Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan

siswa dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa

dalam memahami konsep matematika sehingga mengakibatkan kesalahan–kesalahan dalam

mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa (skor) baik dalam

ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan

proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu

berupa latihan soal. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Rendahnya mutu

pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal

dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah,

kinerja guru, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran

menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum

yang menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jadi pendidikan tidak

hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu

ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa

merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga

pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara
memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam

proses pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan

guru, dengan teman– temannya dan juga dengan lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung

pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang

memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran

(Semiawan, 1985). Banyaknya teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan

bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Atas dasar ini munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). Salah satu pendekatan

pembelajaran yang mengakomodasi CBSA adalah pembelajaran dengan pemberian tugas secara

berkelompok.

Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan dari pemikiran nilai–nilai demokrasi, belajar

efektif perilaku kerja sama dan menghargai keanekaragaman dimasyarakat. Dalam pembelajaran

guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri

proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan jawaban

terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan dinamika sosial

masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan pengembangan

lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan demikian, metode pembelajaran berbasis

masalah memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai

konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan

masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan

situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut
Ibrahim dan Nur (2000:2 dalam Nurhadi dkk,2004), “ Pembelajaran berbasis masalah dikenal

dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based

Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik),

dan Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada dunia nyata)”. Peran guru dalam

pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan

memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan

tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide

secara terbuka secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada

siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada

mereka untuk melakukankan penyelidikan secara inkuiri.

Terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembelajaran dengan

pemberian tugas secara berkelompok menjadi salah satu pendekatan yang sebaiknya di kuasai

oleh guru baik secara teoritis maupun praktis. Berangkat dari pemikiran tersebut Peneliti

memilih judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Metoda Problem-Based

Learning Pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Kelas VII.1 SMP

Negeri 101 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa rendah?

2. Kendala apa saja yang ditemui dalam pembelajaran matematika?


3. Apakah penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar

siswa?

4. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif type ”Problem-Based Learning”

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

5. Bagaimanakah penggunaan sarana dan prasaran yang optimal dalam meningkatkan hasil

belajar matematika siswa?

6. Seberapa besar pengaruh Pendekatan Kooperatif type ”Problem-Based Learning” dalam

pencapaian hasil belajar siswa?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Proses pembelajaran matematika dengan metode

Problem-Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika dilaksanakan di

kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta semester ganjil tahun pelajaran 2006 / 2007

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Materi yang diajarkan adalah persamaan dan

pertidaksamaan linear satu vatiabel.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Apakah dengan metode Problem-Based Learning

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal–soal latihan pada materi

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1 SMP Negeri 101

Jakarta?

2. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1

SMP Negeri 101 Jakarta?

3. Bagaimanakah dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

di kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta?

D. Tujuan Penelitian

Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada

rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan secara umum adalah untuk memperbaiki

pembelajaran matematika di SMP, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal–soal pada

materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1 SMP Negeri 101

Jakarta Tahun Ajaran 2006–2007 semester ganjil yang diajarkan dengan metode Problem-

Based Learning.
2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada materi Persamaan dan

Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta Tahun Ajaran

2006 - 2007 yang diajarkan dengan metode Problem-Based Learning.

3. Untuk mengetahui dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta Tahun Ajaran 2006 – 2007 pada pokok

bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

E. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan

mamfaat bagi :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Bagi Siswa

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Meningkatkan minat siswa dalam memahami materi

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Stu Variabel.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung

jawab.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar

matematika terutama pada

Pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.


<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Siswa mengerti akan pentingnya belajar

berkelompok.

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok

untuk menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal pada materi Persamaan

dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam

memecahkan masalah melalui pemberian tugas secara berkelompok.

2. Bagi Guru

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme

guru.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Memperbaiki kinerja guru.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah.

a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi

pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja

guru.

Anda mungkin juga menyukai