Anda di halaman 1dari 21

1

JERAWAT

A. PENDAHULUAN

Akne vulgarismerupakan kelainan folikuler umum yang mengenai


folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di
daerah muka, leher serta badan bagian atas. Kligman melaporkan 15%
remaja mempunyai akne klinis (akne major) dan 85% akne fisiologi (akne
minor), yaitu akne yang hanya terdiri dari beberapa komedo.

Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan
dewasa muda antara 30%-60% dengan insiden tertinggi antara usia 14
dan17 tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16 dan 19 tahun
untuk anak laki-laki. Munculnya jerawat sering terjadi pada masa
pubertas, tubuh mengalami perubahan hormonal disertai peningkatan
jumlah kelenjar minyak. Peningkatan produksi minyak mengakibatkan
muara kelenjar tersumbat dan timbul bintil-bintil kasar pada kulit (komedo).
Penyumbatan dapat pula akibat sisa kulit mati, sisa kosmetik atau kotoran
pada kulit yang disebabkan oleh peningkatan hormon. Kadar hormon
androgen yang disebut sebagai penyebab jerawat, sepanjang masa
kehidupan perempuan, kadarnya relatif tidak turun secara drastis. Ini
memungkinkan jerawat muncul dalam masa kehidupan perempuan.
Hormon androgen ini berasal dari suatu mekanisme perubahan lemak,
khususnya kolesterol. Melalui proses yang kompleks dibantu oleh
bermacam macam enzim, kolesterol berubah menjadi komponen
androgen yang kemudian dapat terus berubah lagi menjadi komponen
hormon estrogen. Kedua hormon ini, androgen dan estrogen merupakan
dua hormon yang ada pada pria dan wanita. Perbedaannya hanya dalam
kadar atau jumlah yang dihasilkan. Hormon androgen lebih banyak pada
pria sedangkan hormon estrogen lebih banyak pada wanita. Meskipun
diduga kuat hormon androgen sebagai pencetus jerawat, namun tidak
selalu berarti bahwa banyak jerawat berarti hormon androgen akan
meningkat. Pada pria dengan kadar testosteron cukup tinggi dalam waktu
yang lama, kejadiaan timbulnya jerawat jarang dialami.

Deteksi jerawat sejak dini sangat sulit sebab sebelum masa pubertas
kulit anak akan mengalami pengelupasan tiga minggu sekali. Sedangkan
ketika remaja, kulit mengelupas empat minggu sekali. Hasil penelitan
menunjukkan sebanyak 85% populasi mengalami jerawat pada usia 12-25
tahun, 15% populasi mengalaminya hingga usia 25 tahun.
B. DEFINISI

Jerawat atau acneadalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan


berlebihan produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang
menyebabkan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit.
Jerawat adalah penyakit kulit yang cukup besar jumlah penderitanya.
Kligmann, seorang peneliti masalah jerawat ternama didunia berpendapat,
“Tak ada satu orang pun di dunia ini yang melewati masa hidupnya tanpa
sebuah jerawat dikulitnya.” Kemungkinan penyebabnya adalah perubahan
hormonal yang merangsang kelenjar minyak di kulit. Perubahan hormonal
lainnya yang dapat menjadi pemicu timbulnya jerawat adalah masa
menstruasi, kehamilan pemakaian pil KB dan stres. Seringkali jerawat
akan menyebabkan peradangan pada kulit (kulit membengkak dan
menjadi kemerah merahan). Peradangan dikulit ini disebabkan oleh
berlebihnya produksi kelenjar minyak kulit atau sebum yang kemudian
menyumbat saluran kelenjar dan membentuk komedo (whiteheads) dan
seborhoea.

Kalau penyumbatan yang disebabkan oleh kelenjar minyak kulit ini


semakin membesar maka komedo akan terbukan (blackheads) dan
kemudian sering kali berinteraksi atau terkena bakteri jerawat. Kalau
jerawat disertai dengan nanah karena jerawat tersebut telah terinfeksi
dengan bakteri. Jerawat sering muncul dibagian bagian tertentu tubuh,
yang paling mudah terkena jerawat adalah bagian muka, dada, bagian
atas lengan serta punggung. Peningkatan produksi minyak
mengakibatkan muara kelenjar tersumbat dan timbul bintil-bintil kasar
pada kulit (komedo) penyumbatan dapat pula akibat sisa kulit mati, sisa
kosmetik atau kotoran pada kulit yang disebabkan oleh peningkatan
hormon.
Gambar. Pori-pori kulit normal

Gambar. Pori-pori kulit yang telah mengalami penyumbatan


sehingga terjadi pembengkakan.
C. JENIS-JENIS JERAWAT

Jerawat sendiri disebabkan karena pori-pori dikulit kita yang tersumbat


sehingga memicu tumbuhnya semacam benjolan berwarna merah yang
mengandung nanah. Jerawat merupakan penyakit kulit yang hampir
semua orang pernah mengalaminya. Jerawat sendiri timbul karena
perubahan hormon yang dialami penderitanya dan biasanya muncul saat
penderitanya sedang mengalami menstruasi, dalam proses kehamilan,
serta mengalami stress yang berlebihan. Banyak yang menyangka bahwa
jerawat hanya ada satu jenis, diantaranya yaitu:

1. Jerawat Biasa

Hampir sebagian besar orang pernah menderita jerawat ini.


Jerawat ini mudah dikenali karena bentuknya yang kecil dan berwarna
putih kemerahan. Jerawat ini timbul dikarenakan tersumbatnya pori-
pori dan terinfeksi bakteri propionibacterium acne. Bakteri tersebut
hidup didaerah diproduksinya asam lemak pada kantung kelenjar
yang tersembunyi dibawah permukaan kulit atau sering juga disebut
sebagai kelenjar sebaceous. Yang perlu diwaspadai dari bakteri ini
yaitu karena bisa menimbulkan iritasi pada bagian wajah disekitarnya.

2. Jerawat Batu
Jerawat batu memilki ukuran yang lebih besar dari pada jerawat
biasa. Jerawat batu berwarna lebih merah dan meradang jika terus
dibiarkan, jerawat batu akan meninggalkan bekas yang susah
dihilangkan. Jerawat batu atau yang sering disebut juga Cystic Acne
disebabkan karena kelenjar minyak yang terlalu banyak dan
pertumbuhan sel yang tidak normal. Jerawat batu tergolong jerawat
yang parah.

3. Komedo

Komedo disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan sekresi kelenjar


minyak yang berlebihan. Komedo terbagi menjadi dua macam yakni
komedo tertutup dan komedo terbuka. Komedo tertutup terlihat seperti
tonjolan kecil berwarna putih. Sedangkan komedo terbuka terlihat
seperti pori-pori yang membesar dan menghitam.

4. Jerawat juvenil

Jerawat ini timbul pada masa pubertas umur 14-20 tahun.


Penyebab jerawat ini yaitu masalah hormonal yang belum stabil dalam
memproduksi sebum.
5. Jerawat Vulgaris

Jerawat vulgaris merupakan semacam kelaianan kulit yang


ditandai dengan erupsi komedo terbuka, komedo tertutup maupun
jerawat yang diikuti dengan kulit kemerahan serta bersisik. Jerawat ini
biasanya timbul pada masa remaja dan umumnya berlanjut sampai
pada masa dewasa. Jerawat ini bisa disebabkan karena kelebihan
minyak, perubahan hormonal, produk kosmetik, serta kulit mati yang
tidak lepas secara semestinya.

6. Jerawat Rosacea

Jerawat ini biasanya timbul pada wanita yang berusia 30-50


tahun. Pada mulanya, jerawat ini akan tampak kemerahan yang dapat
menimbulkan peradangan sehingga bisa menimbulkan sisik pada
lipatan hidung.
7. Jerawat Nitrosica

Jerawat jenis ini harus diwaspadai karena yang jika dibiarkan


akan menyebabkan lubang pada kulit wajah.

D. Penyebab Jerawat
1. Produksi minyak berlebihan
Timbulnya jerawat bukan hanya karena masalah kurang bersihnya
muka seseorang. Berlebihannya produksi kelenjar minyak pada
tubuh bisa menjadi salah satu pemicu timbulnya jerawat. Sebab
dengan banyaknya produksi minyak akan menyebabkan
tersumbatnya saluran folikel rambut dan pori-pori kulit.
2. Sel-sel kulit mati
Pada umumnya, jerawat disebakan oleh kelebihan kelenjar minyak
sebab sering kali diproduksi hormon androgen. Jerawat timbul
karena kelenjar minyak yang berlebihan dan pada akhirnya
bercampur dengan sel-sel kulit mati. Pada saat terjadinya
pencampuran inilah akan memicu timbulnya masalah jerawat.
Campuran tersebut membentuk penyumbatan yang akan berbintik
hitam atau putih. Jerawat bukan hanya menyerang bagian wajah
saja, namun pada anggota tubuh lainnya dapat terkena masalah
jerawat, seperti pada punggung, dada dan leher.
3. Penggunaan kosmetik
Selain masalah diatas, terjadinya jerawat terkadang disebabkan
adanya penggunaan kosmetik yang kurang bersih pada saat
membersihkannya. Bekas foundation yang terdapat pada bedak
dapat menyebabkan sisa-sisa bedak yang masih menempel
diwajah menyumbat pori-pori yang berakhir dengan jerawat.
4. Obat-obatan
Para pengguna obat kortikosteroid, baik obat oral (obat yang
minum) maupun obat topical (obat yang di oles) yang memberikan
efek samping turunnya daya tahan tubuh juga dapat meningkatkan
besarnya potensi untuk timbulnya masalah jerawat, sebab adanya
aktivitas bakteri patogen pada wajah akan menigkat dengan
turunnya imun pada tubuh kita.
5. Telepon genggam
Masalah satu ini bisa jadi seringkali diabaikan para penggunanya,
sebab para permukaan HP bisa jadi tempat bersarangnya bakeri
penyebab jerawat. Untuk mencegahnya timbulnya masalah jerawat
yang disebabkan karena telepon genggam wajib untuk anda
bersihkan permukaan telepon dengan rutin menggunakan cairan
alkohol, dan kalau bisa setiap kali menelpon jangan menempelkan
permukaan telepon dengan wajah anda.
6. Terjadinya Stres
Pada masalah terakhir ini bukan menjadi salah satu penyebab
jerawat yang berdampak langsung, Namun dengan terjadinya stres,
tubuh akan memproduksi beberapa hormon tertentu yang berakhir
timbulnya jerawat. Bukan hanya itu saja, stres dapat membuat
seseorang mempunyai pola makan yang semakin banyak
mengkonsumsi makanan yang manis serta berlemak, sebagai
“pelarian” ketika stres melanda.
7. Makanan
a) Gula
Gula menjadi faktor bagi jerawat jika sudah berubah kebentuk
yang lebih sederhana, melalui proses pengolahan. Gula pasir
adalah bentuk gula sederhana yang dapat memicu jerawat dan
banyak digunakan dalam permen dan berbagai jenis kue.
b) Susu
Es krim, keju dan sejenisnya termasuk produk olahan susu yang
sebaiknya dihindari bagi wajah yang berjerawat. Selain itu, ada
beberapa jenis susu yang diperah dari sapi betina yang hamil.
Jenis susu mengandung hormon tertentu yang ada didalam
tubuh manusia akan diubah menjadi hormon
dihydrotestosterone (DHT) penyebab jerawat.
c) Caffeine
Caffeine bisa memperparah jerawat. Kopi, teh, minuman
bersoda dan beberapa jenis obat penghilang rasa nyeri
merupakan sumber-sumber dari caffeine. Salah satu faktor
caffeine adalah merangsang kelenjar adrenalin, sehingga dapat
meningkatkan kadar stress yang merupakan salah satu faktor
penyebab jerawat. Caffeine juga dapat menyebabkan gangguan
tidur yang juga bisa menyebabkan jerawat. Selain
meningkatkan stess, kurangnya tidur juga dapat menghambat
proses pemulihan kondisi dan mekanisme pembuangan racun
yang terjadi didalam tubuh.
d) Roti Putih
Roti Putih telah disempurnakan dengan menggunakan gula
yang meningkatkan tingkat insulin dalam tubuh. Hal ini
meningkatkan tingkat insulin dalam tubuh. Hal ini meningkatkan
sekresi testosteron sehingga mengarah pada timbulnya jerawat.

E. TANDA DAN GEJALA JERAWAT


1. Timbulnya bintik merah walaupun tidak membahayakan namun
menganggu.
2. Terkadang bintik merah disertai peradangan yang terasa gatal
pada waktu mulai timbul dan terasa sakit bila ditekan.
3. Peradangan juga bisa disebabkan oleh kuman tertentu yang
membentuk kantong kecil (kista) bila pecah mengeluarkan nanah
dan darah tetapi tidak berbau.
4. Biasanya timbul dibagian wajah akan tetapi dapat juga timbul
dibagian kulit kepala, leher, punggung dan dada bagian atas.
5. Timbulnya bintik putih atau hitam yang menonjol dan tidak sakit
(komedo).

F. TAHAPAN TERJADINYA JERAWAT


Tahapan pada jerawat dapat menentukan berat atau tidaknya
peradangan yang terjadi dan rasa sakit yang muncul. Jika jerawat masih
pada tahap awal, maka pengobatan yang dilakukan cenderung mudah.
Berikut beberapa tahapan saat jerawat muncul yaitu:
1. Tahap 0
Tahap ini berarti ada tanda-tanda kecil dari jerawat dan sebenarnya
tidak perlu dikhawatirkan, termasuk munculnya jerawat kecil-kecil.
Kondisi ini bisa hilang dalam waktu 1-2 hari, kecuali jika ada tanda
bahwa jerawat tersebut membesar.
2. Tahap 1
Ini adalah tahapan awal dari jerawat yang biasanya dimulai dengan
adanya komedo (whitehead). Terlihat beberapa bintik putih diwajah
terutama di ujung hidung., sudut hidung dan bawah bibir. Kondisi ini
tidak menyebabkan peradangan, tapi beberapa hari kemudian akan
timbul titik hitam di daerah tersebut. Jika seseorang
menghilangkannya dengan cara tidak steril, maka akan ada
kesempatan bagi jerawat untuk berkembang lebih lanjut.
3. Tahap 2
Pada tahap ini akan terlihat peradangan ringan yang biasanya
disertai dengan papula. Papula adalah lesi (luka) kulit yang sedikit
membesar tapi dalam ukuran kecil dan padat. Kondisi ini juga
dikenal dengan jerawat ringan, jika bisa diberikan pengobatan yang
baik maka bisa mengendalikan jerawat.
4. Tahap 3
Jerawat yang muncul sudah berubah menjadi pastules. Pada
dasarnya pastules ini berisi nanah, terlihat meradang dan ada
semacam tip putih. Jika sudah mencapai tahap ini, sebaiknya
jerawat tidak dipencet sembarangan.
5. Tahap 4
Jika masalah kulit ini tidak terkendali, maka bisa memasuki tahap
yang parah. Gumpalan (nodule) akan mulai muncul pada tahap ini.
Pastules yang ada lebih berkembang di wajah yang berisi nanah,
sel-sel kulit mati, sel darah putih, bakteri dan sebum. Gumpalan
yang meradang ini bisa meluas kebagian kulit yang lebih dalam dan
menyebabkan rasa sakit, jika sudah mencapai kulit yang dalam,
maka bisa menyebabkan parut.
6. Tahap 5
Pada tahap ini kulit akan terlihat memerah dan darah bisa muncul
dari jerawat ini jika timbul luka. Tahap ini mengakibatkan infeksi dan
meningkatkan potensi jerawat berikutnya.
7. Tahap 6
Dalam tahap ini penggunaan obat diperlukan untuk membantu
membersihkan semua gumpalan (bintil) dan jerawat yang
mengandung nanah. Sebaiknya pengobatan ini dilakukan oleh
seorang dermatolog agar jerawat lebih terkendali dan tidak
berkembang lebih lanjut.
8. Tahap 7
Kondisi ini adalah salah satu tahapan penyembuhan jerawat yang
mana seseorang bisa melihat bekas luka atau titik bekas jerawat.
Untuk menghilangkannya diperlukan perawatan khusus terhadap
bekas luka jerawat untuk menghindari jaringan parut permanen.

G. TERAPI
Tujuan terapi ialah mencegah pembentukan lesi akne yang baru,
menyembuhkan lesi yang ada, serta mencegah atau meminimalkan bekas
luka.
1. Terapi Non Farmakologi
 Menggosok kulit (scrubbing) atau mencuci wajah secara
berlebihan tidak perlu dilakukan sebab tidak membuka atau
membersihkan pori dan mungkin berdampak pada iritasi kulit.
 Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak
menyebabkan kering penting diperhatikan untuk menghindari
iritasi dan kulit kering selama terapi acne.
 Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama
yang kotor, dapat memperburuk kondisi pori-pori yang tersumbat.
 Jangan memencet atau memecahkan jerawat karena dapat
meninggalkan bekas berupa jaringan parut pada kulit.
 Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga
kesahatan kulit usahakan untuk tetap rileks. Stres diketahui
merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya akne.
 Cegah kosmetik yang berminyak dan pelembab.

Adapun cara atau metode-metode yang dapat dilakukan untuk


mencegah jerawat adalah sebagai berikut:
 Rajin membersihkan wajah
 Salah satu penyebab timbulnya jerawat adalah kotoran dan
bakteri yang menempel diwajah sehingga perlu untuk selalu
menjaga kebersihan wajah dengan rajin membersihkan wajah
dengan menggunakan sabun yang cocok dengan PH kulit.
 Singkirkan rambut dari wajah
 Rambut akan menjadi kotor dan berminyak saat kita melakukan
aktivitas sehari-sehari. Bila rambut menyentuh wajah, maka
kotoran tersebut dapat pindah kewajah dan dapat menimbulkan
jerawat.
 Mencuci sarung bantal dan seprei secara teratur
 Rambut yang kotor atau wajah yang tidak bersih dapat
menyebabkan kuman dan kotoran berpindah disarung bantal atau
seprei saat kita menggunakan bantal dan pada saat yang lain
ketika wajah kita menempel dibantal, kotoran tersebut akan
menempel kewajah kita.
 Minum 8 gelas air sehari
 Menkonsumsi air yang cukup dapat membantu tubuh untuk
mengeluarkan racun dan zat yang tidak berguna yang ada
ditubuh, sehingga dapat mengurangi resiko timbulnya jerawat.
 Kurangi menggunakan kosmetik.
 Menggunakan kosmetik dapat menyubat pori-pori wajah.
Sumbatan ini membuat pori-pori tidak bernapas dengan baik.
Untuk itu pilihlah kosmetik yang berbahan dasar air yang dapat
mengurangi potensi timbulnya jerawat.
 Jangan memencet jerawat yang ada.
 Tangan yang kotor saat memegang dan memencet jerawat dapat
memicu meningkatnya minyak dan kotoran di wajah. Saat
memencet jerawat lapisan yang ada dibawah kulit dapat menjadi
rusak dan menyebabkan minyak wajah menyebar kebagian lain
dari wajah sehingga jerawat timbul semakin banyak.

2. Terapi Farmakologis
a. Topikal
 Benzoil peroksida
Indikasi : Acne vulgaris papula, pustula yang berat, tidak
dibenarkan untuk digunakan pada acne
vulgaris ringan.
Peringatan : Hanya untuk pemakaian luar, hindarkan
kontak langsung dengan mata, mulut dan
membrane mukosa; dapat melenturkan
kain dan rambut; hindarkan pemaparan
berlebihan terhadap sinar matahari; jika
terjadi iritasi dan bertambah parah
hentikan pemakaian dan konsultasi ke
dokter.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap komponen obat.

Interaksi : Produk topikal yang mengandung alkohol


(losio cukur, astrigen, kosmetik) sabun
yang bersifat mengeringkan, krim cukur,
produk anti jerawat yang mengandung
peeling agent (resolsinol, asam salisilat,
sulfur).
Efek Samping : Iritasi kulit kurang frekuensi penggunaan
atau tunda penggunan hingga iritasi
membaik dan mulai kembali penggunaan
dengan penurunan frekuensi.
Dosis : Dosis : 2,5 – 10%

 Tretion
Indiksi : Acne vulgaris, mencegah kerusakan kulit oleh
cahaya (tabir surya).
Peringatan : Retinoid topikal sebaiknya dihindari pada
jerawat berat yang meliputi area
yang luas. Hindari kontak dengan
mata, lubang hidung, mulut,
membran mukosa, kulit bereksim,
kulit terbakar matahari, atau kulit
luka. Obat ini sebaiknya digunakan
dengan sangat hati-hati pada daerah
sensitif, seperti leher, dan
penumpukan pada sudut hidung juga
sebaiknya dihindari. Hindari paparan
terhadap sinar ultraviolet.
Kontra indikasi : Retinoid topical ,dikontraindikasikan
terhadap anak dan juga pada wanita
hamil, eksim, kulit pecah-pecah dan
kulit terbakar.
Efek Samping : Reaksi lokal termasuk rasa terbakar,
eritmia, tersengat,pruritus, kulit
kering atau terkelupas (hentikan jika
bertambah parah). Sensitivitas yang
meningkat terhadap cahaya
ultraviolet atau sinar matahari. Telah
dilaporkan adanya perubahan
sementara dari pigmentasi kulit.
Iritasi mata dan edema, kulit
mengeras dan melepuh juga
dilaporkan, tetapi jarang.
Dosis : 0,025 – 0,1%

OBAT EFEK YANG TERJADI


Sulfur Waspadai bersama-
Benzoil peroksida sama sebab dapat
Asam salisilat menjadi iritasi kulit.
Oleh karena itu, beri
jeda waktu antara
penggunaan tretionin
dengan obat-obat di
atas.
Sediaan topikal lain Waspadai penggunaan
bersama dengan sabun
dan pembersih yang
abrasive, sabun dan
kosmetik dengan efek
pengeringan yang kuat,
produk dengan
konsentrasi alcohol,
astrigen, aroma, limau,
elektrolisis wax yang
kuat, serta produk yang
dapat mengiritasi kulit
sebab dapat
meningkatkan
kemungkinan iritasi.
Fotosensitiser Jangan gunakan
bersamaan sebab
dapat menyebabkan
kemungkinan terjadinya
fototoksisitas.

 Adapelan

Indikasi : Acne vulgaris topikal

Peringatan : Hindari kontak dengan mata, lubang


hidung, mulut dan kulit yang terluka.
Obat ini sebaiknya digunakan dengan
hati-hatipada area yang sensitive.
Hindari paparan dari sinar UV.
Penggunaan obat bersama dengan
pembersih yang bersifat abrasif dan
adstringen.
Kontra indikasi : Anak-anak dan wanita hamil.
Efek samping : Eritmia, kulit bersisik, kekeringan,
prurituis, rasa terbakar atau tersengat,
iritasi kulit, kulit terbakar, dan
pemburukan jerawat.
Dosis : Oleskan pada area kulit yang terkena, satu kali
sehari pada waktu malamsebelum
tidur dan setelah dicuci dan
dibersihkan.
Interaksi : Penggunaan bersama dengan sabun dan
pembersih yang abrasive, sabun dan
kosmetik dengan efek pengering yang
kuat, produk dengan konsentrasi
alcohol, astringen.
a) Antibakteri topikal
Antibakteri topikal digunakan untuk jerawat dengan
tingkat keparahan ringan sampai sedang. Sediaan
topical eritromisin, tetrasiklin, dan klindamisin tampak
cukup berguna untuk kebanyakan pasien dengan jerawat
yang lebih ringan; obat-obat ini dapat menimbulkan iritasi
kulit yang ringan, tetapi jarang menimbulkan
sensitisisasi. Resistensi silang terutama antara
eritromisin dan klindamisin, merupakan masalah yang
makin besar.
b). Antibiotik
Indikasi : Acne vulgaris.
Peringatan : Beberapa produsen mengatakan
sediaan beralkohol tidak sesuai
untuk digunakan dengan benzoil
peroksida.

 Eritromisin
Eritromisin dengan atau tanpa seng merupakan agen
yang efektif untuk penanganan acne inflamasi.
Produk yang dikombinasikan dengan seng dapat
meningkatkan penetrasi eritromisin melalui unit
pilosebaceous. Pada umumunya formulasi eritomisin
melipiti gel, losio, larutan serta tempelan seali pakai
“pad” dengan konsentrasi 2%yang digunakan dua
kali sehari. Resistensi P.acnes terhadap eritromisin
dapat dikurangi dengan menggunakan terapi
kombinasi dengan benzoil peroksida.
 Eritromisin + trotionin
Indikasi : Acne vulgaris keparahan sedang dengan
papul, pustule, dan bentuk non
inflamasi dengan komedo.
Peringatan :Hanya untuk pemakaian luar.
Hindarkan kontak dengan mata,
hidung, mulut dan membrane
mukosa lainnya, tidak digunakan
untuk tujuan lain, hanya untuk
pengobatan yang telah ditentukan,
jangan gunakan preparat jerawat
lainnya, kecuali atas petunjuk
dokter.
Interaksi : Produk topical yang mengandung
alcohol,seperi aftershave losian,
astrigen, kosmaetik atau sabun
yang mempunyai sifat
mengeringkan; minoksidil; topikal;
obat-obat yang menyebabkan
fotosensitif, seperti fluorkinolon,
fenotiazin, sulfonamide, tiazid
diuretik; produk topical lain yang
mengandung peeling, seperti
benzoil peroksida, resorsinol,
asam salisilat, dan sulfur;
antibiotika golongan makrolida
karena dapat terjadi resistensi
silang.
Kontra indikasi : Hipersensitif
Efek samping : Pedih atau rasa terbakar, eritmia,
hipogmentasi, gatal, kulit
terkelusap, kulit kering.
Dosis : 1 kali sehari setelah wajah
dibersihkan, dioleskan pada
tempat yang berjerawat.
 Asam Azelat
Indikasi : Acne vulgaris
Peringatan : Kehamilan, menyusui, hindarkan kontak
dengan mata.
Efek samping : Iritasi lokal (kurangi frekuensi atau
hentikan penggunaan sementara).
Cara pakai : 15-20%. Oleskan dua kali sehari
pada kulit (untuk kulit sensitif,
sekali sehari untuk minggu
pertama). Dianjurkan masa
pengobatan tidak bolehlebih dari 6
bulan.

 Asam salisilat, Sulfur, serta Resorsinol


Indikasi : Acne vulgaris
Peringatan : Hindarkan kontak dengan mulut,
mata, membrane mukosa; efek
sistemik setelah penggunaan
yang berlebihan
Interaksi: Interaksi dilaporkan terjadi dengan baik agen
topical ataupun sistemik, lain yang
juga mengandung salisilat.
Efek samping : Iritasi lokal.
Dosis : Asam salisilat Dosis : 1-3%, Sulfur Dosis: 4-8%,
Resorsinol Dosis: 1-5%

b. Oral
Terapi oral diberikan pada kasus jerawat yang sedang sampai
berat. Terkadang terapi oral juga diberikan pada beberapa pasien
yang secara psikologis merasa sangat terganggu dengan adanya
jerawat pada wajah mereka atau pada pasien yang merasa jerawat
dapat menganggu pekerjaan meskipun jerawat pada wajah mereka
relatif ringan. Pada orang-orang dengan kulit berwarna cenderung
mengalami masalah jerawat dengan bekas jerawat yang berwarna
kehitaman yang bisa bertahan selama beberapa bulan. Pada kasus
seperti ini juga diberikan terapi oral sebagai terapi tambahan
meskipun tergolong jerawat ringan.
Dosis pemberian terapi oral minimal salama 6-8 bulan. Ada tiga
kelompok utama dalam terapi oral pada jerawat, yaitu:
antibiotika,hormon dan retinoid. Antibiotik biasanya digunakan
sebagai terapi oral lini pertama.
 Antibiotika Oral
Antibiotik bekerja dengan beberapa mekanisme terutama
dalam mengurangi jumlah bakteri didalam dan disekitar folikel.
Selain itu, antibiotik juga mengurangi zat-zat kimia yang
mengiritasi yang di produksi oleh sel darah putih, pada akhirnya
antibiotik dapat mengurangi konsentrasi asam lemak bebas
dalam sebum, dan berguna sebagai anti infamasi. Beberapa
antibitik sering digunakan adalah:
1) Tetrasiklin
Merupakan jenis antibiotik yang sering digunakan sebagai
terapi jerawat. Dosis awal biasanya 250-500 mg, 1 – 4 kali
sehari dan dilanjutkan sampai terlihat penurunan jumlah
lesi. Dosis dapat diturunkan secara perlahan tergantung
dari respon terapi pada pasien. Tetrasiklin lebih efektif
diberikan 30 menit sebelum makan dan sebaiknya tidak
diberikan pada wanita hamil. Tetrasiklin dapat membunuh
P. Acnes dan menurunkan kadar asam lemak pada folikel
sebasea. Tetrasiklin berespon baik pada 70% pasien.
Terapi dengan tetrasiklin akan terlihat hasilnya setelah 4-6
minggu.
2) Eritromisin
Antibiotik jenis ini biasanya digunakan sebagai terapi
jerawat dan mempunyai beberapa kelebihan dibanding
tetrasiklin yaitu dapat mengurangi kemerahan pada lesi dan
dapat diberikan bersama dengan makanan. Eritromisin juga
dapat digunakan pada pasien yang tidak bisa
mengkonsumsi tetrasiklin seperti pada wanita hamil. Dosis
yang diberikan 250-500mg,2-4 kali sehari, karena sering
menimbulkan resistensi pada P.Acnes maka eritromisin
sering dikombinasikan dengan benzoil peroksida.
3) Minosiklin
Merupakan derivat dari tetrasiklin yang digunakan secara
efektif sebagai terapi jerawat selama beberapa dekade.
Khususnya untuk jerawat tipe pustular. Absorpsi obat ini
dapat menurun bila dicampur dengan makanan dan susu,
tetapi tidak seperti penurunan absorbsi pada tetrasiklin.
Dosis awal antara 50-100mg, 2 kali sehari. Efek samping
utama berupa pusing (vertigo), lemah, mual, perubahan
pigmen kulit, dan perubahan warna gigi perubahan pada
kulit dan gigi lebih sering dijumpai pada orang-orang yang
mengkonsumsi minosiklin dalam waktu lama.
4) Doksisiklin
Antibiotik ini sering dibeikan pada orang-orang yang tidak
dapat merespon pemberian eritromisin atau tetrasiklin.
Dosis yang digunakan antara 50-100 mg 2 kali sehari dan
dapat dikonsumsi bersama dengan makanan (mudah
diabsorbsi). Horrisson melaporkan 50 gram doksisiklin 1
kali perhari sama efektif dengan 50 gram minosiklin 2 kali
perhari. Sebaiknya tidak mengkonsumsi bersama antasida,
tablet besi, kalsium dan tidak dikonsumsi selama masa
menyusui atau wanita hamil. Doksisiklin akan membuat kulit
lebih sensitif terhadap sinar matahari. Karena itu harus
disertai dengan penggunaan tabir surya.
5) Klindamisin
Klindamisin berguna sebagai antibiotik oral untuk terapi
jerawat. Tetapi antibiotika ini banyak digunakan dalam
bentuk topikal. Dosis awal 150 mg, 3 kali sehari. Efek
samping utama berupa infeksi intestinal yang dinamakan
kolitis pseudomembrane yang disebabkan oleh bakteri.
6) Kontrimoksazol
Antibiotik ini diindikasikan, pada penderita yang intoleran
dengan tetrasiklin atau eritromisin, atau pada penderita
yang tidak ada respon terhadap terapi lain. Kotrimoksazol
juga digunakan pada folikulitis gram negatif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2011. ISO Indonesia Volume 45. ISFI : Jakarta (hal 376,
354, 355, 356)
2. Tandi joni. 2014. Farmasi klinik 1. Sekolah tinggi ilmu farmasi dan
pengetahuan alam STIFA Pelita Mas Palu. (hal 235-240).
3. Tandi joni. 2013. Farmasi klinik 1. Sekolah tinggi ilmu farmasi dan
pengetahuan alam STIFA Pelita Mas Palu. (hal 235-240).
4. Yulinah Elin dkk. 2013. ISO Farmakoterapi Edisi 2. Ikatan Apoteker
Indonesia : Jakarta (hal 1-2).
5. (Online).
http://www.informasiobat.com/artikel/edukasi/42/jerawat/dan/pengob
atannya.
6. (Online).
https://infopemanasanglobal.wordpress.com/tag/penatalaksanaan-
acne-vulgaris.
7. (Online). http://forum.kompas.com/perempuan/267832-inilah-proses-
timbulnya-jerawat-di-muka.html.

Anda mungkin juga menyukai