Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu langkah penting dalam membuat suatu karya ilmiah adalah
mengumpulkan data. Pekerjaan pengumpulan data bukanlah pekerjaan mudah, sebab
pengumpulan data membutuhkan ketelitian dan ketepatan dari pengumpul data.
Semakin kurangnya pengalaman pengumpulan data, semakin mudah dipengaruhi oleh
keinginan pribadi pengumpul data sehingga semakin tinggi bias dari data yang
terkumpul.
Pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti
untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi
penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada
yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang di tetapkan. Pengugunaan teknik dan alat yang tepat
memungkinkan di perolehkannya data yang objektif
Dengan demikian, dalam mengumpulkan data seorang peneliti harus
memperhatikan beberapa pertimbangan seperti tujuan penelitian, jenis desain penelitian,
tersedianya waktu, uang dan personil. Pertimbangan yang paling penting dalam
mememutuskan metode pengumpulan data adalah apakah penelitian yang dilakukan
tersebut menghasilkan informasi kualitatif atau informasi kuantitatif yang mungkin
memerlukan lebih dari satu cara pengumpulan data..

1.2 RUMUSAN MASALAH


Melihat pentingnya tahap pengumpulan data dalam suatu penelitian maka dalam
makalah ini akan dibahas apa saja jenis-jenis metode dalam pengumpulan data.

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengumpulan data.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis metode pengumpulan data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Metode Pengumpulan data


Pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti
untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi
penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada
yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan
kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang
paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable. Dalam suatu
penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat menentukan
terhadap proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam
melaksanakan pengumpulan data dalam satu penelitian, akan berakibat langsung
terhadap proses dan hasil suatu penelitian.
Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya
mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian
kuantitatif). Dan data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji
hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh
akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan, data yang dikumpulkan
haruslah data yang benar. Agar data yang dikumpulkan baik dan benar, instrument
pengumpulan datanya pun harus baik. Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh
metodologi penelitian, apakah kuantitatif atau kualitatif. (Lapau, Buchari ;2012).

2.2 Jenis-Jenis Metode Pengumpulan data


1. Teknik Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara
bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian.
Wawancara juga merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data utama dalam penelitian
kualitatif. Dalam melakukan wawancara diperlukan 2 hal yaitu :
a. Protokol wawancara. Proses menyusun instrumen wawancara dimulai
dengan menyusun rencana wawancara dalam bentuk protokol wawancara
Protokol wawancara berisi antara lain hari, tanggal, jam dan tempat
wawancara, interviewee, interviewer, informasi yang dijaring dalam
wawancara dan media yang digunakan. Sebaiknya informasi tersebut
dikemukanan dalam bentuk tabel dan di letakan dalam BAB III proposal
tesis atau disertasi. (Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi
Uhamka,2013).

b. Borang atau formulir wawancara. Borang atau formulir wawancara berisi


antara lain indentitas interviewee, interviewer, butir pertanyaan
interviewer, kolom untuk mencatat jawaban interviewee, kolom menilai
jawaban interviewee dan nama serta tanda tangan interviewer. Pertanyaan
wawancara harus berisi indikator-indikator variabel yang akan dijaring
datanya. Disamping itu dalam menyusun pertanyaan harus
diperhitungankan lamanya waktu yang tersedia utnuk wawancara. Oleh
karena itu pertanyaan wawancara harus disusun dengan cermait baik isi
maupun kata-kata yang digunakan. (Pedoman Penulisan Tesis dan
Disertasi Uhamka,2013).
Secara garis besarpedoman wawancara ada 3 macamnya yaitu sebagai
berikut.
a. Wawancara Tak berstruktur (wawancara bebas)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar pemasalahan yang akan
ditanyakan. Selain itu orang-orang yang diwawancarai tidak ditentukan
sebelumnya sehingga memungkinkan wawancara dilakukan secara sambil
lalu, namun informasi yang diperoleh dari informasn sesuai dengan maslah
penelitian yang bersangkutan.
Sebagai contoh misalnya, kenapa penduduk kurang menggunakan pelayanan
puskesmas? Peneliti merencanakan sebagai informasn adalah kepala
puskesmas dan beberapa ibu yang tergabung dalam PKK serta petugas
kesehatan. Namun kebetulan peneliti bertemu dengan beberapa dukun
sehingga peneliti mengambil kesempatan bertanya kepada mereka dengan
harapan supaya dapat menjawab masalah penelitian tersebut. (Lapau,
Buchari;2012)
b. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Pedoman wawancara terstruktur menyerupai lembar chechklist.
(Arikunto, 2013)
Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan Mahasiswa
terhadap pelayanan Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta:
Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan di Kabupaten ini?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus
Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan bidang kesehatn
di Kabupaten ini?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus

c. Wawancara semiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth iterview,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan.
Dalam hal ini mula-mula interviewer menanyakan pertanyaan yang sudah
terstruktur kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek informasi
untuk memperoleh data yang lengkap. (Arikunto, 2013)
d. Wawancara Berfokus
Wawancara berfokus memiliki pusat yang berarti setiap pertanyaan
diarahkan supaya terpusat kepada beberapa pokok tertentu sehingga data
yang dikumpulkan sesuai dengan masalah penelitian.
Sebagai contoh masalah penelitian misalnya kenapa orang skait lebih banyak
ditolong oleh dukun daripada petugas kesehatan? untuk menjawab
pertanyaan ini peneliti memikirkan untuk mengetahui 2 pokok sub masalah
penelitian yaitu 1) apakah konsep pelayanan kuratif, preventi, promotif
sudah ada dalam masyarakat sehubungan dengan pelayanan pengobatan,
pemberantasan penyakit menular, dan KIA dalam masyarakat?; 2) faktor-
faktor apa yang mebuat orang sakit lebih menyukai ditolong oleh dukun?
Pertanyaan-pertanyaan penelitian difokuskan kepada 2 pokok pertanyaan ini.
(Lapau, Buchari;2012)
e. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam ditandai dengan pengalian mendalam tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan masalah penelitian dengan menggunakan
pertanyaan terbuka. Walaupun teknik inijarang digunakan namun dalam
kondisi tertentu sangat berguna. Keadaan tersebut antara lain masalah
sensitif, masalah rumit, tekanan kelompok sebaya, responden terpencar dan
status responden. (Lapau, Buchari;2012)

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara antara lain :


a. Menerima informsi secara tepat
b. Mengingat informasi secara benar
c. Menilai informasi secara kritis
d. Bertindak segera atas informasi (Lapau, Buchari;2012)

Selain itu dalam wawancara peneliti juga harus menjunjung tinggi aspek
etika dalam wawancara. aspek etika dalam wawancara secara umum sebagai
berikut.
a. Perlakukan informasn dengan hormat dan sopan. Sangat perlu diingat
bahwa penelitilah yang membutuhkan mereka karenanya perlakukan mereka
dengan sebaik mungkin.
b. Pertemuan pertama kali dengan informan adalah yang paling penting dan
menentukan. Oleh karenanya, peneliti perlu memperhatikan tampilan fisik
dan budaya sebelum turun ke lapangan sebab peneliti perlu menciptakan
kesan pertama yang menyenangkan bagi informan sehingga informasn mau
berpartisipasi dalam penelitian dan berkontribusi melalui jawaban-jawaban
yang diberikan.
c. Selama wawancara hindari percakapan yang menjurus atau membawa
kearah isu politik.
d. Dalam memberikan penjelasan, hindari melakukan dengan terpaksa atau
buru-buru dan sesekali tanyakan apakah penjelasan yang diberikan dapat
dimengerti. (Adik Wibowo, 2014)
2. Metode Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera
(melihat, mendengar, merasakan) untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. (Notoadmodjo, 2005)
Untuk melaksanakan observasi peneliti melakukan sebagai berikut.
a. Menysusn protokol observasi. Yaitu rencana observasi yang berisi tempat,
hari, tanggal, jam observasi, objek yang diobservasi, data yang dijaring,
observer dan peralatan yang digunakan.
b. Hasil Observasi. Untuk setiap observasi dibuat transkrip proses dan hasil
observasinya. (Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Uhamka,2013)

Observasi terdiri dari beberapa jenis yaitu sebagai berikut.


a. Observasi partisipasi
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan
observasi pastisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam,
dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
tampak.
Dalam penelitian kesehatan teknik observasi partisipatif digunakan dalam
masyarakat dimana kepercayaan terhadap petugas kesehatan belum memadai
sedangkan dukun masih disukai oleh masyarakat namun hal demikian masih
dugaan. Untuk mengetahui maalah yang sebenarnya perlu digunakan teknik
observasi partisipasi ini sehingga dapat dirumuskan masalah yang sebetulnya
terjadi dan bagaiamna cara mengatasinya. (Lapau, Buchari;2012)
b. Observasi saja
Jenis teknik ini hanya dipakai jika pengetahuan mengenai masalaha yang
diteliti sudah cukup jelas. Misalnya observasi yang dilakukan untuk
mengetahui kinerja perawat dalam pencegahan infeksi. Peneliti seharusnya
sudah mengetahui prosedur pencegahan infeksi sehingga dalam observasi
peneliti hanya mencatat apakah yang dilakukan perawat dalam pencegahan
infeksi sudah sesuai prosedur atau belum. (Lapau, Buchari;2012)
c. Partisipas terbatas
Teknik ini terletak antara observasi partisipasi dan observasi saja. Dengan
teknik ini peneliti tidak menyembuyikan identitas aslinya namun ia berusaha
mengembangkan rapport yang baik dengan informasn sehingga dalam
pelaksanaannya peneliti juga melakukan wawancara standar dan
berpartisipasi dalam kegiatan informan.
Contoh pelaksanaan teknik ini misalnya seorang supervisor dari Dinas
Kesehatan kabupaten ingin mengetahui kinerja staf dari suatu puskesmas
tentang asuhan kehamilan kepada ibu hamil yang ada di wilayah puskesmas
tersebut. Untuk ini supervisor tersebut terlibat dalam kegiatan sambil
melakukan kegiatan penilaian terhadap kinerja staf yang bersangkutan
dengan menggunakan instrumen check list. (Lapau, Buchari;2012)

3. Diskusi Kelompok Fokus (Fokus group Diskusi)


Salah satu tujuan diskusi kelompok terarah adalah ingin mendapatkan
kepastian dari jawaban-jawaban wawancara mendalam yang kontradiktif atau
jawaban yang membingungkan dan peneliti kesulitan dalam membuat
kesimpulan. Keuntungannya ialah terdapat lebih dari satu informasn sehingga
diharapkan diskusi akan lebih hidup. Kerugiannya yaitu bila terdapat satu orang
yang mendominasi. Dalam FGD peneliti berperan sebagai pemicu sekaligus
moderator, dapat duduk ditengah lingkaran atau duduk didalam lingkaran
bersebelahan dengan peserta diskusi. (Adik Wibowo, 2014)
Kelompok fokus adalah kelompok orang berjumlah 9-12 orang yang
mempunyai karakteristik yang sama yang relevan dengan kebijakan atau
program yang dievaluasi. Instrumen ini memerlukan ruangan dengan kaca
pandang satu arah dan alat perekam audiovisual. (Pedoman Penulisan Tesis dan
Disertasi Uhamka,2013)
4. Studi Literatur
Studi literatur merupakan salah satu teknik pengumpulan data penting dalam
penelitian bidang-bidang tertentu. Yang dimaksud studi literatur sebagai teknik
pengumpulan data adalah datanya memang diperoleh dalam berbagai literatur.
Dalam hal, harus dibedakan dengan kajian literatur untuk mengali dan
mengeksplorasi teori, yang akan digunakan sebagai pisau dalam pengupas data
yang diperoleh dari studi lapangan. Studi literatur sebagai teknik pengumpulan
data misalnya digunakan dalam penelitian bidan sejarah, penelitian bidang
politik, bidang agama,dan lain-lain. Penelitian dalam bidang-bidang ini
sebagaian atau seluruh data yang diperlukan diperoleh dari buku-buku, majalah,
koran dan sebagainya. Oleh karena itu, studi literatur sebagai teknik
pengumpulan data sangat penting peranannya dalam penelitian dibidang-bidang
tertentu.
5. Studi Dokumen
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-
lain. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kridibel atau
dapat dipercaya kalau di dukung oleh sejarah pribadi kehidupan masa kecil,
sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobografi.(Notoadmodjo, 2005)
Kelemahan Dokumentasi adalah perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen
memiliki kredibilitas yang tinggi, sebagai contoh banyak foto yang tidak
mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu.
Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subjektif.

Anda mungkin juga menyukai