Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi

Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan


oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA)
diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan /
setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak.
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4
kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).

Dengan kata lain Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus
yang menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar (BAB)
lebih dari 3 kali perhari yang dapat menyebabkan dehidrasi.

Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan atau kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan. Secara klinis Gastro Enteritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

a. Gastro Enteritis Desentriform Disebabkan oleh antara lain: Shigella,


Entamoeba Hystolitica.
b. Gastro Enteritis Koleriform Disebabkan oleh antara lain: Vibrio, Klastrida,
atau Intoksikasi makanan.
2. KLASIFIKASI DIARE
a. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :
1) Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung
kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu :

 Diare tanpa dehidrasi.


 Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5%
dari berat badan
 Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar
5-8% dari berat badan.
 Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari
8-10%.
2) Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

3) Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau
gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30
hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang bersifat
menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.

b. Klasifikasi diare menurut derajat dehidrasi adalah sebagai berikut

Tand gejala Ringan Sedamg Breat


BB ( % kehilangan ) 4-5 6-8 9-10
Keadaan Umum Haus, sadar Haus, Mengantuk, dingin,
gelisah, berkeringat
letargi
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Turgor jaringan Normal Tidak ada Tidak ada
Membran mukosa Normal Normal/ < 90mmHg, mungkin
Rendah tidak dapat diukur
BAK Normal Menrun/ Oliguri
keruh
Nadi Normal Cepat Cepat, lemah,
mungkin tidak teraba
Mata Normal Cuekung Sangat cekung
Fontanela anterior Normal Cuekung Sangat cekung
Defisit cairan ( ml/ 40-50 60-90 >100
kg )

3. Etiologi

Menurut Ngastiyah (2005), faktor penyebab gastroeneteritis akut pada bayi/anak


yaitu:

a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus


(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

4. EPIDEMIOLOGI
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral
antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau
kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
terjadinya diare perilaku tersebut antara lain :
1) Tidak memberikan ASI (Air Susi Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada

pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk

menmderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan

kemungjinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

2) Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan

pencernakan oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.

3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan

beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan

berkembang biak.

4) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar

dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, perncemaran dirumah

dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila

tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat

penyimpanan.

5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang

tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

6) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar Sering

beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja

binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.


5. Patofisiologi

Patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan cepatnya

pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan

ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan

bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga

mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis

metabolik. Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat

rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam

mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan

elektrolit.

Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga

mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan

terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan

kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan

makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal

dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:

a. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus

yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.
b. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada

dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam

rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul

diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan

bakteri kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

6. Manifestasi Klinik
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,

nafsu makan berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi

lebih asam akibat banyaknya asam laktat

e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan

disertai penurunan berat badan.

f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,

denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,

samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan

cepat dan dalam. (Kusmaul).


7. Penatalaksanaan
a. Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

1) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah

pemberiannya.

a) Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang

diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3

dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan

kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan

dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula

lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin

disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung

NaCl dan sukrosa.

b) Cairan parentral Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi

berat, dengan rincian sebagai berikut:

c) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set

berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1

ml=20 tetes).

 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt

(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set

infus 1 ml=20 tetes).

 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit


d) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

e) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). o 6 jam

berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

f) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250

ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% +

1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25

ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8

tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts). Untuk bayi berat badan lahir

rendah

 Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4

bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %). 2)

2) Pengobatan dietetik Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun

dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:

a) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

lemak tak jenuh)

b) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)


c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang

berantai sedang atau tak jenuh.

3) Obat-obatan

a) Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan

yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

b. Keperawatan

Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya

gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan

rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses

penyakit. Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan

penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

8. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan. 9.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua
perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
b. Riwayat Keperawatan
1) Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh anak meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
2) Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3) Riwayat Perkembangan Ditanyakan kemampuan perkembangan
meliputi :
a) Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
b) Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain.
c) Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh. Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
c. Riwayat sosial
1) Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak?
2) Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman
sebayanya?
d. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan Ditanyakan keadaan sebelum dan
selama sakit bagaimana? Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
a) Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan
tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap
perawatan dan tindakan medis?
b) Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga
yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
2) Pola nutrisi
a) Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan
bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi
oleh anak?
b) Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera
makan anak? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari?
3) Pola Eliminasi
a) BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah?
Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
b) BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak?
Bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?
4) Pola aktivitas dan latihan –
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman
sebayanya ? Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam?
Aktivitas apa yang disukai?
5) Pola tidur/istirahat
a) Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa?
Bangun tidur jam berapa? Kebiasaan sebelum tidur,
bagaimana dengan tidur siang?
2. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
a. Keadaan umum: Anak tampak lemah.
b. Sistem pernafasan
Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis
metabolik. Keadaan ini terjadi pada pasien yang mengalami diare
berat dan mengalami gangguan biokimiawi akibat menurunnya ion
HCO3- dan H+.
c. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg,
muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
d. Sistem neurologi Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi
berat, kejang karena terjadi penumpukan natrium dalam serum.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi
pekat (jika terjadi syok hipovolemik).
f. Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir
/darah, bising usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut
teraba keras (kram abdomen).
g. Sistem integument
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit
didaerah perianal merah, lecet.
h. Sistem musculoskeletal Kelemahan pada ekstremitas.
3. Diagnostik Test
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis: memeriksa bakteri atau kuman penyebab diare tanpa
pewarnaan.
2) Mikroskopis: memeriksa kuman penyebab diare dengan pewarnaan
dan dengan menggunakan mikroskop mikro. Contoh: diare yang
disebabkan oleh virus atau bakteri yang tidak dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop biasa.
b. Berat jenis plasma untuk menentukkan deficit cairan akibat diare.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama kadar natrium, kalium,
kalsium dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai
kejang).
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah
(Analisa Gas Darah) mendeteksi adanya asidosis metabolik.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal. f. Pemeriksaan Darah g. pH darah dan cadangan dikali dan
elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum
untuk menentukan keseimbangan asama basa. h. Doudenal
Intubation Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
4. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Diare berhubungan dengan malabsorbsi

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif

3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status


metabolik

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


penurunan intake cairan
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nursing Care Plan


Nursing
Diagnosis
No Outcomes Nursing Interventions
Kperawatan Rasional
Classification Classification (NIC)
(NOC)
Diare 1. Bowel 1.Observasi 1.Bradikardi, demam
berhubunga elimination tandatanda vital dapat menunjukkan
n dengan 2. Fliud respon terhadap
malabsorbsi balance kehilangan cairan.
3. Hydration 2.Ajarkan pasien 2.Untuk pertolongan
4. Electrolyte untuk menggunakan pertama jika diare
and acid obat anti diare timbul kembali.
base 3.Instruksikan 3.Untuk mengetahui
balance keluarga untuk tingkat dehidrasi anak.
Kriteria hasil : mencatat warna,
1. Feses jumlah, dan frekuensi
berbentuk keluaran feses
2. Menjaga 4.Evaluasi intake 4.Memberikan
rectal dari makanan./ minuman informasi tentang
iritasi yang masuk keseimbangan cairan
3. Tidak serta merupakan
mengalami pedoman dalam
diare penggantian cairan.
4. Memperta 5.Observasi turgor 5.Mengetahui adanya
hankan kulit secara rutin kehilangan cairan
turgor berlebihan.
kulit 6.Ukur BB tiap hari 6.Indikator cairan dan
status nutrisi.
7.Atur tetesan infus 7.Mempertahankan
sesuai indikasi penggantian cairan

8.Kolaborasi : Berikan 8. Menurunkan


obat sesuai indikasi kehilangan cairan dari
usus.
Defisit 1. Fluid 1. Pertahankan intake 1. Memberikan
volume balance dan output cairan informasi tentang
cairan 2. Hydration 2. Monitor tandatanda keseimbangan cairan
berhubunga 3. Ntritional vital serta merupakan
n dengan status :food 3. Kolaborasi pedoman dalam
kehilangan and fluid pemberian cairan IV penggantian cairan.
cairan intake 4. Motivasi keluarga 2. Bradikardi, demam
secara aktif Kriteria hasil : untuk membantu dapat menunjukkan
Mempertahanka pasien makan. respon terhadap
n urine output kehilangan cairan.
sesuai dengan 3. Mempertahankan
umur penggantian cairan.
1. Tanda – 4. Agar tidak terjadi
tanda vital malnutrisi pada anak
dalam
batas
normal
2. Tidak ada
tanda –
tanda
dehidrasi
3. Turgor
kulit bai
Resiko 1. Tissue 1. Anjurkan pasien 1. Untuk membantu
kerusakan integrity menggunakan pakaian meningkatkan
integritas 2. skin and logger kehilangan panas jika
kulit mocus 2. Jaga kebersihan dan anak demam.
berhubunga membranes kelembapan kulit 2. Agar tidak terjadi
n dengan Kriteria hasi : 3. Monitor mobilisasi infeksi.
perubahan 1. Pertahanka dan aktivitas pasien 3. Untuk mencegah
status n integritas 4. Monitor status kelemahan pada anak.
metabolik kulit nutrisi pasien 4. Agar tidak terjadi
2. Tidak ada kekurangan nutrisi yang
lesi kulit berlebih.
3. Perfusi
jaringan
baik
4. Tidak ada
hypertermi
Ketidak 1. Nutritional 1. Monitor turgor kulit 1. Mengetahui adanya
seimbangan status 2. Monitor mual dan kehilangan cairan
nutrisi 2. Nutritional muntah 3. Monitor berlebihan. 2. Untuk
kurang dari status : pertumbuhan dan mengetahui output oral.
kebutuhan food and perkembangan 3. Untuk mengetahui
berhubunga fluid intake 4. Monitor pucat, keseimbangan umur
n dengan 3. Nutritional kemerahan pada dan perteumbuhan serta
penurunan status : konjungtiva 5. perkembangan pada
intake nutrient Monitor lingkungan anak. 4. Untuk
cairan intake saat makan 6. Monitor mengetahui status
4. Weight kalori dan intake nutrisi anak.
control nutrisi 5. Untuk meningkatkan
Kriteria hasil : nafsu makan anak.
1. Berat badan 6. Mengawasi masukan
ideal sesuai kalori atau kualitas
dengan konsumsi makanan
tinggi
badan
2. Mampu
mengidentif
ikasi
kebutuhan
nutrisi
3. Tidak ada
penurunan
berat badan
yang berarti

Anda mungkin juga menyukai