Anda di halaman 1dari 10

TINGKAT PENGETAHUAN IBU

TENTANG STATUS GIZI BALITA


DI DESA PADASUKA TAHUN 2018

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun oleh :
Egi Ardhi Saputra 12100117153

Preseptor :
Budiman, dr., M.KM
Kritina Dwiastuti, dr

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
PUSKESMAS CIBEUNYING
KABUPATEN BANDUNG
2018
TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG STATUS GIZI BALITA
DI DESA PADASUKA TAHUN 2018

Egi Ardhi Saputra,1 Budiman,2 Kristina Dwiastuti,3


1
Program Pendidikan Profesi Dokter, Universitas Islam Bandung,
2
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam
Bandung,
3
Kepala Puskesmas Cibeunying.
Jl. Ligar Ayu No.5, Cibeunying, Cimenyan, Bandung, Jawa Barat 40191

Abstract. Indonesia in 2015 is ranked second country with the highest burden of
tuberculosis (TB) disease in the world. The prevalence of TB disease is increasing, in
2012 the number of Pulmonary TB cases recorded in Bandung District Health Office
reached 3,446 cases. The purpose of this study is to know the description of knowledge,
attitude, and behavior of housewife to Tuberculosis in Rancakole Village, Bandung
Regency. This research use cross sectional research method. This research was
conducted in Rancakole Village, Arjasari Sub-district, Bandung Regency in March 2018,
subject of 210 respondents selected by cluster sampling. The results showed that most of
the respondents had sufficient knowledge of TB disease (49%), attitude toward good TB
disease (94,2%), and good behavior (44,8%). This result illustrates that Rancakole
Village Housewife has good attitude and behavior, but there is still less knowledge and
behavior of respondent so that possible increase of incidence of tuberculosis.
Keywords: Knowledge, Attitude, Behaviour, Tuberculosis

Abstrak. Indonesia pada tahun 2015 berada pada peringkat kedua negara dengan
beban penyakit Tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Prevalensi penyakit TB semakin
meningkat, pada tahun 2012 jumlah kasus TB Paru yang terdata di Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat mencapai 3.446 kasus. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu rumah tangga
terhadap Tuberkulosis di Desa Rancakole Kabupaten Bandung. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Rancakole Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung pada bulan Maret 2018, subjek
penelitian sebanyak 210 responden yang dipilih secara cluster sampling. Hasil penelitian
menunjukkan Sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang penyakit TB yang
cukup (49%), sikap terhadap penyakit Tb yang baik (94,2%), dan memiliki perilaku yang
baik (44,8%). Hasil ini menggambarkan bahwa Ibu Rumah Tangga Desa Rancakole
memiliki sikap dan perilaku yang baik, namun masih terdapat pengetahuan dan perilaku
responden yang kurang sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan insidensi
tuberkulosis.
Kata kunci: Pengetahuan, Perilaku, Sikap, Tuberkulosis

1
Pendahuluan

Tingkat gizi balita dapat merupakan tolak ukur dari kemajuan

program pembangunan suatu negara. Karena itu program pemerataan gizi

merupakan langkah penting yang perlu dilaksanakan. Akan tetapi

menurut status gizi nasional, pencapaian prevalensi masalah gizi akhir-

akhir ini cenderung meningkat, disebabkan karena sosioekonomi dan

kurangnya pengetahuan orang tua dalam pola asuh pada balita.1

Setiap tahun sekitar 11 juta balita di seluruh dunia meninggal oleh

karena penyakit-penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas

(ISPA), diare, malaria, campak dan lain sebagainya. Menurut WHO tahun

2002, 54% dari kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi.

Kekurangan gizi pada balita ini meliputi kurang energi dan protein serta

kekurangan zat gizi seperti vitamin A, zat besi, iodium dan zinc.2

Menurut BEPPENAS pada tahun 2004 angka kematian balita di

Indonesia tertinggi di Assosiation of South East Asian Nation (ASEAN). 2

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung pada tahun

2004, persentase balita dengan status gizi yang cukup di kota Bandung

adalah 88,31%, dengan kisaran masing-masing kecamatan antara 81,99 %

sampai dengan 90,45%. Sedangkan yang masih berstatus gizi buruk dan

gizi kurang, masing-masing sebesar 1,31% dan 10,87%. Di lain pihak ada

balita yang berstatus gizi lebih yaitu sebesar 1,80%.3

Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu

hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat

2
cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik,

mental dan sosial (Depkes, 2000). Anak usia bawah 5 tahun (Balita)

mempunyai risiko yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang

lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut

maka akan semakin besar kemungkinan anak menderita Kurang Energi

Protein (KEP).2 Pada usia balita, kecukupan gizi pada anak sangat

tergantung kepada ibu atau pengasuhnya. Anak balita merupakan

kelompok yang menunjukan pcrtumbuhan badan yang pesat, sehingga

memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Pada

masa bayi dan balita, orang tua harus selalu memperhatikan kualitas dan

kuantitas makanan yang dikonsumsi anak dengan membiasakan pola

makan yang seimbang dan teratur setiap hari, sesuai dengan tingkat

kecukupannya.4

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya

ibu merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi pada balita. Di

pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan

kebudayaan.2 Begitu dominannya peranan ibu bagi kesehatan anak balita

terutama dalam pemberian gizi yang cukup pada anak balita, menuntut

ibu harus mengetahui dan memahami akan kcbutuhan gizi pada anak,

untuk itu yang harus dimiliki oleh ibu adalah pengetahuan tentang

kebutuhan gizi balita.4 Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin

melihat tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi balita di Desa

Padasuka.

3
Metode

Penelitian ini menggunakan metode rapid survey yang bersifat

deskripitif dengan pendekatan cross sectional untuk melihat Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita di Desa Padasuka. Teknik

pengambilan data dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling,

berjumlah 30 cluster dengan masing-masing cluster terdiri dari 7

responden. Sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 210

responden. Adapun kriteria sampel yang dijadikan subjek penelitian

adalah ibu yang memiliki balita di Desa Padasuka Kabupaten Bandung.

Penelitian dilakukan pada bulan April 2018.

Tingkat pengetahuan dinilai melalui jawaban dari 25 butir

pertanyaan mengenai pengetahuan tentang balita BGM. Penilaian tingkat

pengetahuan dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang. Instrumen

pada penelitian ini berupa kuesioner. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi balita di

Desa Padasuka Kabupaten Bandung.

Hasil

Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan pada ibu di Desa Padasuka Kabupaten

Bandung dijelaskan pada tabel berikut.

4
Tabel 1 Karakteristik Usia, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan
Ibu di Desa Padasuka

Karakteristik
Jumlah Persentase

(n) (%)
Usia
<20 2 0,95

21-30 47 22,38
31-40 51 24,29
41-50 68 32,38
>50 42 20,00

Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah /tidak tamat 0 0,00
SD 58 27,62
SLTP 80 38,09
SLTA 65 30,95
Perguruan Tinggi 7 3,34
Pekerjaan
Pegawai Negeri 4 1,90
Pegawai Swasta 34 16,19

Pedagang 55 26,19

Petani 4 1,90

Buruh 15 7,15

Ibu Rumah Tangga 93 44,29

Tidak Bekerja 2 0,95

Lain-lain 3 1,43

Jumlah 210 100

Tabel 1 menunjukan karakteristik responden mayoritas di Desa

Padasuka berdasarkan usia adalah ibu dengan kelompok usia berumur 41-

50 tahun sebanyak 68 orang (32,38%), berdasarkan tingkat pendidikan

memiliki pendidikan terakhir tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sebanyak 80 orang (38,09%), dan berdasarkan pekerjaan adalah sebagai ibu

rumah tangga sebanyak 93 orang (44,29%).

5
Tabel 2 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita
di Desa Padasuka

Jumlah Persentase
Pengetahuan
(n) (%)
Baik 84 40,00
Cukup 105 50,00
Kurang 21 10,00
Jumlah 210 100

Tabel 2 menunjukkan gambaran pengetahuan tentang balita bawah

garis merah (BGM) pada ibu di Desa Padasuka di wilayah kerja puskesmas

Cibeunying, sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu seban yak 105

responden (50,00%) dan masih terdapat responden yang memiliki

pengetahuan kurang (10,00%).

Pembahasan

Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar ibu

di Desa Padasuka sudah berpengetahuan cukup (50,00%) dan sudah

mengetahui mengenai gizi serta status gizi balita. Hal tersebut bisa

dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah atau mayoritas SLTP sesuai

dengan tabel 1. Menurut Soeditomo, Untuk mendapatkan pengetahuan

diperlukan proses belajar, dengan belajar akan dapat terjadi perubahan

tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut bisa mengarah yang lebih

baik jika individu tersebut menganggap bahwa itu bermanfaat, tetapi juga

ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk jika

individu menganggap objek yang dipelajari tidak sesuai dengan

keyakinannya.5

6
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi terjadinya

gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Kurangnya pengetahuan

tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk

menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan

salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi.6

Sedikitnya ibu yang memiliki tingkat pengetahuan buruk bisa juga

dikarenakan mayoritas usia ibu di Desa Padasuka berusia sekitar 41-50

tahun yang deijelaskan pada tabel 1. Menurut Nursalam dan Pariani,

Semakin cukup umur tingkat kemampuan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir maupun bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan dipercaya dari orang yang

belum cukup umur.7

Pada tabel 1 juga dijelaskan bahwa mayoritas ibu di Desa Padasuka

berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Mubarak (2007), bahwa ibu rumah tangga mempunyai waktu lebih

banyak untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan.8

Simpulan

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang balita

BGM yang cukup (50,00%), namun terdapat responden yang pengetahuan

terhadap balita BGM masih kurang (10%).

7
Saran

1. Bagi petugas kesehatan, hasil tersebut dapat menjadi acuan bagi

petugas kesehatan yang berkompeten untuk memajukan program

Gizi.
2. Bagi kantor desa, sebagai informasi tambahan keadaan kesehatan

warga Desa Kelurahan Padasuka.


3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


4. Bagi masyarakat, diharapkan data ini menjadi acuan dalam

meningkatkan kesadaran ibu terhadapat status gizi balita.

Ucapan Terimakasih

Saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam

penelitian ini, yaitu pihak Puskesmas Cibeunying, Desa Padasuka

Kabupaten Bandung, dr. Budiman, M.KM dan dr. Kristina Dwiastuti.

Daftar Pustaka

1. DepKes, 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Dinas


Kesehatan
2. Kurniawati E. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Dengan tatus Gizi Balita di Kelurahan Baledono, Kecamatan
Purworejo, Kabupaten Purworejo. 2011: 22-25.
3. Fikri J. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita di Desa
Citeureup Kec Dayeuhkolot Kab Bandung. 2016.
4. Maimonah M. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi
Pada Balita di Wilayah Posyandu Kelurahan III Desa Klurahan
Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. 2009: 1-3.
5. Soediatama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat

8
6. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta
7. Nursalam Dan Pariani, (2001), Pendekatan Praktis Metodologi
Riset Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
8. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah
Pengantar Prose Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai