Anda di halaman 1dari 3

Teori Belajar David Ausubel

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang berarti pengertian. Secara lebih luas, kognitif
merupakan perolehan dan penggunaan pengetahuan. Kognitif merupakan salah satu konsep
umum yang termasuk ke dalam salah satu wilayah psikologis manusia yang mencakup setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, perhatian, pemberian, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, piliran, keyakinan, dan kejiwaan. Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi juga melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.

Tokoh-tokoh teori belajar kognitif:


1. David Ausubel (Teori Belajar Bermakna)
Pengertian belajar bermakna Menurut Ausubel ada dua jenis, yaitu:
a. Belajar bermakna (meaningful learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru yang diperoleh
dapat dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang belajar. David Ausubel menaruh perhatian besar pada pendidikan siswa di
sekolah dengan memberikan perhatian dan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan
dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning).

Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh


Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan
struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar
seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna, materi yang dipelajari di
asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.
Untuk itu diperlukan dua persyaratan :
Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai
dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang
peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi
baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana
melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari
secara hafalan.
b. Belajar menghafal (rote learning)
Belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang
diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa memberikan makna di dalamnya.

Struktur kognitif didefinisikan sebagai struktur organisasional yang ada dalam ingatan
seseorang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah kedalam suatu unit
konseptual. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar belajar menjadi bermakna yaitu:
a. Pengaturan awal (advance organizer)
Pengaturan awal berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan kepada siswa jauh
sebelum materi pelajaran yang sesungguhnya diberikan.
b. Progressive differentiation
Pengembangan konsep berlangsung paling baik bila dimulai dengan cara menjelaskan
terlebih dahulu hal-hal yang umum agar sampai pada hal-hal yang khusus/rinci dan
dapat disertai dengan pemberian contoh.
c. Rekonsiliasi integratif
Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan maupun persamaan materi
yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu dan telah dikuasai siswa.
d. Konsolidasi (consolidation)
Guru memberikan pemantapan atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk
memudahkan siswa dalam memahami dan mempelajari materi selanjutnya.

Empat proses belajar bermakna menurut Ausubel:


1. Derivative Subsumption
Menggambarkan situasi dengan adanya informasi baru yang dipelajari oleh seseorang.
Misalkan siswa telah mengetahui konsep “pohon”, yaitu memiliki cabang, ranting,
daun hijau, dan buah. Siswa kemudian akan belajar tentang jenis pohon yang tidak
pernah ia pelajari sebelumnya, contohnya pohon apel. Pengetahuan baru tentang pohon
apel akan diterimanya dan dihubungkan dengan konsep tentang pohon yang telah ia
ketahui sebelumnya.
2. Correlative Subsumption
Lebih “bernilai” daripada Derivative Subsumption jika mencapai konsep yang
levelnya lebih tinggi. Misalnya siswa menemukan bahwa pohon baru yang ia dapat,
daunnya berwarna merah dan kuning. Jadi sekarang siswa mengubah/memperluas
konsep tentang pohon, yaitu daunnya dapat berwarna merah dan kuning
3. Superordinate Learning
Pada proses ini telah mengetahui banyak konsep, tetapi belum mengetahui hal lainnya
sebelum diajarkan/diinformasikan oleh orang lain.
4. Combinatorial Learning
Tiga proses sebelumnya melibatkan informasi baru yang bisa disusun sebelum atau
sesudah pengetahuan yang sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsep baru
muncul dari konsep lain yang sudah ia dapat sebelumnya, tetapi tidak dengan urutan
sebelum atau sesudah pengetahuan sebelumnya, tetapi pada level yang sama.
Seseorang dapat belajar dengan analogi yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai