Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

Pengetahuan dan Perilaku


Ibu Rumah Tangga mengenai Arthritis Gout
di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat

Zakiah Haris K, Eldra Felisia M, Miftahudin, Meita Primiarti, Bayu Lesmono,


M Nurrizki H, Dwi Darmanto, Ridwan Siswanto

Lembaga Afiliasi Program Pendidikan Integrasi Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPN), Jakarta

Abstrak: Arthritis gout adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh deposisi kristal monoso-
dium urat yang dicetuskan oleh seringnya seseorang mengkonsumsi makanan tinggi protein.
Telah dilakukan penelitian cross sectional terhadap 107 ibu rumah tangga yang bertempat
tinggal di RT 09 dan RT 11, RW 02, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih Barat,
Jakarta Pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku ibu
rumah tangga tentang arthritis gout, khususnya pola makan dan minum obat yang berisiko
terkena arthritis gout. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian memperlihatkan sebanyak 38,3% responden berumur
31-40 tahun. Sebagian besar responden tidak bekerja (85%), berpendapatan rendah (64,5%),
dan berpendidikan rendah (71%). Enam puluh lima persen responden tidak memiliki riwayat
arthritis gout dalam keluarga, dan tetangga merupakan sumber informasi terbanyak. Mayoritas
responden berpengetahuan rendah (96,3%) dan berperilaku makan dan minum obat yang
berisiko sedang terkena arthritis gout (63,6%). Didapatkan hubungan yang bermakna antara
usia dan perilaku (x2=9,981, p=0,001). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, sumber informasi, riwayat pribadi dan keluarga
arthritis gout dengan pengetahuan dan perilaku makan dan minum obat.
Kata kunci: arthritis gout, ibu rumah tangga, pengetahuan, perilaku, konsumsi makanan minum
obat

Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005 9


Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Mengenai Arthritis Gout

Knowledge and Behaviour of Gouty Arthritis in Housewives in


Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat

Zakiah Haris K, Eldra Felisia M, Miftahudin, Meita Primiarti, Bayu Lesmono,


M Nurrizki H, Dwi Darmanto, Ridwan Siswanto

Afiliation Institute of Integration Study Programme Department of Community Medicine,


Faculty of Medicine University of Indonesia, and
Department of Public Health, National Development University “Veteran” (UPN), Jakarta

Abstract: Gouty arthritis is a chronic illness that is caused by a crystal monosodium uric deposi-
tion in body tissue especially in joint. It is induced by frequent consumption of high protein dietary.
A cross sectional study was conducted to identify the level of knowledge and behavior, especially
on food and drugs consumption that could be a risk to suffer from gouty arthritis and the related
factors in 107 housewives in Kelurahan Rawasari Cempaka Putih Barat, Central Jakarta. Re-
spondents were interviewed using guided questionnaire. The result of this study showed that
38.3% respondents were between 31-40 years old, most of the respondents did not work (85%),
had low income (64.5%), and had low education level (71%). Sixty-five percent respondents did
not have personal and family history of gouty arthritis. Most of respondents (69.6%) chose their
neighbour as important source of information. The majority of respondents had low level of
knowledge (96.3%) and middle risk behavior of gouty arthritis based on their food and drugs
consumption pattern (63.6%). There was significant relationship between age and behavior
(x2=9.981, p=0.001). Though, there was no significant relationship between age, education level,
income level, source of information, personal and family history of gout arthritis with knowledge
and behavior on food and drugs consumption related to gouty arthritis.
Key words: gouty arthritis, housewives, knowledge, behaviour food and drugs consumption

Pendahuluan dengan peninggian asam urat, namun tidak pernah menderita


Insidens dan prevalensi arthritis gout di Indonesia serangan arthritis gout. Menurut Rodnan dan Healey,
masih belum diketahui secara pasti. Penelitian Darmawan di arthritis gout dan hiperurisemia secara genetik ditentukan
Bandungan, Jawa Tengah 1999 mendapatkan 8% orang oleh gen yang berbeda. Wallace mengatakan bahwa
dewasa di atas 15 tahun menderita arthritis gout. Arthritis hiperurisemia dan arthritis gout secara klinis berbeda, dan
gout merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada should not be placed under the same therapeutic umbrella.
laki-laki dewasa dengan puncak insiden pada dekade ke- Fluktuasi kadar asam urat dapat mencetuskan serangan
empat dan ke-lima. Menurut hasil penelitian Hermansyah di artritis gout.2
Subbagian Reumatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Serangan pertama cepat sembuh dan jarak serangan
UNSRI Palembang didapatkan laki-laki 88,2% dan perempuan ke-dua biasanya sangat jauh, bisa bertahun-tahun. Dalam
11,8%.1 fase bebas serangan tidak dijumpai serangan pada sendi.
Arthritis gout mempunyai gejala yang khas berupa nyeri Seringkali orang tidak menduga terkena gout tapi mengira
hebat, sendi yang terkena merah, bengkak, dan panas secara keseleo atau terkena infeksi. Pada serangan ke-dua dan ke-
tiba-tiba, terutama menjelang pagi. Jadi jika hanya pegal linu tiga penderita merasa nyeri setiap hari. Fase ini disebut fase
pada otot dan sendi tanpa nyeri yang hebat kemungkinan kambuhan. Pada tahap lanjut, yaitu lebih dari sepuluh tahun,
bukan arthritis gout. Arthritis gout tidak selalu identik timbul benjolan keras berisi kristal asam urat berbentuk jarum
dengan hiperurisemia, artinya tidak selalu arthritis gout di beberapa sendi. Fase ini disebut fase gout kronis. Sendi
disertai dengan peninggian asam urat darah. Banyak orang yang terkena adalah yang sering mendapat tekanan, seperti

10 Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005


Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Mengenai Arthritis Gout

ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut, sendi siku, dan jari persendian, terutama pada sendi ibu jari kaki. Secara klinis di
tangan. Biasanya penderita arthritis gout berbadan gemuk.2 tempat keluhan terdapat tanda inflamasi (merah, panas,
Arthritis gout dapat bersifat primer maupun sekunder. bengkak, nyeri, dan berkurangnya fungsi), dengan keluhan
Arthritis gout primer adalah akibat langsung pembentukan sakit dan bengkak bila ada faktor pencetus seperti makanan
asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan atau obat-obatan.
ekskresi asam urat. Artritis gout sekunder disebabkan Penilaian pengetahuan responden tentang asam urat
pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam dilakukan dengan memberikan 10 pertanyaan beserta 4
urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pilihan untuk tiap pertanyaan. Seluruh skor pertanyaan
pemakaian obat tertentu.3 dijumlahkan sehingga didapatkan skor total yang kemudian
Faktor yang berhubungan dengan timbulnya arthritis diklasifikasikan menjadi pengetahuan baik, sedang, dan
gout antara lain trauma, alkohol, tindakan bedah, asupan kurang.
makanan, diuresis, pendarahan, terapi protein, infeksi, radiasi, Penilaian perilaku makan secara kualitatif dilakukan
beberapa obat seperti insulin, penisilin, merkuri, diuretik tiazid, dengan menggunakan tabel kuesioner frekuensi konsumsi
suntikan vitamin B12, probenecid, dan allopurinol. Dari bahan makanan dan minuman yang berisiko terhadap asam
penelitian Hermansyah juga didapatkan bahwa hiperlipidemia urat dalam seminggu. Setiap bahan makanan diberi skor sesuai
dan hipertrigliseridemia berpengaruh, sedangkan proses lipid dengan frekuensi konsumsi per minggu (daging, seafood,
lain yang berperan pada saat serangan arthritis gout antara sayuran, buah, kopi, teh, dan alkohol) dan diklasifikasikan
lain kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL.1 menjadi risiko rendah, sedang, dan tinggi. Batasan frekuensi
Pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan yang kami gunakan untuk penilaian terhadap perilaku minum
ditentukan antara lain oleh pola makan. Makanan yang tidak obat adalah tidak pernah, jarang (mengkonsumsi makanan/
diperbolehkan antara lain sarden, jerohan, (jantung, hati, minuman/obat kurang dari 1 kali/minggu), sering (mengkon-
ginjal, usus, limpa, paru), otak, ekstrak daging (kaldu), bebek, sumsi makanan/ minuman/obat lebih dari 1 kali/minggu) dan
burung, angsa, kerang, udang, cumi-cumi, minuman yang setiap hari.
beralkohol, serta minuman yang bersoda. Makanan yang perlu
dibatasi bagi penderita arthritis gout antara lain daging, Hasil Penelitian
ayam, ikan (tongkol, tenggiri, bawal, bandeng) maksimal 50
Seluruh ibu rumah tangga di RT 09 dan RT 11 RW 02
gr/hari, kacang-kacangan kering maksimal 25 gr/hari, tahu,
Kelurahan Rawasari, berjumlah 107 orang, bersedia menjadi
tempe, oncom maksimal 50 gr/hari, dan beberapa jenis sayuran
responden penelitian. Angka ini memenuhi jumlah minimal
(kembang kol, bayam, jamur, asparagus, kacang buncis,
responden, yaitu 106, dengan batas kepercayaan 0,05 dan
kacang polong maksimal 50 gr/hari).4
derajat kesalahan 10%.
Pola makan terutama dalam hal pengaturan menu makan
Tabel 1 memperlihatkan 38,3% responden berusia antara
setiap hari lebih ditentukan oleh ibu rumah tangga. Untuk itu
31-40 tahun. Terdapat 64,5% responden yang tingkat
kami memilih untuk melakukan penelitian mengenai
pendapatannya rendah dan 85% berstatus tak bekerja.
pengetahuan dan perilaku ibu rumah tangga mengenai arthri-
tis gout, khususnya pola makan dan minum obat yang
Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Kategori Usia,
berisiko terkena arthritis gout. Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan
Status Pekerjaan pada Responden
Metodologi
Variabel Kategori Frekuensi (%)
Penelitian dilakukan pada tanggal 3-9 Mei 2004 dan
menggunakan disain penelitian deskriptif dengan metode
cross sectional. Populasi yang diteliti adalah ibu rumah Usia > 50 16 15,0
41 - 50 26 24,3
tangga yang bertempat tinggal di Kelurahan Rawasari, 31 - 40 41 38,3
Kecamatan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Pemilihan 21 - 30 22 20,6
responden dilakukan dengan cara cluster random sampling. < 20 2 1,9
Kriteria eksklusi yang digunakan adalah ibu rumah tangga Tingkat pendidikan Tinggi 2 1,9
Sedang 29 27,1
yang menolak untuk diwawancarai, tidak dapat ditemui dalam Rendah 76 71,0
2 kali kunjungan, atau bukan istri kepala keluarga (bila dalam Tingkat pendapatan Sedang 38 35,5
satu rumah terdapat lebih dari satu ibu rumah tangga). Rendah 69 64,5
Data penelitian merupakan data primer yang diperoleh Status pekerjaan Bekerja 16 15
Tidak Bekerja 91 85
melalui wawancara terpimpin dengan kuesioner yang telah Riwayat penyakit Pernah 34 31,7
diuji coba dan divalidasi. Data yang dikumpulkan meliputi gout pribadi Tidak pernah 66 68,3
data sosiodemografi, serta pengetahuan dan perilaku Riwayat penyakit Ada 37 34,6
responden tentang asam urat dalam hubungannya dengan gout keluarga Tidak ada 66 61,7
Tidak tahu 4 3,7
pola makan dan minum obat.
Batasan riwayat penyakit arthritis gout adalah jika Total 107 100
responden atau keluarga pernah mengalami sakit pada

Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005 11


Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Mengenai Arthritis Gout

Tabel 2. Tabel Rekapitulasi Jawaban Pengetahuan tentang Terdapat 79 ibu rumah tangga dari 107 responden yang
Asam Urat (n=107) pernah mendapat sumber informasi tentang arthritis gout.
Pengetahuan Frekuensi % Sumber informasi yang diperoleh responden bervariasi,
antara lain dari televisi (12,7%), majalah (2,5%), tetangga
(69,6%), radio (5,1%), dokter (8,9%), dan puskesmas (1,3%).
1. Bagian tubuh mana yang sering Dari 107 responden, sebanyak 3,7% berpengetahuan sedang,
mengalami penyakit asam urat.
a. Sendi 80 74,8 dan 96,3% berpengetahuan kurang tentang arthritis gout.
b. Ginjal 1 0,9 Rekapitulasi jawaban pengetahuan responden dapat dilihat
c. Jaringan lemak 1 0,9 di Tabel 2.
d. Tidak tahu 25 23,4
2. Apa saja gejala penyakit asam urat itu? Perilaku konsumsi makanan, minuman, dan obat yang
a. Nyeri sendi, merah, terasa panas 70 65,4 berisiko menimbulkan arthritis gout, menunjukkan 0,9%
b. Nyeri seluruh tubuh 7 6,5
c. Tidak bisa menggerakan kaki dan 10 9,3
responden berisiko rendah, 63,6% sedang dan 35,5% tinggi.
tangan Rekapitulasi jawaban perilaku responden tersebut dapat
d. Tidak tahu 20 18,7 dilihat di Tabel 3 dan Tabel 4.
3. Apa penyebab penyakit asam urat itu?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Terlalu banyak konsumsi makanan 51 47,7 Tabel 3. Tabel Rekapitulasi Jawaban Perilaku Makan dan
mengandung protein Minum yang Berhubungan dengan Arthritis Gout
b. Terlalu banyak aktivitas fisik 32 29,9
c. Kurang makanan yang begizi 18 16,8 Jenis Makanan Tidak Jarang Sering Setiap
d. Tidak tahu 27 25,2 dan Minuman pernah f (%) f (%) hari
4. Siapa yang paling banyak menderita f (%) f (%)
penyakit asam urat?
a. Laki - laki dewasa 48 44,9 Daging sapi 13 (12,1) 78 (72,9) 16 (15,0) 0 (0)
b. Perempuan dewasa 55 51,4 Daging kambing 65 (57,9) 42 (39,3) 3 (2,8) 0 (0)
c. Anak - anak 0 0 Jeroan 52 (48,6) 48 (44,9) 7 (6,5) 0 (0)
d. Tidak tahu 4 3,7 Emping 17 (15,9) 55 (51,4) 31 (29,0) 4 (3,7)
5. Makanan apa yang berhubungan dengan Udang 28 (26,2) 48 (44,9) 30 (28,0) 1 (0,9)
penyakit asam urat? Toge 12 (11,2) 61 (57) 33 (30,8) 1 (0,9)
(Jawaban boleh lebih dari satu) Buncis 22 (20,6) 51 (47,7) 33 (30,8) 1 (0,9)
a. Jerohan 50 46,7 Kangkung 11 (10,3) 39 (36,4) 55 (51,4) 2 (1,9)
b. Tempe 87 81,3 Kol 31 (29) 51 (47,7) 24 (22,4) 1 (0,9)
c. Nasi 16 15,0 Kacang-kacangan 6 (5,6) 45 (42,1) 52 (48,6) 4 (3,7)
d. Tidak tahu 3 2,8 Jengkol 53 (49,5) 44 (41,1) 9 (8,4) 1 (0,9)
6. Minuman apa yang berhubungan dengan Pete 42 (39,3) 54 (50,5) 10 (9,3) 1 (0,9)
penyakit asam urat? Durian 60 (56,1) 43 (40,2) 4 (3,7) 0 (0)
(Jawaban boleh lebih dari satu) Kopi 44 (41,1) 23 (21,5) 21 (19,6) 19 (17,8)
a. Alkohol 32 29,9 Te h 10 (9,3) 23 (21,5) 34 (31,8) 40 (37,4)
b. Kopi 52 48,6 Alkohol 105 (98,1) 2 (1,9) 0 (0) 0 (0)
c. Minum manis 10 9,3
d. Tidak tahu 41 38,3
7. Apa yang dilakukan untuk mencegah
penyakit asam urat?
(Jawaban boleh lebih dari satu) Dari 34 orang responden yang pernah mengalami arthri-
a. Menghindari makan jerohan 89 83,2
b. Mengurangi makan daging sapi 33 30,8
tis gout, 15 orang (44,1%) diantaranya berobat ke dokter, 17
c. Makan ikan laut 6 5,6 (50 %) orang mengobati sendiri dan 2 (5,9%) orang mencari
d. Tidak tahu 13 12,1 pengobatan alternatif. Dua puluh enam orang dari responden
8. Apa yang dapat dilakukan jika terkena yang pernah mengalami arthritis gout mengubah pola makan
penyakit asam urat?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
dengan menghindari makan jerohan (100%) dan kacang-
a. Memantang makanan 50 46,7 kacangan (64,5%).
b. Minum obat penghilang nyeri 87 81,3
c. Dikompres air hangat 16 15,0
d. Tidak tahu 3 2,8 Tabel 4. Tabel Rekapitulasi Jawaban Perilaku Minum
9. Apakah komplikasi penyakit asam urat? Obat yang Berhubungan dengan Arthritis Gout
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Kerusakan ginjal 12 11,2 Jenis obat Tidak pernah Jarang Sering
b. Tidak bisa berjalan 61 57,9 f (%) f (%) f (%)
c. Penyakit jantung 7 6,5
d. Tidak tahu 40 37,4
10. Umur berapa yang sering terkena asam urat?
Aspirin 93 (86,9) 12 (1,2) 2 (1,9)
a. Lebih dari 40 tahun 82 76,6
Bodrex 69 (64,5) 23 (21,5) 15 (14)
b. 20 sampai 40 tahun 20 18,7
Panadol 49 (45,8) 37 (34,6) 21 (19,6)
c. Di bawah 20 tahun 0 0
Ponstan 68 (63,6) 29 (27,1) 10 (9,3)
d. Tidak tahu 5 4,7

12 Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005


Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Mengenai Arthritis Gout

Dari 37 responden yang memiliki riwayat keluarga artritis Pembahasan


gout, 20 (54,1%) diantaranya mempunyai ibu artritis gout, 15 Persentase terbesar responden adalah berusia antara
(40,5%) orang mempunyai bapak dengan artritis gout, dan 2 31- 40 tahun, tidak bekerja, serta memiliki tingkat pendidikan
(5,4%) orang mempunyai saudara perempuan dengan arthri- dan pendapatan yang rendah. Hal itu sesuai dengan pene-
tis gout. Sebanyak 25 (67,6%) orang mengubah perilaku litian yang dilakukan oleh Arif et al di kelurahan Rawasari,
makan dengan menghindari jerohan dan kacang-kacangan yang menyebutkan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga
(52%). berusia di bawah 40 tahun (64,5%), tidak bekerja (76,3%),
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji kemaknaan antara tingkat pendidikannya rendah (71,0%), dan berpendapatan
usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, status per kapita rendah (64,5%).5
pekerjaan, riwayat penyakit arthritis gout pribadi dan riwayat Sebagian besar responden berpengetahuan kurang (96,3%)
penyakit arthritis gout keluarga dengan pengetahuan karena dan berperilaku berisiko sedang terkena arthritis gout
hanya 4 (3,7%) responden yang memiliki kategori sebesar 63,3%. Terdapat dua pengetahuan yang diajukan
pengetahuan sedang, sementara sisanya memiliki kategori dalam penelitian ini yang dapat dijawab dengan baik, yaitu
pengetahuan kurang. Hubungan kemaknaan antara faktor- pengetahuan tentang makanan apa yang berhubungan
faktor tersebut dengan perilaku dapat dilihat di Tabel 5. dengan penyakit arthritis gout serta bagian tubuh mana
Hubungan antara pengetahuan dan perilaku responden yang sering berhubungan dengan penyakit arthritis gout.
ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 5. Hubungan antara Usia, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan Status Pekerjaan dengan
Perilaku Responden

Variabel Kategori Perilaku Uji Keterangan


Risiko z Risiko z Risiko kemaknaan
rendah sedang tinggi
f (%) f (%) f (%)

Usia > 50* 0 6 (37,5) 10 (62,5) Chi-square Bermakna


41 - 50* 0 13 (50) 13 (50) X2 = 9,981
p = 0,001
31 - 40* 1 (2,0) 27 (66,0) 13 (32,0)
21 - 30# 0 20 (91,0) 2 (9,00)
< 20# 0 2 0
Tingkat pendidikan Sedang 0 18 (44,0) 23 (56,0) Fisher Tidak bermakna
p=0,383
Rendah 1 (1,0) 50 (66,0) 25 (33,0)

Tingkat pendapatan Sedang 1 (3,0) 24 (63,0) 13 (34,0) Fisher Tidak bermakna


p=1,000
Rendah 0 44 (64,0) 25 (36,0)

Status pekerjaan Bekerja 0 13 (82,0) 3 (18,0) Fisher Tidak bermakna


Tidak 1 (2,00) 55 (60,0) 35 (38,0) p=0,163

Riwayat penyakit Pernah 1 (3,0) 18 (53,0) 15 (44,0) Fisher Tidak bermakna


gout pribadi Tidak pernah 0 50 (68,0) 23 (32,0) p=0,278
Riwayat penyakit Ada 0 29 (77,0) 8 (23,0) Fisher Tidak Bermakna
gout keluarga Tidak ada* 1 (1,0) 37 (56,0) 28 (44,0) p=0,248
Tidak tahu* 0 2 2

*,#,z digabung dalam uji statistik

Tabel 6. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Responden

Perilaku
Risiko rendah f (%) Risiko sedang f (%) Risiko tinggi f (%)

Pengetahuan Sedang (n=4) 0 4 0

Kurang (n=103) 1 (0,1) 64 (62,1) 38 (37,8)

Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005 13


Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Mengenai Arthritis Gout

Sebanyak 75% responden mengetahui bahwa jerohan ber- dapat membuat xantin menjadi konstituen batu traktus
hubungan dengan penyakit arthritis gout dan lokasi gout urinarius.8
tersering adalah sendi. Dari penelitian kami didapat hampir 40% responden
Hampir separuh responden juga mengetahui bahwa minum teh setiap hari mungkin disebabkan mereka belum
terlalu banyak konsumsi makanan mengandung protein dapat mengetahui hubungannya dengan arthritis gout. Sebanyak
menyebabkan arthritis gout. Separuh responden tidak 48,6% responden mengetahui bahwa kopi berhubungan
pernah makan jerohan, tetapi separuh responden sering dengan artritis gout. Hal itu cukup berimbang dengan yang
makan kangkung dan kacang-kacangan. Hal tersebut berperilaku tidak pernah minum kopi sebanyak 41,1%.
menunjukkan belum diketahuinya makanan tersebut dapat Didapatkan hubungan bermakna antara usia dengan
menyebabkan arthritis gout. perilaku. Ternyata makin tua responden, perilaku makan dan
Demikian halnya dengan obat-obatan seperti aspirin , minum makin berisiko tinggi terkena artritis gout dengan
Bodrex, Panadol yang masih belum diketahui menyebabkan asumsi bahwa responden yang makin tua makin sulit
arthritis gout. Bodrex, Panadol, Ponstan adalah beberapa mengubah perilaku, khususnya makan dan minum.
obat yang mengandung derivat salisilat (paraaminosalisilat) Secara umum hampir seluruh responden memiliki tingkat
yang banyak beredar di pasaran. Dalam farmakologi banyak pengetahuan kurang dan perilaku yang berisiko sedang
senyawa yang secara alami mempengaruhi absorbsi dan sampai tinggi terkena arthritis gout. Meskipun tidak diuji
sekresi natrium urat pada ginjal seperti aspirin yang di statistik, tampak bahwa responden yang berpengetahuan
dalamnya terkandung salisilat. Pemberian dosis >2 gram/hari rendah memiliki perilaku yang berisiko sedang sampai tinggi.
secara kompetitif akan menghambat ekskresi maupun Hanya terdapat 1% responden yang berpengetahuan rendah
reabsorbsi natrium urat yang menyebabkan penyakit asam mempunyai perilaku risiko rendah dalam perilaku pola makan
urat.6 dan minum obat.
Hal yang menarik adalah sumber informasi terbanyak Kelemahan penelitian ini adalah populasi yang diambil
tentang arthritis gout justru diperoleh dari tetangga (69,6%), hanya berasal dari satu strata ekonomi yaitu menengah ke
sementara dari petugas kesehatan hanya 8,9% dan pus- bawah. Selain itu tidak adanya responden yang memiliki
kesmas 3%. Petugas kesehatan sebagai ujung tombak tingkat pengetahuan yang tinggi dan hanya satu responden
kesehatan masyarakat seharusnya berperan banyak dalam yang berperilaku risiko rendah, membuat sulit untuk melihat
memberikan informasi tentang penyakit degeneratif, termasuk ada tidaknya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku.
arthritis gout dan komplikasinya. Seperti tampak dari jawaban Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang serupa dengan
pertanyaan pengetahuan komplikasi arthritis gout belum sebaran sampel yang lebih luas.
banyak diketahui. Hanya 11,2% dan 6,5% responden yang
mengetahui kerusakan ginjal dan penyakit jantung sebagai
komplikasi arthritis gout. Kesimpulan dan Saran
Beberapa minuman yang berisiko menimbulkan arthri- Dari penelitian ini disimpulkan bahwa sebagian besar
tis gout antara lain alkohol. Menurut Choi yang telah meneliti responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang dan
hubungan alkohol dengan arthritis gout selama 12 tahun berperilaku makan dan minum yang berisiko sedang sampai
mendapatkan bahwa konsumsi alkohol 5 gram/hari tinggi untuk terkena arthritis gout. Tidak didapatkan
mempunyai risiko 2,53 kali terkena arthritis gout.7 Dalam hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, tingkat
penelitian kami 98,1% responden menyatakan tidak pernah pendapatan, status pekerjaan dengan pengetahuan dan
minum alkohol. Hal itu mungkin disebabkan kebiasaan minum perilaku. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia
alkohol bukan merupakan suatu budaya. Hal lain yang dengan perilaku.
mungkin mendukung minum alkohol bukan merupakan suatu Pada penelitian ini didapatkan data bahwa sebagian
budaya adalah faktor agama. Sebagai contoh alkohol meru- besar informasi tentang arthritis gout didapatkan dari
pakan minuman yang haram untuk dikonsumsi oleh penganut tetangga, maka diharapkan peran tenaga kesehatan, terutama
agama Islam. dari puskesmas, lebih aktif dalam pemberian informasi tentang
Teh dan kopi juga berhubungan dengan arthritis gout, arthritis gout. Selain itu pemerintah diharapkan mem-
sebab kopi dan teh merupakan tanaman derivat xantin perbanyak iklan layanan masyarakat tentang informasi ar-
termetilisasi. Kopi mengandung kafein atau 1,3,7-trimetil thritis gout dan komplikasinya melalui media massa (televisi,
xantin, teh mengandung teofilin atau 1,3-dimetil xantin dan radio, dan majalah).
kakao mengandung teobromin atau 3,7-dimetilxantin. Xantin
sendiri diproses menjadi asam urat melalui proses oksidasi
Ucapan Terima Kasih
dengan bantuan xantin-oksidase. Oleh karena kopi dan teh
termasuk metil xantin yang ada dalam makanan, maka proses Pada kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih
kerja asam urat sama dengan proses tersebut. Garam asam kepada dr. Eva Suarthana, Msc selaku pembimbing teknis
urat (senyawa urat) relatif larut dalam pH netral, sehingga dalam penelitian ini, dan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
kopi dan teh yang bersifat asam sendiri dapat mengganggu Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional
proses ekskresi asam urat. pH urin yang cenderung asam “Veteran”sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

14 Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005


Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Mengenai Arthritis Gout

Daftar Pustaka 6. Kelly NW. Disorder of nucleic acid metabolism. In: Peterdrof
RG, Adams DR, Braunw Cald E, Isselbacher JK, Martin BJ, Wil-
1. Hermansyah. Hubungan lama sakit dengan perubahan
son DJ (eds). Harrison’s principle of internal medicine. 10th ed.
hiperlipidemia pada artritis gout akut. MKS April 2000;47-51.
New York: McGraw-Hill;1994.p.517-23.
2. Tehupeiory E. Artritis pirai (artritis gout) Dalam: Waspadji S,
7. Choi HK, Atkinson K, Karlson EW, Willet W, Curhan G. Alco-
Rahman MA, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, Alwi I, Husobo
hol intake and risk of incident gout in men: a prospective study.
BU (penyunting). Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ke-3 Jakarta:
Lancet 2004;363(9417):1277-81.
FKUI;1996.h.85-9.
8. Murray RK, Granner DK, Mayesh PA, Rodwell VW. Biokimia
3. Setiyohadi B. Hiperurisemia dan gout. Dalam: Sudoyo WA, Setiati
Harper. Jakarta: EGC;1995.h.401-11.
S, Alwi I, Bawazier LA, Mansjoer A (penyuning). Naskah Lengkap
Pertemuan Ilmiah Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat informasi
dan Penerbitan Bagian Ilmu penyakit Dalam FKUI;1999.
4. Wood JJA. Drug therapy. New York: Massachusset Medical So-
ciety; 1999.
5. Arif M, Setyowati H, Arif PA, Purgianti T, Pancasari V,
Rinaningsih YS. Pengetahuan dan perilaku ibu rumah tangga NMD
mengenai diabetes melitus dan faktor-faktor yang berhubungan
di Kelurahan Rawasari Cempaka, Putih Timur Kecamatan
Cempaka Putih Maret-April 2004. Jakarta: Kepaniteraan Jun-
ior Ilmu Kesehatan Masyarakat UPN Veteran. Jakarta; 2004.

Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005 15

Anda mungkin juga menyukai