Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Gunawan Eka Putra, S.Ked
04053100028
Dosen Pembimbing
Dr. H. Zen Ahmad, Sp.PD, K-P
Oleh :
Gunawan Eka Putra, S.Ked
NIM 04053100028
Pembimbing :
Dr. H. Zen Ahmad, Sp.PD, K-P
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
spesifisitas dan sensitivitas. Refrat Diagnosis Tuberkulosis Paru Terkini berusaha
untuk membahas masalah ini serta memberikan saran kepada rekan sejawat akan
metode yang lebih baik.
2
BAB II
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU TERKINI
3
kondisi juga dapat ditemukan demam yang sangat tinggi (40-41 0C). Gejala
demam yang juga khas yaitu demam yang meningkat ketika menjelang
malam dan diikuti keringat pada malam hari.2,4
d. Malaise, merupakan salah satu gejala khas TB paru yang merupakan proses
radang yang menahun. Adanya anoreksia dan penurunan nafsu makan adalah
gejala-gejala yang biasa pada penderita TB paru.2
e. Sesak napas, baru dirasakan pada pasien TB paru yang sudah sangat lanjut.
Hal ini dikarenakan kerusakan paru yang sudah melebihi setengah bagian
paru-paru.2
f. Nyeri dada, merupakan gejala yang sangat jarang ditemukan. Gejala ini
timbul setelah penyakit mengenai pleura. Peradangan yang terjadi
menimbulkan nyeri yang terlokalisir ketika pleura bergesekan akibat
pergerakan dinding dada saat bernapas.2,4
g. Penurunan berat badan, timbul karena tubuh banyak menggunakan energy
untuk mengatasi infeksi kronik yang timbul. Hal ini makin diperberat dengan
turunnya nafsu makan pada pasien tuberkulosis.1,2,4
2. Pemeriksaan Radiologis2,5,6
Pemeriksaan foto thoraks merupakan cara yang praktis untuk
mendiagnosa dan menemukan lesi tuberkulosis paru. Pemeriksaan ini
memerlukan lebih banyak biaya, namun dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan besarnya lesi yang ada dan juga sangat membantu dalam
mendiagnosis tuberkulosis pada anak dan tuberkulosis milier. Hal ini
dikarenakan dari pemeriksaan sputum kedua kasus di atas hampir selalu
ditemukan hasil yang negatif.
Crofton mengemukakan beberapa karakteristik radiologik pada TB paru
Bayangan lesi terutama pada lapangan atas paru
Bayangan berawan atau berbercak
Terdapat kavitas tunggal atau banyak
Terdapat kalsifikasi
4
Lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan alas paru
Bayangan abnormal menetap pada foto toraks ulang setelah beberapa minggu
Dengan gambaran foto thoraks, dapat ditentukan besarnya derajat
kerusakan jaringan paru. American Thoracic Society membuat klasifikasi
berdasarkan luas lesi pada paru yang didapatkan yaitu :
a. Lesi minimal
Lesi dengan densitas ringan sampai sedang tanpa kavitas, pada satu atau dua
paru dengan luas total tidak melebihi volume satu paru yang terletak di atas
sendi kondrosternal kedua atau korpus vertebrae thorakalis V (kurang dari 2
sela iga)
b. Lesi sedang
- Lesi yang terdapat pada satu atau dua paru dengan luas total tidak
melebihi batas :
o Lesi dengan densitas sedang : luasnya tidak melebihi satu volume
paru
o Lesi dengan densitas tinggi (konfluens) : luasnya tidak melebihi
sepertiga paru
- Kavitas yang ukurannya tidak melebihi 4 cm
c. Lesi luas
Lesi melebihi lesi derajat sedang
Pada satu foto thoraks sering didapatkan bermacam-macam gambaran
sekaligus (terutama pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate,
kalsifikasi, garis-garis fibrotik, kavitas maupun atelektasis dan emfisema. Selain
itu, tuberkulosis sering memberikan gambaran yang tidak khas pada suatu foto
thoraks, sehingga dikatakan bahwa tuberkulosis is the great imitator.2 Bahkan
telah dilaporkan banyaknya kesalahan pembacaan yang menyebabkan kesalahan
diagnosis tuberkulosis, bahkan perkiraan keberhasilan diagnosis tuberkulosis
pada negara berkembang dengan menggunakan foto thoraks diperkirakan hanya
mencapai 30%.7 Untuk itu, terkadang untuk menyakinkan pemeriksaan
digunakan foto thoraks dari berbagai posisi.
5
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Pemeriksaan laboratorium darah kurang mendapat perhatian karena
kurang sensitif dan tidak spesifik. Walaupun beberapa teknik telah
dikembangkan untuk mempermudah dalam mendiagnosis tuberkulosis paru
namun kebanyakan dari pemeriksaan tersebut terlalu banyak mengeluarkan
biaya dalam pemanfaatannya.
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan adanya peningkatan jumlah
leukosit dan pergeseran hitung jenis ke arah kiri pada infeksi awal
tuberkulosis. Jumlah limposit darah masih dalam batas normal dan
peningkatan laju endap darah. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit
kembali normal namun jumlah limposit masih tetap tinggi. Laju endap darah
kembali turun ke batas normal. Pada tuberkulosis milier sering didapatkan
reaksi leukomoid. Selain itu juga sering didapatkan adanya anemia
normositik normokrom karena penyakit yang berjalan kronis.2,4,7
b. Sputum
Pemeriksaan sputum merupakan pemeriksaan yang penting karena
dapat menemukan adanya kuman tuberkulosis yang dapat memastikan
diagnosis. Namun kuman tuberkulosis hanya dapat ditemukan dari
pemeriksaan kultur, sedangkan bila dilakukan pemeriksaan sediaan langsung
sulit dibedakan dengan kuman Mycobacteria golongan lain. Pada negara-
negara dengan infeksi Mycobacteria jenis lain yang cukup tinggi,
pemeriksaan sediaan langsung dapat menimbulkan kesalahan diagnosis.2
Pemeriksaan sediaan langsung sputum sangat mudah dan dapat
dilakukan dimana saja. Tetapi kadang-kadang sulit untuk mendapatkan
sputum, terutama pasien yang tidak produktif atau anak-anak. Pada kondisi
ini dapat diberikan mukolitik agar sputum mudah dikeluarkan atau dapat juga
digunakan bilasan lambung atau bilasan bronkus pada paru anak-anak.2,7
Kriteria sputum positif bila ditemukan 3 kuman BTA pada satu
sediaan. Dengan kata lain diperlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum. 8
6
Pemeriksaan sediaan langsung sputum juga hanya memiliki sensitivitas
sebesar 30%.4
Biakan (kultur) dari sputum memerlukan waktu 6-8 minggu. Pada
minggu ke 4-6 sudah dapat ditemukan koloni pada medium biakan, namun
bila pada minggu ke-8 belum ditemukan koloni maka dinyatakan hasil biakan
negatif. Untuk mendapatkan hasil positif, diperlukan kuman sebanyak 100/ml
sputum yang didapatkan. Selain memakan waktu yang lama, sekitar 20%
pasien dengan gambaran klinis tuberkulosis paru memiliki hasil biakan
negatif.2,4
c. Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
tuberkulosis karena hanya memberikan gambaran reaksi imun tubuh terhadap
adanya antigen tuberkulosis. Namun pada kondisi tertentu, misalnya pada
anak-anak, uji ini dapat membantu dalam penegakan diagnosis karena
sulitnya pemeriksaan sputum pada anak.2,4
Uji tuberkulin dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 cc PPD
intradermal di volar lengan bawah. Injeksi dilakukan dengan sudut 30 0 antara
jarum dan kulit. Uji akan dibaca setelah 48-72 jam setelah penyuntikan. Hasil
uji tuberkulin dicatat sebagai diameter indurasi dan bukan dengan kemerahan
akibat palpasi.2,4,9
Uji tuberkulin didasari oleh adanya reaksi delayed type
hypersensitivity sel imun tubuh terhadap antigen yang berasal dari ekstrak
mycobacteria tuberculosis atau yang dikenal sebagai rekasi tuberkulin.
Reaksi tuberkulin menimbulkan edema dan bengkak pada kulit yang
disuntikkan antigen karena perkembangan makrofag dan produksi sel T pada
tempat suntikan. Banyaknya reaksi yang timbul antara antibody seluler dan
antigen dipengaruhi oleh antibody humoral, makin besar pengaruh antibody
humoral makin kecil indurasi yang ditimbulkan.
7
Berdasarkan hal tersebut, hasil uji tuberkulin dibagi dalam :
1. Indurasi 0-5 mm uji negatif, tidak ada reaksi antibody seluler
2. Indurasi 6-9 mm uji meragukan, reaksi yang timbul akibat antigen-
antibodi masih rendah dan meragukan
3. Indurasi 10-15 mm uji positif, disini peran kedua jenis antibody masih
seimbang
4. Indurasi > 15 mm uji positif kuat, peran antibody seluler sangat kuat.
Pada pasien tuberkulosis biasanya memberikan hasil yang positif.
Namun pada individu yang sudah mendapat imunisasi BCG sering
menimbulkan reaksi positif palsu. Selain itu juga terdapat hasil negatif palsu.
Hal-hal yang menimbulkan adanya negatif palsu antara lain :
- Pasien yang baru terpajan kuman tuberkulosis sehingga belum ada
reaksi imun seluler pada tubuh
- Anergi, penyakit sistemik berat (sarkoidosis)
- Penyakit eksemtematous dengan panas yang akut
- Reaksi hipersensitivitas yang menurun pada orang yang terkena penyakit
limforetikuler
- Pemberian kortikosteroid dan obat-obatan imunosupresif yang lain
- Usia tua, malnutrisi, uremia dan penyakit keganasan.
8
Pada tuberkulosis primer didapatkan gambaran konsolidasi di
mediastinal dengan adenopati di hilus. Kavitas yang kecil dan tipis juga dapat
ditemukan dengan baik menggunakan alat ini.2,4
2. Rapid Kultur
Kultur konvensional yang memakan waktu berminggu-minggu
mendorong dikembangkannya metode baru. Sistem deteksi Broth merupakan
sistem yang menilai secara cepat pertumbuhan bakteri. Metode ini menggunakan
pola penggunaan oksigen, pengurangan garam tetrazolium, produksi karbon
dioksida dan perubahan tekanan sebagai alat ukur. Hasil positif didapatkan
dalam 1-2 minggu.2,4
3. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Metode ini dapat mendeteksi respons humoral berupa proses antigen-
antibodi. Pada pemeriksaan ini diukur titer antibodi IgG serum penderita. Radin
dkk melaporkan bahwa penderita tuberkulosis aktif mempunyai IgG yang lebih
tinggi daripada imunoglobulin lainnya, dalam melawan antigen aktif purified
protein derivate (PPD) tuberculin, sehingga mendeteksi IgG spesifik aktif
melawan antigen campuran (the mixed antigens) merupakan dasar uji.8
4. Pemeriksaan Interferon Gamma Dalam Darah
Pemeriksaan interferon gamma dalam darah digunakan untuk
mengetahui adanya infeksi tuberkulosis pada tubuh. Pemeriksaan ini untuk
menutupi kelemahan uji tuberkulin yang memakan waktu 2-3 hari. Selain itu,
pemeriksaan ini tidak bereaksi silang dengan vaksin BCG.
Pada penelitian oleh Pottumarthy dkk didapatkan sensitivitas untuk
diagnosis tuberkulosis sebesar 58-75%. Dibandingkan dengan uji tuberkulin,
pemeriksaan interferon gamma memiliki nilai sensitivitas yang sama namun
lebih membutuhkan sedikit waktu untuk pelaksanaannya.4,10
9
5. Nucleic Acid Amplification (NAA)
Merupakan metode cepat diagnosis tuberculosis. Pemeriksaan ini
mendeteksi adanya asam nukleat dari Mycobacterium tuberculosis di dalam
sputum. Cara ini hanya memakan waktu beberapa jam sehingga dapat
mengurangi waktu diagnosis dengan kultur.
Selain itu untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi kuman dalam
jumlah kecil, dikembangkan teknologi fage dimana pada sputum disuntikkan
mycobacteriophage. Jumlah fage yang dihasilkan menunjukkan banyaknya
kuman di dalam sputum. 4
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
12