Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENYELESAIAN KASUS GIZI PADA ATLET/OLAHRAGAWAN


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dietetik kelas A

Oleh:
Kelompok 1

1. Rosyid Wahyu Wijamarso 142110101012


2. Fitria Khusnul Fadila 142110101029
3. Dwi Hayyu Rianti P 142110101034
4. Yuniar Rofiqotul Masriah 142110101104
5. Ruly Dwi Arysanti 142110101115
6. Mutiara Windana Khoirin N. 142110101136
7. Dwi Okta Pangestika 142110101162

BAGIAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Penyelesaian Kasus Gizi pada Atlet/Olahragawan”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dietetik Kelas A dalam menempuh pendidikan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Makalah ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya kerja sama dan
dukungan dari semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini,
kami sebagai penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Farida Wahyu Ningtyias, S.KM., M.Kes., selaku dosen mata kuliah
Dietetik Kelas A yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
kami dalam menyusun makalah ini.
2. Rekan-rekan peminatan Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember yang telah memberikan saran dan kritik dan masukan yang
konstruktif, serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyempurnaan
makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini bermanfaat, terutama bagi seluruh aktivitas akademik di
lingkungan Universitas Jember dan semoga makalah hasil analisis ini dapat
menjadi media untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang
keilmuan khususnya pada ilmu kesehatan masyarakat.

Jember, 20 November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2

1.3 Tujuan........................................................................................................ 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1 Definisi Atlet ............................................................................................. 4

2.2 Tujuan Pengaturan Diit pada Olahragawan/Atlet...................................... 4

2.3 Tahapan Perencanaan Makanan pada Atlet............................................... 4

2.4 Kebutuhan Gizi Atlet................................................................................. 6

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 15

3.1 Hasil......................................................................................................... 15

3.2 Pembahasan ............................................................................................. 20

BAB 4. PENUTUP ............................................................................................... 24

4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 24

4.2 Saran ........................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 25

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nutrisi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam peningkatan
prestasi bagi atlet. Makanan merupakan sumber energi yang utama bagi manusia.
Sumber energi bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas
khususnya olahraga. Cepat lambatnya proses pembentukan energi dalam tubuh
sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang atlet (Nugroho, 2008). Kebutuhan
tubuh akan gizi merupakan hal yang mutlak, zat gizi yang diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan sel dalam tubuh .baik pada waktu istirahat maupun
pada waktu olah raga, semua zat gizi yang diperlukan tubuh terdapat di dalam
makanan yang kita makan sehari-hari. Kebutuhan zat gizi mutlak bagi tubuh agar
dapat melaksanakan fungsi normalnya (Surbakti, 2010).
Asupan zat gizi atlet merupakan jumlah total zat-zat gizi yang dikonsumsi
baik selama harian, persiapan pertandingan dan pemulihan pascapertandingan.
Pengaturan makanan terhadap seorang atlet harus bersifat individual. Pemberian
makanan harus memperhatikan jenis kelamin, umur, berat badan, serta jenis
olahraga. Selain itu, pemberian makanan juga harus memperhatikan periodisasi
latihan, masa kompetisi, dan masa pemulihan. Untuk mendapatkan atlet yang
berprestasi, faktor gizi merupakan salah satu faktor yang sangat perlu diperhatikan
sejak pembinaan di tempat pelatihan sampai pada saat pertandingan (Adhini,
2011). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Penggalih
dan Emy pada tahun 2007, bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara asupan kalori, gaya hidup, aktivitas fisik dan status gizi terhadap stamina
atlet.
Kebutuhan zat gizi yang diperlukan harus mengandung lemak, karbohidrat,
protein, vitamin mineral dan air. Tahapan pemberian zat gizi disesuaikan dengan
pemberian zat gizi pada masa waktu di pusat latihan, dekat masa pertandingan,
hari-hari pertandingan dan makanan sesudah pertandingan. Untuk meningkatkan
prestasi atlet latihan harus terprogram dengan baik, dengan memperhatikan
penggunaan dan tahapan pemberian zat gizi karena energi dan gizi yang tidak

1
cukup dapat menyebabkan kelelahan dan akibatnya dapat mempenaruhi prestasi
seorang atlet (Nugroho, 2008).
Gizi adalah salah satu faktor utama bagi atlet dalam mencapai kesuksesan,
selain faktor genetik, dan tingkat latihan. Kapasitas fisiologi dan latihan yang
menggunakan aktivitas aerobik yang tinggi juga pada akhirnya akan menunjukkan
konsumsi oksigen secara maksimum yang merupakan indikator untuk
menentukan kebugaran atlet dalam upaya mencapai kesuksesan. Kecukupan gizi
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kebugaran tubuh seseorang
terutama bagi atlet. Asupan gizi yang cukup sangat dibutuhkan untuk mencapai
ketahanan fisik dan kondisi tubuh yang prima. Kecukupan gizi seorang atlet dapat
dicapai jika asupan energi yang diperoleh dari makanan sama dengan energi yang
dikeluarkan untuk olahraga (Hanum, 2011).
Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani juga
memiliki banyak manfaat bagi tubuh seperti peningkatan efisiensi kerja jantung,
peningkatan elastisitas paru, penambahan kelenturan, kekuatan dan daya tahan
otot, peningkatan massa dan kepadatan tulang, mencegah penurunan kognitif yang
berkaitan dengan usia, dan penyakit neuro degeneratif (Amanda dkk, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amanda dkk pada tahun 2015,
dihasilkan bahwa status gizi memiliki pengaruh terhadap tingkat kebugaran pada
atlet karate di Kota Bandar Lampung. Mengingat pentingnya pemenuhan
kebutuhan gizi seorang atlet untuk menunjang prestasinya seperti yang terlah
dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah mengenai
Penyelesaian Kasus Gizi pada Atlet/Olahragawan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Berapa kebutuhan energi yang diperlukan seorang atlet selama masa
penyembuhan dari cedera?

2
b. Bagaimana penyusunan menu seimbang berdasarkan kebutuhan energi
seorang atlet dalam sehari?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kebutuhan energi yang diperlukan seorang atlet selama
masa penyembuha dari cedera
b. Untuk mengetahui penyusunan menu seimbang berdasarkan kebutuhan energi
seorang atlet dalam sehari.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Atlet


Atlet adalah seseorang yang mahir dalam olahraga dan bentuk lain dari latihan
fisik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atlet adalah olahragawan, terutama
yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan
kecepatan) sehingga pemenuhan gizinya berbeda dengan orang normal biasa.

2.2 Tujuan Pengaturan Diit pada Olahragawan/Atlet


Tujuan pengaturan makanan pada atlet sebagaimana dikemukakan Nancy
Clark (2001) adalah :
a) Memperbaiki dan mempertahankan status gizi agar tidak terjadi kurang
gizi atau gizi lebih (kegemukan).
b) Membentuk otot dan mencapai tinggi badan optimal.
c) Memelihara kondisi tubuh dan menjaga kesegaran jasmani.
d) Membiasakan atlet mengatur diri sendriri untuk makan makanan yang
seimbang.

2.3 Tahapan Perencanaan Makanan pada Atlet


Tahapan dalam merencanakan diit makanan pada atlet :
a. Periode Pelatihan
Pengaturan makanan periode pelatihan selain dilaksanakan di pusat
pelatihan juga harus dilakukan pada saat berada di mmah. Prinsip utama
pengaturan makanan pada periode ini adalah tersedianya energi yang cukup
untuk berlatih dan untuk menghindari pencemaan masih bekerja pada waktu
pelatihansedang berlangsung. Selain memperhatikan kandungan zat gizi dari
makanan,pengaturan makanan juga haais mempeitiatikan pola latihan yang
diterapkan.Selain sebagai suinber eneigi, balian makanan yang dipilih liarus
juga mengandung berbagai macam vitamin dan mineral, sehingga kebutuhan
zat gizi lainnya juga dapat terpenuhi. Seusai latihan, makanan yang

4
dikonsumsi hams mengandung energi yang aikiip, temtama makanan yang
mengandung karbohidrat, mineral, dan air untukmengganti cadangan eneigi
yang telah dipakai selama latihan. Atlet harus menjaga berat badan yang
normal, hindari berat badan berlebih. Atlet juga harus diperkenalkan dengan
berbagai macam hidangan yang disediakan.
b. Periode Pertandingan
Makanan untuk atlet diatur agar tidak mengganggu pencemaan sewaktu
pertandingan. Selain itu, makanan yang dihidangkan hams mengandung
giziseimbang dan sudah dikenal oleh atlet (atlet sudah biasa mengkonsumsi
makanantersebut). Makanan yang dihidangkan tensebut hams mempunyai
nilai psikologisyang baik sehingga terciptalah semboyan eat to win (makan
untuk menang).
1) Pra Pertandingan
Kira-kira 3-4 jam sebelum pertandingan, atlet dapat mengkonsumsi
makanan lengkap. Makanan sebaiknya mudah dicema, rendah lemak,
rendah serat, dan tidak menyebabkan masalah pada pencemaan atlet (tidak
terlalu pedas, dan tidak mengandung bumbu-bumbu tajam serta tidak
berlemak). Makanan kecil/minuman (biskuit, teh manis, jus buah, dli) bisa
diberikan kira-kira 1-2 jam sebelum pertandingan.
2) Selama Pertandingan
Minum air sebanyak 1-1,5 gelas 1 jam sebelum pertandingan dan
saatistirahat (waktu jeda) sangat dianjurkan. Minum air selama
pertandingan juga harus dilakukan setiap ada kesempatan, jangan
menunggu sampai timbul rasa haus. Air minum dapat ditambah 1 sendok
teh gula dan 1/4 sendok teh garam dalam 1 gelas air.
3) Pasca Pertandingan
Segera setelah selesai pertandingan, atlet harus segera minum air
dingin (suhu 10-15 celcius) sebanyak satu gelas. Kemudian dapat
dilanjutkan dengan sari buah/air + gula + garam. Dapat juga diberikan
makanan padat yang mudah dicerma seperti biskuit atau bubur halus
dalam porsi kecil. Setelah rasa letih berkurang, Icbili kurang jam setelah

5
pertandingan, atlet dapat diberikan makanan biasa dengan gizi seimbang
sesuai dengan kebutuhan.
c. Periode Pemulihan
Periode setelah pertandingan atau periode istirahat aktif, atlet dapat makan
makanan biasa untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi fisik. Pada
prinsipnya makanan pada periode recovery sama dengan makanan pada
periode pelatihan. Pemantauan status gizi secara berkala hams tetap
dilaksanakan pada periode ini dan juga periode latihan. Misalnya dengan
menimbang berat badan setiap hari dan mengukur tinggi badan setiap bulan
untuk menghitung IMT

2.4 Kebutuhan Gizi Atlet


a. Energi
Pada saat melakukan aktivitas fisik, otot memerlukan tambahan energi di
luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi untuk mengeluarkan zat-zat gizi dan oksigen ke
seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari tubuh.
Banyaknya energi yang dibutuhkan selama aktivitas fisik bergantung pada
banyaknya otot yang bergerak, berapa lama, dan berapa berat pekerjaan yang
dilakukan. Oleh sebab itu, kecukupan gizi seseorang yang melakukan aktivitas
fisik seperti atlet lebih besar dibandingkan orang biasa (Almatsier, 2009).
Kebutuhan energi dihitung dengan mempeihatikan beberapa komponen
penggunaan eneigi, yaitu: basal metabolic rate (BMR), specific dynamic
action (SDA), aktivitas fisik dan faktor pertumbuhan (Ditjen Binkesmas,
1977).
1) Basal Metabolic Rate (BMR)
Basal Metabolic Rate (BMR) mempakan jumlah energi yang
dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh seperti denyut jantung, bemapas,
dan transmisi elektrik pada otot dan Iain-lain.

6
Table 1. BMR untuk laki-laki berdasarkan BB

Energi (kkal)
Jenis
Berat Badan 10-18 18-30 30-60
Kelamin
Tahun Tahun Tahun
Laki-Laki 55 1625 1514 1499
60 1713 1589 1556
65 1801 1664 1613
70 1889 1739 1670
75 1877 1814 1727
80 2065 1889 1785
85 2154 1964 1842
90 2242 2039 1899

Table 2. BMR untuk perempuan berdasarkan BB

Energi (kkal)
Jenis Berat
10-18 18-30 30-60
Kelamin Badan
Tahun Tahun Tahun
Perempuan 40 1224 1075 1167
45 1291 1149 1207
50 1357 1223 1248
55 1424 1296 1288
60 1491 1370 1329
65 1557 1444 1369
70 1624 1516 1410
75 1691 1592 1450

2) Spesific Dynamic Action (SDA)


SDA merupakan jumlah eneigi yang dibutuhkan untuk mengolah
makanan dalam tubuh, antara lain untuk proses pencemaan dan
penyerapan zatzat gizi oleh usus. Besarnya SDA kurang lebih 10 % dari
BMR.
3) Aktivitas Fisik

7
Pengeluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh
jenis, intensitas, dan lamanya aktivitas fisik dan olahraga.

Table 3. Rata-rata Tingkat Aktivitas harian (diluar latian)

Jenis Kelamin
Tingkat Aktivitas
Laki-laki Perempuan
Istirahat di tempat tidur 1,2 1,2
Kerja sangat ringan 1,4 1,4
Kerja ringan 1,5 1,5
Kerja ringan-sedang 1,7 1,6
Kerja sedang 1,8 1,7
Kerja berat 2,1 1,8
Kerja berat sekali 2,3 2,0
Sumber : Ditjen Binkesmas 2002
4) Pertumbuhan
Anak dan remaja mengalami pertumbuhan sehingga memeriukan
penambahan energi. Energi tambahan dibutuhkan untuk pertumbuhan
tulang baru dan jaringan tubuh (Sunita Almatsier, 2010)

T
able
Jenis Kelamin Umur (tahun) Tambahan Energi
4.
Kebu Anak laki-laki dan 10-14 2 kkal/kg BB
tuha perempuan 15 1 kkal/kg BB
n
Ener
gi 15-18 0,5 kkal/kg BB
untu
k Pertumbuhan (kkal/hari)

8
Sumber : DItjen Binkesmas 2002

Table 5. Kebutuhan Energi pada Atlet Berdasarkan Aktivitas


Olahraga (kkal/menit)

Aktivitas Berat Badan


Olahraga 50 60 70 80 90
Balap sepeda
-9 km/jam 3 4 4 5 6
-15 km/jam 5 6 7 8 9
-Bertanding 8 10 12 13 15
Bulu tangkis 5 6 7 7 9
Bola basket 7 8 10 11 12
Bola Voli 2 3 4 4 5
Dayung 5 6 7 8 9
Golf 4 5 6 7 8
Hockey 4 5 6 7 8
Jalan kaki
10 menit/km 5 6 7 8 9
8 menit/km 6 7 8 10 11
5 menit/km 10 12 15 17 19
Lari
5,5 menit/km 10 12 14 15 17
5 menit/km 10 12 15 17 19
4,5 menit/km 11 13 15 18 20
4 menit/km 13 15 18 21 23
Renang
Gaya bebas 8 10 11 12 14
Gaya punggung 9 10 12 13 15
Gaya dada
Senam aerobic
- Pemula 5 6 7 8 9
- Terampil 7 8 9 10 12
Tenis lapangan
- Rekreasi 4 4 5 5 6
- Bertading 9 10 12 14 15
Tens Meja 3 4 5 5 6
Tinju
- Latihan 11 13 15 18 20
- Bertanding 7 8 10 11 12

9
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan nutrisi sumber energi yang tidak hanya berfungsi
untuk mendukung aktivitas fisik seperrti berolahraga namun karbohidrat juga
merupakan sumber energi utama bagi sistem saraf pusat termasuk otak
(Irawan, 2007). Bentuk paling sederhana karbohidrat adalah gula sederhana
atau monosakarida (molekul “satu gula”), misalnya glukosa, fruktosa, dan
galaktosa, yang dalam keadaan normal sangat sedikit ditemukan dalam
makanan. Dalam proses pencernaan, polisakarida, glikogen, dan disakarida
diubah menjadi monosakarida yang dapat diserap (Sherwood, 2011).
Bagi seorang atlet, konsumsi minimum yang disarankan adalah sebanyak
250 gr atau sudah memenuhi kebutuhan energi sebesar 1000 kkal. Walaupun
kebutuhan energi seorang atlet akan berbeda untuk tiap jenis olahraga, namun
secara umum atlet diharapkan untuk memenuhi kebutuhan energinya
setidaknya 50% atau idealnya 55-65% melalui konsumsi karbohidrat (Irawan,
2007).
Pada saat berolahraga, simpanan karbohidrat tubuh merupakan sumber
energi yang paling penting, disamping simpanan lemak tubuh, karena protein
hanya berperan sebesar 5%. Sebagai sumber energi, simpanan glikogen dalam
tubuh akan mempengaruhi performa atlet secara langsung, baik pada saat
latihan maupun bertanding. Secara garis besar pengaruh konsumsi karbihidrat,
simpanan glikogen, dan performa atlet dapat disimpulkan bahwa konsumsi
karbohidrat yang tinggi meningkatkan simpanan glikogen tubuh, dan semakin
tinggi simpanan glikogen akan semakin tinggi pula aktivitas yang dapat
dilakukan (Kushartanti, 2006).
c. Protein
Protein merupakan salah satu jenis nutrisi yang mempunyai fungsi penting
sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk
memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang telah rusak (Irawan, 2007). Protein
dalam makanan terdiri dari berbagai kombinasi asam amino yang disatukan
oleh ikatan peptida. Melalui proses pencernaan, protein diuraikan terutama

10
menjadi asam-asam amino konstituennya serta beberapa polipeptida kecil.
Keduanya adalah satuan protein yang dapat diserap (Sherwood, 2011).
Konsumsi protein yang dianjurkan adalah 12-15% dari total kebutuhan
energi, atau secara umum direkomendasikan asupan protein sebesar 1,2 - 1,5
gram/kg berat badan per-harinya dan nilai ini berada diatas kebutuhan protein
bagi non atlet yaitu sebesr 0.6- 25 0.8 gr/kg berat badan (Irawan, 2007).
Kebutuhan protein harian bagi atlet sedikit diatas kebutuhan orang normal
karena adanya sejumlah kecil protein yang digunakan sebagai bahan bakar
ketika simpanan karbohidrat tubuh sudah mulai berkurang.
Disamping itu latihan olahraga yang keras dapat meningkatkan resiko
terjadinya kerusakan pada jaringan otot. Hasil latihan akan memicu
pengembangan otot yang juga menuntut penambahan protein, disamping
kebutuhan protein sebagai bahan dasar pembuatan hormone dan enzim tubuh
(Kushartanti, 2006).
d. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak memiliki nilai
energi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan hidrat arang atau
karbohidrat dan protein (Beck, 2011). Sebagian besar lemak dalam makanan
berada dalam bentuk trigliserida, yaitu lemak yang terdiri dari satu molekul
gliserol dengan tiga asam lemak melekat padanya. Selama pencernaan, dua
dari tiga molekul asam lemak tersebut terpisah, meninggalkan satu
monogliserida (Sherwood, 2011).
Lemak merupakan sumber energi yang paling efisien dan paling banyak
digunakan pada olahraga dengan intensitas rendah sampai menengah. Orang
terlatih dapat memanfaatkan lemak lebih 26 banyak, sehingga akan
menghemat glikogen otot. Meskipun dalam satu gramnya lemak dapat
memberi energi terbanyak, namun prosesnya lambat dan membutuhkan
oksigen yang lebih banyak dibanding dengan karbohidrat. Inilah sebabnya,
hanya aktivitas yang bersifat aerobik lah yang dapat memanfaatkan lemak
sebagai sumber energi (Kushartanti, 2006). Di dalam tubuh, lemak dalam
bentuk trigliserida akan tersimpan dalam jumlah yang terbatas pada jaringan

11
otot dan akan tersimpan dalam jumlah yang cukup besar pada jaringan
adipose. Ketika sedang berolahraga, trigliserida yang tersimpan ini dapat
terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid/FFA)
untuk kemudian menghasilkan energi (Irawan, 2007).
Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh memerlukan lemak 0,5
sampai dengan 1 gram/kgBB/hari. Untuk membantu menjaga kecukupan
energi dan asupan nutrisi, konsumsi lemak yang disarankan adalah sekitar 20-
35% dari total kebutuhan energi tubuh (Irawan, 2007).

e. Vitamin
Vitamin Bl dan vitamin B lainnya yang tergolong ke dalam vitamin
Bkompleks berperan penting dalam proses pembentukan energi. Vitamin-
vitamin lainnya dibutuhkan dalam jumlah besar, seperti vitamin A, C, dan E
untuk kebutuhan metabolisme zat-zat gizi lainnya. Vitamin D dibutuhkan
untuk pembentukan tulang bagi atlet sepakbola yang masih remaja (Sunita
Almatsier. 2009). Sumber vitamin A adalah sayoir dan buah-buahan berwama
hijau tua/merah seperti wortel, tomat, daun singkong, daun katuk, pepaya,
mangga. Sumber vitamin C adalah jambu biji, pepaya, jemk, belimbing, dan
sumber vitamin E adalah daging, ikan, sayuran hijau, minyak jagung, minyak
kedelai. Atlet sepakbola teaitama remaja dianjuiican untuk berjemur setiap
pagi untuk memperkuat pembenaikan tulang. Vitamin banyak terdapat dalam
makanan sumber asal hewani seperti daging, telur, ikan, dan ayam. Selain itu,
vitamin juga bisa didapatkan dari sumber asal nabati, seperti sayuran dan
buah-buahan segar Atlet sepakbola dianjurkan selain mengkonsumsi makanan
asal hewani juga perlu mengkonsumsi makanan asal tumbuhan benipa buah-
buahan dan sayuran segar.
f. Serat
Hal lain yang juga tidak boleh diabaikan oleh atlet sepakbola adalah
konsumsi serat (fiber) dari makanan. Ali Khomsan (2004: 27) mengemukakan
bahwa konsumsi serat yang cukup dapat membantu buang air besar
menjadinteratur dan lancar Serat juga sangat penting dalam pencegahan

12
berbagai penyakit, misalnya: penyakit kanker usus dan juga penyakit jantung.
Serat dari makanan adalah sayur-sayuran dan buah-buahan seperti: bayam,
kangkung, daun singkong, daun labu, apel, dan bangkuang.
g. Air dan Elektrolit
Saat beriatih maupun bertanding, atlet sepakbola akan mengeluarkan
keringat dalam jumlah yang sangat banyak. Keiringat akan lebih banyak lagi
dikeluarkan apabila berolahraga di tempat panas. Air keringat yang keluar dari
tubuh dapat mencapai satu liter per jam. Apabila tubuh kehilangan air
melebihi 2 % dari total berat badan, seseorang akan mengalami dehidrasi
(kekurangan cairan) dan dapat terganggu kesehatannya. Untuk mencegah
dehidrasi, ada baiknya ariet sepakbola minum sebelum merasa haus. Minum
air yang teratur dengan tambahan sedikit elektrolit dan karbohidrat sangat baik
untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Nancy Clark (2001) mengemukakan
bahwa air minum yang diminum dianjurkan bempa jus dari buah-buahan
karena selain mengandung air juga mengandung elektrolit yang dibutuhkan
unaik mengganti cairan maupun elektrolit yang hilang selama latihan atau
pertandingan. Suplemen zat gizi yang berupa obat, makanan atau minuman
yang banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk hanya dipemntukan
untuk atlet pada kondisi tertentu. Hati-hati dalam mengkonsumsi suplemen
secara berlebihan, lebih baik berkonsultasi dengan dokter teriebih dahulu.
h. Mineral
Atlet memeriukan oksigen yang lebih banyak untuk pembakaran
karbohidrat yang menghasilkan energi terutama pada saat bermain. Untuk
mengangkut oksigen (O^) ke otot diperiukan hemoglobin (Hb) atau sel darah
merah yang cukup. Untuk membentuk Hb yang cukup, tubuh memeriukan zat
besi (Fe) yang bersumber dari daging (dianjurkan daging yang tidak
beriemak), sayuran hijau dan kacang-kacangan. Oleh karena itu, atlet tidak
boleh menderita anemia, agar dapat berprestasi. Atlet yang masih remaja
memerlukan kalsium yang relative lebih tinggi unaik pertumbuhan. Sumber
kalsium bisa didapatkan dari susu rendah lemak {skim milk). Oleh karena itu,
atlet yang masih remaja sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi susu setiap

13
hari agar mencapai tinggi badan optimal. Ikan juga merupakan sumber
kalsium temtama ikan yang dikonsumsi dengan tulangnya (contoh: ikan teri).
Selain itu, tulang ikan juga mengandung Fluor untuk melindungi gigi agar
tidak berlubang (Nancy Clark, 2001). Zat-zat mineral lainnya seperti seng
(Zn) dan selenium (Se) berhingsi sebagai antioksidan yang dapat menghambat
terbentuknya radikal bebas yang berlebihan sehingga dapat mencegah
kerusakan sel tubuh. Mineral bisa didapatkan dari makanan sumber hewani
maupun sumber nabati. Sumber Zn dan Se, antara lain: sea food dan daging.

14
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
a. Kasus
Bambang merupakan atlet tinju umur 27 tahun, mempunyai BB 70 kg, TB 170
cm. Untuk menjaga staminanya biasanya dia berlatih lari dengan kecepatan 5,5
menit per km selama 3 jam, 5 kali per minggu. Bambang berlatih tinju 5 kali
perminggu dengan lama latihan 90 menit. Aktifitas bambang diluar kegiatan
olahraga termasuk sedang. Namun karena cedera ringan dia harus istirahat dari
latihannya. Hitung kebutuhan energi bambang selama masa penyembuhan dari
cedera yang dialaminya! Kemudian susun menu yang baik untuk dikonsumsi
bambang dalam sehari!
b. Penyelesaian Kasus:
Identitas Atlet
Nama : Bambang
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB/TB : 70 kg/ 170 cm
Pekerjaan : Atlet tinju
Latihan :
Berlatih lari kecepatan 5,5 menit/km selama 3 jam (5 kali/minggu)
Berlatih tinju 5 kali/minggu lama 90 menit.
Aktifitas : Sedang (1,76)
Harus istirahat karena cedera ringan

Perhitungan:
Rumus:
Kebutuhan energi = BMR + Aktifitas Fisik + Aktifitas Olahraga +
Kondisi Khusus + Faktor Makanan (SDA)

15
IMT =

BMR = 1.739 kalori


Aktifitas Fisik = 1,76 × BMR = 1,76 × 1739 kalori = 3.060,64 kalori
Aktifitas Olahraga (1) = 14 × 3 × 60 menit × 5 kali = 12.600
kalori/menit/ minggu
Aktifitas Olahraga (2) = 15 × 90 menit × 5 kali = 6.750
kalori/menit/minggu
Aktifitas Olahraga Total = 19.350 kalori/ menit/minggu
Aktifitas Olahraga Total = 19.350 kalori/ menit/ minggu: 7 hari =
2.764,29 kalori
Faktor Makanan (SDA) = 10% × BMR = 10% × 1.739 kalori = 173,9
kalori
Kondisi Khusus = 0 kalori

Keb. E = (BMR × Aktifitas Fisik) + Aktifitas Olahraga + Kondisi Khusus


+ Faktor Makanan (SDA)
= 3.060,64 + 2.764,29 + 0 + 173,9
= 5.998,83 kalori

KH =

= 899,82 gram

Protein =

16
= 149,97 gram

Lemak =

= 133,31 gram

c. Penyusunan Menu Harian


Penyusunan menu ini ditujukan untuk menurunkan berat badan atlet, sehingga
perlu dilakukan pengurangan asupan makanan dari kebutuhan total energi yang
seharusnya. Asupan energi 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk
penurunan berat badan 0,5 kg berat badan/minggu atau 1.000 kalori untuk
penurunan berat badan 1 kg berat badan/minggu. Jadi, asupan energi yang
dibutuhkan adalah 5.998,83 – 500 = 5.498,83 kalori.
Penyusunan menu harian dapat terbagi sebagai berikut :
Makan pagi
Energi = 1/5 × 5.498,83 kalori = 1.099,776 kalori
Protein = 1/5 × 149,97 gram = 29,994 gram
Lemak = 1/5 × 133,31 gram = 26,662 gram
KH = 1/5 × 899,82 gram = 179,964 gram
Selingan siang
Energi = 0,5/5 × 5.498,83 kalori = 549,883 kalori
Protein = 0,5/5 × 149,97 gram = 14,997 gram
Lemak = 0,5/5 × 133,31 gram = 13,331 gram
KH = 0,5/5 × 899,82 gram = 89,982 gram
Makan siang
Energi = 2/5 × 5.498,83 kalori = 2.199,532 kalori
Protein = 2/5 × 149,97 gram = 59,988 gram
Lemak = 2/5 × 133,31 gram = 53,324 gram
KH = 2/5 × 899,82 gram = 359,928 gram

17
Selingan sore
Energi = 0,5/5 × 5.498,83 kalori = 549,883 kalori
Protein = 0,5/5 × 149,97 gram = 14,997 gram
Lemak = 0,5/5 × 133,31 gram = 13,331 gram
KH = 0,5/5 × 899,82 gram = 89,982 gram
Makan malam
Energi = 1/5 × 5.498,83 kalori = 1.099,776 kalori
Protein = 1/5 × 149,97 gram = 29,994 gram
Lemak = 1/5 × 133,31 gram = 26,662 gram
KH = 1/5 × 899,82 gram = 179,964 gram

Table 6. Contoh Menu Harian Atlet


Waktu Bahan Juml Energi Protein Lemak
No Menu KH (g)
Makan Makanan ah (g) (kkal) (g) (g)
Makan pagi Nasi putih 200 360 6 0.6 79.6
. (Pukul Telur Telur 50 87 5.4 7 0.6
07.00 ayam ayam
WIB) kampung kampung
rebus
Soto 150 73.5 8.7 0.75 7.95
daging
sapi
Jus Buah 200 72 0.8 0.8 17.6
belimbing belimbing
Susu 150 514.5 12.3 15 82.5
kental
manis
JUMLAH 1107 33.2 24.15 188.25
Camilan Potongan Buah 100 108 1 0.8 24.3
pagi buah mix pisang
(Pukul ambon
10.00 Buah 100 133 1 0.1 32.1
WIB) mangga
manalagi
Buah 100 85 0.9 6.5 7.7
alpukat
Kue apem 50 74 1 0.25 16.95
Air Jeruk Jeruk 110 49.5 0.99 0.22 12.32
manis manis
Gula pasir 26 102.44 0 0 24.44
JUMLAH 551.94 4.89 7.87 117.81
Siang Nasi Putih 200 360 6 0.6 79.6

18
(Pukul Gurame Ikan 500 960 63,5 50,5 63,5
12.30 asam gurame
WIB) manis
Brokoli Brokoli 150 37,5 3,6 0,3 7,35
telur orak Wortel 100 36 1 0,6 7,9
arik Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
Bawang
Bombay
Bawang
putih
Gula 15 59,1 0 0 14,1
Saus tiram
Cabe
Buncis, Buncis 50 15 1,1 0,1 3,2
jagung rebus
dan Wortel 50 14 0,35 0,25 3,15
wortel rebus
rebus Jagung 50 77 1,9 1,75 14,2
kuning
pipil rebus
JUMLAH 1635,6 83,65 59,5 193,35
Selingan Bubur Beras 100 361 7,4 0,8 78,4
Sore ketan ketan
(Pukul kacang Kacang 150 163,5 13,05 0,75 27,45
16.00 hijau Hijau
WIB) Santan 100 106,1 1 10,1 4,6
Buah Buah 100 134 2.5 3 28
durian durian
JUMLAH 764,6 23,95 14,65 138,45
Makan Nasi putih Nasi putih 200 360 6 0.6 79.6
Malam Lalapan Tempe
(Pukul tempe, murni 100 350 24,5 26,6 10,4
19.00 tahu, goreng
WIB) ayam Tahu 115 9,7 8,5 2,5
100
goreng
Ayam
goreng 100 286 32,1 16,1 1,1
Kentucky
paha
Tomat 70 16,8 0,91 0,35 3,29
Selada 30 5,7 0,81 0,06 0,87
rebus
Terong 50 14 0,55 0,1 2,75
Jus Alpukat 100 85 0.9 6.5 7.7
alpukat Gula pasir 26 102.44 0 0 24.44
JUMLAH 1334,94 75,47 58,81 132,65
JUMLAH TOTAL 5394,08 221,16 164,98 770,51
SELISIH -104,75 +71,19 +31,67 -129,31
JUMLAH KEBUTUHAN 5.498,83 149,97 133,31 899,82

19
3.2 Pembahasan
Menu atlet berdasarkan jumlah kebutuhan energi dan komposisi gizi penghasil
energi seimbang. Menu makanan pada atlet tinju tersebut mengandung
karbohidrat sebanyak 60-70%, lemak 20-25% dan protein 10-15% dari total
kebutuhan energi seorang atlet. Tetapi pada kasus ini, perhitungan yang diambil
menggunakan patokan yang terendah yaitu karbohidrat 60%, lemak 20% dan
protein 10%. Sehingga didapatkan hasil bahwa menu makanan atlet harus
mengandung 899,82 kkal karbohidrat, 131,31 gram lemak dan 149,97gram
protein. Hal ini dikarenakan atlet tinju tersebut memiliki IMT sebesar 24,22
kg/m . Berdasarkan WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia Pacific Perspective:
2
Redefining Obesity and its Treatment yang berarti bahwa IMT 24,22 kg/m2
tersebut tergolong dalam kategori at risk (dengan resiko) mengalami obesitas.
Perencanaan makanan atlet perlu diselaraskan dengan perencanaan program
latihan dan pemulihan status gizi untuk memulihkan kondisi fisik cedera ringan
yang dialami oleh atlet yang dilaksanakan pada periode transisi. Perbaikan status
gizi memiliki dua tujuan utama, yaitu meningkatkan status gizi dan menurunkan
berat badan terutama atlet cabang olahraga yang memerlukan klasifikasi berat
badan. Pada kasus ini, tujuan perbaikan gizi untuk altlet tersebut lebih condong
pada menurunkan berat badan atlet karena atlet tersebut merupakan atlet dicabang
tinju yang memerlukan klasifikasi berat badan saat melakukan pertandingan.
Makanan yang diberikan untuk menurunkan berat badan harus memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu penurunan berat badan dilakukan pada periode
persiapan umum, mengurangi asupan energi sekitar 25% dari kebutuhan energi
atau 500 kalori untuk penurunan 0.5 kg berat badan/minggu atau 1.000 kalori
untuk penurunan berat badan 1.0 kg berat badan/minggu, menu seimbang dan
memenuhi kebutuhan gizi serta menambah aktivitas.
Pada kasus disebutkan bahwa Bambang sedang berada pada fase istirahat
karena pengaruh cedera yang dialaminya, sehingga ia harus menghentikan

20
sementara segala kegiatan pertandingan dan pelatihan yang rutin dilakukan
sebelumnya. Dalam hal ini, Bambang sedang berada pada periode istirahat aktif,
dimana ia tetap dapat makan makanan biasa untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi fisiknya –yang pada prinsipnya, makanan pada periode
recovery ini sama dengan makanan pada periode pelatihan. Akan tetapi, konsumsi
Bambang perlu dipantau secara berkala, sebab nilai IMT yang terhitung
mengindikasikan bahwa ia memiliki risiko mengalami obesitas di kemudian hari.
Oleh sebab itu, penyusunan menu tidak hanya menitikberatkan pada kebutuhan
energi, teapi juga pada pembagian energi secara proporsional di semua aspek
utama kebutuhan gizi (yang diperlukan manusia pada umumnya) seperti
kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serat, dan mineral –hanya saja
yang membedakan adalah penyesuaian menu berdasarkan hasil pengukuran energi
total yang dibutuhkan oleh Bambang selama satu hari.
Kebutuhan energi dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen
penggunaan energi, yaitu: basal metabolic rate (BMR), specific dynamic action
(SDA), aktivitas fisik. Pada hasil penghitungan diperoleh nilai BMR atlet
sebanyak 1.739 kalori dengan aktifitas fisik sebanyak 3.060,64 kalori dan SDA
sebanyak 173,9 kalori. Maka, kebutuhan energi total yang dibutuhkan Bambang
dalam melakukan aktifitas selama sehari adalah sebanyak 5.998,83 kalori. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, total energi tersebut kemudian dikonversikan pada
masing-masing kebutuhan gizi Bambang yaitu sebesar 60% karbohidrat 10%
protein dan 20% lemak dari total energi, sehingga diperoleh kebutuhan
karbohidrat dalam sehari sebanyak 133,31 gram; kebutuhan protein dalam sehari
sebanyak 149,97 gram; dan kebutuhan lemak dalam sehari sebanyak 899,82 gram.
Akan tetapi, karena penyusunan menu ini ditujukan untuk menurunkan berat
badan Bambang, maka kebutuhan energi total harus dikurangi sebesar 25% atau
sebanyak 500 kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu. Jadi
kebutuhan energi Bambang dalam sehari menjadi 5.498,83 kalori dengan
pembagian masing-masing sebesar 1/5 untuk makan pagi dan makan siang, 0,5/5
untuk selingan pagi dan selingan siang, serta 2/5 untuk makan siang.

21
Dalam hal ini, berdasarkan pembagian tersebut telah didapat contoh menu
dengan rincian yang tercantum dalam Tabel Contoh Menu Harian Atlet, dan
energi yang harus tersedia yaitu sebanyak 1.099,776 kalori pada menu makan pagi
dan makan siang; 549,883 kalori pada menu selingan pagi dan selingan siang;
serta 2.199,532 kalori pada menu makan malam. Jika dibandingkan dengan
kebutuhan sebenarnya pada hasil penghitungan kebutuhan energi di tiap waktu
makan, maka energi yang didapat oleh Bambang dalam setiap kali makan adalah:
− dengan contoh menu yang disajikan, maka sebanyak 1107 kalori didapat
atlet saat makan pagi, dimana jumlah ini telah mencukupi dan bahkan
sedikit lebih banyak daripada kebutuhan sebenarnya yang sejumlah
1.099,776 kalori.
− dengan contoh menu yang disajikan, maka sebanyak 551,94 kalori didapat
oleh atlet saat makan selingan pagi, dimana jumlah ini telah mencukupi dan
bahkan sedikit lebih banyak daripada kebutuhan sebenarnya yang sejumlah
549,883 kalori.
− dengan contoh menu yang disajikan, maka sebanyak 1635,6 kalori didapat
oleh atlet saat makan siang, dimana jumlah ini telah mencukupi dan bahkan
melampaui kebutuhan sebenarnya yang sejumlah 1.099,776 kalori.
− dengan contoh menu yang disajikan, maka sebanyak 764,6 kalori didapat
oleh atlet saat makan selingan siang, dimana jumlah ini belum mencukupi
kebutuhan sebenarnya yang sejumlah 549,883 kalori.
− begitupun dengan contoh menu yang disajikan pada makan malam,
sebanyak 1334,94 kalori didapat oleh atlet dimana jumlah ini belum dapat
mencukupi kebutuhan sebenarnya yang sejumlah 2.199,532 kalori.
Sehingga, jika ditotalkan maka perolehan energi yang didapat oleh Bambang
dengan mengonsumsi contoh menu diet di atas dalam sehari, adalah sebanyak
5394,08 kalori. Ini menandakan bahwa Bambang masih memerlukan energi
dengan kekurangan asupan sebanyak 104,75 kalori untuk mencapai energi total
sebanyak 5498,83 kalori agar program diet ini berhasil. Kekurangan ini tentu akan
berpengaruh pada aktivitas fisik Bambang, dimana otot memerlukan tambahan
energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru

22
memerlukan tambahan energi untuk mengeluarkan zat-zat gizi dan oksigen ke
seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari tubuh. Jadi,
dengan aktifitas sedang dan energi yang hampir mencukupi kebutuhan
sebenarnya, masih tergolong aman dan tidak akan begitu terasa oleh Bambang,
sebab dia pun sedang berada pada masa istirahat tanpa ada pertandingan maupun
latihan yang membutuhkan lebih banyak energi.
Hal serupa juga terjadi pada jumlah zat gizi lemak yang harus dikonsumsi oleh
Bambang, dimana dari total gram yang dianjurkan terpenuhi dalam sehari adalah
sebanyak 899,82 gram; dalam konsumsi sehari dengan contoh menu di atas,
Bambang hanya mampu mengonsumsi 770,51 gram protein dengan kekurangan
asupan sebanyak 129,31 gram. Lemak merupakan sumber energi yang paling
efisien dan paling banyak digunakan pada olahraga dengan intensitas rendah
sampai menengah, jika konsumsinya berlebih justru akan memberikan dampak
tidak baik kepada Bambang karena keadaan cederanya membatasi kuantitas dan
kualitas olahraganya. Sehingga, kekurangan lemak ini masih tergolong aman dan
tidak memberikan dampak yang begitu besar.
Setiap menu memang belum tentu dapat memenuhi kebutuhan atlet sesuai
dengan hasil perhitungan yang ada. Akan tetapi, jika hasil yang didapat dengan
jumlah yang diinginkan belum dapat terpenuhi dalam menu makan sehari, maka
dapat diatasi dengan mengganti menu lain dengan mengusahakan seminimal
mungkin kekurangan yang terjadi pada kebutuhan zat gizi maupun energi
tersebut, sehingga secara berkala kebutuhan zat gizi atlet tersebut tetap dapat
mencapai hasil yang baik.

23
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menu makanan pada atlet tinju harus mengandung karbohidrat sebanyak 60-
70%, lemak 20-25% dan protein 10-15% dari total kebutuhan energi seorang atlet,
namun pada kasus ini, perhitungan yang diambil menggunakan patokan yang
terendah yaitu karbohidrat 60%, lemak 20% dan protein 10%. Sehingga
didapatkan hasil bahwa menu makanan atlet harus mengandung 899,82 kkal
karbohidrat, 131,31 gram lemak dan 149,97gram protein. Hal ini dikarenakan atlet
tinju tersebut memiliki IMT sebesar 24,22 kg/m .
2
Pada kasus ini, tujuan perbaikan gizi untuk altlet tersebut lebih condong pada
menurunkan berat badan atlet karena atlet tersebut merupakan atlet dicabang tinju
yang memerlukan klasifikasi berat badan saat melakukan pertandingan. Makanan
yang diberikan untuk menurunkan berat badan harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu penurunan berat badan dilakukan pada periode persiapan
umum, mengurangi asupan energi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 0.5 kg berat badan/minggu atau 1.000 kalori untuk
penurunan berat badan 1.0 kg berat badan/minggu, menu seimbang dan memenuhi
kebutuhan gizi serta menambah aktivitas.

4.2 Saran
Sebaiknya pada saat pembinaan di tempat pelatihan, para pelatih serta atlet
harus memperhatikan kebutuhan asupan zat gizi atlet secara individual, karena
setiap atlet memliki pangaturan makan masing-masing, karena pemberian
makanan harus memperhatikan jenis kelamin, umur, berat badan serta jenis
olahraga. Apabila kebutuhan asupan zat gizi seorang atlet tersebut terpenuhi,
maka status gizi atlet tersebut pun baik dan untuk mendapatkan atlet yang
berprestasi, faktor gizi merupakan salah satu faktor yang sangat perlu diperhatikan
sejak pembinaan di tempat pelatihan sampai pada saat pertandingan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adhini, Rizky Agnestya. 2011. Hubungan Antara Asupan Zat Gizi dan Komposisi
Lemak Tubuh dengan Kapasitas Daya Tahan Tubuh Atlet di Sekolah
Atlet Ragunan Jakarta. Skripsi. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia IPB

Amanda, Neola, Khairun Nisa B dan Tiwuk S. 2015. Pengaruh Status Nutrisi
terhadap Kebugaran Fisik Atlit Karate di Bandar Lampung. Artikel
Penelitian J Majority Vol 4 No 6 Maret 2015. Lampung : FK Universitas
Lampung

Hanum, Faiz Nur. 2011. Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi,


Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Gizi terhadap Kebugaran
Atlet Bola Basket di SMP/SMA Ragunan Jakarta Selatan. Skripsi. Bogor
: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB

Nugroho, Sigit. 2008. Peran Nutrisi Bagi Olahragwan. MEDIKORA Vol. IV No. 1
April 2008 Halaman 103-122. Yogyakarta : UNY

Penggalih, Mirza Hapsari Sakti Titis dan Emy Huriyati. 2007. Gaya Hidup, Status
Gizi dan Stamina Atlet pada Sebuah Klub Sepakbola. Berita Kedokteran
Masyarakat Vol. 23 No. 4 Desember 2007 Halaman 192-199.
Yogyakarta : FK UGM

Surbakti, Sabar. 2010. Asupan Bahan Makanan dan Gizi Bagi Atlet Renang.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 8 No 2 Juli-Desember 2010. [Serial
Online] Tersedia di http://digilib.unimed.ac.id/34/1/Asupan
%20bahan%20makanan%20dan%20gizi%20bagi%20atlet%20renang.pdf
Diakses pada tanggal 20 November 2017

Ditjen Binkesmas. (1977). Gi2i Olahraga untuk Prestasi. Jakarta Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, DepkesRI.

Ditjen Binkesmas. (2002). Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Gizi


Masyarakat, Depkes RI.

Sunita Altmatsier. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama

25

Anda mungkin juga menyukai