KIMIA ANORGANIK II
TIMAH DAN TIMBAL
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Santa Hasian floren A1C115005
2. Dewi Sugiarti A1C115009
3. Nina Oktriani A1C115033
Dosen Pengampu :
Drs. Abu Bakar, M.Pd
M. Haris Effendi, S.Pd., M.Si., Ph.D
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kimia anorganik dengan judul “TIMAH DAN TIMBAL” ini dengan baik.
Adapun penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas dari Bapak Drs.Abu
Bakar,M.Pd.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih sangat banyak kekurangan yang
dikarenakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kritik dan
saran kami terima demi membangun tercapainya kesempurnaan makalah ini. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberi ilmu pengetahuan maupun wawasan bagi para
pembaca, mahasiswa jurusan PMIPA khususnya mahasiswa prodi kimia.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ii
JUDUL ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 2
1.4 Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Timah ……………………………………………………………………….. 3
2.1.1 Sejarah Timah ……………………………………………………..
3
2.1.2 Sumber atau Keberadaan Timah di Alam …………………………
6
2.1.3 Sifat-Sifat Timah …………………………………………………..
9
2.1.4 Pembuatan Timah ………………………………………………….
13
2.1.5 Senyawa Timah …………………………………………………....
22
2.1.6 Reaksi-Reaksi Timah ………………………………………….…...
25
2.1.7 Kegunaan atau Fungsi Timah ………………………………….…..
26
2.1.8 Bahaya Timah ……………………………………………………...
33
2.1.9 Pencegahan Bahaya Timah ………………………………………...
34
iii
2.2.8 Efek Timbal (Pb) terhadap Kesehatan …………………………….
58
2.2.9 Upaya yang dapat dilakukan ………………………………………
64
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................68
LAMPIRAN..........................................................................................................................70
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Isotop Sn dan Kelimpahannya di Alam ......................................................................5
2.2 Sifat Kimia dan Sifat Fisika Unsur Timah .................................................................10
2.3 Jenis-jenis Batuan Induk Pembentuk Tanah yang Mengandung Logam Berat Pb .....37
2.4 Ciri-ciri Galena ...........................................................................................................38
2.5 Ciri-ciri Kerusit ..........................................................................................................40
2.6 Ciri-ciri Anglesit .........................................................................................................41
2.7 Keterangan Unsur .......................................................................................................43
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Beberapa contoh timah (a) struktur timah, (b) timah cair, (c) timah padat ...............3
2.2 Cassiterite ..................................................................................................................8
2.3 Stannite .....................................................................................................................8
2.4 Cylindrite ..................................................................................................................9
2.5 Grafik energy ionisasi total golongan IV A...............................................................20
2.6 Grafik energy ionisasi total golongan IV A...............................................................21
2.7 Pelat timah.................................................................................................................26
2.8 Tutup botol anggur.....................................................................................................26
2.9 Timah patri.................................................................................................................27
2.10 Bola lampu................................................................................................................27
2.11 Timah dalam kimia ...................................................................................................31
2.12 Timbal (a) struktur timbal, (b) bentuk timbal padat..................................................34
2.13 Galena (a) unit sel dari galena, (b) kristal galena dari kansas .................................38
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Gambar Menyelusuri Sumber di Perpustakaan FKIP UNJA......................................70
2. Gambar Menyelusuri Sumber di Internet....................................................................71
3. Gambar Diskusi dan Pengerjaan Makalah Timah dan Timbal....................................72
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu
(sekitar 6400 BC) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi,
selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola.
Timbal dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Lead” dengan symbol kimia “Pb”.
Simbol ini berasal dari nama latin timbal yaitu “Plumbum” yang artinya logam lunak.
Timbal memiliki warna putih kebiruan yang terlihat ketika logam Pb dipotong akan
tetapi warna ini akan segera berubah menjadi putih kotor atau abu-abu gelap ketika
logam Pb yang baru dipotong tersebut terekspos oleh udara. Timbal merupakan logam
yang lunak, tidak bisa ditempa, memiliki konduktifitas listrik yang rendah, dan tergolong
salah satu logam berat seperti halnya raksa timbale dapat membahayakan kesehatan
manusia. Karena logam timbale berifat tahan korosi maka container dari timbale sering
dipakai untuk menampung cairan yang bersifat korosif ataupun sebagai lapisan kontroksi
bangunan.
Timah dan timbal adalah unsur segolongan (Gol IV A), sehingga keduanya
memiliki kemiripan sifat, selain itu perbedaan antara keduanya juga cukup terlihat.
Kedua unsur ini juga menjadi unsur yang sering digunakan dalam kehidupan manusia.
Untuk itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai kedua unsur ini agar kita dapat lebih
mengetahui bagaimana manfaat dan bahaya dari unsur timah dan timbal ini.
1
2
2.4 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini dapat mengetahui dan menjelaskan:
PEMBAHASAN
2.1 Timah ( Sn )
(a) (b)
(c)
Gambar 2.1 Beberapa contoh timah, (a) struktur timah (b) timah bentuk cair (c) timah
bentuk
padat
3
4
Timah adalah unsur dengan jumlah isotop stabil yang terbanyak dimana jangkauan
isotop ini mulai dari 112 hingga 126. Dari isotop-isotop tersebut yang paling banyak
jumlahnya adalah isotop 120Sn dimana komposisinya mencapai 1/3 dari jumlah isotop Sn yang
116 118 115
ada, Sn, dan Sn. Isotop yang paling sedikit jumlahnya adalah Sn. Unsur timah yang
memiliki jumlah isotop yang banyak ini sering dikaitkan dengan nomor atom Sn yaitu 50
yang merupakan “magic number” dalam pita kestabilan fisika nuklir. Beberapa isotop bersifat
radioaktif dan beberapa yang lain bersifat metastabil (dengan lambang m). Berikut beberapa
isotop Sn dan kelimpahannya di alam.
Dalam keadaan dingin timah dapat dibentuk dengan baik, namun pada suhu 200 0 C
ia menjadi sangat rapuh. Logam ini mudah dituang, tahan terhadap udara terbuka, namun
mudah diserang oleh asam dan larutan alkali (http://sipadu.isiska.ac.id/
sidos/rpp/20131/rpp_88085.pdf)
Timah putih dijumpai sebgai SnO2 dalam bijih yang disebut kasiterit. Untuk
memperoleh logamnya, mula-mula bijih tersebut dipanaskan dengan suhu tinggi di udara
6
untuk membuang oksida yang mudah menguap daro kotorannya, misalnya senyawa arsen
dan belerang. Setelah itu SnO2 direduksi dengan karbon.
SnO2 + C Sn + CO2
Logam ini lebih lanjut dapat dimurnikan lagi dengan cara elektrolisis. Kotoran timah
putih menjadi anode dalam sel elektrolisis dan timah putih murni merupakan katode. Apabila
terjadi elektrolisis, maka kotoran timah putih menjadi larut dan timah menjadi murni
membentuk lempeng logam di katode.
Logam timah putih mempunyai tiga bentuk secara fisik fenomena ini perlu di ingat
yang disebut alotrofisme dan bermacam-macam bentuk logam ini disebut alotrop. Alotrop
timah putih paling terkenal adalah yang disebut (white tin) atau timah lunak yang dapat
dilihat pada lapisan yang bersinar yang ada pada kaleng timah putih. Dibawah suhu 13,2
warna putih ini berubah perlahan-lahan menjadi senyawa non logam berbentuk bubuk yang
disebut timah abu-abu. Bentuk ketiga disebut timah rapuh yang dapat diperoleh apabilah
timah putih dipanaskan.
Salah satu penggunaan timah putih yang utama dalah sebagai pelapis pelindung baja,
misalnya kaleng timah. Lapisan pelindung ini dapat melindungi baja dari udara dan
kelembaban. Meskipun demikian, sekali lapisan pelindung ini tergores, baja dibawahnya
terbuka maka akan cepat sekali terjadi pengkaratan. Besi lebih mudah dioksidasi daripada
timah putih. Jadi apabila kedua logam tersebut terbuka di udara maka terbentuk sel galvanic
dimana besi menjadi anode. Oleh sebab itu, oksidasi ini menjadi pilihan sebagai penggati
timah putih. Penggunaan timah putih lainnya adalah sebagai campuran (alloy) perunggu
(tembaga dan timah putih), solder (timah putih dan timah hitam) dan pawter (kira-kira 90%
timah putih, 7% antimony, dan 3 % tembaga) (Brady,2002: 339-340 ).
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite
merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh
lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah
kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara
tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks
7
Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2. Mineral Cassiterite
memiliki kandungan Sn sebanyak 78.77% dan Oksigen sebanyak 21.23%. Berbentuk kristal
dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis
Cassiterite tampak translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan logam
timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di alluvial atau aluvium.
Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus kimianya adalah
Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang dipakai untuk memproduksi timah.
Stannite mengandung sekitar 28% timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang.
Stannite berwarna biru hingga abu-abu.
Timah dari reaksi diatas dimurnikan melalui pelelehan ulang. Timah yang mudah
meleleh ini dituang dalam bentuk yang belum meleleh. Pengotor yang tetap larut dalam timah
cair terosidasi dan dipisahkan dengan cara mengambil lapisan oksida yang terbentuk
dipermukaan cairan.
Sifat khas :
Berikut ini adalah table yang menyatakan sifat kimia dan sifat fisika dari unsur Timah
10
Ge
Sn
Pb
Tabel penuh
Umum
Penampakan
Properti Atomik
Ciri-Ciri Fisik
11
Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik. Timah tidak
mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida
timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah tahan terhadap korosi air
distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam.
Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.
Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah
abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti
diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu
tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam
asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH
dan KOH.
Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung
memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
Bentuk
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah
abu-abu ( timah alfa ) dengan struktur kubus berubah pada 13.2 oC menjadi timah putih
( timah beta ) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2 oC,
ia pelan-pelan berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian
( impurities ) seperti alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan
antimony atau bismut. Timah abu-abu memiliki sedikit kegunaan. Timah dapat dipoles sangat
licin dan digunakan untuk menyelimuti logam lain untuk mencegah korosi dan reaksi kimia.
Lapisan tipis timah pada baja digunakan untuk membuat makanan tahan lama.
Campuran logam timah sangat penting. Solder lunak, perunggu, logam babbit, logam
bel, logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu fosfor adalah beberapa campuran
logam yang mengandung timah. Timah dapat menahan air laut yang telah didistilasi dan air
keran, tetapi mudah terserang oleh asam yang kuat, alkali dan garam asam. Oksigen dalam
suatu solusi dapat mempercepat aksi serangan kimia-kimia tersebut. Jika dipanaskan dalam
12
udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate salts dengan oksida.
Garam yang paling penting adalah klorida, yang digunakan sebagai agen reduksi. Garam
timah yang disemprotkan pada gelas digunakan untuk membuat lapisan konduktor listrik.
Aplikasi ini telah dipakai untuk kaca mobil yang tahan beku. Kebanyakan kaca jendela
sekarang ini dibuat dengan mengapungkan gelas cair di dalam timah cair untuk membentuk
permukaan datar (proses Pilkington). Baru-baru ini, campuran logam kristal timah-niobium
menjadi superkonduktor pada suhu sangat rendah, menjadikannya sebagai bahan konstruksi
magnet superkonduktif yang menjanjikan. Magnet tersebut, yang terbuat oleh kawat timah-
niobium memiliki berat hanya beberapa kilogram tetapi dengan baterai yang kecil dapat
memproduksi medan magnet hampir sama dengan kekuatan 100 ton elektromagnet yang
dijalankan dengan sumber listrik yang besar.
Banyak juga penambangan dalam sekala kecil terdiri dari satu atau dua orang,
menggunakan peralatan sangat sederhana berupa sekop, saringan dan dulang, seperti
penambangan oleh masyarakat di lepas pantai menggunakan sekop dengan panjang sekitar
2,5 meter, dan dilakukan pada saat air laut surut. Penambangan banyak dilakukan pada
wilayah bekas tambang dan sekitarnya. Bahkan tailing yang semula dianggap sudah tidak
ekonomis, kembali diolah untuk dimanfaatkan kandungan timah putihnya. Penambangan
oleh masyarakat di lepas pantai selain menggunakan peralatan manual sederhana,
menggunakan juga pompa hisap dan perahu (https://nahriazizah.files.wordpress.com /
2015/04/makalah-pengolahan-timah-dan aluminium.pdf).
13
Timah (Sn) dapat dibuat dari SnO2 yang terdapat dalam bijih logam yang disebut
kaseteril. Bila bijih itu dipanaskan kuat di udara akan menguap oksida dan zat lainnya.
Kemudian SnO2 direduksi dengan karbon
Logam timah dapat juga dimurnikan dengan cara elektrolisis dan akan didapat timah pada
katoda.
Berbagai macam metode dipakai untuk membuat timah dari biji timah tergantung dari
jenis biji dan kandungan impuritas dari biji timah. Bijih timah yang biasa digunakan untuk
produksi adalah dengan kandungan 0,8-1% (persen berat) timah atau sedikitnya 0,015%
untuk biji timah berupa bongkahan-bongkahan kecil. Biji timah dihancurkan dan kemudian
dipisahkan dari material-material yang tidak diperlukan, adakalanya biji yang telah
dihancurkan dilewatkan dalam “floating tank” dan titambahkan zat kimia tertentu sehingga
biji timahnya bisa terapung sehingga bisa dipisahkan dengan mudah.
Biji timah kemudian dikeringkan dan dilewatkan dalam alat pemisah magnetik sehingga
kita dapat memisahkan biji timah dari impuritas yang berupa logam besi. Biji timah yang
keluar dari proses ini memiliki konsentrasi timah antara 70-77% dan hampir semuanya
berupa mineral Cassiterite.
Cassiterite selanjutnya diletakkan dalam furnace bersama dengan karbon dalam bentuk
coal atau minyak bumi. Adakalanya juga ditambahkan limestone dan pasir untuk
menghilangkan impuritasnya kemudian material dipanaskan pada suhu 1400 C. Karbon
bereaksi dengan CO2 yang ada didalam furnace membentuk CO, CO ini kemudian bereaksi
dengan cassiterite membentuk timah dan karbondioksida. Logam timah yang dihasilkan
dipisahkan melalui bagian bawah furnace untuk diproses lebih lanjut. Untuk memperoleh
14
timah dengan kemurnian yang tinggi maka dapat dilakukan dengan menggunakan proses
elektrolisis. Dengan cara ini kemurnian timah yang diperoleh bisa mencapai 99,8%
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
•Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang
berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di
dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan
umpan.
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian
untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah
mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah
kandungan timah pada bijih.
• Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang mempunyai
berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan
sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung
pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan
ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih
tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat
ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat
pengolah ini adalah 60 kg/jam.
• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan
memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api
yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
• Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi lanjutan
yakni:
15
• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses
yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi
material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan
efisien.
• Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan
pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur
terdapat bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature
recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder
dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur
16
berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya
dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih
timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi
proses reduksi dengan suhu 1100 – 1500 oC. Unsur – unsur pengotor akan teroksidasi menjadi
senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua
menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk
debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya
dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan
selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur
hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm
flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
• Proses Refining ( Pemurnian )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang
akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities
sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya
memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap
pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat
pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi
kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan
Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah
dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa
juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat
dilakukan proses refining ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar parameter
proses tetap konstansehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian
ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor
/impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn,
pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun
bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip
17
utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari
pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip
elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit
ytang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen
utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak
elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine
(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat
tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan
elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari
anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase
tertentu dan tidak terlalu besar.
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara
manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam.
Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C.
Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan
melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya,
aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan
timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan
timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata
sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
Ion timah(II) juga mereduksi ion besi(III) menjadi ion besi(II). Sebagai contoh larutan
timah(II) klorida akan mereduksi larutan besi(III) klorida menjadi larutan besi(II) klorida.
Pada proses ini, ion timah(II) dioksidasi menjadi ion timah(IV) yang lebih stabil.
Ion timah(II) juga, tentu saja, mudah dioksidasi oleh agen pengoksidasi yang sangat
kuat seperti larutan kalium mangan(VII) (larutan kalium permanganat) dalam kondisi asam.
Reaksi ini dapat digunakan dalam titrasi untuk menentukan konsentrasi ion timah(II) dalam
suatu larutan.
19
Ini artinya sedikit lebih sulit untuk menghilangkan elektron p pada timbal daripada
pada timah. Jika anda melihat pola lepasnya 4 elektron, perbedaan antara timah dan timbal
lebih menarik. Peningkatan energi ionisasi yang relatif besar antara timah dan timbal
disebabkan karena pasangan 6s2 pada timbal secara signifikan lebih sulit untuk dihilangkan
daripada pasangan 5s2 pada timah.
Sekali lagi, nilainya dalam kJ mol-1, dan dua tabel tersebut mempunyai skala yang
hampir sama. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan teori relativitas. Pada unsur yang lebih
berat seperti timbal, ada kecenderungan untuk menarik elektron lebih dekat ke inti daripada
yang diperkirakan, dikenal sebagai kontraksi relativistik elektron. Karena elektron lebih dekat
dengan inti, maka lebih sulit untuk dilepaskan. Pada unsur yang lebih berat pengaruh ini lebih
besar.Pengaruh ini lebih besar pada elektron s daripada elektron p.
Pada contoh timbal, adanya kontraksi relativistik menyebabkan elektron 6s lebih sulit
dilepaskan secara energetika dari yang anda perkirakan. Energi yang dilepaskan ketika ion
terbentuk (seperti entalpi kisi atau entalpi hidrasi) tidak cukup untuk mengimbangi tambahan
energi akibat adanya kontraksi relativistik. Artinya secara energetika tidak disukai bagi timbal
untuk membentuk ion 4+.
Efek pasangan inert pada pembentukan ikatan kovalen
Anda perlu memikirkan mengapa karbon secara normal membentuk empat ikatan
kovalen bukan dua.
21
Dengan menggunakan notasi elektron dalam kotak, struktur elektron terluar karbon
terlihat seperti ini:
Pada gambar hanya ada dua elektron tak berpasangan. Sebelum membentuk ikatan,
secara normal karbon akan mendorong satu elektron dari orbital s untuk mengisi orbital p
yang kosong.
Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang diperoleh dengan pemanasan
Sn dengan HF dan HCl gas. Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta
gigi yang mengandung fluorida. Air menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa,
tetapi dari larutan asam encer SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam
larutan yang mengandung ion halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK 1
Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF+ dan
Sn2F5 dapat dideteksi.
Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan
adduct peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat, yang dapat
diperoleh dengan reaksi
trimmernya, kemungkinan ion diklis, tampaknya menyebabkan inti dari beberapa garam basa
timah (II) diperoleh dari larutan akua pada pH yang agak rendah. Jadi nitratnya tampak
sebagai Sn3(OH)4(NO3)2 dan sulfatnya, Sn3(OH)2OSO4. semua larutan SnII mudah dioksidasi
dengan oksigen, dan bila tidak dilindungi ketat oleh udara, biasanya mengandung beberapa
SnIV. Larutan kloridanya ssering digunakan sebagai zat pereduksi lunak
Meskipun demikian, klorida dan bromida mempunyai titik leleh rendah (90o dan
74oC) dan pada hakikatnya adalah senyawaan molekular. Halidanya juga memberikan larutan
yang menghantar didalam air, dan ion akua mempunyai gugus C –SN – C linear yang khas
bagi spesies dialkil (misalnya, spesies linear Me2Hg, Me2TI+, Me2Pb2+) mungkin dengan
empat molekul air yang memenuhi koordinasi oktaherdal. Kelinearan dalam spesies ini
tampaknya dihasilkan dari memaksimumkan sifat s dalam orbital ikatan atom logam. Hidrida
organotimah adalah zat pereduksi yang berguna dalam kimia organik dan dapat ditambah
pada alkena dengan reaksi radikal bebas untuk melepaskan senyawaan organotimah. Senyawa
organotimah mempunyai sejumlah kegunaan dalam cat anti pencemaran laut, fungisida,
pengawet kayu, dan sebagai katalis untuk perawatan resin silikon dan resin epoksi.
Timah(IV) sulfat, Sn(SO4)2.2H2O, dapat terkristalisasi dari larutan yang diperoleh dari
oksidasi dari oksidasi SnII sulfat; ia terhidrolisis seluruhnya di dalam air.
Timah(IV) nitrat adalah padatan mudah menguap yang tidak berwarna dibuat dari
interaksi N2O5 dan SnCl4. Mengandung gugus bidentat NO3- menghasilkan koordinasi
dodekahedral. Senyawaannya bereaksi dengan zat organik.
Timah(II) Klorida, SnCl2 berupa padatan kristal berwarna putih, dapat membentuk
dihidrat yang stabil. SnCl2 dipakai sebagai reduktor dalam larutan asam, dan juga dalam
cairan electroplating. SnCl2 dibuat dengan cara reaksi gas HCl kering dengan logam Sn.
Sn + 2HCl → SnCl2 + H2
SnCl2 memiliki satu pasangan electron bebas. Dalam bentuk fasa gas maka molekul SnCl 2
berbentuk bengkok, sedangkan pada bentuk padatan SnCl2 membentuk rantai yang saling
terhubung dengan jembatan klorida. Selain dipakai sebagai reduktor SnCl2 juga dipakai
sebagai katalis, reagen analisis untuk raksa, dan juga dipakai sebagai aditif makanan untuk
mempertahankan warna dan sebagai antioksidan.
Timah Sulfida, senyawaan timah dengan belerang terdapat sebagai SnS yaitu
timah(II)sulfide dan ada dialam sebagai mineral herzenbergite. Pembuatan SnS adalah dibuat
dengan mereaksikan belerang, SnCl2 dan H2S.
24
Sn + S → SnS
Sedangkan timah(IV) sulfide memiliki rumus SnS2 dan terdapat dialam sebagai
mineral berndtite. Senyawa ini mengendap sebagai padatan berwarna coklat dengan
penambahan H2S pada larutan senyawa timah(IV) dan banyak dipakai sebagai ornament
dekoratif karena warnanya mirip emas.
Timah Hidrida, hidrida dari timah disebut sebagai stannan dan rumus formulanya
adalah SnH4. Hidrida timah ini dapat dibuat dengan cara mereaksikan antara SnCl4 dengan
LiAlH4. Stannan terdekomposisi secara lambat menghasilkan logam timah dan gas hydrogen.
Hidrida timah ini sangat analog dengan gas metana CH4.
Timah Oksida, merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia SnO 2. Oksida
timah ini merupakan oksida timah yang paling penting dalam pebuatan logam timah. SnO2
memiliki struktur kristal rutile dimana setiap 1 atom Sn berkoordinasi dengan 6 atom
oksigen. SnO2 tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam dan basa kuat. SnO 2 larut
dalam asam halide membentuk heksahalostanat seperti:
SnO2 larut dalam basa membentuk stanat dengan rumus umum Na 2SnO3. SnO2 digunakan
bersama dengan vanadium oksida sebagai katalis untuk oksidasi senyawa aromatic, dipakai
sebagai pelapis, ataupun sebagai bahan pembuatan organotin.
Timah mempunyai tiga bentuk kristal. Bentuk yang paling adalah timah putih atau
timah yang mudah dibentuk. Pada suhu 13,2oC, secara perlahan, timah putih berubah menjadi
tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah abu-abu. Bila timah putih yang dipanaskan
akan menjadi sangat rapuh yang disebut timah rapuh. Timah putih dipakai sebagai pelapis
kaleng agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga dipakai sebagai logam campuran dalam
perunggu (tembaga dan timah) dan sebagai logam solder (campuran timah dengan timbal).
Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat dipakai sebagai
pelindung besi.
Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat
teroksidasi oleh asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H2
Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + Cl2 SnCl2
Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai
sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu
(5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Teknik
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah
lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset yang
sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai
industri, banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
Pelat Timah
Sejumlah pembuat minum besar di pasar barat meningkatkan
penggunaan kaleng pelat timah sangat tipis. Teknologi baru yang efisien dan kaleng Ecotop
yang mudah didaur ulang mulai diperkenalkan untuk menanggapi masalah lingkungan di
Eropa. Kaleng besi masih menjadi pilihan untuk kemasan makanan dan peningkatan
pendapatan di Asia Tenggara kemasan makanan dan minuman akan meningkat lebih banyak.
Penghambat Api
Telah dipelajari bahwa bahan tambahan dari timah, stannate dapat lebih efektif
sebagai pemusnah api dalam polimer untuk pembuatan bungkus kabel PVC, plastik dan kain
polyester dalam peralatan rumah tangga sehari-hari. Sudah ada hasil yang positif dalam
pengembangan penghambat api untuk digunakan produsen kertas.
Logam Hijau
Timah digunakan dalam perlengkapan rumah tangga setiap hari. Pendapatan paling
tinggi adalah dalam pemenuhan barang konsumen yang semakin beragam. Permintaan timah
di Asia Tenggara meningkat 8% setiap tahun. PT Timah menyediakan timah berkualitas untuk
berbagai industri sekunder dan tertier yang menggunakan logam untuk menghasilkan produk
konsumen dan industri.
Timah Patri
Peningkatan pesat atas barang elektronik konsumen terutama di Asia dan inti dari
setiap kamera, telepon portable, komputer, TV dan radio adalah papan circuit menggunakan
timah patri. Kesadaran lingkungan dan kesehatan telah membuat banyak produsen mengganti
dari timah hitam menjadi 90% timah patri.
Timah merupakan bagian dasar dari bola lampu pijar dan neon. Untuk menyediakan
190 juta konsumen lokal dan membangun pasar expor, industri bola lampu Indonesia
mempunyai kapasitas tahunan lebih dari 550 juta lampu .
Logam logam yang digunakan sebagai logam patri adalah: paduan AG-Cu, kuningan dan
tembaga yang biasanya dikelompokkan sebagai patri keras dan paduan Pb-Sn, Bi-Sn dan Bi-
Sn-Pb sebagai patri lunak.
Plating timah banyak diterapkan untuk membuat panci dan peralatan rumah tangga
lainnya. Plating pada kawat tembaga akan melindungi tembaga dari serangan belerang
serta memudahkan penyolderan. Demikian pula untuk pelapis pada berbagai bagian
otomotif dan industri elektronik.
29
Mematri
Mematri adalah menyambung logam dengan menggunakan logam lebur, sedangkan logam
yang akan disambung itu tidak dileburkan. Jadi titik lebur dari paduan patri tersebut harus
lebih rendah daripada titik lebur bagian-bagian yang akan disambung. Dalam mematri
diperlukan permukaan logam yang bersih dan bebas dari oksid. Untuk keperluan tersebut
logam harus terlebih dahulu dibersihkan, baik dengan cara mekanis maupun melalui
pelarutan menggunakan bahan pelarut tertentu. Pembersihan ini juga bisa menggunakan
kombinasi mekanis, kemudian dibersihkan lagi dengan menggunakan larutan tertentu untuk
mencegah terjadinya oksidasi yang dapat mengotori kembali bahan yang akan dipatri.
Sistem mematri dapat dibedakan seperti berikut:
1. Mematri dengan baut patri yang dapat dipanaskan secara secara terus menerus
ataupun tidak.
2. Mematri dengan nyala api yang dapat diperoleh melalui lampu patri ataupun
pembakar gas.
3. Mematri dengan sistem celup. Benda kerja dicelupkan ke dalam suatu cairan
tertentu yang suhunya lebih tinggi daripada titik lebur paduan patri.
4. Mematri dalam oven. Benda kerja yang telah diberi bahan pelumer, dimasukkan ke
dalam sebuah oven dengan suhu yang lebih tinggi daripada titik lebur paduan patri.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi, biasanya pematrian dilakukan dengan gas
yang bersifat reduksi.
Jenis Patri
1. Patri keras; termasuk ke dalam ini adalah patri tembaga dan patri perak dengan
titik lebur di atas 300oC. Dapat dipatri dengan nyala api, pencelupan, maupun
melalui oven. Melalui patri keras dapat diperoleh sambungan yang kuat.
2. Patri lunak; termasuk ke dalam ini adalah patri timah dengan titik lebur hingga
300oC. Dapat dipatri dengan baut patri, nyala api, pencelupan, ataupun oven.
Melalui patri lunak akan diperoleh sambungan yang tidak begitu kuat, akan tetapi
dapat dipergunakan untuk penyematan mekanis, 29perapatan, menghaluskan
bagian yang kurang rata, pengantar listrik, ataupun penyepuhan timah.
30
Bahan Pelebur
1. Bahan pelebur dengan dasar asam. Bahan pelebur ini melarutkan oksid dan
mencegah terjadinya oksidasi baru. Setelah pematrian selesai, sambungan dengan
keadaan di sekitarnya harus dibersihkan guna mencegah reaksi lebih lanjut dengan
asam. Termasuk ke dalam bahan ini adalah; boraks untuk pematrian keras terhadap
baja, besi tuang, tembagan dan paduan tembaga; khlorida seng untuk pematrian
lunak terhadap baja, besi tuang, tembaga dan paduan tembaga; dan asam garam
untuk pematrian lunak seng dan benda yang disepuh seng.
2. Bahan pelebur dengan dasar damar. Bahan ini tidak melarutkan oksid, akan tetapi
dapat mencegah terjadinya oksidasi baru. Setelah selesai dengan pematrian,
sambungan dan keadaan di sekitarnya tidak perlu dibersihkan lagi, dengan arti kata
dengan bahan semacam ini akan didapat sambungan yang bersih. Cara ini terutama
digunakan dalam teknik listrik dan elektronika, yaitu pematrian lunak logam yang
sukar teroksidasi seperti tembaga dan paduan tembaga, timah dan barang yang
disepuh dengan timah, dan timbal.
3. Bahan pelebur dengan dasar gemuk. Bahan ini memiliki sifat yang kira-kira sama
dengan sifat yang terdapat pada dasar damar. Bahan ini dipakai untuk pematrian
lunak logam yang sukar teroksidasi, misalnya timah dan barang yang disepuh dengan
timah dan timbale (http://sipadu.isi-ska.ac.id/sidos/rpp/20131/rpp_88085.pdf).
Proses pengikatan di dalam pematrian hanya berlangsung pada permukaan bahan dasar yang
akan disambung. Prinsip dasar yang membedakan pematrian dengan pengelasan ialah bidang
pematrian dipanaskan, namun tidak sampai meleleh. Proses terjadinya ikatan patri dapat
dijelaskan pada bagan berikut:
a. Adhesi (daya lekat) antara patri dan bahan dasar. Patri melekat pada bahan dasar
hanya karena daya lekat, akibatnya pada beban yang kecil sambungan pematrian akan mudah
terlepas satu dengan yang lainnya.
b. Difusi (saling menyusup). Partikel patri yang terhalus menyusup ke dalam tata susun
permukaan bahan dasar dan berakar (terjangkar) di sekitar batas butiran kristal. Proses ini
sangat menentukan pembentukan ikatan patri yang kokoh. Kekuatan ikatan sama besar
dengan kekuatan patri.
c. Pembentukan leburan, proses pembentukan paduan antara patri dan bahan tambah.
Apabila selisih titik lebur patri dan bahan dasar tidak terlalu jauh, maka dapat terjadi suatu
paduan berlapis tipis di antara kedua logam tersebut. Paduan yang terjadi memiliki kekuatan
yang lebih besar daripada kekuatan patri murni, namun pembentukan leburan ini tidak selalu
terjadi pada semua logam.
Celah pematrian yang diselaraskan dengan baik dan sangat sempit akan meningkatkan
kekuatan sambungan. Pada celah pematrian yang sempit hanya sedikit terdapat patri murni,
sebagian besar patri telah melebur dan meresap ke dalam bahan dasar. Oleh karena itu dapat
dihasilkan ikatan dengan kekuatan yang paling tinggi.
memerlukan energi setengah dari yang diperlukan untuk pembuatan kemasan PET dan lebih
sedikit daripada energi yang diperlukan untuk membuat kaleng aluminium.
Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan
sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa
belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara
yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel
tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa .
membuat kaleng
aliasi logam:
- perunggu (5-15% Sn dengan Cu)
Kualitas sambungan solder tergantung pada beberapa faktor, antara lain alat solder yang
digunakan, kecakapan menyolder dan jenis timah solder. Dipasaran, tersedia berbagai macam
jenis timah solder dengan spesifikasi yang berbeda-beda, dan tentu saja diperuntukkan bagi
pekerjaan yang berbeda pula. Didalam menentukan pilihan jenis timah solder yang tepat,
perlu diketahui sekilas tentang karakteristik utama timah solder dan faktor-faktor yang
mempengaruhi karakteristik tersebut.
33
Karakteristik timah solder ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu komposisi campuran
logam dan jenis flux yang terkandung didalam timah solder.
Timah solder terbuat dari campuran lebih dari satu jenis logam, atau dikenal dengan
istilah alloy. Dua jenis logam yang lazim digunakan dibidang elektronika adalah timah (Sn)
dan timbal (Pb), dengan berbagai macam perbandingan campuran. Perbandingan campuran
ini dinyatakan melalui angka persentase perbandingan timah/timbal (Sn/Pb), sebagai contoh
60/40 dan 63/37. Jenis logam lain, seperti perak (Ag) dan tembaga (Cu), juga dapat
ditambahkan dalam jumlah kecil (dikisaran 1% - 2%) untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
Perbandingan campuran timah dan timbal mempengaruhi karakteristik timah solder, antara
lain kekuatan sambungan solder, kelancaran aliran timah solder cair, titik lebur timah solder
dan mekanisme perubahan wujud timah solder dari padat menjadi cair dan sebaliknya.
Kekuatan sambungan solder dinyatakan melalui dua parameter, yaitu kekuatan tarik (tensile
strength) dan kekuatan robek (shear strength). Kekuatan tarik dan robek timah solder dengan
perbandingan campuran 60/40 adalah 52MPa dan 39MPa, sedangkan untuk perbandingan
campuran 63/37 adalah 54MPa dan 37MPa.
Dapat dilihat bahwa perbedaan kekuatan sambungan solder antara timah solder dengan
perbandingan campuran 60/40 dan 63/37 tidaklah signifikan. Kedua perbandingan campuran
ini, dari sudut kekuatan sambungan solder yang dihasilkan, cocok untuk digunakan dibidang
elektronika.
Perlu ditambahkan bahwa kekuatan dan kualitas sambungan solder dapat ditingkatkan
dengan menambahkan campuran logam perak dalam jumlah kecil (berkisar diantara 1% -
2%).
Kelancaran aliran timah solder cair, atau dikenal dengan istilah wetting, adalah kemampuan
timah solder cair untuk membasahi permukaan benda yang disolder. Tentu saja, semakin
34
lancar aliran timah solder cair, semakin mudah bagi timah solder cair untuk membasahi
permukaan benda yang disolder, sehingga sambungan solder yang dihasilkan menjadi lebih
baik. Sebaliknya, aliran yang tidak baik akan menghasilkan sambungan solder yang lebih
tebal atau jika terlalu parah malah membentuk gumpalan timah solder yang tidak menempel.
Timah solder dengan perbandingan campuran 63/37 memiliki kelancaran aliran yang sedikit
lebih baik dari pada timah solder dengan perbandingan campuran 60/40. Untuk pekerjaan
dibidang elektronika dengan sambungan yang kecil dan rapat, seperti penyolderan
komponen Surface Mount Device (SMD), disarankan untuk menggunakan timah solder
dengan perbandingan campuran 63/37 untuk mengurangi resiko gumpalan solder
menjembatani kaki-kaki komponen yang berdekatan dan memastikan kaki komponen
tersolder dengan sempurna.
Timah solder dengan perbandingan campuran 60/40 dapat digunakan untuk pekerjaan yang
menuntut sambungan solder yang lebih kokoh, seperti penyolderan kabel atau konektor yang
berukuran sedang sampai besar. Diharapkan sambungan solder yang dihasilkan akan lebih
tebal dan, tentu saja, akan lebih kuat.
Kelancaran aliran timah solder cair dapat ditingkatkan dengan menambahkan campuran
logam tembaga dalam jumlah kecil (berkisar diantara 1% - 2%).
Timah solder dengan perbandingan campuran 60/40 mempunyai titik lebur 183°C - 188°C,
dimana pada suhu 183°C timah solder memasuki fasa plastis (melting solidus) dan kemudian
mencair dengan sempurna pada suhu yang lebih tinggi dari 188°C (temperature liquidus).
Begitupun sebaliknya, perubahan wujud dari cair menjadi padat juga melalui fasa plastis pada
rentang suhu yang sama. Pada fasa ini, pergerakan pada benda yang disolder akan mengubah
bentuk dan merusak sambungan solder.
Sebaliknya, timah solder dengan perbandingan campuran 63/37 mempunyai sifat eutectic,
dimana perubahan wujud timah solder tidak melalui fasa plastis. Oleh karena itu, penggunaan
timah solder eutectic dapat mengurangi terjadinya kerusakan sambungan solder yang
diakibatkan oleh pergerakan benda sewaktu disolder. Sebagai tambahan, titik lebur timah
solder eutectic berada pada satu titik suhu, yaitu 182°C, dan tidak berupa rentangan suhu.
35
Titik lebur ini juga merupakan suhu terendah yang dapat dicapai oleh campuran murni timah
dan timbal.
Jika benda yang disolder sulit untuk distabilkan secara mekanikal atau sangat sensitif
terhadap suhu tinggi, seperti komponen SMD yang berukuran kecil, disarankan untuk
menggunakan timah solder dengan perbandingan campuran 63/37.
Penambahan campuran logam tembaga dalam jumlah yang kecil (berkisar diantara 1% - 2%)
dapat menurunkan titik lebur timah solder.
Selain banyak sekalin manfaat dan penerapan unsur Timah dalam kehidupan manusia,
perlu diketahui juga bahwa timah memiliki bahaya yang cukup dipertimbangkan baik baik
tubuh maupun lingkungan, berikut bahaya dari unsur timah serta senyawanya.
Bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan, akibat keracunan timah dapat
menyebabkan kerusakan otak, system saraf dan ginjal bahkan kematian bila
keracunan akut.
Pada anak-anak dapat menyebabkan kerusakan fungsi mental (jadi idiot).
(a) (b)
Gambar 2.12 Timbal (a) struktur timbal (b) bentuk timbal padat
Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu
(sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain
itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan
disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan unsur tertua
dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di
bumi.
Timbal dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Lead” dengan simbol kimia “Pb”.
Simbol ini berasal dari nama latin timbal yaitu “Plumbum” yang artinya logam lunak.
Timbal memiliki warna putih kebiruan yang terlihat ketika logam Pb dipotong akan tetapi
warna ini akan segera berubah menjadi putih kotor atau abu-abu gelap ketika logam Pb
yang baru dipotong tersebut terekspos oleh udara (http://alchemistterrible.blogspot. co. id /
2011/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html).
Timbal (Pb) adalah satu dari tujuh logam pada jaman kuno, merupakan rekor
penemuan yang paling tua. Pada saat dahulu, inti Pb telah dinilai sebagai sebuah mata cat
dan material ornamental, dan lebih dekat diketahui artifak Pb, ditemukan di Turki pada
tahun 6500 SM. Simbol kimia untuk timbal, Pb, berasal dari bahasa latin, Plumbum. Timbal
sangat lembut, termasuk logam dengan titik leleh rendah, padat pada temperatur
37
ruang/kamar dan dikenal dengan warna perak abu-abu, memiliki sifat dapat ditempa dan
wajar mempunyai kepadatan tinggi. Timbal meleleh pada suhu 327oC dan mendidih pada
1751 oC. Timbal merupakan salah satu jejak elemen di kulit bumi yang keras, dalam arti
melimpah hingga ~13 ppm, tetapi timbal dapat dihadirkan dalam jumlah yang besar sebagai
galena (PbS) ada co-mineral dengan tembaga, perak, emas, seng, timah, arsenic dan
antimonium. Inti-inti timbal secara luas didistribusikan dan diproduksi secara komersial di
lebih 50 negara, produksi terbesar dilakukan oleh USA, dahulu USSR, Australia, Peru,
China dan Kanada. Kira-kira 5 juta ton Pb diproduksi setiap tahun, bagaimanapun sumber
produksi kedua dari Pb menjadi produksi primer yang lebih dominan. Penggunaan utama
dari Pb yaitu pada baterai, pigmen dan kimia, bensin antiknock aditip, pembungkus kabel,
solder dan aplikasi lainnya. Timbal merupakan logam beracun dan tingkatan tinggi dari
emisi dalam lingkungan kota yang merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat, pada
umumnya terjadi pada negara berkembang Pada tingkatan tinggi dari ekspose manusia
untuk Pb, menghasilkan kerusakan pada hampir semua organ dan sistem organ, yang lebih
penting pusat sistem gelisah, ginjal dan darah, sedang pada tingkatan rendah, berpengaruh
pada darah sintesis dan proses-proses biokimia lainnya dan biological serta lemahnya fungsi
neulogikal bersama efek lainnya (Yogopranoto,2012:12).
Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar
6400 BC) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu timbal
mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Timbal dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Lead”
dengan symbol kimia “Pb”. Simbol ini berasal dari nama latin timbal yaitu “Plumbum” yang
artinya logam lunak. Timbal memiliki warna putih kebiruan yang terlihat ketika logam Pb
dipotong akan tetapi warna ini akan segera berubah menjadi putih kotor atau abu-abu gelap
ketika logam Pb yang baru dipotong tersebut terekspos oleh udara. Timbal merupakan logam
yang lunak, tidak bisa ditempa, memiliki konduktifitas listrik yang rendah, dan tergolong
salah satu logam berat seperti halnya raksa timbale dapat membahayakan kesehatan manusia.
Karena logam timbal berifat tahan korosi maka container dari timbal sering dipakai untuk
menampung cairan yang bersifat korosif ataupun sebagai lapisan kontroksi bangunan.
204 206 207 208
Timbal memiliki empat isotop yang stabil yaitu Pb, Pb, Pb, dan Pb. Standar
massa atom Pb rata-rata adalah 207,2. Sekitar 38 isotop Pb telah diketemukan termasuk
isotop sintesis yang bersifat tidak stabil. Isotop timbal dengan waktu paruh yang terpanjang
205 202
dimiliki oleh Pb yang waktu paruhnya adalah 15,3 juta tahun dan Pb yang memiliki
waktu paruh 53.000 tahun.
38
(Anglo-saxon: lead, Latin: plumbum). Unsur ini telah lama diketahui dan
disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan unsur tertua
dan diasosiasikan dengan planet Saturn. Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di bumi.
Bentuk
Di alam timbel terutama terdapat sebagai galena, Pbs,dan beberapa biji lain yang
terbentuk sebagai akibat pengaruh iklim atau cuaca pada galena adalah sebagai karbonat
,cerrusite (kerusit), PbCO3 dan sebagi sulfat , anglesite (anglesit dan PbSO4. .( Sugiyarto,
2003 : 177-178 ) .
Dalam bumi mengandung timbal sekitar 13 ppm, dalam tanah antara 2.6–25 ppm, di
perairan sekitar 3 g/L, dan dalam air tanah jumlahnya kurang dari 0.1 ppm. Timbal tidak
ditemukan bebas dialam akan tetapi biasanya ditemukan sebagai biji mineral bersama dengan
logam lain misalnya seng, perak, dan tembaga. Sumber mineral timbale yang utama adalah
“Galena (PbS)” yang mengandung 86,6% Pb, “Cerussite (PbCO3)”, dan “Anglesite (PbSO4).
Kandungan timbale dikerak bumi adalah 14 ppm, sedanngkan dilautan adalah:
Timbal (Pb) secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada bebatuan dan lapisan
kerak bumi. Di perairan logam Pb ditemukan dalam bentuk Pb 2+ , PbOH+, PbHCO3, PbSO4
dan PbCO+ . Pb2+ di perairan bersifat stabil dan lebih mendominasi dibandingkan dengan
Pb4+ . Masuknya logam Pb ke dalam perairan melalui proses pengendapan yang berasal
dari aktivitas di darat seperti industri, rumah tangga, erosi, jatuhan partikel-partikel dari
sisa proses pembakaran yang mengandung tetraetil Pb, air buangan dari pertambangan bijih
timah hitam, dan buangan sisa industri baterai. Timbale (Pb) tidak akan larut ke dalam
tanah jika tanah tidak masam. Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal (Pb) dan
penyerapan oleh tanaman.Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida fosfat dan
karbonat(http://e-journal.uajy.ac.id/6980/3//BL201125.pdf).
Tabel 2.3 Jenis-jenis batuan induk pembentuk tanah yang mengandung logam berat Pb
(http://e-journal.uajy.ac.id/6980/3//BL201125.pdf)
Galena
Galena merupakan bentuk mineral alami dari timbal sulfida dan inti timbal yang
sangat penting. Galena menyimpan sejumlah perak penting seperti dimasukkan tahap
mineral sulfida perak atau sebagai larutan padat terbatas di dalam struktur galena. Galena
yang mengandung perak ini menjadi bijih perak paling utama di dalam menambang, sebagai
tambahan seng, cadmium, antimonium, bismut dan arsenik juga terjadi di sejumlah variabel
di dalam bijih timbal (Yogopranoto,2012:13).
Galena adalah mineral timbal yang amat penting dan paling banyak tersebar di
penjuru belahan bumi dan umumnya berasosiasi dengan mineral lain seperti sphalerite,
40
calcite, dan flourite. Deposit galena biasanya mengandung sejumlah tertentu perak dan juga
terdapat seng, cadmium, antimoni,arsen, dan bismuth, sehingga umumnya produksi timbal
dari galena menghasilkan juga logam-logam tersebut.
Warna galena adalah abu-abu mengkilap dan formulanya adalah PbS. Struktur
kristalnya kubik dan oktahedral dan spesifik graviti 7,2 – 7,6.
(a) (b)
Gambar 2.13 Galena (a) unit sel dari galena, (b) Kristal galena dari Kansas.
Ciri-ciri galena dapat dilihat dalam tabel 2.4 berikut :
Cerrusite
Cerrusite merupakan salah satu mineral timbal yang mengandung timbal karbonat dan
menjadi sumber timbal yang utama setelah galena. Mineral ini juga terdapat dalam bentuk
granular yang padat atau benbentuk fibrous. Warnanya umumnya tidak berwarna, hingga
putih, abu-abu, biru, atau hijau dengan penampakkan darai transparan hingga translusen.
Mineral ini bersifat getas tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam encer seperti
asam nitrat. Dan spesifik gravitinya 6,53-6,57.
41
Kerusit berasal dari bahasa latin cerussa yang artinya timbal putih adalah mineral
yang terdiri dari timbal karbonat (PbCO3) dan merupakan bijih timbal yang penting. Pada
tahun 1565 senyawa ini disebut cerussa nativa (oleh K. Gesner), pada tahun 1832 FS.
Beudant manamainya cruse, sedang nama kerusit (cerrusite) dimulai oleh W. Haidinger.
Kerusit umum terdapat dalam bentuk kristal. Kerusit mengkristal dalam sistem
ortorhombik dan berisomorf dengan aragonit. Mirip seperti aragonit, kerusit juga sering
mengalami perubahan, dan berbentuk pseudo-heksagonal. Tiga kristal biasanya berada
pada dua muka prisma, menghasilkan kelompok stelat bergaris enam dengan masing-masing
kristal saling bersilangan dengan sudut sekitar 60°. Kristal kerusit biasanya memiliki
penampilan yang terang dan halus. Kerusit juga terdapat dalam bentuk kelompok butiran
yang kompak, atau kadang-kadang dalam bentuk serat. Biasanya kerusit berwarna putih
atau tidak berwarna, kadang-kadang juga abu-abu atau kehijauan yang diperlihatkan pada
gambar 2.8. Mineral ini sangat rapuh, dan memiliki retakan konkoid. Mineral ini memiliki
tingkat kekerasan 3 hingga 3,75 dalam skala Mohs, dan massa jenis 6,5 g/cm3. Iglesiasit
adalah kerusit yang memiliki kandungan 7 % seng karbonat, dinamai menurut tempatnya
ditemukan, yaitu Iglesias di Sardinia (Yogopranoto,2012:14).
Anglesite
Anglesite merupakan mineral timbal yang mengandung timbal sulfat PbSO4. Mineral
ini terjadi sebagai hasil oksidasi mineral gelena akibat pengaruh cuaca. Warna mineral ini dari
putih, abu-abu, hingga kuning, jika tidak murni maka warnanya abu-abu gelap. Mineral ini
memiliki spesifik grafiti 6,3 dengan kandungan timbal sekitar 73%.
Anglesit merupakan sebuah mineral timbal sulfat (PbSO4). Terbentuk dari sebuah
produk oksidasi dari inti timbal sulfida primer, yaitu galena. Anglesit terbentuk sebagai
kristal primatik orthorhombik dan massa seperti tanah, dan isomorfous dengan barite dan
calestine .
Anglesit memiliki berat gravitasi spesifik dari 6,3 pada saat timbal berisi 74% berat,
dengan nilai kekerasan 2,5 – 3. Berwarna putih, abu-abu dengan lapisan kuning pucat. Dan
mungkin berubah gelap jika tidak murni (Yogopranoto,2012:16).
(a) (b)
Gambar 2.15 Anglesite (a) Bentuk kristal anglesit, orthorhombik; (b) Anglesit.
43
Anglesit pertama dikenali sebagai jenis mineral oleh William Yang ditemukan pada
tahun 1783, di pertambangan tembaga Parys di Anglesey. Nama anglesit tersebut, dari
tempat ini, dinamai oleh F. S. Beudant pada tahun 1832. Kristal dari Anglesey, yang mana
dahulu ditemukan dengan berlimpah-limpah pada suatu acuan batu besi cokelat yang
tumpul, dalam ukuran kecil dan sederhana dalam bentuknya, yang pada umumnya dibatasi
oleh empat muka dari suatu prisma dan empat muka dari suatu kubah; yaitu brownish-
yellow di dalam warna yang berhubungan dengan suatu noda batu besi cokelat. Kristal dari
beberapa tempat lain, khususnya dari Monteponi di Sardinia, tidak berwarna pucat, yang
memiliki warna mengkilap yang tidak fleksible, dan pada umumnya dimodifikasi oleh banyak
permukaan yang terang. Ciri-ciri anglesit dapat dilihat dalam tabel 2.6 berikut :
Tabel 2.6 Ciri-ciri Anglesit
Timbal (Pb) terdapat di alam sebagai senyawa sulfat (PbSO 4), karbonat (PbCO3), dan
sulfida (PbS). Biji timbalyang utama adalah galena yang mengandung PbS. Jika biji ini
dipanaskan dengan kuat dalam udara, akan terbentuk PbO.
biasanya dalam proses ini didapat timbal dikotori sedikit perak, emas, dan logam lain. Untuk
memdapatkan timbal murni, campuran itu dielektrosis, seperti pemurnian timah dan tembaga.
44
Timbal diperoleh dengan reduksi oksida atau sulfidanya dengan karbon. Timbal
melarut dalam beberapa asam dan diserang cepat oleh halogen. Timbal diserang secara
lambat oleh alkali dingin, secara diserang oleh alkali panas membentuk timbal dan plumbum.
Timbal seringkali tampak lebih mulia dan tidak reaktif daripada yang akan ditujukan oleh
harga potensial standarnya sebesar -0,13 V kereaktifan yang rendah ini dapat dikaitkan
dengan overvoltage yang tinggi terhadap hidrogen, dan juga dalam beberapa hal kepada
pelapisan permukaan yang tidak larut. Jadi timbal tidak terlarut oleh H 2SO4 encer dan HCl
pekat.
Merupakan logam perak abu-abu yang mengkilap, mempunyai struktur kristal FCC
(Face Centered Cubic), mudah dicor, dirol dan diekstrud, kekentalan (density)11.3 kg/cm3,
angka kekerasan moh’s sama dengan 1, angka kekerasan Brinell sama dengan 4.0 (logam
dengan kemurnian tinggi), mudah dilelehkan, meleleh pada temperatur 327.46 oC, menguap
pada suhu 1749 oC, tekanan uap 1 torr pada suhu 970 oC dan 10 torr pada suhu 1160 oC,
penghantar listrik yang jelek, hambatan jenis (ρ) 20.65 microhm-cm pada suhu 20 oC dan
dari cairan meleleh 94.6 microhm-cm pada titik leleh; viskositas dari logam yang dicairkan
3.2 centipoise pada titik leleh dan 2.32 centipoise pada 400 oC; regangan permukaan 442
dyne/cm pada 350 oC; kekuatan tarik 2000 psi; penampang serap thermal neutron 0.17
barn; standar elektroda potensial, Pb2+ +2e- Pb -0.13 V; bersifat tahan terhadap korosi
(Patnaik,2002: 453-454).
Timbal atau Timah Hitam (Pb) adalah unsur yang bersifat logam, hal ini merupakan
anomali karena unsur-unsur diatasnya (Gol IV) yakni Karbon dan Silikon bersifat non-logam.
45
Timbal merupakan logam putih kebiru-biruan dengan pancaran yang terang. Ia sangat
lunak, mudah dibentuk, ductile, dan bukan konduktor listrik yang baik. Ia memiliki resistasi
tinggi terhadap korosi. Pipa-pipa timbal dari jaman Romawi masih digunakan sampai
sekarang. Unsur ini juga digunakan dalam kontainer yang mengandung cairan korosif seperti
asam sulfur dan dapat dibuat lebih kuat dengan cara mencampurnya dengan antimoni atau
logam lainnya.
KETERANGAN UNSUR
Nama, Lambang, Nomor atom Timbal, Pb, 82
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Endapan Timbal (II) Klorida dapat larut dalam larutan klorida berkonsentrasi tinggi
dengan membentuk ion kompleks tetrakloroplumbat (II), dengan persamaan reaksinya :
PbCl2(s) + Cl-(aq) [PbCl4]2-(aq)
Padatan Timbal (II) Klorida juga dapat larut dalam air yang panas.
Kristal Timbal (II) Nitrat tidak berwarna mudah larut dalam air. Garam ini mudah
terhidrolisis dalam air membentuk endapan putih hidroksinitrat, Reaksinya :
Pb(NO3)2(aq) + 2H2O(l) Pb(OH)(NO3)(s) + NO3-(aq) + H3O+(aq)
Pada reaksi timbal (II) Nitrat diatas apabila ditambahkan sedikit Asam Nitrat kedalam larutan
maka Timbal (II) nitrat akan sulit terhidrolisis.
Sebab bisa Larut karena Konsentrasi yang tinggi dan tidak ada penambahan zat lain
yang dapat menggangu terlarutnya Timbal itu sendiri.
Sebab tidak bisa Larut karena kurangnya konsentrasi untuk melarutkannya dan ada
penambahan zat lain didalamnya yang berlebihan. Larut dalam bentuk oksidanya berupa
kristal (padatan) dan cairan.
Berbagai macam timbale oksida mudah direduksi menjadi logamnya. Hal ini bisa
dilakukan dengan menggunakan reduktor glukosa, atau mencampur antara PbO dengan PbS
kemudian dipanaskan.
Logam Pb tahan terhadap korosi, jika kontak dengan udara maka akan segera terbentuk
lapisan oksida yang akan melindungi logam Pb dari proses oksidasi lebih lanjut.
Logam Pb tidak larut dalam asam sulfat maupun asam klorida, melainkan larut dalam asam
nitrat dengan membentuk gas NO dan timbale nitrat yang larut.
Bila dipanaskan dengan nitrat dari logam alkali maka logam timbale akan membentuk PbO
yang umumnya disebut sebagai litharge. PbO adalah representasi dari timbale dengan biloks
2 PbO larut dalam asam nitrat dan asam asetat. PbO juga larut dalam larutan basa membentuk
garam plumbit.
PbO2 adalah representasi dari timbale dengan biloks 4 dan merupakan agen pengoksidasi
yang kuat. Karena PbO larut dalam asam dan basa maka PbO bersifat amfoter. Senyawa
timbale dengan dua macam biloks juga ada yaitu Pb3O4 yang dikenal dengan nama minium.
Pada umumnya biji timbale mengandung 10% Pb dan biji yang memiliki kandungan
timbale minimum 3% bisa dipakai sebagai bahan baku untuk memproduksi timbale. Biji
timbale pertama kali dihancurkan dan kemudian dipekatkan hingga konsentrasinya mencapai
70% dengan menggunakan proses “froth flotation” yaitu proses pemisahan dalam industri
untuk memisahkan material yang bersifat hidrofobik dengan hidrofilik.
Kandungan sulfide dalam biji timbale dihilangkan dengan cara memanggang biji
timbale sehingga akan terbentuk timbale oksida (hasil utama) dan campuran antara sulfat dan
silikat timbal dan logam-logam lain yang ada dalam biji timbale. Pemanggangan ini
dilakukan dengan menggunakan aliran udara panas. Reaksi yang terjadi adalah:
Timbal oksida yang terbentuk direduksi dengan menggunakan alat yang dinamakan “blast
furnace” dimana pada proses ini hampir semua timbale oksida akan direduksi menjadi logam
timbale. Hasil timbale dari proses ini belum murni dan masih mengandung kontaminan
seperti Zn, Cd, Ag, Cu, dan Bi. Timbal oksida yang tidak murni ini kemudian dicairkan dalam
“furnace reverberatory” dan di treatment menggunakan udara, uap, dan belerang dimana
kontaminan akan teroksidasi kecuali perak, emas, dan bismuth. Kontaminan ini akan
terapung pada bagian atas sehingga dapat dipisahkan. Logam silver dan emas dipisahkan
dengan menggunakan proses Parkes, dan bismuthnya dihilangkan dengan menggunakan
logam kalsium dan magnesium. Hasil logam yang dihasilkan dari keseluruhan proses ini
adalah logam timbale. Logam timbale yang sangat murni diperoleh dengan cara elektrolisis
meggunakan elektrolit silica flourida.
1. Ekstraksi
Bijih Galena dipekatkan dengan teknik flotasi buih. Selanjutnya ditambahkan sejumlah
kwarsa ,SiO2 kemudian dilakukan proses pemanggangan terhadap campuran ini
persamaan reaksi utama pada prose ini adalah :.
2PbS + 3SO2 2PbO + 2SO2
49
Kemudian proses reduksi dilaksanakan dengan batu bara coke (C) dan air kapur. Dengan
persamaan reaksi utamanya adalah :
Silikat diubah oleh air kapur (CaO) menjadi PbCO dan kalsium silikat (CaSPO 3).
PbO + CaSiO3 PbSiO3 (s) + CaO
Alternatif lain pada proses reduksi dipakai reduktan bijih bakar dari Galena segar sebagai
pengganti batu bara.
Sampai tahap ini , logam timbel yang dihasilkan belum murni dan masih banyak
mengadung banyak zat pengotor seperti tembaga,perak, zink,arsen,antimony,dan bismuth.
Oleh karena itu masih perlu proses tahap pemurnian lebih lanjut dengan tahap sebagai
berikut .pertam-tama, logam timbel yang di hasilkan dilelehkan selama beberapa waktu
pada temperature dibawah titik leleh tembaga, sehingga tembaga pengotor akan
mengkristal dan dapat dipisahkan . Tahap berikut, udara ditiupkan diatas permukaan
lelehan timbel sehinga pengotor seperti arsen dan antimon akan diubah menjadi arsenat
dan antimonat atau aksidannya, termasuk bismuth sebagai buih diatas permukaan dapat
dipisahkan dengan disendoki keluar . Untuk memisahkan pengotor seperti emas atau
perak ditambahkan kira-kira 1-2% zink agar pengotor ini akan arut dalam zink .
Campuran ini kemudian didinginkan secara perlahan dari sekitar 480 0C menjadi 420
0
C ,sehingga logam emas atau perak akan terbawa dalam zink yang mengkristal lebih
dulu untuk dipisahkan dari lelehan timbel . Kelebihan zink jika ada dapat dipisahkan
dengan teknik penyuligan hampa tau pada tekana tinnggi . Permunian tahap akhir,
dilakukan dengan teknik elektrolisis menurut metode Betts .Proses ini memakai elektrolit
50
2. Pemurnian
a. Pb dilelehkan beberapa saat pada suhu di bawah titik leleh tembaga sehingga Cu
pengotor mengkristal dan dapat dipisahkan.
b. Udara ditiupkan di atas permukaan lelehan Pb sehingga pengotor Arsen dan antimon
diubah menjadi Arsenat dan antimonat atau oksidanya.termasuk Bismuth sehingga buih di
atas permukaan yang dapat disendoki keluar.
c. Ditambah 1-2% Zn agar Ag dan Au akan terbawa dalam Zn yang akan mengkristal lebih
dahulu dan dapat dipisahkan dari lelehan Pb.
3. Elektrolisis
Timbal adalah sebuah unsur yang biasanya ditemukan di dalam batu - batuan, tanah,
tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya dalam bentuk
garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya berbentuk timbal
organik. Timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) dan Tetra
51
Methyl Lead (TML). Jenis senyawa ini hampir tidak larut dalam air, namun dapat dengan
mudah larut dalam pelarut organik misalnya dalam lipid. Waktu keberadaan timbal
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arus angin dan curah hujan. Timbal tidak
mengalami penguapan namun dapat ditemukan di udara sebagai partikel. Karena timbal
merupakan sebuah unsur maka tidak mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat
dihancurkan (http://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/435/Adsorpsi-Logam-Timbal-Pb-
Dengan-Menggunakan-Biomassa-Enceng-Gondok-Eichhorniacrassipes.pdf)
Dari keempat unsur, hanya timbal yang mempunyai kimiawi kation yang dapat
ditetapkan secara baik. Ion plumbo, Pb2+, terhidrolisis sebagian dalam air. Dalam larutan
perklorat
Dalam larutan pekat dan dengan penambahan basa, ion-ion polimer yang
mengandung 3, 4, dan 6 atom Pb akan terbentuk. Garam kristal “yang bersifat basa”
[Pb6O(OH)6]4+(ClO4-)4 . H2O
atom O terletak di pusat dari tengah-tengah tetrahedron, sedang gugus OH terletak pada
bidang di luar tetrahedron. Penambahan lebih banyak basa akhirnya memberikan oksida
terhidrat yang larut jika basanya berlebihan menghasilkan ion plumbat.
Kebanyakan garam timbal hanya larut dalam air dan beberapa diantaranya, misalnya,
PbSO4 atau PbCrO4 tidak larut. Garam larut yang umum adalah Pb(NO3)2 dan
Pb(CO2Me)2.2H2O yang terionisasi tidak sempurna didalam air. Halidanya selalu anhidrat dan
dalam larutan membentuk spesies kompleks PbX+, PbX- dan sebagainya, kecuali
untukfluorida dimana hanya PbF+ yang ada.
Senyawaan yang terpenting adalah (CH3)4Pb dan (C2H5)4Pb yang dibuat dalam jumlah yang
sangat besar untuk digunakan sebagai zat “antiknock” dalam bahan bakar. Kenaikan timbal
dilingkungan yang paling besar sehunungan dengan pembakaran bahan bakar yang
mengandung timbal, dan hal ini sangat sering penggunaannya pada akhirnya akan
dihapuskan.
Senyawa oksigen
52
Selain PbO (oksida timbal kuning), terdapat dua oksida lain yaitu PbO2, timbal
dioksida coklat dan Pb2O4 “timbal merah”. Pb2O4 diperoleh melalui oksidasi PbO dengan
udara pada suhu 400oC, tetapi pada suhu lebih tinggi terjadi reaksi sebaliknya
Pb3O4 mengandung timbal dengan dua bilangan oksidasi, Pb (II) dan Pb(IV), mungkin
sebagai Pb2PbO4. jika direaksikan dengan HNO3 (aq), Pb (III) membentuk Pb(NO 3) (aq)
sedangkan Pb(IV) mengendap sebagai PbO2(s)
Hidroksida sederhana dari timah dan timbal tak pernah dijumpai sifat asam basa
dijelaskan dari oksidasinya. SnO dan PbO, karena membentuk garam sebagai reaksinya
dengan asam, menunjukkan sifatnya yang basa, tetapi keduanya juga mempunyai sifat asam.
Keduanya larut dalam NaOH (aq).
PbO membentuk [Pb(OH)3] oksida yang lebih tinggi, SnO2 dan PbO2, juga bersifat
amfoter, karena menunjukkan difat asam [ larutan NaOH (aq) ]
Ada tiga macam oksida timbal yang penting, yaitu PbO (kuning), PbO 2 (cokelat), dan Pb3O4
(merah meni). Timbal(II) oksida yang mempunyai struktur sama dengan timah(II) oksida,
dapat diperoleh dari pemanasan timbal dengan udara; jadi berbeda dari pemanasan timah
dengan udara yang menghasilkan timah(IV) oksida. Tetapi pada pemanasan di atas 500 oC
akan menghasilkan Pb3O4.
Namun demikian, timbal(IV) oksida dapat diperoleh dari oksidasi senyawa timbal(II) dalam
larutan basa; dengan oksidator larutan natrium hipoklorit, NaClO, timbal(II) dapat diubah
menjadi timbal(IV) oksida. Adapun persamaan reaksinya yaitu sebagai berikut:
Pb2+ (aq) + 2OH- (aq) + ClO- (aq) →PbO2 (s) + Cl- (aq) + 2H2O (l)
Timbal(IV) oksida merupakan oksidator yang baik (dipakai sebagai katoda pada aki), dapat
mengoksidasi asam klorida menjadi gas klor misalnya,
PbO2 (s) + 4HCl (aq) → PbCl2 (s) + Cl- (aq) + 2H2O (l)
Pb3O4 dapat diperoleh dari oksidasi PbO dalam udara terbuka dengan pemanasan pada
temperatur sekitar 400oC-500oC.
Dengan demikian, Pb3O4 dapat dipandang sebagai hasil oksidasi “tak sempurna” dari PbO,
dan oleh karena itu dapat dipandang tersusun oleh campuran timbal dengan dua macam
bilangan oksidasi, +2 dan +4; maka formula oksida ini mungkin dapat dituliskan PbO 2.2PbO.
Hal ini didukung oleh reaksinya dengan asam nitrat yang menghasilkan timbal(II) nitrat dan
endapan timbal(IV) oksida.
Senyawa kompleks
Anion yang mempunyai Pb sebagai atom pusat lebih tepat dinamakan ion kompleks,
tetapi senyawa ini sering dinamakan (azoanion). Jika atom pusat mempunyai bilangan
oksidasi +2, digunakan akhiran _it, jika bilangan oksidasi +4, akhiran _at, terdapat banyak
spesies it dan at, beberapa berada dalam larutan dan sebagian kagi berbentuk padatan. Ciri
yang terbaik ialah:
Ion plumbat [ Pb(OH)6 ] - (dan juga ditulis PbO4 4- dan PbO3 2-)
Pada karboksilat, timbal tetra asetat adalah yang paling penting dan digunakan dalam
kimia organik sebagai zat pengoksidasi yang kuat namun selektif. Ia dibuat dengan
melarutkan Pb3O4 dalam asam asetat glasial panas atau dengan oksidasi elektrolitik Pb(II)
dalam asam asetat. Dalam oksidasi, spesies yang menyerang mungkin adalah Pb(OOCMe) 3+,
54
yang isoelektronik dengan pengoksidasi yang mirip, Ti(OOCMe)3, namun ini tidak selalu
demikian dan beberapa oksidasi pada hakekatnya adalah radikal bebas.
PbCl2 merupakan salah satu reagen berbasis timbal yang sangat penting disebabkan
dari senyawa ini dapat dibuat berbagai macam senyawa timbale. Banyak digunakan sebagai
bahan untuk mensintesis timbal titanat dan barium-timbaltitanat, untuk produksi kaca yang
menstransimisikan inframerah, dipakai untuk memproduksi kaca ornament, untuk bahan cat
dan sebagainya. PbCl2 dibuat dari beberapa metode yaitu dengan proses pengendapan
senyawa Pb2+ dengan garam klorida, atau dengan mereaksikan PbO2 dengan HCl.
Pb + Cl2 → PbCl2
Timbal(II) Nitrat
Memiliki rumus kimia Pb(NO3)2. Timbal(II) nitrat umumnya merupakan kristal yang
tidak berwarna atau berbentuk bubuk putih, dibandingkan dengan garam timbal yang lain
maka gram timbal ini sangat mudah larut dalam air. Timbal(II) nitrat sangat bersifat racun
terhadap manusia dan merupakan oksidator.
Padatan timbal(II) nitrat diperoleh dari reaksi timbal dengan pengoksida kuat, seperti HNO 3.
3Pb (s) + 8HNO3(aq) →3Pb(NO3)2 (s) + 2NO (aq) + 4H2O (l)
Larutan Pb(NO3)2 bereaksi dengan KI mebentuk PbI2 yang berwarna kuning. Intensitas warna
kuning ini tergantung dari banyaknya jumlah reaktan yang digunakan.
Tetra etil lead disingkat sebagai TEL adalah senyawa organometalik yang memiliki
rumus Pb(CH3CH2). Senyawa ini disintesis dengan mereaksikan antara alloy NaPb dengan
etil klorida dengan reaksi sebagai berikut:
55
TEL yang dihasilkan berupa cairan kental tidak berwarna, tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam benzena, petroleum eter, toluena, dan gasoline. TEL dipakai sebagai zat
“antiknocking” pada bahan bakar. TEL jika terbakar tidak hanya menghasilkan CO 2 akan
tetapi juga Pb.
Nama kimianya adalah Plumbi oksida atau Timbal(IV) oksida merupakan oksida
timbale dengan biloks 4. PbO2 ada dialam sebagai mineral plattnerite. PbO2 bersifat
amfoter dimana dapat larut dalam asam maupun basa. Jika dilarutkan dalam basa
kuat akan terbentuk ion plumbat dengan rumus Pb(OH)62-. Dalam kondisi asam
maka biasanya tereduksi menjadi ion Pb2+. Ion Pb4+ tidak pernah diketemukan
dalam larutan. Penggunaan PbO2 yang utama adalah sebagai katoda dalam accu.
Dikenal dengan nama timbale tetroksida, minium, atau triplumbi tetroksida. Berupa
zat padat berwarna merah atau oranye. Rumus umumnya adalah Pb3O4 atau
2PbO.PbO2. Memiliki titik leleh 500oC dimana pada suhu ini Pb3O4 terdekomposisi
menjadi PbO dan oksigen. Pb3O4 ini banyak dipergunakan oleh industri penghasil
baterai, kaca timbale, dan cat anti korosi. Senyawa timbale ini tidak larut dalam air
akan tetapi larut dalam HCl, asam asetat glacial, dan campuran antara asam nitrat
dan hydrogen peroksida. Pb3O4 dibuat dari proses kalsinasi dari PbO2 dengan
kehadiran oksigen pada suhu 450-4800C.
6 PbO + O2 -> 2 Pb3O4
Atau dengan proses pemanasan timbale karbonat dengan kehadiran udara.
6 PbCO3 + O2 -> 2 Pb3O4 + 6 CO2
Atau dengan menggunakan reaksi:
3 Pb2CO3(OH)2 + O2 -> 2 Pb3O4 + 3 CO2 + 3 H2O
Dalam bentuk larutan maka Pb3O4 dapat dibuat dengan menggunakan larutan
kalium plumbat dan timbale asetat :
56
Fasa merupakan bagian sistem yang homogen, yang mempunyai karakteristik fisik dan
kimia yang seragam. Material yang 100 % murni dapat dikatakan berada dalam kondisi satu
fasa. Demikian halnya dengan larutan padat, cair ataupun gas. Jika dalam suatu sistem
terdapat lebih dari satu fasa, maka tiap-tiap fasa tersebut akan memiliki sifat-sifat khusus
tersendiri.
Diagram fasa memiliki arti penting dalam sistem paduan, karena terdapatnya
hubungan antara struktur mikro dengan sifat-sifat mekanis suatu material, dimana
perubahan struktur mikro suatu paduan berhubungan dengan karakteristik diagram fasanya.
Selain itu diagram fasa juga memberikan informasi tentang melting point, pengintian,
rekristalisasi dan fenomena-fenomena lainnya.
Pada diagram fasa di bawah ini, dan merupakan larutan padat dari timah dalam
timbal dan timbal dalam timah. Hal itu dapat dilihat pada komposisi yang dapat
dipertimbangkan pada garis horizontal, berdasarkan pada titik pertemuan 180 oC.
57
Temperatur pada garis horizontal solidus disebut temperatur eutektik dan komposisi dimana
liquidus beertemu dengan garis horizontal solidus disebut komposisi eutektik, Ce. Ce ini
penting sebagai catatan bahwa komposisi eutektik sangat tidak mungkin untuk menjadi
komposisi equiatomik (50 % - 50 %), tetapi variasi dari sistem ke sistem, dalam hal ini
terjadi sekitar 62 wt% Sn (~73 at % Sn).
Solidifikasi dari beberapa paduan dalam Pb-Sn dapat kita ambil sebagai contoh
yaitu pada Pb-10wt% Sn, yang mana merupakan ciri khas dari sebagian kecil paduan yang
berisi lebih sedikit timah dari pada komposisi yang ditunjukkan sebagai e apda gambar 2-4.
Dibawah kondisi keseimbangan (equilibrium) paduan ini akan memadat untuk sifat
keseimbangan padatan yang dapat dicampur, yaitu: pemadatan akan dimulai pada
temperatur T1 dan berakhir pada T2, menghasilkan butiran yang homogen dari larutan
padat . Hal yang menarik pada sekitar titik paduan ini yaitu sebagai pendingin pada
padatan, batas kepadatan dari timah dalam timbal dicapai pada temperatur T3. Pada
temperatur di bawah T3, fase mulai mempercepat di luar larutan padat. Pada temperatur
T4, komposisi pada fase dan akan berada dalam keseimbangan keduanya pada batasan
wilayah fase dan fase , dinamakan Pb-4 wt% Sn dan hampir 100 % Sn (Anderson, 1974:
231).
Plating Timbal
Timbal merupakan salah satu logam tertua yang dikenal manusia. Pada dunia
industri, penggunaan timbal hanya dikalahkan oleh besi, seng, dan aluminium. Timbal
penampilannya kusam sehingga kurang baik untuk penampilan atau untuk tujuan plating
dekoratif. Penggunaan plating timbal antara lain bertujuan protektif; melindungi logam
dari cairan-cairan korosif, alatalat kimia, sekrup, dan sebagainya. Senyawa timbal banyak
yang tidak larut, karena itu pilihan elektrolitnya agak terbatas. Timbal tidak larut dengan
sulfat dan khlorida. Larutan kompleks anionnya tidak stabil karena timbal caturvalen (IV)
akan kembali ke bentuk dwivalen (II) yang stabil. Garam-garam timbal yang larut misalnya
58
nitrat, fluorosilikat, sulfamat, fluoroborat, dan perkhlorat. Larutan nitrat tidak mungkin
digunakan karena anionnya tereduksi di katoda, dan perkhlorat juga jarang dipakai. Bak
fluorosilikat memang digunakan dalam proses pembuatan timbale (http://sipadu.isi-
ska.ac.id/sidos/rpp/20131/rpp_88085.pdf).
Pb + Cl2 PbCl2
Dari reaksi diatas ternyata bahwa bilangan oksidasi timbal adalah +2. timbal dapat
larut dalam basa membentuk ion plumbat.
Senyawa timbal yang terpenting adalah PbO, suatu padatan berwarna kuning yang
dipakai sebagai bahan bakar tembikar. Jika PbO dipanaskan hati-hati diudara, akan
teroksidasi menjadi Pb3O4, yang merupakan campuran Pb(II) dan Pb(IV). Campuran ini
dipakai sebagai bahan cat anti korosi. PbO2 akan dapat terbentuk bila ion plumbat dioksidasi.
Kini telah diketahui bahwa timbal adalah logam yang beracun sehingga pemakaian
untuk bahan cat dibatasi. Cat yang mengandung timbal akan menghitam bila kena H 2S,
karena membentuk PbS yang hitam.Reaksi timbal dengan HCl (aq) dan H2SO4 (aq) encer
terhenti tidak lama setelah reaksi dimulai sebab hasilnya, yaitu PbCl 2 (p) dan PbSO4 ,
(p)
melindungi logam dari serangan lebih jauh. Tetapi PbCl2 (p) lama kelamaan larut dalam HCl(aq)
pekat dengan pembentukan ion kompleks [PbCl3]. Setelah itu, timbal dapat larut seluruhnya.
Timbal tidak diserang oleh H2SO4 (aq) pada suhu dibawah 200oC. hasil reaksi dengan
HNO3 (aq) ialah Pb(NO3)2 dan bermacam-macam oksida nitrogen, bergantung dari keadaan
59
reaksinya oksida timbal dengan udara, menghasilkan PbO (p) timbal bereaksi dengan Cl 2 (q)
membentuk PbCl2, jika dipanaskan dengan S, logam tersebut menghasilkan sulfida yaitu PbS.
Sel aki terdiri atas timbal (Pb) sebagai anode dan timbal oksida (PbO2) sebagai
katode. Kedua elektrode tersebut merupakan zat padat yang dicelupkan dalam larutan sulfat.
Kedua elektrode tidak perlu dipisahkan dengan jembatan garam karena kedua elektrode
adalah hasil reaksi tidak larut dalam larutan asam sulfat. Kedua elektrode dibuat tidak saling
bersentuhan supaya tidak terjadi hubungan pendek yaitu dipisahkan dengan isolator.
Ada 2 jenis reaksi pada aki, yaitu reaksi pengosongan dan reaksi pengisian. Reaksi
pengosongan terjadi pada saat aki digunakan. Reaksi pengisian terjadi pada saat aki diisi
ulang.
Pada saat aki digunakan, tiap molekul asam sulfat (H2SO4) pecah menjadi dua ion hidrogen
yang bermuatan positif (2H+) dan ion sulfat yang bermuatan negatif (S04-). Tiap ion S04
yang berada dekat lempeng Pb akan bersatu dengan satu atom timbal murni (Pb) menjadi
timbal sulfat (PbS04) sambil melepaskan dua elektron. Sedang sepasang ion hidrogen tadi
akan ditarik lempeng timbal dioksida (PbO2), mengambil dua elektron dan bersatu dengan
satu atom oksigen membentuk molekul air (H20). Dari proses ini terjadi pengambilan
elektron dari timbal dioksida (sehingga menjadi positif) dan memberikan elektron itu pada
60
timbal murni (sehingga menjadi negatif), yang mengakibatkan adanya beda potensial listrik
di antara dua kutub tersebut. Proses tersebut terjadi secara simultan, reaksi secara kimia
dinyatakan sebagai berikut :
Anode dan katode berubah menjadi zat yang sama yaitu PbSO 4 yang mengendap dan
menempel pada kedua elektrode. Akibatnya suatu saattertutup secara merata olehh zat yang
sama. Pada saat seperti itu aki tidak dapat digunakan dan harus diisi kembali.
Selain itu pada katode terbentuk air. Air itu akan mengikat H 2SO4 selama reaksi
pengosongan berlangsung. Akibatnya kadar H2SO4 makin berkurang. Berkurrangnya H2SO4
ditandai dengan berkurangnya kerapatan larutan yang diukur dengan alat yang disebut
hidrometer.
Pengisian aki dilakukan dengan cara mengubah arah aliran elektron. Untuk itu,
elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus sehingga PbSO 4 yang melekat
padanya tereduksi menjadi Pb. Sebaliknya, elektrode PbO 2 dihubungkan dengan kutub positif
sumber arus sehinga PbSO4 yang melekat padanya tereduksi menjadi PbO2.
Sementara proses kimia selama pengisian aki (charging) terjadi setelah aki melemah (tidak
dapat memasok arus listrik pada saat kendaraan hendak dihidupkan). Kondisi aki dapat
dikembalikan pada keadaan semula dengan memberikan arus listrik yang arahnya
berlawanan dengan arus yang terjadi saat discharging. Pada proses ini, tiap molekul air
terurai dan tiap pasang ion hidrogen yang dekat dengan lempeng negatif bersatu dengan ion
S04 pada lempeng negatif membentuk molekul asam sulfat. Sedangkan ion oksigen yang
bebas bersatu dengan tiap atom Pb pada lempeng positif membentuk Pb02.
(Suryaningrat,2006:2)
Oksida timbal digunakan dalam industri aki (accu), gelas, pemoles keramik, semen
(PbO), cat pelindung logam (Pb3O4), korek api (PbO2), dan peledak (PbO2). Oksida timbal
juga menjadi bahan baku bagi senyawa timbal lainnya. Reaksi PbO dengan asam asetat
(CH3COOH) menghasilkan timbal (II) asetat, Pb(CH 3 COO)2. timbal (II) asetat adalah
senyawa kovalen kelarutannya dalam air sangat tinggi dan senyawa ini digunakan bilamana
diperlukan kosentrasi timbal yang tinggi. Reaksi antara Pb3O4 dan asaetat menghasilkan
timbal (IV) asetal atautimbal tetraasetat. Pb(CH3COO)4 yang merupakan senyawa
pengoksidasi penting dari kimia organik. Penambahan CrO 42- (aq) kepada Pb(NO3)2 (aq)
mengendapkan PbCrO4 (p) yang tidak larut, yaitu pigmen cat yang dikenal sebagai krom
kuning (chrom yellow). Pigmen berdasar timbal yang digunakan sebagai pemoles keramik
dan pernah digunakan secara luas dalam industri cat adalah timbal karbonat yang bersifat
basa, 2 PbCO3.Pb(OH)2, yang dikenal juga sebagai timbal [utih (white lead). Sebagai catatan
semua senyawa Pb (timbal) yang ada bersifat racun.
Timbal dipakai sebagai elektrode batere berupa Pb dan PbO 2. senyawa Pb(C2H5)4
(timbal tetraetil) ditambahkan pada bahan bakar minyak untuk anti ketok mesin. Beberapa
senyawa timbal dipakai sebagai bahan cat. Karena timbal dapat menyerap sinar gelombang
pendek, maka juga digunakandalam reaktor nuklir dan bahan pelindung sinar X.
Timbal digunakan dalam accu dimana accu ini banyak dipakai dalam bidang
automotif.
Timbal dipakai sebagai agen pewarna dalam bidang pembuatan keramik terutama
untuk warna kuning dan merah.
Timbal dipakai dalam industri plastic PVC untuk menutup kawat listrik.
Timbal dipakai sebagai proyektil untuk alat tembak dan dipakai pada peralatan
pancing untuk pemberat disebakan timbale memiliki densitas yang tinggi, harganya
murah dan mudah untuk digunakan.
Lembaran timbale dipakai sebagai bahan pelapis dinding dalam studio musik
Timbal dipakai untuk pelindung alat-alat kedokteran, laboratorium yang
menggunakan radiasi misalnya sinar X.
Dalam bidang kenukliran sendiri, timbal banyak digunakan sebagai bahan penahan
(perisai) terhadap radiasi terutama pada radiasi gamma dan sinar-X. Timbal dinilai
sebagai salah satu bahan penahan radiasi yang paling baik sampai saat ini. Tidak
semua bahan mampu dan cocok untuk menahan adanya radiasi gamma maupun
sinar-X yang datang, hal ini tentunya dikarenakan sifat sinar gamma yang memiliki
daya tembus besar dan mampu mengionisasi bahan yang dilewatinya
(http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&id=67517&ftyp=potong
an&potongan=S1-2014-284778-chapter1.pdf)
Timbal cair dipergunakan sebagai agen pendingin dalam peralatan reactor yang
menggunakan timbale sebagai pendingan.
Kaca timbale mengandung 12-28% Pb dimana dengan adanya Pb ini akan mengubah
karakteristik optis dari kaca dan mereduksi transmisi radiasi.
Timbal banyak dipakai untuk elektroda pada peralatan elektrolisis.
Timbal digunakan untuk solder untuk industri elektronik.
Timbal dipakai dalam berbagai kabel listrik bertegangan tinggi untuk mencegah difusi
air dalam kabel.
Timbal ditambahkan dalam peralatan yang terbuat dari kuningan agar tidak licin dan
biasanya digunakan dalam peralatan permesinan.
Timbal dipakai dalam raket untuk memperberat massa raket.
Timbal karena sifatnya tahan korosi maka dipakai dalam bidang kontruksi.
63
Dalam bentuk senyawaan maka tetra-etil-lead dipakai sebagai anti-knock pada bahan
bakar.
Semikonduktor berbahan dasar timbale banyak seperti Timbal telurida, timbale
selenida, dan timbale antimonida dipakai dalam peralatan sel surya dan dipakai dalam
peralatan detector inframerah.
Timbal biasanya dipakai untuk menyeimbangkan roda mobil tapi sekarang dilarang
karena pertimbangan lingkungan.
Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam berat golongan IVA dalam
Sistem Periodik Unsur kimia, mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,2,
berbentuk padat pada suhu kamar, bertitik lebur 327,4 0C dan memiliki berat jenis sebesar
11,4/l. Pb jarang ditemukan di alam dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk senyawa
dengan molekul lain,misalnya dalam bentuk PbBr2 dan PbCl2. Logam Pb banyak
digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah tangga dan hiasan. Dalam
bentuk oksida timbal digunakan sebagai pigmen/zat warna dalam industri kosmetik dan
glace serta indusri keramik yang sebagian diantaranya digunakan dalam peralatan rumah
tangga. Dalam bentuk aerosol anorganik dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara yang
dihirup atau makanan seperti sayuran dan buah-buahan. Logam Pb tersebut dalam jangka
waktu panjang dapat terakumulasi dalam tubuh karena proses eliminasinya yang lambat.
Setiap liter bensin dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung 0,70g senyawa Pb Tetraetil
dan 0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu liter bensin yang dibakar jika dikonversi akan
mengemisikan 0,56g Pb yang dibuang ke udara (Librawati, 2005).
Emisi Pb ke udara dapat berupa gas atau partikel sebagai hasil samping pembakaran
yang kurang sempurna dalam mesin kendaraan bermotor. Semakin kurang sempurna proses
pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor, maka semakin banyak jumlah Pb yang akan
di emisikan ke udara. Senyawa yang terdapat dalam kendaraan bermotor yaitu PbBrCl,
PbBrCl.2PbO, PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, dan PbCO3.2PbO, diantara senyawa tersebut
PbCO3.PbO merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Gambar 2-1 menunjuk-
kan alur pajanan Pb dalam lingkungan.
64
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Tetraethyl lead
(TEL), yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam
bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Pb organik diabsorbsi
terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di
dalam tubuh.Selain itu mangan pada MMT dan karsiogenik pada MTBE (bahan aditif pada
bensin selain TEL yang menghasilkan zat berbahaya bagi tubuh) .
(http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/download/1718/1553)
Ada beberapa cara timbal masuk kelingkungan dan dalam tubuh manusia. Sumber
utamanya adalah TEL (tetra ethyl lead) yang digunakan dalam bensin sebagai anti knoock.
Akibat pembakaran bensin dalam mesin kendaraan bermotor, timbal masuk ke atmosfer.
Sumber timbal yang lain yaitu cat dasar timbal. Pada dewasa ini sebagai cat dasar digunakan
titanium (IV) oksida yang tak beracun. Dalam tubuh seperti halnya merkuri timbal bereaksi
dengan gugus –SH, dalam protein enzim sehingga menghambat terjadinya reaksi kimia.
Selain dari pada itu timbal dapat menggantikan kedudukan kalsium dalam tulang. Keracunan
timbal jarang terjadi pada orang dewasa. Karban yang terbanyak adalah bayi dan anak-anak.
Keracunan timbal menyebabkan kerusakan pada otak, cacat mental, ketangkasan dan
kemampuan bicara kurang.
Dalam beberapa kasus keracunan timbal, kadar timbal dalam tubuh dapat dikurangi
dengan menggunakan senyawa pengkelat.
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk
hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu
lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981: 81).
Surat Benjamin Franklin kepada Benjamin Vaughn menunjukkan bahwa efek dari
racun timbal telah dikenal paling sedikit sejak tahun 200 sampai 300 tahun yang lalu,
tepatnya semasahidup Franklin, yaitu saat revolusi industri, timbal mulai berakumulasi secara
nyata didalam lingkungan. Peningkatan tajam dalam penumpukan timbal yang terjadi sekitar
66
tahun 1940 deperkirakan ada hubungannya dengan penggunaan senyawa timbalsebagai aditif
dalam bensin.
Bukti mutakhir mengenai hubungan antara penggunaan timbal dalam bensin menurun,
kadar timbal dalam tubuh manusia/darah menurun pula, larangan penggunaan bensin
bertimbal merupakan cara pengendalian yang nyata.
Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
3. Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat berupa
encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang
tubuh dan neuropathy perifer.
2. Gangguan terhadap fungsi ginjal. Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan tidak
berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi,
fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan
glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
3. Gangguan terhadap sistem reproduksi. Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan
gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin.
Logam berat timbal (Pb) mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan
cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan timbal (Pb) di udara. Paparan
timbal (Pb) dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan
IQ.
4. Gangguan terhadap sistem hemopoitik. Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan
terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya
penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit
peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak–anak juga terjadi
peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan timbal (Pb) pada sistem
hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine). Dapat
dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan timbal (Pb) pada
manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap
terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi negatif yang signifikan
antara Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.
67
5. Gangguan terhadap sistem syaraf. Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih
sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewas. Gambaran klinis yang timbul
adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa,
sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah
sebesar 40-80 µg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum
tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy
antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan
konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb), maka
pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada
umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau
gangguan psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia 21 bulan sampai 18
tahun.
yaitu:
1. Hg, Cd, Pb, As, Cu dan Zn yang mempunyai sifat toksik yang tinggi,
Toksisitas logam berat sangat dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi lingkungan.
Beberapa kasus kondisi lingkungan tersebut dapat mengubah laju absorbsi logam dan
mengubah kondisi fisiologis yang mengakibatkan berbahayanya pengaruh logam. Akumulasi
logam berat Pb pada tubuh manusia yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan
anemia, kemandulan, penyakit ginjal, kerusakan syaraf dan kematian.
Timbal dalam bentuk anorganik dan organik memiliki toksitas yang sama pada
manusia. Misalnya pada bentuk organik seperti tetraetil-timbal dan tetrametiltimbal (TEL
dan TML). Timbal dalam tubuh dapat menghambat aktivitas kerja enzim. Namun yang paling
berbahaya adalah toksitas timbal yang disebabkan oleh gangguan absorbsi kalsium Ca. Hal
ini menyebabkan terjadinya penarikan deposit timbal dari tulang tersebut
(http://digilib.unila.ac.id/110/8/Bab%20II.pdf).
68
Efek Pb terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja
dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala
kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Efek
timbal terhadap kecerdasan anak memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan
rendah. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20
μg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
Efek Sistemik
Kandungan Pb dalam darah yang terlalu tinggi (toksitas Timbal yakni di atas 30
ug/dl) dapat menyebabkan efek sistemik lainnya adalah gejala gastro-intestinal. Keracunan
timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan
kehilangan berat badan. Pb juga dapat meningkatkan tekanan darah. Intinya timbal ini
dapat merusak fungsi organ
Pada Tulang
Pada tulang, ion Pb2+ logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+
(kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Konsumsi makanan tinggi kalsium akan
mengisolasi tubuh dari paparan Pb yang baru.
69
(http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/download/1718/1553)
Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernapasan,
kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral. Logam Pb tidak dibutuhkan
oleh tubuh manusia sehingga bila makanan atau minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka
tubuh akan mengeluarkannya. Sebagian kecil Pb diekskresikan melalui urin atau feses
karena sebagian terikat oleh protein dan sebagian lainnya lagi terakumulasi dalam ginjal,
hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut (http://anor2yulirahmawati.blogspot.co.id/2012 /
03/timbal-pb.html) .
Timbal bersifat kumulatif dan pada waktu jangka panjang dalam tubuh, sekitar 10
tahun, akan menimbulkan gangguan keracunan kronis. Gangguan keracunan kronis tersebut,
terutama akan berpengaruh pada hati, ginjal, jantung, dan sistem saraf pusat. Gejala
keracunan Pb yang sering ditemukan yaitu sakit perut, gangguan saluran pencernaan
(seperti mual, diare), neuropati saraf perifer, kelemahan otot terutama tangan dan kaki, lesu
dan lemah, sakit kepala, nafsu makan menurun, anemia, gangguan tidur dan depresi
(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/download/6162/5215).
70
Pertamax plus (RON95)1. Kualitas bensin dinyatakan oleh bilangan oktan. Semakin tinggi
bilangan oktan, maka semakin tinggi pula kualkitas bensin tersebut. Dalam kata lain bilangan
oktan merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu
terbakar dalam mesin.
Menambahkan zat aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk memperlambat pembakaran
bensin. Dahulu digunakan senyawa timbal (Pb). Namun karena Pb bersifat racun, maka
penggunaannya sudah dilarang dan diganti dengan senyawa organik, seperti etanol dan
MTBE (Methyl Tertiary Butyl Etter). Terkadang penggunaan Pb digantikan oleh senyawa
benzena, sehingga kadar benzena dalam bensin semakin meningkat.
76
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Timah adalah sebuah unsur kimia terdapat dalam table periodik yang memiliki
simbol Sn ( bahasa latin : Stannum ) dan nomor atom 50.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone.
Timbal atau Timah Hitam (Pb) adalah unsur yang bersifat logam dengan
nomor atom 82, tidak bisa ditempa, memiliki konduktifitas listrik yang rendah, dan
tergolong salah satu logam berat seperti halnya raksa timbal dapat membahayakan
kesehatan manusia.
Timbal tidak ditemukan bebas dialam akan tetapi biasanya ditemukan sebagai biji
mineral bersama dengan logam lain misalnya seng, perak, dan tembaga.
Timbal dapat di buat dengan cara:
Ekstraksi
Elektrolisis
Oksida timbal digunakan dalam industri aki (accu), gelas, pemoles keramik, semen
(PbO), cat pelindung logam (Pb3O4), korek api (PbO2), dan peledak (PbO2). Oksida
timbal juga menjadi bahan baku bagi senyawa timbal lainnya.
76
77
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
wawasan pembaca terhadap unsur Timah dan Timbal yang sebenarnya dekat dengan
kehidupan manusia. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran
pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.C. .1974. Material Science, Second Edition. ELBS : Hong Kong.
Brady, J.E. 2002. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 2. Bina Rupa Aksara: Tanggerang
Palar. 1994. Qualitative Inorganic Analysis. Departement of Halophytes pp. New York.
Academic Press.
Yogopranoto, D. 2012. Daur Ulang Timbal (Pb) Dari Aki Bekas Dengan Menggunakan
Metode Redoks. Undergraduate thesis, Mechanical Engineering Departement, Faculty
Engineering of Diponegoro University.
belajarkimia.com/timah-sn
belajarkimia.com/timbal-pb
http://alchemistterrible.blogspot.co.id/2011/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://alirifai99.wordpress.com/2012/11/13/c-a-r-b-o-n/
http://anor2yulirahmawati.blogspot.co.id/2012/03/timbal-pb.html
http://azkiyamaulida.blogspot.com/2010/01/analisis-pada-timbalpb.html
http://eddysyahrizal.blogspot.com/2008_10_19_archive.html
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/download/6162/5215
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&i
d=67517&ftyp=potongan&potongan=S1-2014-284778-chapter1.pdf
http://digilib.unila.ac.id/110/8/Bab%20II.pdf
http://himdikafkipuntan.blogspot.com/2008/05/timbal.html
http://iswan21.blogspot.com/2010/05/bilangan-oktanangka-oktan.html
http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/download/1718/1553)
http://konsultansegalabisnis.blogspot.com/2008/08/tinjauan-umum-industri-bahan-peledak-
di.html
http://mathusen.wordpress.com/2010/01/24/tentang-timbal-pada-bensin/
http://nadyawizar.blogspot.com/2012/08/senyawa-oksida.html
http://najmi156.blogspot.com/2009/04/material-teknik.html
https://nahriazizah.files.wordpress.com/2015/04/makalah-pengolahan-timah-dan
aluminium.pdf
http://www. Chem-is-try.org/index,php
79
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/unsur-unsur_golongan_4
/kecenderungan_keadaan_oksidasi_golongan_4
http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/timah/
http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/timbal/
http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishytalk/37532-bahaya-timah-pemberat-mancing.html
http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/11857-bahaya-timbal-timah-hitam.html
http://sipadu.isiska.ac.id/ sidos/rpp/20131/rpp_88085.pdf
http://taurayagami.blogspot.com/2011/03/timah-sn.html
http://www.timah.com/fungsi.asp.metal-hamzah.blog.friendster.com
http://yunitakyuminshipper.blogspot.com/2014/01/ulasan-penting-tentang-menyolder.html
Kementrian ESDM badan Geologi. Kandungan Unsur Dalam Air Tanah (online), http://siat.
bgl.esdm.go.id/?q=content/kandungan-unsur-dalam-air-tanah, diakses pada 29 April
2014).
Suminar dan Ralph, P.H.,. 1993. Kimia Dasar Prinsipdan Terapan Modern edisi keempat
jilid 3. Jakarta: Erlangga
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi MakroEdisi Kelima.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
LAMPIRAN