JERAWAT
A. PENDAHULUAN
Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan
dewasa muda antara 30%-60% dengan insiden tertinggi antara usia 14
dan17 tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16 dan 19 tahun
untuk anak laki-laki. Munculnya jerawat sering terjadi pada masa
pubertas, tubuh mengalami perubahan hormonal disertai peningkatan
jumlah kelenjar minyak. Peningkatan produksi minyak mengakibatkan
muara kelenjar tersumbat dan timbul bintil-bintil kasar pada kulit (komedo).
Penyumbatan dapat pula akibat sisa kulit mati, sisa kosmetik atau kotoran
pada kulit yang disebabkan oleh peningkatan hormon. Kadar hormon
androgen yang disebut sebagai penyebab jerawat, sepanjang masa
kehidupan perempuan, kadarnya relatif tidak turun secara drastis. Ini
memungkinkan jerawat muncul dalam masa kehidupan perempuan.
Hormon androgen ini berasal dari suatu mekanisme perubahan lemak,
khususnya kolesterol. Melalui proses yang kompleks dibantu oleh
bermacam macam enzim, kolesterol berubah menjadi komponen
androgen yang kemudian dapat terus berubah lagi menjadi komponen
hormon estrogen. Kedua hormon ini, androgen dan estrogen merupakan
dua hormon yang ada pada pria dan wanita. Perbedaannya hanya dalam
kadar atau jumlah yang dihasilkan. Hormon androgen lebih banyak pada
pria sedangkan hormon estrogen lebih banyak pada wanita. Meskipun
diduga kuat hormon androgen sebagai pencetus jerawat, namun tidak
selalu berarti bahwa banyak jerawat berarti hormon androgen akan
meningkat. Pada pria dengan kadar testosteron cukup tinggi dalam waktu
yang lama, kejadiaan timbulnya jerawat jarang dialami.
Deteksi jerawat sejak dini sangat sulit sebab sebelum masa pubertas
kulit anak akan mengalami pengelupasan tiga minggu sekali. Sedangkan
ketika remaja, kulit mengelupas empat minggu sekali. Hasil penelitan
menunjukkan sebanyak 85% populasi mengalami jerawat pada usia 12-25
tahun, 15% populasi mengalaminya hingga usia 25 tahun.
B. DEFINISI
1. Jerawat Biasa
2. Jerawat Batu
Jerawat batu memilki ukuran yang lebih besar dari pada jerawat
biasa. Jerawat batu berwarna lebih merah dan meradang jika terus
dibiarkan, jerawat batu akan meninggalkan bekas yang susah
dihilangkan. Jerawat batu atau yang sering disebut juga Cystic Acne
disebabkan karena kelenjar minyak yang terlalu banyak dan
pertumbuhan sel yang tidak normal. Jerawat batu tergolong jerawat
yang parah.
3. Komedo
4. Jerawat juvenil
6. Jerawat Rosacea
D. Penyebab Jerawat
1. Produksi minyak berlebihan
Timbulnya jerawat bukan hanya karena masalah kurang bersihnya
muka seseorang. Berlebihannya produksi kelenjar minyak pada
tubuh bisa menjadi salah satu pemicu timbulnya jerawat. Sebab
dengan banyaknya produksi minyak akan menyebabkan
tersumbatnya saluran folikel rambut dan pori-pori kulit.
2. Sel-sel kulit mati
Pada umumnya, jerawat disebakan oleh kelebihan kelenjar minyak
sebab sering kali diproduksi hormon androgen. Jerawat timbul
karena kelenjar minyak yang berlebihan dan pada akhirnya
bercampur dengan sel-sel kulit mati. Pada saat terjadinya
pencampuran inilah akan memicu timbulnya masalah jerawat.
Campuran tersebut membentuk penyumbatan yang akan berbintik
hitam atau putih. Jerawat bukan hanya menyerang bagian wajah
saja, namun pada anggota tubuh lainnya dapat terkena masalah
jerawat, seperti pada punggung, dada dan leher.
3. Penggunaan kosmetik
Selain masalah diatas, terjadinya jerawat terkadang disebabkan
adanya penggunaan kosmetik yang kurang bersih pada saat
membersihkannya. Bekas foundation yang terdapat pada bedak
dapat menyebabkan sisa-sisa bedak yang masih menempel
diwajah menyumbat pori-pori yang berakhir dengan jerawat.
4. Obat-obatan
Para pengguna obat kortikosteroid, baik obat oral (obat yang
minum) maupun obat topical (obat yang di oles) yang memberikan
efek samping turunnya daya tahan tubuh juga dapat meningkatkan
besarnya potensi untuk timbulnya masalah jerawat, sebab adanya
aktivitas bakteri patogen pada wajah akan menigkat dengan
turunnya imun pada tubuh kita.
5. Telepon genggam
Masalah satu ini bisa jadi seringkali diabaikan para penggunanya,
sebab para permukaan HP bisa jadi tempat bersarangnya bakeri
penyebab jerawat. Untuk mencegahnya timbulnya masalah jerawat
yang disebabkan karena telepon genggam wajib untuk anda
bersihkan permukaan telepon dengan rutin menggunakan cairan
alkohol, dan kalau bisa setiap kali menelpon jangan menempelkan
permukaan telepon dengan wajah anda.
6. Terjadinya Stres
Pada masalah terakhir ini bukan menjadi salah satu penyebab
jerawat yang berdampak langsung, Namun dengan terjadinya stres,
tubuh akan memproduksi beberapa hormon tertentu yang berakhir
timbulnya jerawat. Bukan hanya itu saja, stres dapat membuat
seseorang mempunyai pola makan yang semakin banyak
mengkonsumsi makanan yang manis serta berlemak, sebagai
“pelarian” ketika stres melanda.
7. Makanan
a) Gula
Gula menjadi faktor bagi jerawat jika sudah berubah kebentuk
yang lebih sederhana, melalui proses pengolahan. Gula pasir
adalah bentuk gula sederhana yang dapat memicu jerawat dan
banyak digunakan dalam permen dan berbagai jenis kue.
b) Susu
Es krim, keju dan sejenisnya termasuk produk olahan susu yang
sebaiknya dihindari bagi wajah yang berjerawat. Selain itu, ada
beberapa jenis susu yang diperah dari sapi betina yang hamil.
Jenis susu mengandung hormon tertentu yang ada didalam
tubuh manusia akan diubah menjadi hormon
dihydrotestosterone (DHT) penyebab jerawat.
c) Caffeine
Caffeine bisa memperparah jerawat. Kopi, teh, minuman
bersoda dan beberapa jenis obat penghilang rasa nyeri
merupakan sumber-sumber dari caffeine. Salah satu faktor
caffeine adalah merangsang kelenjar adrenalin, sehingga dapat
meningkatkan kadar stress yang merupakan salah satu faktor
penyebab jerawat. Caffeine juga dapat menyebabkan gangguan
tidur yang juga bisa menyebabkan jerawat. Selain
meningkatkan stess, kurangnya tidur juga dapat menghambat
proses pemulihan kondisi dan mekanisme pembuangan racun
yang terjadi didalam tubuh.
d) Roti Putih
Roti Putih telah disempurnakan dengan menggunakan gula
yang meningkatkan tingkat insulin dalam tubuh. Hal ini
meningkatkan tingkat insulin dalam tubuh. Hal ini meningkatkan
sekresi testosteron sehingga mengarah pada timbulnya jerawat.
G. TERAPI
Tujuan terapi ialah mencegah pembentukan lesi akne yang baru,
menyembuhkan lesi yang ada, serta mencegah atau meminimalkan bekas
luka.
1. Terapi Non Farmakologi
Menggosok kulit (scrubbing) atau mencuci wajah secara
berlebihan tidak perlu dilakukan sebab tidak membuka atau
membersihkan pori dan mungkin berdampak pada iritasi kulit.
Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak
menyebabkan kering penting diperhatikan untuk menghindari
iritasi dan kulit kering selama terapi acne.
Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama
yang kotor, dapat memperburuk kondisi pori-pori yang tersumbat.
Jangan memencet atau memecahkan jerawat karena dapat
meninggalkan bekas berupa jaringan parut pada kulit.
Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga
kesahatan kulit usahakan untuk tetap rileks. Stres diketahui
merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya akne.
Cegah kosmetik yang berminyak dan pelembab.
2. Terapi Farmakologis
a. Topikal
Benzoil peroksida
Indikasi : Acne vulgaris papula, pustula yang berat, tidak
dibenarkan untuk digunakan pada acne
vulgaris ringan.
Peringatan : Hanya untuk pemakaian luar, hindarkan
kontak langsung dengan mata, mulut dan
membrane mukosa; dapat melenturkan
kain dan rambut; hindarkan pemaparan
berlebihan terhadap sinar matahari; jika
terjadi iritasi dan bertambah parah
hentikan pemakaian dan konsultasi ke
dokter.
Tretion
Indiksi : Acne vulgaris, mencegah kerusakan kulit oleh
cahaya (tabir surya).
Peringatan : Retinoid topikal sebaiknya dihindari pada
jerawat berat yang meliputi area
yang luas. Hindari kontak dengan
mata, lubang hidung, mulut,
membran mukosa, kulit bereksim,
kulit terbakar matahari, atau kulit
luka. Obat ini sebaiknya digunakan
dengan sangat hati-hati pada daerah
sensitif, seperti leher, dan
penumpukan pada sudut hidung juga
sebaiknya dihindari. Hindari paparan
terhadap sinar ultraviolet.
Kontra indikasi : Retinoid topical ,dikontraindikasikan
terhadap anak dan juga pada wanita
hamil, eksim, kulit pecah-pecah dan
kulit terbakar.
Efek Samping : Reaksi lokal termasuk rasa terbakar,
eritmia, tersengat,pruritus, kulit
kering atau terkelupas (hentikan jika
bertambah parah). Sensitivitas yang
meningkat terhadap cahaya
ultraviolet atau sinar matahari. Telah
dilaporkan adanya perubahan
sementara dari pigmentasi kulit.
Iritasi mata dan edema, kulit
mengeras dan melepuh juga
dilaporkan, tetapi jarang.
Dosis : 0,025 – 0,1%
Adapelan
Eritromisin
Eritromisin dengan atau tanpa seng merupakan agen
yang efektif untuk penanganan acne inflamasi.
Produk yang dikombinasikan dengan seng dapat
meningkatkan penetrasi eritromisin melalui unit
pilosebaceous. Pada umumunya formulasi eritomisin
melipiti gel, losio, larutan serta tempelan seali pakai
“pad” dengan konsentrasi 2%yang digunakan dua
kali sehari. Resistensi P.acnes terhadap eritromisin
dapat dikurangi dengan menggunakan terapi
kombinasi dengan benzoil peroksida.
Eritromisin + trotionin
Indikasi : Acne vulgaris keparahan sedang dengan
papul, pustule, dan bentuk non
inflamasi dengan komedo.
Peringatan :Hanya untuk pemakaian luar.
Hindarkan kontak dengan mata,
hidung, mulut dan membrane
mukosa lainnya, tidak digunakan
untuk tujuan lain, hanya untuk
pengobatan yang telah ditentukan,
jangan gunakan preparat jerawat
lainnya, kecuali atas petunjuk
dokter.
Interaksi : Produk topical yang mengandung
alcohol,seperi aftershave losian,
astrigen, kosmaetik atau sabun
yang mempunyai sifat
mengeringkan; minoksidil; topikal;
obat-obat yang menyebabkan
fotosensitif, seperti fluorkinolon,
fenotiazin, sulfonamide, tiazid
diuretik; produk topical lain yang
mengandung peeling, seperti
benzoil peroksida, resorsinol,
asam salisilat, dan sulfur;
antibiotika golongan makrolida
karena dapat terjadi resistensi
silang.
Kontra indikasi : Hipersensitif
Efek samping : Pedih atau rasa terbakar, eritmia,
hipogmentasi, gatal, kulit
terkelusap, kulit kering.
Dosis : 1 kali sehari setelah wajah
dibersihkan, dioleskan pada
tempat yang berjerawat.
Asam Azelat
Indikasi : Acne vulgaris
Peringatan : Kehamilan, menyusui, hindarkan kontak
dengan mata.
Efek samping : Iritasi lokal (kurangi frekuensi atau
hentikan penggunaan sementara).
Cara pakai : 15-20%. Oleskan dua kali sehari
pada kulit (untuk kulit sensitif,
sekali sehari untuk minggu
pertama). Dianjurkan masa
pengobatan tidak bolehlebih dari 6
bulan.
b. Oral
Terapi oral diberikan pada kasus jerawat yang sedang sampai
berat. Terkadang terapi oral juga diberikan pada beberapa pasien
yang secara psikologis merasa sangat terganggu dengan adanya
jerawat pada wajah mereka atau pada pasien yang merasa jerawat
dapat menganggu pekerjaan meskipun jerawat pada wajah mereka
relatif ringan. Pada orang-orang dengan kulit berwarna cenderung
mengalami masalah jerawat dengan bekas jerawat yang berwarna
kehitaman yang bisa bertahan selama beberapa bulan. Pada kasus
seperti ini juga diberikan terapi oral sebagai terapi tambahan
meskipun tergolong jerawat ringan.
Dosis pemberian terapi oral minimal salama 6-8 bulan. Ada tiga
kelompok utama dalam terapi oral pada jerawat, yaitu:
antibiotika,hormon dan retinoid. Antibiotik biasanya digunakan
sebagai terapi oral lini pertama.
Antibiotika Oral
Antibiotik bekerja dengan beberapa mekanisme terutama
dalam mengurangi jumlah bakteri didalam dan disekitar folikel.
Selain itu, antibiotik juga mengurangi zat-zat kimia yang
mengiritasi yang di produksi oleh sel darah putih, pada akhirnya
antibiotik dapat mengurangi konsentrasi asam lemak bebas
dalam sebum, dan berguna sebagai anti infamasi. Beberapa
antibitik sering digunakan adalah:
1) Tetrasiklin
Merupakan jenis antibiotik yang sering digunakan sebagai
terapi jerawat. Dosis awal biasanya 250-500 mg, 1 – 4 kali
sehari dan dilanjutkan sampai terlihat penurunan jumlah
lesi. Dosis dapat diturunkan secara perlahan tergantung
dari respon terapi pada pasien. Tetrasiklin lebih efektif
diberikan 30 menit sebelum makan dan sebaiknya tidak
diberikan pada wanita hamil. Tetrasiklin dapat membunuh
P. Acnes dan menurunkan kadar asam lemak pada folikel
sebasea. Tetrasiklin berespon baik pada 70% pasien.
Terapi dengan tetrasiklin akan terlihat hasilnya setelah 4-6
minggu.
2) Eritromisin
Antibiotik jenis ini biasanya digunakan sebagai terapi
jerawat dan mempunyai beberapa kelebihan dibanding
tetrasiklin yaitu dapat mengurangi kemerahan pada lesi dan
dapat diberikan bersama dengan makanan. Eritromisin juga
dapat digunakan pada pasien yang tidak bisa
mengkonsumsi tetrasiklin seperti pada wanita hamil. Dosis
yang diberikan 250-500mg,2-4 kali sehari, karena sering
menimbulkan resistensi pada P.Acnes maka eritromisin
sering dikombinasikan dengan benzoil peroksida.
3) Minosiklin
Merupakan derivat dari tetrasiklin yang digunakan secara
efektif sebagai terapi jerawat selama beberapa dekade.
Khususnya untuk jerawat tipe pustular. Absorpsi obat ini
dapat menurun bila dicampur dengan makanan dan susu,
tetapi tidak seperti penurunan absorbsi pada tetrasiklin.
Dosis awal antara 50-100mg, 2 kali sehari. Efek samping
utama berupa pusing (vertigo), lemah, mual, perubahan
pigmen kulit, dan perubahan warna gigi perubahan pada
kulit dan gigi lebih sering dijumpai pada orang-orang yang
mengkonsumsi minosiklin dalam waktu lama.
4) Doksisiklin
Antibiotik ini sering dibeikan pada orang-orang yang tidak
dapat merespon pemberian eritromisin atau tetrasiklin.
Dosis yang digunakan antara 50-100 mg 2 kali sehari dan
dapat dikonsumsi bersama dengan makanan (mudah
diabsorbsi). Horrisson melaporkan 50 gram doksisiklin 1
kali perhari sama efektif dengan 50 gram minosiklin 2 kali
perhari. Sebaiknya tidak mengkonsumsi bersama antasida,
tablet besi, kalsium dan tidak dikonsumsi selama masa
menyusui atau wanita hamil. Doksisiklin akan membuat kulit
lebih sensitif terhadap sinar matahari. Karena itu harus
disertai dengan penggunaan tabir surya.
5) Klindamisin
Klindamisin berguna sebagai antibiotik oral untuk terapi
jerawat. Tetapi antibiotika ini banyak digunakan dalam
bentuk topikal. Dosis awal 150 mg, 3 kali sehari. Efek
samping utama berupa infeksi intestinal yang dinamakan
kolitis pseudomembrane yang disebabkan oleh bakteri.
6) Kontrimoksazol
Antibiotik ini diindikasikan, pada penderita yang intoleran
dengan tetrasiklin atau eritromisin, atau pada penderita
yang tidak ada respon terhadap terapi lain. Kotrimoksazol
juga digunakan pada folikulitis gram negatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2011. ISO Indonesia Volume 45. ISFI : Jakarta (hal 376,
354, 355, 356)
2. Tandi joni. 2014. Farmasi klinik 1. Sekolah tinggi ilmu farmasi dan
pengetahuan alam STIFA Pelita Mas Palu. (hal 235-240).
3. Tandi joni. 2013. Farmasi klinik 1. Sekolah tinggi ilmu farmasi dan
pengetahuan alam STIFA Pelita Mas Palu. (hal 235-240).
4. Yulinah Elin dkk. 2013. ISO Farmakoterapi Edisi 2. Ikatan Apoteker
Indonesia : Jakarta (hal 1-2).
5. (Online).
http://www.informasiobat.com/artikel/edukasi/42/jerawat/dan/pengob
atannya.
6. (Online).
https://infopemanasanglobal.wordpress.com/tag/penatalaksanaan-
acne-vulgaris.
7. (Online). http://forum.kompas.com/perempuan/267832-inilah-proses-
timbulnya-jerawat-di-muka.html.