TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1.1.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2011) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.
2
hubungan sebab musabab di antara komponen yang ditentukan dengan jelas.
Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau sarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.
f) Analisis
3
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada
kaitannya dengan yang lain.
g) Sintesa
Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
h) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
4
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai
praktik tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
1. Kesadaran (awareness)
Di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Di mana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
5
Di mana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
6
terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap
akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap
diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
b) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
c) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
d) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)
yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam
waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan
peradapan umat manusia
7
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior
causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
a) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
8
dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan
permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan
langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti
ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun
dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar
bahwa dirinya sedang ditulari.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian
anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal
sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci
tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu
burung. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan pada lima waktu
penting, yaitu: (1) sebelum memulai pekerjaan; (2)sesudah menggunakan toilet;
(3) sebelum memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; (5) sebelum
menyiapkan makanan dan sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun
dan air mengalir dapat memutuskan mata rantai kuman yang melekat di jari-
jemari. Masyarakat termasuk anak sering mengabaikan mencuci tangan memakai
sabun dengan air mengalir karena kurangnya pemahaman tentang kesehatan.
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai
dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.
Perilaku cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting.
Mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di
bawah air yang mengalir.
Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang
dari kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari berbagai riset,
risiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku
9
hidup bersih dan sehat, perilaku kebersihan, seperti cuci tangan pakai sabun.
Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling
murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara lain.
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari
kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan
kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme
penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta mengurangikontaminasi
silang. Cuci tangan dianggap merupakan salah satu langkah yang paling penting
untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi selama lebih
dari 150 tahun. Kesehatan kebersihan tangan yang baik dapat mencegah
penularan mikroorganisme dan mengurangi frekuensi infeksi nosokomial.
3. Syarat Biologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah
terkontaminasi dengan kotoran manusia. Berdasarkan PERMENKES RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis air bersih adalah dilihat dari
Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.
10
Selain itu, waktu lain yang tepat untuk melakukan cuci tangan yang benar yaitu di
saat setiap kali tangan kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, dan
berkebun), sebelum memegang makanan dan menyuapi anak, sebelum menyusui
bayi, setelah bersin atau batuk, setelah membuang ingus, setelah bepergian,
setelah bermain, dsb
11
sumber informasi, seseorang dapat meningkatkan pengetahuannya sehingga
dapat mengubah perilaku kesehatan ke arah yang lebih positif.
12
3. Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit.
Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran
pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian
penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk
ascariasis dan trichuriasis. (Depkes, 2014)
JF
C
L
ae
Pencegahan Pencegahan
plirs
Transmisi 1 Transmisi 2
arie
nta-s
gnj
ae
nm Makanan Induk
a
/r Baru
li
a
n
t
a
i
Gambar 2.1 Transmisi Penyakit Keterkaitan BAB (feses) dengan Pencegahan melalui CTPS
2.1.2.2. Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah
dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan
gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk
bersih atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan
semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam
membunuh kuman penyebab penyakit. Penggunaan sabun dan air tetap penting
pada kedua tangan untuk kesehatan dan kebersihan tangan rutin, walaupun tangan
terlihat tanpa kotoran atau debu. Penggunaan sabun dan dengan menggosok
jemari tangan bertujuan untuk menghilangkan kuman yang tidak tampak, minyak,
lemak, dan kotoran di permukaan kulit. Cara yang tepat untuk cuci tangan
menurut WHO 2013 (40-60 detik) yaitu :
a) Basahi kedua tangan dengan air mengalir
13
b) Gunakan sabun secukupnya.
c) Gosokkan kedua telapak tangan dan punggung tangan.
d) Gosok sela-sela jari tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
e) Gosok kedua telapak tangan dengan jari-jari rapat.
f) Jari-jari tangan dirapatkan sambil digosokkan ke telapak tangan, jari-jari sisi
dalam dari kedua tangan saling mengunci.
g) Gosok ibu jari kiri berputar dengan genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
h) Gosokkan kuku jari kanan memutar ke telapak tangan kanan dan sebaliknya.
i) Basuh tangan dengan air mengalir.
j) Keringkan tangan dengan handuk yang bersih.
k) Matikan kran air dengan handuk.
14
Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air
yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun
batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari
mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan
antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada
larutan ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila
terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan
kontaminasi bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air
mengalir, gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara
menyabuni kedua tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember
dan kendi/teko.(WHO, 2009)
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari Lawrence
Green, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku dibentuk oleh faktor predisposisi
(predisposing factor), faktor pendorong (enabling factor), faktor pendukung (reinforcing factor).
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai-nilai, dsb
Faktor Pendorong
Lingkungan fisik Perilaku
Sarana kesehatan (puskesmas,
obat-obatan, alat-alat steril, dsb)
Faktor Pendukung
Sikap dan perilaku petugas
kesehatan 15
Bagan 2.1 Kerangka teori
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang berhubungan
dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di RT/RW 03/04 Kampung Suka
Sari, Desa Pangkalan, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang
dihubungkan dengan area permasalahan.
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Faktor Pendukung
Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
16
Bagan 2.2 Kerangka konsep
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau
diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional ialah suatu
definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk” dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan
kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen
(alat ukur) (Notoatmodjo, 2011). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai
berikut :
17
Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah
Perilaku Mencuci Tangan yang Baik dan Benar pada Daerah Keluarga Binaan RT/RW 03/04
Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
No Alat
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
. Ukur
1. Perilaku Aktivitas atau tindakan Kuesione Wawancara Baik bila ≥ Median Nomina
mencuci responden dalam r l
tangan mencuci tangan yang
baik dan benar yang
diikuti oleh seluruh
anggota keluarga yaitu
dengan menggunakan
air bersih yang mengalir
dan sabun serta waktu
yang tepat untuk
mencuci tangan seperti
sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan,
sesudah menggunakan
toilet, sesudah buang air
kecil dan besar, sebelum
dan sesudah makan.
2. Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesione Wawancara Baik bila ≥ Median Ordinal
diketahui responden r
mengenai syarat air yang
baik digunakan (tidak
18
berbau, tidak berasa dan
tidak berwarna) untuk
mencuci tangan adalah air
bersih yang mengalir dan
sabun yang digunakan
untuk mencuci tangan
adalah sabun khusus
untuk mencuci tangan
serta cara mencuci tangan
pakai sabun, menurut
WHO :
a) Basahi kedua tangan
dengan air mengalir
b) Gunakan sabun
secukupnya.
c) Gosokkan kedua
telapak tangan dan
punggung tangan.
d) Gosok sela-sela jari
tangan kanan dengan
tangan kiri dan
sebaliknya.
e) Gosok kedua telapak
tangan dengan jari-
jari rapat.
f) Jari-jari tangan
dirapatkan sambil
digosokkan ke
telapak tangan, jari-
jari sisi dalam dari
kedua tangan saling
19
mengunci.
g) Gosok ibu jari kiri
berputar dengan
genggaman tangan
kanan dan lakukan
sebaliknya.
h) Gosokkan kuku jari
kanan memutar ke
telapak tangan kanan
dan sebaliknya.
i) Basuh tangan dengan
air mengalir.
j) Keringkan tangan
dengan handuk yang
bersih.
k) Matikan kran air
dengan handuk.
kesadaran akan
pentingnya mencuci
tangan dan dampak jika
tidak mencuci tangan
seperti diare, ISPA dan
cacingan.
3. Lingkungan Adanya ketersediaan air Kuesione Wawancara Tersedia apabila Nomina
Fisik bersih dimana air tidak r terdapat air bersih l
berbau, tidak berwarna dan air mengalir
dan tidak berasa serta untuk mencuci
adanya air bersih yang tangan
mengalir untuk mencuci Tidak tersedia
tangan. apabila tidak terdapat
air bersih dan air
20
mengalir untuk
mencuci tangan
KUISIONER
21
PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR DENGAN AIR
MENGALIR DAN SABUN
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Umur :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
22
a. Ya b. Tidak
4. Dengan apakah anda mengeringkan tangan setelah anda mencuci tangan?
a. Dibiarkan kering sendiri
b. Daun
c. Handuk atau tisu
5. Apakah anda mengetahui tahap-tahap dalam melakukan cuci tangan yang baik dan benar?
a. Ya b. Tidak
6. Apa saja dampak yang anda ketahui dari tidak mencuci tangan?
a. Diare
b. Hipertensi
c. Penyakit jantung
III.LINGKUNGAN FISIK
1. Apakah syarat air bersih menurut anda?
a. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
b. Tidak berbau, berasa dan tidak berwarna
c. Tidak berbau tidak berasa dan berwarna
2. Apakah ada air mengalir dirumah anda?
a. Ya b. Tidak
3. Dengan menggunakan air apakah anda mencuci tangan?
a. Air mengalir
b. Air tidak mengalir
c. Lap basah
4. Apakah air dirumah anda tidak berbau?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah air dirumah anda tidak berasa?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah air dirumah anda tidak berubah warna?
a. Ya b. Tidak
23
a. Ya b. Tidak
24