaritas dan kekompakan di antara sesama buruh.
Pembagian tugas dalam serikat memberikan tanggung jawab dan beban kerja kepada
pengurus serikat. Bahkan seringkali, pengurus serikat menjadi seorang full timer yang
mendedikasikan seluruh waktu dan tenaganya untuk kepentingan anggotanya. Pengurus
serikat itu mencurahkan tenaganya mulai untuk mendampingi kasus anggotanya, menyiapkan
mobil komando untuk aksi hingga wara-wiri ke Disnaker dan Pengadilan Hubungan
industrial Curahan waktu dan tenaga pengurus serikat itu pada dasarnya merupakan
kerja yang menghasilkan nilai guna. Tidak jarang hasil kerja pengurus serikat itu
menghasilkan kegunaan bagi anggotanya, seperti kemenangan kasus yang diadvokasi atau
pembesaran organisasi akibat aktifnya serikat lewat kegiatan-kegiatan yang dijalankan. Iuran
di sini berperan sebagai bentuk ‘penghargaan’ hasil kerja para pengurus serikat itu.
Ketiga, iuran merupakan bentuk kerja gotong-royong membangun dan membesarkan
serikat. Mari kita simak ilustrasi berikut. Serikat buruh di PT. XYZ beranggotakan 200
pekerja. Jika dalam satu bulan seorang anggota menyisihkan upahnya Rp. 35.000 saja atau
setara dengan dua bungkus rokok, maka dalam sebulan serikat dapat mengumpulkan dana
sebesar Rp. 7.000.000. Jika upah yang diterima sebesar Rp. 3.500.000, maka uang yang
disisihkan itu hanya menghabiskan 1% dari keseluruhan pendapatan. Dana yang terkumpul
itu tentunya akan sangat membantu bagi terselenggaranya kegiatan dan perjuangan serikat itu
sendiri.
Keempat, dan dengan demikian, maka iuran menunjukan seberapa besar kecintaan
dan loyalitas anggota serikat pada organisasinya. Tindakan kecil menyisihkan hanya 1% dari
upah bulanannya amat berkontribusi bagi gerakan, khususnya jika tindakan kecil itu
dilakukan secara bersama-sama. Seperti pepatah sederhana, satu batang lidi dapat dengan
mudah patah, namun jika diikat menjadi satu akan menjadikan kekuatan yang tidak mudah
dipatahkan.
Jika pada aksi sebelumnya, sebagai contoh, kita masih disibukan dengan upaya-upaya
penggalangan dana, belum terlambat untuk mulai menata kembali kelancaran pembayaran
iuran demi organisasi yang kita cintai ini. Pengalaman sebelumnya justru memberikan
pelajaran berharga sebagai kritik-otokritik terhadap kedisiplinan dan loyalitas kita, serta
solidaritas kepada pengurus serikat yang berdedikasi. Seperti keteladanan yang diberikan
oleh leluhur kita SOBSI, tindakan kecil dari anggota yang disiplin memberikan dampak besar
bagi organisasi. Yuk bayar iuran!

Anda mungkin juga menyukai