PENDAHULUAN
c. Wawancara semiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth iterview,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan.
Dalam hal ini mula-mula interviewer menanyakan pertanyaan yang sudah
terstruktur kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek informasi
untuk memperoleh data yang lengkap. (Arikunto, 2013)
d. Wawancara Berfokus
Wawancara berfokus memiliki pusat yang berarti setiap pertanyaan
diarahkan supaya terpusat kepada beberapa pokok tertentu sehingga data
yang dikumpulkan sesuai dengan masalah penelitian.
Sebagai contoh masalah penelitian misalnya kenapa orang skait lebih banyak
ditolong oleh dukun daripada petugas kesehatan? untuk menjawab
pertanyaan ini peneliti memikirkan untuk mengetahui 2 pokok sub masalah
penelitian yaitu 1) apakah konsep pelayanan kuratif, preventi, promotif
sudah ada dalam masyarakat sehubungan dengan pelayanan pengobatan,
pemberantasan penyakit menular, dan KIA dalam masyarakat?; 2) faktor-
faktor apa yang mebuat orang sakit lebih menyukai ditolong oleh dukun?
Pertanyaan-pertanyaan penelitian difokuskan kepada 2 pokok pertanyaan ini.
(Lapau, Buchari;2012)
e. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam ditandai dengan pengalian mendalam tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan masalah penelitian dengan menggunakan
pertanyaan terbuka. Walaupun teknik inijarang digunakan namun dalam
kondisi tertentu sangat berguna. Keadaan tersebut antara lain masalah
sensitif, masalah rumit, tekanan kelompok sebaya, responden terpencar dan
status responden. (Lapau, Buchari;2012)
Selain itu dalam wawancara peneliti juga harus menjunjung tinggi aspek
etika dalam wawancara. aspek etika dalam wawancara secara umum sebagai
berikut.
a. Perlakukan informasn dengan hormat dan sopan. Sangat perlu diingat
bahwa penelitilah yang membutuhkan mereka karenanya perlakukan mereka
dengan sebaik mungkin.
b. Pertemuan pertama kali dengan informan adalah yang paling penting dan
menentukan. Oleh karenanya, peneliti perlu memperhatikan tampilan fisik
dan budaya sebelum turun ke lapangan sebab peneliti perlu menciptakan
kesan pertama yang menyenangkan bagi informan sehingga informasn mau
berpartisipasi dalam penelitian dan berkontribusi melalui jawaban-jawaban
yang diberikan.
c. Selama wawancara hindari percakapan yang menjurus atau membawa
kearah isu politik.
d. Dalam memberikan penjelasan, hindari melakukan dengan terpaksa atau
buru-buru dan sesekali tanyakan apakah penjelasan yang diberikan dapat
dimengerti. (Adik Wibowo, 2014)
2. Metode Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera
(melihat, mendengar, merasakan) untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. (Notoadmodjo, 2005)
Untuk melaksanakan observasi peneliti melakukan sebagai berikut.
a. Menysusn protokol observasi. Yaitu rencana observasi yang berisi tempat,
hari, tanggal, jam observasi, objek yang diobservasi, data yang dijaring,
observer dan peralatan yang digunakan.
b. Hasil Observasi. Untuk setiap observasi dibuat transkrip proses dan hasil
observasinya. (Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Uhamka,2013)