Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang
tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak
digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well (sumur pembuangan).
Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: (1) secured
landfill double liner, (2) secured landfill single liner, dan (3) landfill clay liner dan masing-
masing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.
Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah setempat, lapisan dasar,
sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahan lindi
(leachate), dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di bawah sistem
pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi geomembran. Sedangkan bagian penutup
terdiri dari tanah penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis tudung
drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi penutup. Secured landfill harus dilapisi
sistem pemantauan kualitas air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui
apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured landfill tidak boleh
dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.
Deep Injection Well. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan
masih diperlukan pengkajian yang komprehensif terhadap efek yang mungkin ditimbulkan. Data
menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan pada
tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.
Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika Serikat sebagai
salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous wastes). Pembuangan limbah ke
sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang
berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama
halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi
serta hidrogeologi wilayah setempat.
Limbah B3 diinjeksikan se dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah lapisan yang
mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapisan impermeable seperti
shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman
sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah.
Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa jenis limbah
dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal
tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi,
memiliki partikel padatan, dapat membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat
aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami
dalam formasi geologi.
Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan limbah B3 ke sumur
dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika
Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:
1. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara vertikal
keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumber air tanah.
2. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di atas,
limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.
Untuk mengurangi jumlah limbah yang semakin banyak, kita perlu mengolah limbah menjadi
barang barang yang lebih berguna.
Kompos adalah hasil penguraian parsial / tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organic yang
dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobic atau anaerobic.
Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah
organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara.
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian
air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dengan melakukan kegiatan composting sampah
organik yang komposisinya mencapai 70%, dapat direduksi hingga mencapai 25%.
Untuk limbah anorganik, kita dapat mengolahnya dengan mendaur ulang menjadi sebuah
benda yang memiliki nilai estetika atau nilai guna.
Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari
barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung,
misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol
air minum dalam kemasan.
Plastik dari bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjdai kerajinan
misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau payung. Botol bekas minuman
bisa dimanfaatkan untuk membuat mainan anak-anak. Sedotan minuman dapat dibuat bunga-
bungaan, bingkai foto, taplak meja, hiasan dinding atau hiasan-hiasan lainnya.
Sampah dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis barang kerajinan yang bermanfaat.
Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari limbah kaleng di antaranya tempat sampah, vas
bunga, gantungan kunci, celengan, gift box, dan lain-lain.
Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang-barang sama
seperti barang semula atau menjadi barang lainseperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata,
atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis.
Untuk kertas, banyak yang dapat kita hasilkan dari mendaur ulang kertas, seperti menjadi kotak
hiasan, sampul buku, bingkai photo, tempat pensil, dan lain sebagainya.
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di
antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama
dari chemical conditioning ialah:
1. 1. Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara
meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah
gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan
tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering
selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit
pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
2. 2. Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan
patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia,
fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses
pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara
fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara
pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses
destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada
tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment,
polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.
3. 3. De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air
dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini
umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed,
filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
4. 4. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi
sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat
pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection
well.
5. Solidification/Stabilization
1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam
matriks struktur yang besar
3. Precipitation
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat
melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang
tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
1. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan
limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat
mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.
Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa
kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah
berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah.
Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran,
heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi.
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary
kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai
kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.
Advertisements
Report this ad
Report this ad
Related
Comments
1. pinturizky says:
Salam kenal,
Kyky
Reply
o nurullathifah says:
samasama
salam kenal juga~
Reply
o irvan says:
Reply
nurullathifah says:
you’re welcome~
terima kasih yaah sdh copy notebook ini utk menambah pengetahuan, thaks
Reply
2. abdu says:
wew ade gua emang keren dah, teruskan rul, sebarkan ilmu ilmu yang bermanfaat untuk
negri ini
Reply
3. Febby says:
wahhh,.
thanks iach,.
jd bzha tambah wawasan pengetahu’an tentang limbah,.
komplit banget penjelasannya,.
^_^
Reply
o nurullathifah says:
makasiiih
Reply
4. Makun says:
sehari nyari nyari materi buat semesteran akhirrnya nemu juga di sini . . .
makasih yah!
Reply
o nurullathifah says:
samasama
Reply
nova says:
okeoke
5. PUJI.SUCIPTO says:
Reply
6. armiyah says:
Mutawakil (2006 : 14) mengatakan bahwa “limbah saluran got terdiri dari 70% pasir,
20% Lumpur, serta 10% berupa sampah yang menggenang diatas saluran dan bahan-
bahan anorganik. Material pasir yang terkandung dalam limbah dimanfaatkan sebagai
pembuatan batako, paving blok, abunya untuk persemaiaan tanaman, dan lumpurnya
untuk pupuk organik”.
Limbah organik selain untuk pupuk juga bisa dijadikan sebagai sarana budidaya cacing.
Cacing (Lumbricus rubellus) bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, abat, kosmetik,
penghasil pupuk organik, pelenyap sampah hingga sebagai makanan manusia
(Palungkun, 2008 : 03).
Reply
7. Chandra says:
Reply
8. Aan says:
Reply
o nurullathifah says:
sippo
Reply
9. @farulcpg says:
Reply
o nurullathifah says:
samasama
Reply
Reply
o nurullathifah says:
haha iya ntar postingan yang selanjutnya gue kasih sumbernya. makasih sarannya
Reply
terimakasih ya?
Reply
Reply
14. Qisthy says:
from : musisitampan@ymail.com
Reply
o nurullathifah says:
samasama :}
Reply
Reply
o nurullathifah says:
samasama (:
Reply
Reply
Reply
[…] https://nurullathifah.wordpress.com/2011/07/07/limbah-organik-anorganik-dan-b3/
[…]
Reply
Reply
o nurullathifah says:
samasama
Reply
Reply
o nurullathifah says:
terimakasih (: