SINAR CORP
Disusun oleh:
NONO
Kepla Unit Usaha Produksi Telur Ayam Ras
Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi
skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk
terus menjalankan usaha peternakan ayam petelur ini dikarenakan jumlah permintaan
telur ayam ras yang terus meningkat, perputaran modal yang cepat, akses mendapatkan
input produksi yang mudah dengan skala kecil maupun besar merupakan daya tarik
tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam ras petelur ini.
Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan
jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha
peternakan adalah pengusaha peternak yang mebudidayakan ayam dengan jumlah populasi
melebihi 65.000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha Peternakan, dapat menerima
bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan.
Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang
peternakan atau pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan
pengawasan atas pelaksanaan perusahaa- perusahaan peternakan.
Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub system agribisnis
peternakan yaitu hulu, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh
proses produksi sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC, pakan, obat-obatan serta
peralatan-peralatan peternakan. Sub sitem budidaya ternak berkaitan dengan proses
produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan oleh sub sistem hulu untuk
menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem hilir meliputi kegiatan
pengolahan produk yang dihasilkan oleh sub sistem budidaya ternak menjadi produk
olahan dan produk akhir. Sedangkan sub sistem penunjang adalah sub sistem yang
menunjang keberhasilan ketiga sub system di atas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa
lembaga keuangan bank maupun non bank, lembaga penelitian dan pengembangan,
lembaga pendidikan dan pelatihan, transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan
pemerintah.
II. ISI
Sub sistem input dan sarana produksi merupakan sub sistem pertama dari system
agribisnis, sub sistem ini sangatlah penting terhadap kelangsungan sub sistem produksi dan
pengolahan. Dalam usaha ternak ayam petelur input dan saran yang harus diperhatikan
adalah pakan, kandang, peralatan dan perlengkapannya. Pakan yang diperlukan untuk
budidaya ayam petelur adalah ransum, konsentrat dan pellet.
Peralatan yang digunakan untuk budidaya ayam petelur adalah kandang yang terdiri
atas tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obatobatan dan
sistem alat penerangan; Litter atau alas lantai setinggi 10 cm, bahan litter dari kulit padi
atau sekam dengan sedikit kapur. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengorganisasian,
maka dilakukan pengarahan pra-produksi dan produksi.
A. Biaya
Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memeperoleh barang
dan jasa. Biaya berbeda dengan beban, beban yaitu pengrbanan yang diperlukan atau
dikeluarkan untuk merealisasi hasil, beban ini dikaitkan dengan revenue pada periode yang
berjalan (Case dan Fair, 2007). Biaya yang dikeluarkan oleh Peternakan ayam petelur
Bapak Haryanto terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap meruakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi dan berkali-
kali dapat dipergunakan (Mariyyah 2010). Bahkan bila untuk sementara waktu produksi
dihentikan biaya tetap ini tetap harus dikeluarkan dalam jumlah yang sama. Biaya tetap di
peternakan ayan petelur milik Sinar Corp terdiri atas biaya penyusutan, pembelian ayam,
tenaga kerja tetap,. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 1, dan biaya tetap
dapat dilihat pada Tabel 2.
Harga Jumlah
Unit Jumlah Harga unit
Penyusutan 5.000.000
Ayam 900 8500 7.650.000
tenaga kerja tetap 1 1.000.000 1000.000
total biaya tetap 13.650.000
b. Biaya Variabel
Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin besar pula
jumlah total biaya variabel Case dan Fair (2007). Biaya variable terdiri dari biaya untuk
pembelian DOC, biaya pakan, biaya obat obatan, vaksinasi, biaya utilitas dimana jumlah
totalnya berubah sebanding dengan kegiatan perusahaan. Rincian biaya variable dapa
dilihat pada Tabel 3.
Jumlah harga
Unit Jumlah Harga unit
Pakan 100 250000 25.000.000
Karyawan 2 850000 20.400.000
Vaksin 100 3000 3.600.000
Obat-Obatan 100 2500 3.000.000
Biaya Tak Terduga 1.000.000
Utilitas 1 1.500.000 1.500.000
Jumlah 54.500.000
= 13.650.000 + 59.500.000
= 63.150.000
Berdasarkan data tersebut, didapatkan total biaya produksi yaitu sebesar Rp. 63.150.000
yang diperoleh dari penjumlahan total biaya tetap dan total biaya variabel.
Tabel 4. penerimaan
= 348.980.000 – 63.150.000
= 285.830.000
Laba atau pendapatan dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya
produksi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Juanda dan Cahyono (2005) bahwa
pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,
kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor,
pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang
diterima setelah dikurangi pengeluaran. Berdasarkan perhitungan didapatkan pendapatan
peternakan ayam petelur milik Sinar Corp yaitu sebesar Rp. 285.830.000 dalam periode
tahun ini.
348.980.000
= 63.150.000
= 1,1
𝑙𝑎𝑏𝑎
e. Rentabilitas =𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 ×100%
285.830.000
= × 100 × %
63.150.000
= 4,5 %
f. Perhitungan BEP
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
Biaya Variabel per unit produk (Kg BH) =
𝐾𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑙
63.150.000
= 16920
= Rp 3.700
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP dalam produk = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑔 –𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑔
13.650.000
=18.500− Rp 3.700
= 127983 Kg
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP dalam Rupiah = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑔
1−
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑔
275.365.000
= 14.047
1−
16500
= 2.111.720.723
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Kelebihan dan Keuntungan Kandang Battery untuk Ayam Petelur.
http//centralunggas.blogspot.com. diakses pada tanggal 10 mei 2014.
Case, K.E. dan Fair, R.C. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi 8 Jilid 1. Erlangga. Jakarta
Ima, Cut. 2013. Proposal Business Plan. http//.cutima.blogspot.com. diakses pada tanggal
10 mei 2014.
Juanda, D. dan Cahyono, B. 2005. Wijen, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kansius,
Yogyakarta
Mariyah. 2010. Analisis Financial Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur. EPP. Vol
7(2): 6-13.