Anda di halaman 1dari 13

LANDASAN FILOSOFIS DALAM

PENGEMBANGAN KURIKULUM
Oleh:

Kelompok 6

Muhammad Rizki Akbar


160201169

Intan Faiza Ulfa


160201008

Reza Irawan Syah putra


160201172

Dosen pembimbing:
Zulfatmi, S.Ag., M.Ag

FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN AR-RANIRY

BANDA ACEH

2018
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu.


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul “ Landasan Filosofis Dalam Pengembangan Kurikulum ” serta tak lupa pula
kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang sekarang ini
yakni zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas kami serta
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini kami menyadari
bahwa kami masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun, besar
harapan kami semoga makalah yang disusun ini bisa bermanfaat.
Dalam pembuatan makalah ini kami sangat menyadari bahwa baik dalam
penyampaian maupun kami masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan kritik
dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk penunjang dalam pembuatan
makalah kami berikutnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu...

Aceh Besar, 25 Maret 2018

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Landasan Filosofis ................................................................ 1


B. Macam – Macam landasan Filosofis ...................................................... 3
C. Pentingnya Landasan Filosofis Dalam Pengembangan Kurikulum ......... 6
D. Fungsi Landasan Pendidikan ................................................................... 7
E. Landasan Filosofis Kurikulum 2013 ........................................................ 7
F. Alasan Untuk Pengembangan Kurikulum ................................................ 8

Daftar Pustak

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Filosofis


Ada tiga istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka
memahami pengertian landasan pendidikan, yaitu istilah Landasan, istilah
Filosofis, dan istilah Pendidikan.

Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu


perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang
dalam bahasa Indonesia menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting
untuk mengawali sesuatu. Adapun menurut S. Wojowasito, bahwa landasan dapat
diartikan sebagai alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan
sumber.1

Secara bahasa landasan berarti tumpuan, dasar ataupun alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak maupun dasar pijakan. Atau
dapat pula diartikan sebagai asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik
tolak.

Landasan itu sama dengan dasar-dasar. Seringkali istilah pembinaan dan


pengembangan dalam pemakaiannya menyatu dan kabur. Pembinaan menunjukkan
pengertian bahwa suatu upaya atau kegiatan mempertahankan, penyempurnaan dan
perbaikan yang telah ada dianggap baik berdasarkan suatu ukuran/kriteria tertentu
mencapai sasaran yang diharapkan.

Sedangkan Pengembangan di sini menunjukkan pada kegiatan yang


menghasilkan alat, sistem atau cara baru melalui langkah-langkah penyusunan,

1
Wojowasito. S. 1972. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Malang: Shinta Dharma. HLm 161
1
pelaksanaan dan penyempurnaan atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan
pengembangan tersebut.2

Filosofis, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos
yang artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu,
kebenaran. Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang
mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau
kebijaksanaan. Untuk mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing
filosof memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Demikian pula kajian yang dijadikan obyek telaahan akan berbeda selaras dengan
cara pandang terhadap hakikat segala sesuatu.3

Pendidikan, hakikat pendidikan tiada lain adalah humanisasi. Tujuan


pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia yang dicita-citakan sesuai
nilai-nilai dan norma- norma yang dianut. Contoh manusia ideal yang menjadi
tujuan pendidikan tersebut antara lain: manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dst.4

Dalam pengembangan kurikulum PAI diperlukan landasan atau asas yang


kuat. Apabila proses pengembanganya secara acak-acakan dan tidak memiliki
landasan yang kuat, maka output pendidikan yang dihasilkan tidak akan terjamin
kualitasnya. Landasan Pengembangan kurikulum PAI, pada hakikatnya adalah
faktor – faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pengembang

2
H. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), Hlm 8
3
Y, Suyitno, Landasan Filosofis Pendidikan, [Berkas PDF]. Diambil dari www.scribd.com
Hlm 5 – 6
4
Y, Suyitno, Landasan Filosofis Pendidikan, [Berkas PDF]. Diambil dari www.scribd.com
Hlm 6
2
kurikulum ketika hendak mengembangkan atau merencanakan suatu kurikulum
lembaga pendidikan.5

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis


pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan
praktek pendidikan. Sebagaimana telah Anda pahami, dalam pendidikan mesti
terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Melalui studi
pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan
pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian,
landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan
titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan
yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.

B. Macam – Macam landasan Filosofis

Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari


filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat,
antara lain: Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Pancasila, dsb.6

a. Landasan Idealisme
Plato adalah tokoh pertama yang mencetuskan ide idealisme. Tokoh-
tokoh yang mendukung aliran idealisme yaitu Georg W. F. Hegel yang berasal
dari Jerman pada abad 19, Ralph Waldo Emerson (1803-1882), Henry David
T. (1817-1862) dan Friedrich Froebel. Penganut Idealisme selanjutnya disebut
sebagai Idealis.

Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat


spiritual. Karena manusia itu adalah makhluk yang berpikir, yang memiliki

5
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), h. 57
6
Y, Suyitno, Landasan Filosofis Pendidikan, [Berkas PDF]. Diambil dari www.scribd.com
Hlm 7
3
tujuan hidup, dan yang hidup dalam aturan moral yang jelas. Menurut
epistemologis, pengatuhan itu diperoleh dengan cara mengingat kembali
melalui intuisi, sedangkan aksiologi bahwa manusia itu diperintah melalui
nilai moral imperatif yang bersumber dari realitas yang absolut.

b. Landasan Realisme
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi
diluar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk dikenal
dengan mempergunakan kemampuan intelektual yang dimiliki
manusia.Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam
ini, bukan pada ide atau jiwa.

Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang
hadir dengan sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar
campur tangan manusia. Dan mereka beranggapan bahwa pengetahuan itu
diperoleh dari pengalaman dan penggunaan akalnya, sedangkan tingkah laku
manusianya diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang rendah diatur oleh
kebijaksanaan yang teruji.

c. Landasan Pragmatisme
gmatisme adalah aliran filsafat modern yang lahir di Amerika akhir
abad 19 hingga awal abad 20. Filsafat ini cendrung lebih banyak mengabaikan
hal-hal yang bersifat metafisik tradisional dan lebih banyak terarah pada hal-
hal yang pragmatis kehidupan. Pragmatisme lahir ditengah-tengah situasi
sosial amerika yang dilanda berbagai problem terkait dengan kuat dan
masifnya urbanisasi dan industrialisasi.

Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu


metode dan suatu filsafat yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai
sesuatu ide dan kebenaran sesuatu keyakinan secara praktis. Esensi diri

4
pragmatisme ini terletak pada metodenya yang sangat empiris dimana sangat
menekankan pada metode dan sikap lebih dari suatu doktrin filsafat yang
sistematis dan menggunakan metode ilmu pengetahuan modern sebagai dasar
dari suatu filsafat.

d. Landasan Pancasila
Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah
Pancasila sebagai falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa
Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang.

Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah


sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdsarkan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Atas dasar pengertian itulah maka nilai pancasila merupakan dasar


filosofis negara.

Pancasila yang dimaksud adalah Pancasila yang rumusannya terdapat


dalam “Pembukaan” Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa,


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila menjadi acuan untuk berkarya pada segala bidang. Sejalan


dengan ini, pasal 2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem
Pendidikan Nasional” menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah
5
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”7

C. Pentingnya Landasan Filosofis Dalam Pengembangan Kurikulum

Peranan landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa


dan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak
pada kaidah metafisika, epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi
dalam filsafat pendidikan.

Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana


ragamnya aliran filsafat. Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan
Idealisme, landasan filsofis, pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh: Penganut
Realisme antara lain berpendapat bahwa “pengetahuan yang benar diperoleh manusia
melalui pengalaman dria”.

Implikasinya, penganut Realisme mengutamakan metode mengajar yang


memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman langsung (misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) atau pengalaman
tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan hasil penelitian, dsb).8

Selain tersajikan berdasarkan aliran-alirannya, landasan filosofis


pendidikan dapat pula disajikan berdasarkan tema-tema tertentu. Misalnya dalam
tema: “Manusia sebagai Animal Educandum” (M.J. Langeveld, 1980), Man and
Education” (Frost, Jr., 1957), dll. Demikian pula, aliran-aliran pendidikan yang
dipengaruhi oleh filsafat, telah menjadi filsafat pendidikan dan atau menjadi teori
pendidikan tertentu.

7
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
8
Y, Suyitno, Landasan Filosofis Pendidikan, [Berkas PDF]. Diambil dari www.scribd.com
Hlm 7 – 8
6
D. Fungsi Landasan Pendidikan
Suatu gedung dapat berdiri tegak dan kuat apabila dinding-dindingnya,
atapnya, dsb. didirikan dengan bertumpu pada suatu landasan (fundasi) yang kokoh.
Apabila landasannya tidak kokoh, apalagi jika gedung itu didirikan dengan tidak
bertumpu pada fundasi atau landasan yang semestinya, maka gedung tersebut tidak
akan kuat untuk dapat berdiri tegak.
Mungkin gedung itu miring dan retak-retak, sehingga akhirnya runtuh dan
berantakan. Demikian pula pendidikan, Pendidikan yang diselenggarakan dengan
suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, benar dan baik, relatif
tidak akan terjadi kesalahan – kesalahan yang dapat merugikan, sehingga praktek
pendidikan menjadi efisien, efektif, dan relevan dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan pembangunan.
Landasan pendidikan akan berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi
para guru dalam melaksanakan praktek pendidikan.9

E. Landasan Filosofis Kurikulum 2013

Secara eksplisit dikatakan bahwa Kurikulum 2013 tidak mengikuti satu aliran
filsafat pendidikan, baik aliran filsafat perenialisme, esensialisme, progresivisme,
maupun rekonstruksionisme, namun mengikuti aliran-aliran filsafat tersebut secara
eklektik.10 Dengan kata lain, landasan filosofis yang digunakan oleh Kurikulum 2013
diambil dari berbagai aliran filsafat pendidikan. Namun kalau didalami lebih lanjut,
menurut hemat penulis kurikulum 2013 bercorak filsafat idealisme, bercorak filsafat
pendidikan perenialisme dan esensialisme.

Kurikulum 2013 didasarkan pada filsafat idealisme yang memiliki pandangan


ontologis bahwa realitas spiritual, moral, dan mental itu bersifat stabil dan tidak

9
Y, Suyitno, Landasan Filosofis Pendidikan, [Berkas PDF]. Diambil dari www.scribd.com
Hlm 10 - 12
10
Kemendikbud, 2013
7
berubah. Spiritualitas keagamaan, perilaku moral, dan sikap mental yang ideal itu
sama dari jaman dulu sampai sekarang, tinggal mengukuti ajaran yang otoritatif .

Kurikulum 2013 relatif mengesampingkan agama sebagai objek kajian


akademis dengan perangkat pendekatan dan metodologi interpetasi yang canggih
(sophisticated) seperti hermeneutika dan semiotika. Hermeneutika adalah alat
interpretasi untuk memahami makna teks agama versi penulis. Semiotika adalah studi
teks dengan cara membebaskan teks agama dari penulis, dan menjadikan teks agama
sebagai teks yang independen yang bisa diartikan sesuai dengan semangat zaman.
Agama sebagai objek kajian akademis memungkinkan dipelajari dengan
menggunakan berbagai pendekatan seperti sosiologi, antropologi, politik, ekonomi,
sejarah, filologi, medis, fisika, astronomi, dan sebagainya.

F. Alasan Untuk Pengembangan Kurikulum


a. Tantangan Masa Depan
- Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA
- Masalah lingkungan hidup
Kemajuan teknologi informasi
- Konvergensi ilmu dan teknologi
- Ekonomi berbasis pengetahuan
- Kebangkitan industri kreatif dan budaya
- Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
- Pengaruh dan imbas teknosains
- Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan
- Materi TIMSS dan PISA

b. Kompetensi Masa Depan


- Kemampuan berkomunikasi
- Kemampuan berpikir jernih dan kritis

8
- Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan
- Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab
- Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan
yang berbeda
- Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal
- Memiliki minat luas dalam kehidupan
- Memiliki kesiapan untuk bekerja
- Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya
- Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan

c. Persepsi Masyarakat
- Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
- Beban siswa terlalu berat
- Kurang bermuatan karakter

d. Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi


- Neurologi
- Psikologi
- Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning

e. Fenomena Negatif yang Mengemuka


- Perkelahian pelajar
- Narkoba
- Korupsi
- Plagiarisme
- Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek..)
- Gejolak masyarakat (social unrest)11

11
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan,
(Jakarta, 14 Januari 2014) Hlm 3-5
9
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Kemendikbud, 2013

Ladjid, Hafni. 2005. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching

Suyitno, Y. Landasan Filosofis Pendidikan. [Berkas PDF]. Diambil dari


www.scribd.com

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

10

Anda mungkin juga menyukai